PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan taraf penghasilan, kesadaran masyarakat akan gizi, serta perkembangan sektor industri dan
pariwisata berdampak positif terhadap pertumbuhan permintaan buah-buahan. Baik itu dalam hal jumlah, mutu, ataupun ragamnya Rahardi et al., 2000.
Stroberi atau strawberry merupakan salah satu komoditas buah- buahan penting di dunia terutama untuk negara-negara beriklim sub-tropis.
Dewasa ini, produksi buah stroberi di dunia sebanyak 650.000 ton setiap tahunnya. Negara produsen dan pengekspor stroberi terbesar saat ini antara
lain Amerika Serikat, Jepang, Meksiko, Polandia, dan Italia Rukmana, 1998. Beberapa waktu yang lalu, pengembangan hortikultura diarahkan
kepada menggantikan buah dan sayur yang diimpor. Proteksi pasar buah dalam negeri mengakibatkan tingginya harga buah subtropis, yang pada
gilirannya menimbulkan rangsangan semua pihak termasuk petani dan para peneliti untuk mampu memproduksi buah-buahan subtropika itu sendiri
Baharsyah, 1993. Dalam beberapa tahun terakhir budidaya stroberi telah diminati banyak oleh perusahaan-perusahaan pertanian dan para petani di
Indonesia. Penanaman stroberi di Indonesia sudah dirintis sejak jaman kolonialisasi Belanda, akan tetapi pengembangannya masih dalam skala kecil.
Walau stroberi bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun pengembangan komoditas ini yang berpola agribisnis dan agroindustri dapat
dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan baru dalam sektor pertanian Rukmana, 1998.
Agar dapat memberikan keuntungan yang optimal, usahatani buah- buahan perlu dilakukan dengan pendekatan agribisnis. Dalam agribisnis,
penanganan kegiatan mulai dari perencanaan usaha, penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman, sampai dengan penanganan hasil dan
pemasarannya dilakukan secara terintegrasi dan saling menunjang. Oleh karena itu diperlukan suatu manajemen pengelolaan yang dapat merangkum
faktor-faktor alam, modal, tenaga kerja, dan teknologi dengan faktor sarana prasarana dan pemasarannya Rahardi et al., 2000.
Bagaimana petani akan melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Dalam kaitannya dengan konsep efisiensi ini,
dikenal adanya konsep efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis akan tercapai kalau petani mampu mengalokasikan faktor
produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai. Bila petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya
karena pengaruh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Selanjutnya jika petani telah
melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara bersamaan, situasi yang demikian sering disebut dengan istilah efisiensi ekonomi Soekartawi, 2002.
Di Kabupaten Karanganyar, stroberi mulai dibudidayakan oleh petani di daerah Kalisoro sejak tahun 1999. Sebelumnya, stroberi hanya ditanam
beberapa orang sebagai tanaman pekarangan. Mulai tahun 1999, stroberi mulai dibudidayakan di lahan tegalan oleh 20 orang petani dengan luas areal tanam
sekitar satu hektar. Kemudian pada tahun 2003 jumlah petani yang mengsahakan stroberi meningkat menjadi 105 orang. Berdasarkan data Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, lahan usahatani stroberi di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2003 seluas 10 hektar. Pengetahuan
petani di Kelurahan Kalisoro tentang tehnik budidaya stroberi diadopsi dari petani stroberi di Malang dan Bandung, yang kemudian diaplikasikan dengan
pengalaman mereka bercocok tanam sayuran.
B. Perumusan Masalah