Uji Organoleptik Proses Pelarutan Kafein

45 Pada laju Gambar 4.36 terlihat bahwa penurunan kadar asam klorogenat dalam 2, 4, 6 dan 8 jam proses pelarutan masing-masing adalah 39.5, 55.3, 57.9 dan 91.2. Laju penurunan kadar asam klorogenat naik secara siginifikan pada 0-2 jam dan pada 6-8 jam proses pelarutan. Sedangkan laju penurunan kadar trigonellin dalam 2, 4, 6 dan 8 jam proses pelarutan masing-masing adalah 48.2, 70.6, 85.3 dan 88.2 seperti disajikan dalam Gambar 4.37. T rigonellin Ukuran Biji 5.5 mm Suhu 80-90 o C 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 Waktu jam Laj u P enur u nan T ri go nel lin bk t ri gon el lin ja m Gambar 4.37. Laju penurunan trigonellin biji 5.5 mm pada suhu pelarutan 80-90 o C. Berdasarkan Gambar 4.37 terlihat bahwa pada 2 jam proses pelarutan laju penurunan trigonellin terus mengalami peningkatan sampai akhir proses pelarutan.

4.2.2.3. Uji Organoleptik

Kopi biji hasil proses dekafeinasi yang telah dijemur sampai kadar airnya mencapai 12-13, kemudian di sangrai pada suhu 185-190 C selama 7 menit. Setelah itu digiling grinding untuk menghasilkan bubuk kopi, kemudian diseduh dan dilakukan uji organoleptik citarasa. 46 Kopi bubuk diseduh dan diminum oleh konsumen bukan sebagai sumber nutrisi, melainkan sebagai penyegar beverage. Kopi akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika dapat memberikan rasa senang dan kepuasan kepada konsumen terhadap citarasa yang dihasilkan. Nilai citarasa kopi yang terdiri dari aroma, flavor, body dan bitterness merupakan satu kesatuan yang menentukan kualitas produk kopi. Gambar 4.38 – 4.40 menampilkan nilai citarasa seduhan kopi hasil proses dekafeinasi dari perlakuan ukuran biji, lama pelarutan dan suhu pelarut. Suhu 60-70 C 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 A1 A2 A3 A4 Ukuran Biji mm, waktu jam N i l a i Aroma Bitternes Flavour Body Gambar 4.38. Citarasa kopi dekafeinasi dengan perlakuan suhu 60-70 o C. A1 : d 7.5mm A2 : 6.5mm d 7.5 mm A3 : 5.5mm d 6.5mm A4 : d 5.5mm 47 Suhu 70-80 C 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 A1 A2 A3 A4 Ukuran biji mm, waktu jam N i l a i Aroma Bitternes Flavour Body Gambar 4.39. Citarasa kopi dekafeinasi dengan perlakuan suhu 70-80 o C. Suhu 80-90 C 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 2 4 6 8 A1 A2 A3 A4 Ukuran biji mm, waktu jam N i l a i Aroma Bitternes Flavour Body Gambar 4.40. Citarasa kopi dekafeinasi dengan perlakuan suhu 80-90 o C. A1 : d 7.5mm A2 : 6.5mm d 7.5 mm A3 : 5.5mm d 6.5mm A4 : d 5.5mm A1 : d 7.5mm A2 : 6.5mm d 7.5 mm A3 : 5.5mm d 6.5mm A4 : d 5.5mm 48 Aroma Aroma diperoleh dari proses penguapan senyawa volatil dari seduhan kopi yang tertangkap oleh sensor aroma pada indera penciuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aroma yang dihasilkan dari produk kopi dekafeinasi akan semakin menurun rendah dengan semakin kecil ukuran biji kopi, semakin lamanya proses pelarutan, dan semakin tingginya suhu ekstraski. Pada perlakuan suhu pelarutan 60-70 o C diperoleh nilai aroma untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing-masing sebesar 2.7, 2.7, 2.5 dan 2.1. Keasaman yang tinggi pada biji kopi akan berpengaruh juga pada kualitas aroma yang lebih baik karena adanya senyawa asam yang bersifat volatil, seperti asam format, asam asetat, asam propanoat, dan asam hexanoat. Senyawa volatil yang berpengaruh pada aroma kopi sangrai dibentuk dari reaksi Maillard atau reaksi browning non enzimatik, degradasi asam amino bebas, degradasi trigonellin, degradasi gula, dan degradasi asam phenolik. Untuk perlakuan pelarutan 70-80 o C diperoleh nilai aroma untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing-masing sebesar 2.6, 2.6, 2.55 dan 2.1. Sedangkan perlakuan pelarutan 80- 90 o C diperoleh nilai aroma untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing-masing sebesar 2.5, 2.5, 2.6 dan 2.1. Flavor Flavor merupakan kombinasi antara aroma yang ditangkap oleh indera penciuman manusia dan rasa seduhan yang ditangkap oleh indera perasa. Rasa seduhan berhubungan dengan senyawa non volatil yang terlarut, sedangkan aroma berhubungan dengan senyawa volatil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa flavor yang dihasilkan dari produk kopi dekafeinasi akan semakin menurun rendah dengan semakin kecil ukuran biji kopi, semakin lamanya proses pelarutan, dan semakin tingginya suhu ekstraski. Pada perlakuan suhu pelarutan 60-70 o C diperoleh nilai flavor untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing-masing sebesar 2.5, 2.5, 2.2 dan 2. 49 Untuk perlakuan pelarutan 70-80 o C diperoleh nilai flavor untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing- masing sebesar 2.6. 2.4, 2.2 dan 2. Sedangkan perlakuan pelarutan 80-90 o C diperoleh nilai flavor untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing-masing sebesar 2.5, 2.3, 2.2 dan 2. Bitterness Kafein berpengaruh pada rasa seduhan kopi terutama bitterness. Kepahitan dari seduhan kopi nampak lebih nyata pada kandungan pholifenol dengan meningkatnya suhu. Kepahitan merupakan rasa primer yang sangat spesifik yang diterima oleh indera perasa lidah. Nilai sensoris kepahitan cenderung menurun dengan semakin lama proses pelarutan karena dipengaruhi oleh kadar kafein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bitterness yang dihasilkan dari produk kopi terdekafeinasi akan semakin menurun dengan semakin kecil ukuran biji kopi, semakin lamanya proses pelarutan, dan semakin tingginya suhu pelarutan. Pada perlakuan suhu pelarutan 60-70 o C diperoleh nilai bitterness untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing- masing sebesar 2.3, 2.3, 2 dan 1.8. Untuk perlakuan pelarutan 70-80 o C diperoleh nilai bitterness untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing-masing sebesar 2.3, 2.25, 2.15 dan 1.8 Sedangkan perlakuan pelarutan 80-90 o C diperoleh nilai bitterness untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing-masing sebesar 2.2, 2.2, 2.3 dan 1.8. Bodi Bodi merupakan kekentalan dari seduhan kopi sebagai karakter internal yang dapat dinilai dengan cara menggosokkan lidah ke langit-langit mulut, sehingga ada kesan kental dari seduhan. Kafein memberikan kontribusi pada bodi seduhan kopi. Hal ini dapat diselaraskan dengan kadar kafein kopi bubuk yang semakin turun akan berpengaruh pada nilai bodi yang semakin rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bodi yang dihasilkan dari produk kopi terdekafeinasi akan semakin menurun dengan semakin kecil ukuran biji kopi, semakin lamanya proses pelarutan, dan semakin tingginya suhu pelarutan. Pada 50 perlakuan suhu pelarutan 60-70 o C diperoleh nilai bodi untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing- masing sebesar 2.5, 2.5, 2.4 dan 2.2. Untuk perlakuan pelarutan 70-80 o C diperoleh nilai bodi untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing-masing sebesar 2.5, 2.4, 2.35 dan 2.2. Sedangkan perlakuan pelarutan 80-90 o C diperoleh nilai bodi untuk biji kopi dengan ukuran A 1 , A 2 , A 3 , dan A 4 setelah proses pelarutan berlangsung 8 jam masing-masing sebesar 2.4, 2.4, 2.3 dan 2.2. Secara keseluruhan kopi rendah kafein mempunyai nilai organoleptik yang rendah pula yang berkisar antara 2-2.5 pada skala 0-4 baik untuk aroma, flavor, bitterness, dan body. Berdasarkan uji statistik, nilai organoleptik yang dihasilkan berbeda nyata dalam interaksi antara ukuran biji dan lama proses pelarutan, dan suhu. Uji lanjutan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test diketahui bahwa interaksi antara ukuran biji dan lama proses pelarutan pada penurunan nilai organoleptik antara ukuran biji A 1 -A 4 dengan lama proses 2 jam tidak berbeda nyata. Demikian juga antara ukuran biji A 1 dan A 4 lama proses 6 jam tidak berbeda nyata dengan ukuran biji A 3 dan A 4 pada lama proses 4 jam. Perbedaan yang nyata terdapat pada ukuran biji A 4 dengan lama proses 6 jam dan 8 jam. Untuk perlakuan suhu pelarut antara suhu 60-70 o C dan 70-80 o C dengan suhu pelarut 80- 90 o C berbeda nyata, sedangkan antara suhu 60-70 o C dengan 70-80 o C tidak berbeda nyata. Lampiran 1. A3 : 5.5mm d 6.5mm

V. SIMPULAN DAN SARAN