± 0.35 1 Pemodelan Dinamik Pengelolaan Kawasan Wisata Pesisir Secara Interspasial (Studi Kasus: Pesisir Tanjung Pasir Dan Pulau Untung Jawa).

27 Pulau Rambut yang digunakan sebagai wisata snorkeling memiliki kelebihan dari segi kecerahan perairan tinggi karena lokasi yang terlindung, kecepatan arus yang rendah, dan kedalaman terumbu karang yang cukup. Selain itu, Pulau Rambut secara geografis memiliki lokasi terdekat dengan Pulau Untung Jawa dibandingkan pulau lainnya. Akan tetapi, persentase tutupan karang yang juga rendah, jenis life form, dan jenis ikan karang yang sedikit beragam. Indeks kesesuaian wisata snorkeling Pulau Rambut sebesar 56.14 dengan kategori tergolong sesuai Lampiran 3. Daya dukung kawasan dengan luasan hamparan terumbu karang 1100 m 2 Gambar 13 sebesar 20 orang per hari Lampiran 3. Gambar 12 Sebaran wisatawan dan kesesuaian wisata Pulau Untung Jawa Gambar 13 Sebaran wisatawan dan kesesuaian wisata di Pulau Rambut 28 Jumlah wisatawan aktual pada tahun 2014 yang diperoleh dari pengamatan dan rata-rata data wisatawan yang tercatat berkunjung ke objek wisata menunjukkan telah melebihi daya dukung kawasan setiap objek wisata baik di Tanjung Pasir maupun di Pulau Untung Jawa Tabel 12. Ada perbedaan yang signifikan antara jumlah wisatawan pada hari kerja dibandingkan dengan hari libur atau akhir pekan. Jumlah penduduk Pulau Untung Jawa pada tahun 2014 berjumlah 2 152 orang dan memiliki 605 kepala keluarga. Tabel 12 Kondisi aktual jumlah wisatawan tahun 2014 Jenis kunjungan oranghari Tanjung Pasir Pulau Untung Jawa Pantai Pantai selatan Pantai timur Mangrove Snorkeling Hari kerja 894 436 1598 326 244 Hari libur nasional dan akhir pekan 1664 800 2935 598 448 Karakteristik wisatawan a. Wisatawan Tanjung Pasir Kunjungan wisatawan ke wisata Pantai Tanjung Pasir terjadi pada akhir pekan Sabtu dan Minggu dan puncak wisatawan terjadi pada hari libur nasional. Hal ini disebabkan karena waktu tersebut merupakan saat puncak liburan sehingga masyarakat lebih banyak dapat meluangkan waktu berwisata ke Pantai Tanjung Pasir. Hasil survei wisatawan yang berkunjung ke Pantai Tanjung Pasir maka diperoleh persentase kunjungan wisatawan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan per bulan, dan asal daerah Gambar 14. Sejumlah 87 pria yang berwisata ke Pantai Tanjung Pasir, lebih besar dibandingkan wanita sebesar 13. Sejumlah 50 wisatawan memiliki kisaran usia antara 21 – 30 tahun dan sebesar 37 berusia antara 31-40 tahun. Kisaran umur tersebut tergolong kalangan pemuda-pemudi dan keluarga kecil. Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Tanjung Pasir berdasarkan tingkat pendidikannya, tingkat pendidikan menengah yaitu SMA sebesar 54 dan SMP sebesar 10, hanya 21 yang berpendidikan tinggi S1, serta terdapat pula yang berpendidikan dasar sebesar 3. Berdasarkan jenis pekerjaan, maka persentase wisatawan terbesar berprofesi sebagai karyawan swasta sebesar 63, kemudian masing-masing sebesar 10 sebagai PNS dan pelajar, 7 berprofesi sebagai wiraswasta dan IRT, serta buruh sebesar 3 Gambar 14. Berdasarkan penghasilan atau pendapatan per bulan maka wisatawan berpenghasilan berkisar antara Rp. 2 000 000 - Rp. 3 000 000 sebesar 43, kemudian wisatawan berpenghasilan antara Rp. 3 000 000 - Rp. 5 000 000 sebesar 37, dan hanya 7 wisatawan yang memiliki penghasilan lebih dari Rp. 5 000 000 per bulan . Berdasarkan asal daerahnya sebesar 77 wisatawan berasal dari Tangerang, sebesar 3 dari Jakarta, 7 dari banten, dan 3 berasal dari Bogor Gambar 14. Secara keseluruhan dari penilaian wisatawan terhadap kondisi Pantai Tanjung Pasir menunjukkan nilai yang mendominasi yaitu sedang dan baik. Jumlah penilaian yang buruk persentasenya terbilang kecil Gambar 15. Penilaian buruk pada atribut wisata yang terbesar ada pada aksesibilitas menuju lokasi wisata. Wisatawan menilai akses untuk ke lokasi sangat kurang tidak layak dan tidak memiliki jalur darat alternatif, sehingga kemungkinan besar akan terjadi kemacetan besar saat hari libur nasional atau sejenisnya. 29 Gambar 15 Penilaian wisatawan terhadap atribut wisata di Pantai Tanjung Pasir 20 40 60 80 100 Sarana dan Prasarana Panorama Alam Aksesibilitas Keamanan Sikap Masyarakat Pengelola Objek wisata P en ilaian w is aw an Atribut wisata Baik Sedang Buruk Pelajar 10 Karyawan swasta 63 PNS 10 IRT 7 Buruh 3 Wiraswasta 7 1 jt 10 1-2 jt 3 2-3 jt 43 3-5 jt 37 5 jt 7 SD 3 SMP 10 SMA 54 S1 33 10-20 thn 3 21-30 thn 50 31-40 thn 37 41-50 thn 10 Tangerang 77 Jakarta 13 Bogor 3 Banten 7 Laki-laki 87 Perempuan 13 a. Jenis kelamin b. Usia c. Tingkat pendidkan d. Jenis pekerjaan e. Penghasilan per bulan f. Asal daerah Gambar 14 Karakteristik wisatawan Pantai Tanjung Pasir 30 b. Wisatawan Untung Jawa Kunjungan wisatawan tertinggi ke wisata pantai Pulau Untung Jawa terjadi pada hari libur nasional. Hal ini disebabkan karena masyarakat Jabodetabek memiliki keinginan berlibur di sela-sela aktivitas kerja sehari-hari sehingga lebih banyak dapat meluangkan waktu berwisata ke wilayah yang cukup dekat yaitu Pulau Untung Jawa. Hasil survei wisatawan yang berkunjung ke Pulau Untung Jawa menunjukkan karakteristik pengunjung cukup bervariasi. Sejumlah 83 pria dan wanita sebesar 17. Sejumlah 40 wisatawan memiliki kisaran usia antara 21 – 30 tahun, sebesar 27 berusia antara 31- 40 tahun, kurang dari 20 tahun 10, dan lebih dari 40 tahun sebanyak 23. Wisatawan yang berkunjung ke Pulau Untung Jawa berdasarkan tingkat pendidikan maka tingkat pendidikan menengah SMP dan SMA sebanyak 54, pendidikan tinggi S1 dan S2 sebesar 36. Berdasarkan jenis pekerjaan, maka persentase wisatawan terbesar adalah berprofesi sebagai karyawan swasta sebesar 40, kemudian diikuti wiraswasta dan pelajar sebesar 17, PNS sebanyak 10, serta IRT dan buruh masing-masing sebesar 10 dan 6. Berdasarkan penghasilan atau pendapatan per bulan maka wisatawan berpenghasilan berkisar antara Rp. 2 000 000 - Rp. 3 000 000 sebesar 34, sebanyak 23 wisatawan memiliki penghasilan lebih dari Rp. 5 000 000 per bulan , kemudian wisatawan berpenghasilan antara Rp. 3 000 000 - Rp. 5 000 000 dan kurang dari Rp. 1 000 000 masing-masing sebesar 13. Sebanyak 40 wisatawan berasal dari Tangerang, sebanyak 30 berasal dari Jakarta, dan sebanyak 30 dari Jawa Barat Depok, Bogor, dan Bandung Gambar 16. Hasil dari penilaian wisatawan terhadap kondisi Pulau Untung Jawa menunjukkan dominansi nilai sedang dan baik. Penilaian buruk persentasenya terbilang kecil untuk semua atribut wisata Gambar 17. Penilaian yang tergolong baik dan sedang pada atribut wisata di kawasan Pulau Untung Jawa karena telah banyak pembangunan setiap tahunnya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan daya tarik wisata agar tingkat kujungan wisatawan semakin meningkat. Pembangunan yang dilakukan diantaranya pengelolaan tata ruang wisata, perbaikan lingkungan, peningkatan sanitasi, pembatasan jumlah bangunan, pembuatan taman, serta program penanaman mangrove dan pengembangan wisata mangrove dengan penyediaan fasilitas tracking. Berdasarkan karakteristik wisatawan Pantai Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa dari segi penghasilan, pendidikan, pekerjaan, dan asal daerah maka jenis kedua kawasan tersebut merupakan wisata yang banyak diminati oleh kalangan ekonomi menengah kebawah dan akses wisata yang mudah dicapai dari tempat tinggal. Selain itu, penilaian wisatawan terhadap panorama dan sarana prasarana yang dominan bernilai sedang-buruk tidak menyebabkan terjadinya penurunan jumlah wisatawan setiap tahunnya. Hal ini karena wisatawan kurang memprioritaskan kenyamanan dan keindahan alam sebagai tujuan utama, sehingga merasa puas dengan kondisi wisata yang bersifat murah meriah. 31 Gambar 17 Penilaian wisatawan terhadap atribut wisata di Pulau Untung Jawa 20 40 60 80 100 Sarana dan Prasarana Panorama Alam Aksesibilitas Keamanan Sikap Masyarakat Pengelola Objek wisata P en ilaian w is ataw an Atribut wisata Baik Sedang Buruk 1 jt 13 1-2 jt 17 2-3 jt 34 3-5 jt 13 5 jt 23 SMP 10 SMA 44 D3 10 S1 33 S2 3 Pelajar 17 Karyawan swasta 40 PNS 10 IRT 10 Buruh 6 Wiraswasta 17 10-20 thn 10 21-30 thn 40 31-40 thn 27 41-50 thn 10 51-60 thn 6 61-80 thn 7 Tangerang 40 Jakarta 30 Bogor 20 Depok 4 Bandung 3 Beka si 3 Laki-laki 83 Perempuan 17 a. Jenis kelamin b. Usia c. Tingkat pendidkan d. Jenis pekerjaan e. Penghasilan per bulan f. Asal daerah Gambar 16 Karakteristik wisatawan Pulau Untung Jawa 32 Valuasi ekonomi wisata Travel cost method Komponen biaya perjalanan merupakan kumulatif biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk sampai ke wisata Tanjung Pasir maupun Pulau Untung Jawa. Biaya perjalanan terdiri dari biaya transportasi, biaya akomodasi penginapan selama berada di lokasi, biaya konsumsi, tiket masuk, pendapatan yang hilang selama melakukan kegiatan wisata dan biaya lain-lainnya yang medukung kegiatan wisata. Biaya lainnya dapat berupa biaya sewa alat untuk snorkeling, sewa perahu, dan biaya yang dikeluarkan untuk membeli cinderamata. Gambar 18 Perbandingan persentase jenis biaya terhadap biaya total yang dikeluarkan wisatawan Proporsi biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan tentunya berbeda-beda, sesuai dengan tujuan wisata dan lokasi yang dituju. Setelah ditelaah lebih rinci, terdapat perbedaan pola biaya yang dikeluarkan wisatwan pada kedua lokasi Tanjung Pasir dan P. Untung Jawa tersebut. Wisatawan di Tanjung Pasir mengeluarkan proporsi biaya yang lebih tinggi untuk konsumsi dan souvenir cinderamata. Wisatawan P. Untung Jawa mengeluarkan biaya dengan proporsi yang lebih tinggi untuk transportasi utama dan konsumsi. Selain itu, wisatawan P. Untung Jawa memiliki biaya untuk sewa alat snorkeling dan olah raga air di pantai Gambar 18. Persamaaan regresi berganda untuk jumlah kunjungan wisatawan V terhadap beberapa variabel bebas yaitu presepsi terhadap biaya perjalanan X 1 , presepsi lingkungan X 2 , waktu wisata X 3 , biaya subtitusi X 4 , pendapatan X 5 , usia X 6 , dan tingkat pendidikan X 7 . Persamaan jumlah kunjungan wisata di Pantai Tanjung Pasir adalah sebagai berikut: Ln V = 5.4551 a – 0.5806 a Ln X 1 + 0.4329 c Ln X 2 + 0.1801 b Ln X 4 + e i R 2 = 38.72, P=0.004 ...................................................... Persamaan 1 Ket. tanda a, b, c menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variabel berturut-turut pada α= 1, 10, dan 20. 20 40 60 80 100 Tanjung Pasir Untung Jawa P er sen tase biay a p er jalan an Lokasi wisata Biaya tol dan parkir Sewa alat Biaya souvenir Biaya akomodasi Biaya konsumsi Biaya Transportasi lokal Biaya Transportasi utama 33 Tingkat signifikansi hubungan nilai jumlah kunjungan dengan beberapa variabel lain ditunjukkan dengan nilai R-square sebesar 38.72 dan P-value sebesar 0.004 Persamaan 1, sehingga sebesar 38.72 jumlah kunjungan wisatawan dapat dijelaskan oleh variabel dari persamaan tersebut, sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan. Hasil regresi jumlah kunjungan terhadap beberapa variabel bebas menunjukkan bahwa hubungan bernilai negatif dengan biaya perjalanan Persamaan 1, sehingga semakin tinggi biaya perjalanan maka tingkat kunjungan wisatawan ke wisata Pantai Tanjung Pasir akan semakin rendah. Akan tetapi, berhubungan positif dengan presepsi lingkungan dan biaya subtitusi Persamaan 1, sehingga apabila kondisi lingkungan semakin baik dan biaya subtitusi wisata lain semakin besar, akan menaikkan tingkat kunjungan wisatawan ke Pantai Tanjung Pasir. Persamaan jumlah kunjungan wisata di Pulau Untung Jawa adalah sebagai berikut: Ln V = 6.1413 a – 0.6489 a Ln X 1 + 0.8580 b Ln X 2 + 1.0123 c Ln X 7 + e i R 2 = 42.63, P= 0.002 .................................................... Persamaan 2 Ket. tanda a, b, c menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variabel berturut-turut pada α= 1, 5, dan 10. Tingkat signifikansi hubungan nilai jumlah kunjungan dengan beberapa variabel lain ditunjukkan dengan nilai R-square sebesar 42.63 dan P-value sebesar 0.002 Persamaan 2, sehingga sebesar 42.63 jumlah kunjungan wisatawan dapat dijelaskan oleh variabel dari persamaan tersebut, sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan. Hasil regresi jumlah kunjungan di Pulau Untung Jawa terhadap beberapa variabel bebas menunjukkan hubungan negatif dengan biaya perjalanan Persamaan 2, sehingga semakin tinggi biaya perjalanan akan menurunkan tingkat kunjungan wisatawan ke wisata Pulau Untung Jawa. Akan tetapi, berhubungan positif dengan presepsi lingkungan dan tingkat pendidikan Persamaan 2, sehingga apabila kondisi lingkungan semakin baik dan pendidikan semakin tinggi akan menaikkan tingkat kunjungan wisatawan ke Pulau Untung Jawa. Rendahnya koefisien determinasi pada kedua persamaan tersebut karena biaya perjalanan bukanlah pertimbangan yang utama bagi wisatawan sekitar Tangerang relatif murah. Pulau Untung Jawa menjadi satu-satunya objek wisata bahari yang lokasinya mudah dicapai masyarakat Tangerang. Selain itu, kurang beragamnya responden yang diwawancarai dan variabel penyusun yang tidak tepat dapat menyebabkan persamaan kurang representatif. Tabel 13 Nilai agregat surplus konsumen SK di wisata Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa Keterangan Tanjung Pasir P. Untung Jawa Rasio Jumlah kunjungan orangtahun 419 400 1 431 895 1 : 3.4 Luas wilayah ha 10 40.1 1 : 4 SK responden Rptotal kunjungan 556 119 2 509 569 1 : 4.5 SK rata-rata per responden Rpkunjungan 189 802 a 738 109 a 1 : 3.9 Total SK responden Rptahun 79 602 884 299 1 056 893 880 406 1 : 13.3 Total SK per area Rphatahun 7 960 288 430 26 356 455 870 1 : 3.3 a Hasil analisis surplus konsumen dengan biaya perjalanan Lampiran 5 34 Nilai surplus konsumen rata-rata di Pulau Untung Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan Tanjung Pasir. Hal yang sama juga ditunjukkan dari jumlah kunjungan rata-rata di kedua tempat tersebut, sehingga nilai ekonomi total Pulau Untung Jawa lebih tinggi dibandingkan Tanjung Pasir. Hal ini menjelaskan bahwa pengeluaran wisatawan untuk berwisata di Pulau Untung Jawa lebih besar, maka total keuntungan per individu juga semakin besar, sehingga total nilainya akan lebih besar Tabel 13. Wisatawan Pulau Untung Jawa sebagian besar memilih jalur akses melalui Tanjung Passir sebagai lokasi penyebrangan menuju Pulau Untung Jawa, dengan persentase wisatawan sebesar 87, kemudian biaya yang dikeluarkan untuk transportasi utama darat dan laut sebesar 35 dari total pengeluaran. Nilai surplus konsumen Pulau Untung Jawa sebesar 1.05 triliun per tahun, maka sebanyak 30.45 atau 322 miliar per tahun merupakan surplus konsumen yang masuk ke kawasan Tanjung Pasir . Contingen valuation method Hasil valuasi dengan keinginan masyarakat untuk membayar willingness to pay ; WTP untuk memperbaiki kualitas lingkungan pesisir dan laut di wisata Tanjung Pasir sebesar Rp. 13 350 per kunjungan. Nilai ini menunjukkan kesediaan wisatawan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sumber daya pesisir yang terbebas dari kerusakan dan pencemaran. Persamaaan regresi WTP menggunakan beberapa variabel bebas yaitu presepsi terhadap jumlah kunjungan V, biaya perjalanan X 1 , presepsi lingkungan X 2 , waktu wisata X 3 , , biaya subtitusi X 4 , pendapatan X 5 , usia X 6 , dan tingkat pendidikan X 7 . Persamaan kesedian membayar untuk dana konservasi yang di Pantai Tanjung Pasir adalah sebagai berikut: WTP = 34454.47 a + 2385.22 b V – 8512.88 c X 2 – 2177.80 b X 3 + e i R 2 = 33.57, P= 0.026 .................................................... Persamaan 3 Ket. tanda a, b, c menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variabel berturut-turut pada α= 1, 5, dan 10. Tingkat signifikansi hubungan nilai kesediaan membayar dana konservasi dengan beberapa variabel lain ditunjukkan dengan nilai R-square sebesar 33.57 dan P-value sebesar 0.026 Persamaan 3, sehingga sebesar 33.57 kesediaan membayar wisatawan untuk dana konservasi dapat dijelaskan oleh variabel dari persamaan tersebut, sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan. Tingkat kunjungan berhubungan positif dengan WTP, sehingga semakin banyak jumlah kunjungan maka akan menaikan kesediaan membayar dana konservasi. Presepsi lingkungan dan waktu wisata berhubungan negatif dengan WTP, maka semakin baik lingkungan dan semakin banyak waktu di tempat wisata akan menurunkan kesediaan membayar dana konservasi lingkungan. WTP = -832.26 + 395.21 a X 3 + 0.002 b X 4 + 0.0025 b X 5 + e i R 2 = 38.55, P=0.006 ....................................................... Persamaan 4 Ket. tanda a dan b, menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variabel berturut- turut pada α= 5 dan 10. 35 Berdasarkan hubungan tersebut Persamaan 4 menunjukkan bahwa biaya konservasi yang dibebankan pada kenaikan tiket masuk dinilai tidak memberatkan bagi wisatawan. Tingkat signifikansi hubungan nilai kesediaan membayar dana konservasi dengan beberapa variabel lain ditunjukkan dengan nilai R-square sebesar 38.55 dan P-value sebesar 0.006 Persamaan 4, sehingga sebesar 38.55 kesediaan membayar wisatawan untuk dana konservasi dapat dijelaskan oleh variabel dari persamaan tersebut, sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan. Waktu wisata, biaya subtitusi, dan pendapatan berhubungan positif dengan WTP, sehingga semakin banyak waktu yang dihabiskan di wisata, dan semakin besar biaya subtitusi dan semakin tinggi pendapatan per bulan akan menaikan kesediaan membayar dana konservasi. Kedua persamaan tersebut Persamaan 3 dan 4 terlihat bahwa semakin banyak seorang menghabiskan waktu di objek wisata maka nilai WTP terhadap dana konservasi semakin tinggi. Hal ini karena wisatawan memandang objek wisata tersebut sebagai sesuatu yang penting dan ketergantungan wisatawan terhadap objek tersebut, sehingga berdampak positif terhadap kesediaan untuk mempertahankan keberlanjutan wisata. Rendahnya koefisien determinasi pada kedua persamaan tersebut karena besarnya WTP yang diberikan wisatawan kurang beragam dan variabel penyusun persamaan yang tidak tepat sehingga kurang representatif. Tabel 14 Hasil estimasi agregat WTP untuk dana konservasi lingkungan di Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa Keterangan Tanjung Pasir P. Untung Jawa Rata-rata jumlah kunjungan orangtahun 419 400 1 431 895 Rata-rata WTP Rpkunjungan 13 350 16 517 Agregat WTP Rptahun 5 598 990 000 23 650 609 715 Nilai WTP rata-rata di P. Untung Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan Tanjung Pasir. Hal yang sama juga ditunjukkan dari jumlah kunjungan rata-rata di kedua tempat tersebut, sehingga nilai agregat WTP P. Untung Jawa lebih tinggi dibandingkan Tanjung Pasir Tabel 14. Pengelolaan wisata Pengelolaan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan jasa lingkungan untuk kegiatan wisata ditujukkan untuk menjaga keberlanjutan dari segi ekologi, sosial, dan ekonomi. Pendekatan pengelolaan yang melibatkan masyarakat diharapakan akan memberikan manfaat yang luas. Salah satu aspek untuk penilaian pengelolaan yang lebih baik secara partisipatif dengan cara menanyakan saran perbaikan yang perlu dilakukan untuk keberlangsungan objek wisata, pihak yang menikmati sumber daya dan jasa lingkungan secara langsung adalah wisatawan. Presepsi wisatawan terhadap pengelolaan yang harus ditingkatkan untuk menjaga keberlanjutan wisata memiliki perbedaan antara lokasi Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa Gambar 19. Wisatawan di Pantai Tanjung Pasir lebih memprioritaskan pengelolaan terhadap perbaikan sarana prasarana dengan persentase lebih dari 40 karena sebagian besar wisatawan menilai sarana dan prasarana di wisata tersebut masih sangat minimal. Berbeda dengan wisatawan 36 Pulau Untung Jawa lebih memprioritaskan pengelolaan terhadap pelestarian lingkungan alami dengan persentase lebih dari 40. Hal ini karena wisatawan menilai Untung Jawa dari segi ekologi kondisi pantai, perairan, dan terumbu karang sudah sangat rusak dan kebersihan lingkungan yang rendah. Gambar 19 Presepsi wisatawan terhadap atribut pengelolaan wisata di Pantai Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa Sistem dinamik dapat memberikan suatu pemahaman dan gambaran bagaimana suatu sumber daya harus dikelola secara tepat agar tercipta keseimbangan ekosistem di masa depan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan skenario dengan menggunakan model simulasi dinamik dalam rentang waktu 10 tahun 2014-2024. Validasi telah dilakukan terhadap kinerja atau output model yang sudah dibuat. Hasil validasi ini menunjukkan nilai penyimpangan sebesar 0.39 –4.35 pada wisatawan Tanjung Pasir dan 3.96–4.04 pada wisatawan Pulau Untung Jawa Lampiran 6, sehingga model dapat dipercaya pada taraf nyata 5 P 0.05. Simulasi dilakukan berdasarkan asumsi bahwa kecenderungan sistem saat ini akan terus berlanjut di masa yang akan datang dan selanjutnya dilakukan beberapa skenario sebagai berikut:

a. Skenario 1 model eksisting atau tanpa pengelolaan

Skenario ini disebut skenario dasar atau model eksisting, menggambarkan dinamika pengembangan wisata pesisir di kawasan bagian utara Kabupaten Tangerang dan dan bagian selatan Kabupaten Kepulauan Seribu pada kurun waktu 2008-2014 seandainya kondisi-kondisi yang terjadi pada waktu tersebut terus berlanjut sampai tahun 2024. Kunjungan wisatawan untuk kedua kawasan wisata tersebut dengan kategori rekreasi dan wisata pesisir terus mengalami peningkatan sampai tahun 2014. Penambahan jumlah wisatwan secara terus menerus akan menurunkan rasio daya dukung terhadap jumlah wisatawan per hari. Jumlah wisatawan Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa terjadi penurunan pada tahun 2015 kemudian mengalami peningkatan selama 9 tahun berikutnya, dengan jumlah pengunjung Tanjung Pasir pada 2024 sebesar 481 768 dan pengunjung Untung Jawa mencapai 1 399 369 Gambar 20. Perilaku pertumbuhan wisata secara ekonomi dengan pendekatan surplus konsumen secara 10 20 30 40 50 Sarana prasarana Pelestarian Masyarakat Transportasi P resep si w is ataw an Atribut pengelolaan wisata Tanjung Pasir P. Untung Jawa 37 total menunjukkan peningkatan selama 10 tahun ke depan, dengan nilai ekonomi pada tahun 2024 di Tanjung Pasir sebesar Rp 649 miliar dan di Pulau Untung Jawa sebesar Rp 9.23 triliun Gambar 21. Peningkatan pengunjung akan menurunkan rasio daya dukung lingkungan sebagai wisata terhadap jumlah pengunjung per harinya. Hasil simulasi model eksisiting rasio daya dukung terhadap pengunjung menunjukkan trend penurunana yang curam, dengan nilai rasio pada tahun 2024 di Pantai Tanjung Pasir sebesar 0.17, sedangkan pada Pulau Untung Jawa untuk wisata pantai selatan, pantai timur, mangrove, dan snorkeling secara berturut-turut sebesar 0.09, 0.02, 0.10, dan 0.03 Gambar 22. Empat wisata tersebut menunjukkan trend penurunan yang tajam selama 10 tahun. Dengan asumsi bahwa jumlah wisatawan mengikuti persamaan dari trend dalam 6 tahun terakhir. Gambar 20 Perilaku model eksisting pada jumlah pengunjung Gambar 21 Perilaku model eksisting pada nilai ekonomi wisata 38 Gambar 22 Perilaku model eksisting pada rasio daya dukung terhadap jumlah pengunjung

b. Skenario 2 pengelolaan sarana prasarana dan panorama

Model ini menggambarkan dinamika pengembangan wisata pesisir sesuai kondisi eksisiting. Kondisi tersebut mengalami skenario pengelolaan terhadap beberapa parameter kondisi yang kurang baik menjadi lebih baik, yaitu dengan meningkatkan presepsi wisatawan terhadap sarana prasarana 0.75 dan panorama alam 0.75, dalam kondisi baik atau sesuai. Upaya dalam meningkatkan presepsi wisatawan terhadap sarana prasarana dan panorama alam yang ada di kawasan tersebut menjadi lebih baik, maka pengelolaan dilakukan pada perbaikan fasilitas yang sesuai, perbaikan lingkungan dan kebersihan, perbaikan akses darat, dan perbaikan akses laut khusus wisata Pulau Untung Jawa. Upaya tersebut akan mengubah kondisi jumlah pengunjung, nilai ekonomi wisata, dan rasio daya dukung terhadap pengunjung di setiap jenis wisata per hari. Jumlah wisatawan Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa terjadi penurunan pada tahun 2015 kemudian mengalami peningkatan selama 9 tahun berikutnya, dengan jumlah pengunjung Tanjung Pasir pada 2024 sebesar 554 033 dan pengunjung Untung Jawa sebesar 1 539 306 Gambar 23. Perilaku pertumbuhan wisata secara ekonomi dengan pendekatan surplus konsumen secara total menunjukkan peningkatan selama 10 tahun ke depan, dengan nilai ekonomi pada tahun 2024 di Tanjung Pasir sebesar Rp 725 miliar dan di Pulau Untung Jawa sebesar Rp 9.94 triliun Gambar 24. Peningkatan pengunjung akan menurunkan rasio daya dukung lingkungan sebagai wisata terhadap jumlah pengunjung per harinya. Hasil simulasi model eksisiting rasio daya dukung terhadap pengunjung menunjukkan trend penurunan yang landai, dengan nilai rasio pada tahun 2024 di Pantai Tanjung Pasir sebesar 0.17, sedangkan pada Pulau Untung Jawa untuk wisata pantai selatan, pantai timur, mangrove, dan snorkeling secara berturut-turut sebesar 0.08, 0.02, 0.09, dan 0.03 Gambar 25. Empat wisata tersebut menunjukkan trend penurunan yang tajam selama 10 tahun. Hasil simulasi pada kedua kawasan wisata menunjukkan perubahan nilai dari jumlah pengunjung, ekonomi, dan rasio daya dukung lingkungan dibandingkan dengan kondisi eksisiting. 39 Gambar 23 Perilaku model skenario 2 pada jumlah pengunjung Gambar 24 Perilaku model skenario 2 pada nilai ekonomi wisata Skenario 3 pengelolaan skenario 2 dan pengendalian wisatawan Model ini menggambarkan dinamika pengembangan wisata pesisir sesuai kondisi eksisiting. Akan tetapi, mengalami skenario pengelolaan terhadap beberapa parameter kondisi yang kurang baik menjadi lebih baik, yaitu dengan meningkatkan presepsi wisatawan terhadap sarana prasarana 0.8, panorama alam 0.8, dan pengendalian jumlah wisatawan 0.8. Presepsi atau penilaian wisatawan akan lebih tinggi dengan jumlah wisatawan yang sesaui karena tingkat kenyamanan berwisata akan lebih baik Pengendalian jumlah wisatawan yang berkunjung per hari pada setiap jenis wisata yang tersedia untuk dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya pesisir sesuai dengan daya dukungnya. Pengendalian ini diharapkan mampu mengurangi tingkat kunjungan sebesar 20 dari kondisi normal. Upaya tersebut akan mengubah kondisi jumlah pengunjung, nilai ekonomi wisata, dan rasio daya dukung terhadap pengunjung di