5 11 ?102+ apabila penyiangan dilakukan secara manual hand weeding.

44 Dari dua histogram di atas, terlihat bahwa nilai IRHR memiliki deviasi yang lebih rendah dari nilai TEC’. hal tersebut terjadi dikarenakan pada perhitungan nilai IRHR hanya nilai denyut jantung subjek pada saat istirahat dan kerja yang mempengaruhi, sedangkan pada perhitungan nilai TEC’ dipengaruhi oleh faktor berat badan, BME, serta persamaan korelasi IRHR step test dengan WEC. Dari hasil yang didapatkan, nilai konsumsi energi kerja, JOK dan nilai konsumsi energi kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan budidaya untuk luasan satu hektar ha dapat dijadikan tabulasi untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari hasil pengukuran konsumsi energi yang didapatkan. Gambaran keseluruhan hasil pengukuran yang didapatkan tersaji dalam tabel di bawah ini: Tabel 41. Tabulasi hasil pengukuran konsumsi energi kerja tiap tahapan proses budidaya padi 1 , EC kkalkg.jam JOK JamHa EC kkalkg.Ha . , 1.963 29.213 57.341 0- + + , 1,- 3.114 28.289 88.090 . 2.631 57.102 150.223 2.864 30.566 87.543 2.705 34.685 93.837 2.774 39.198 108.728 2.580 37.623 97.060 .1 .,- -0 1 2.549 23.585 60.109 .1 .,- 1- - 2.516 21.953 55.240 . 2.604 119.005 309.922 . 2.837 208.333 590.948 Tahapan proses pada budidaya padi metode organik dan konvensional beserta nilai konsumsi energi kerja untuk luasan 1 ha dapat dilihat pada Gambar 28. Konsumsi energi kerja per satuan berat badan kg dan per satuan luas ha tiap rangkaian proses budidaya kemudian dapat dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total konsumsi energi pada budidaya padi sawah per satuan berat badan dan per satuan luas. Nilai konsumsi energi kerja pada budidaya padi sawah metode organik sebesar 3552 97 11 ?102+ apabila penyiangan dilakukan menggunakan alat penyiang semi mekanis tool weeding dan 376237 11 ?102+ apabila penyiangan dilakukan secara manual hand weeding. Pada budidaya padi metode konvensional, nilai konsumsi energi kerja yang diperlukan sebesar 35627 11 ?102+ apabila penyiangan dilakukan secara semi mekanis tool weeding dan 35:2: 5 11 ?102+ apabila penyiangan dilakukan secara manual hand weeding. Dari Gambar 28, terlihat bahwa laju konsumsi energi kerja pada metode budidaya padi sawah organik lebih besar dari metode budidaya konvensional. Hal ini dapat dilihat pada pekerjaan budidaya penyiangan dan pemupukan yang menjadi hal yang diperbandingkan. Secara tata cara kerja, tidak ada perbedaan dari kegiatan penyiangan dan pemupukan pada budidaya padi metode organik maupun konvensional. Pekerjaan penyiangan semi mekanis menggunakan alat penyiang jepang pada dasarnya berupa kegiatan mendorong alat penyiang yang beroperasi pada lahan, menenggelamkan gulma ke lapisan bawah sawah sembari berjalan di lahan. Pada budidaya padi organik maupun konvensional, sebenarnya tata cara serupa berlaku pada tool weeding. Pada penyiangan manual, tata cara antara budidaya padi organik maupun konvensional juga serupa yakni menghilangkan gulma dari lahan, baik 45 dengan cara mencabut dengan tangan maupun menenggelamkan ke lapisan tanah yang lebih bawah di sawah. Gambar 28. Hasil perhitungan konsumsi energi kerja per satuan berat badan dan luas pada rangkaian proses budidaya padi metode organik kiri dan metode konvensional kanan Baik penyiangan secara manual maupun semi mekanis, dilakukan pada kondisi lahan sawah yang relatif sama yakni pada lahan sawah tergenang air macak-macak dan umur tanaman padi kurang lebih 30 hari setelah tanam. Perbedaan nilai yang terjadi disinyalir disebabkan oleh jumlah gulma yang ada di lahan. Pada metode organik, gulma yang tersebar di lahan lebih banyak dari metode budidaya konvensional. Perbedaan yang lebih besar terjadi pada penyiangan secara manual, dimana jumlah gulma berpengaruh lebih nyata dan besar dibanding pengaruhnya pada penyiangan secara semi mekanis. Pada penyiangan semi mekanis, nilai konsumsi energi kerja pada metode budidaya konvensional lebih besar dibanding metode organik. Hasil ini berbeda dari anggapan yang menyebutkan bahwa dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk melakukan penyiangan pada budidaya padi metode organik dibanding metode konvensional. Hal tersebut dapat terjadi karena kondisi fisiologis subjek yang tidak stabil pada saat pengambilan data dan kondisi tanah pada lahan konvensional berbeda dengan lahan metode organik. Perbedaan kondisi tanah antara tanah pada lahan sawah metode organik dan konvesional dapat terjadi karena penambahan bahan organik pada lahan sawah organik. Poerwowidodo dalam Lingga 1993 menyatakan bahwa salah satu peranan penting dari bahan organik adalah dalam perbaikan struktur tanah. Gebot : 590.948 kkalkg.ha Pembibitan : 57.341 kkalkg.ha Pengolahan Tanah : 88.090 kkalkg.ha Penanaman : 150.223 kkalkg.ha Tool Weeding : 87.543 kkalkg.ha Hand Weeding : 108.728 kkalkg.ha Ngarit : 309.922 kkalkg.ha Pemupukan : 60.109 kkalkg.ha Gebot : 590.948 kkalkg.ha Pembibitan : 57.341 kkalkg.ha Pengolahan Tanah : 88.090 kkalkg.ha Penanaman : 150.223 kkalkg.ha Tool Weeding : 93.837 kkalkg.ha Hand Weeding : 97.060 kkalkg.ha Pemupukan : 55.240 kkalkg.ha Ngarit : 309.922 kkalkg.ha 46 Pekerjaan pemupukan, baik metode organik maupun metode budidaya konvensional juga tidak memiliki perbedaan mendasar pada tata cara pemupukan. Pupuk kompos organik yang digunakan pada budidaya sistem organik dan pupuk kimia pada budidaya sistem konvensional diaplikasikan di lahan dengan cara ditebar. Nilai konsumsi energi yang berbeda dapat disebabkan oleh dosis dan berat pupuk yang berbeda sehingga subjek beban berat pupuk yang dibawa oleh subjek juga berbeda yang mengakibatkan nilai konsumsi energi yang dikeluarkan juga berbeda. Dapat dilihat pada Gambar 28, pekerjaan yang membutuhkan energi kerja paling besar adalah pekerjaan gebot. Pekerjaan gebot ini dilakukan secara manual menggunakan tenaga subjek. Oleh karena itu, pekerjaan perontokkan padi secara manual gebot sebaiknya diganti dengan perontokkan padi menggunakan alat atau mesin mekanis apabila diinginkan perontokkan padi yang lebih efektif dan efisien. Pengolahan tanah merupakan pekerjaan budidaya yang membutuhkan kalori tiap satuan waktu paling besar, yakni 3.114 kkalkg.jam. Hal ini menggambarkan bahwa pada pekerjaan ini, subjek mengeluarkan energi kerja tiap satuan waktu lebih tinggi dari pekerjaan lain. Akan tetapi nilai konsumsi energi kerja untuk melakukan pengolahan tanah seluas 1 ha masih lebih kecil dibanding pekerjaan gebot dan arit. Hal ini dikarenakan nilai jam orang kerja pada pengolahan tanah cenderung rendah atau dengan kata lain, kapasitas kerja pengolahan tanah cenderung tinggi. Kapasitas kerja pengolahan tanah yang tinggi dikarenakan pekerjaan pengolahan tanah dilakukan secara mekanis menggunakan traktor roda dua. 5262 Uji statistik dilakukan dengan menggunakan software SAS statistic analyze system terhadap metode budidaya padi sawah metode organik dengan metode konvensional. Perbedaan mendasar antara budidaya padi sawah secara organik dan konvensional adalah jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan sawah. Pada budidaya padi metode organik, pupuk organik diaplikasikan di lahan sebagai pengganti pupuk kimia konvensional. Selain berbeda jenis, perbedaan pemberian pupuk organik dengan pupuk konvensional juga secara umum terlihat dari jumlah dan massa pupuk yang diberikan terkait perbedaan dosis masing-masing. Hal lain yang membedakan metode budidaya padi secara organik dengan metode konvensional adalah tidak diberikannya herbisida kimia pada sawah yang dibudidayakan secara organik. Pada budidaya tanaman secara organik, pertumbuhan gulma sama cepatnya dengan tanaman utamanya, sehingga membutuhkan tenaga dan waktu lebih untuk melakukan penyiangan. Atas dasar itulah pekerjaan penyiangan dan pemupukan diperbandingkan antara metode budidaya organik dengan konvensional. Uji statistik menggunakan rancangan acak kelompok dilakukan pada pekerjaan penyiangan dan pemupukan. 5262 2 Pengaruh perlakuan : H : τ 1 = ... = τ i = 0 kedua metode baik organik maupun konvensional tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati H 1 : paling sedikit ada satu i dimana τ i ≠ 0 Pengaruh pengelompokan : H : β 1 = ... = β j = 0 pengelompokan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati H 1 : paling sedikit ada satu i dimana β j ≠ 0 47 a. Tool weeding Tabel 42. Tabulasi data IRHR subjek pada tool weeding -.-1 1 -, Organik Konvensional 1.51 1.59 3.100 1.65 1.52 3.170 1.6 1.54 3.140 -, 4.760 4.650 9.410 Tabel 43. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR tool weeding -8 . - E E F - 3 0.11658762 0.04328757 0.82 0.7329 - 2 0.08976592 0.08654098 -8, -, 5 0.20635354 Tabel 44. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR tool weeding -8 E F ,- 1 0.04595271 0.04595271 0.84 0.5761 1 2 0.08975698 0.04678531 0.83 0.5989 Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode 0.5761 α 0.05, maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode Organik atau konvensional yang mempengaruhi respon nilai IRHR pada taraf nyata 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai IRHR yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan semi mekanis bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi kebutuhan IRHR pada pekerjaan penyiangan semi mekanis. b. Hand weeding Tabel 45. Tabulasi data IRHR subjek pada hand weeding -.-1 1 -, Organik Konvensional 1.64 1.54 3.180 1.55 1.48 3.030 1.54 1.49 3.030 -, 4.730 4.510 9.240 Tabel 46. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR hand weeding -8 . - E E F - 3 0.13467853 0.04564179 25.47 0.0397 - 2 0.00246690 0.00176543 -8, -, 5 0.13714543 48 Tabel 47. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR hand weeding -8 E F ,- 1 0.06754365 0.06754365 38.16 0.0247 1 2 0.07654981 0.04716217 22.73 0.0389 Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode 0.0247 α 0.05, maka tolak H0. Cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode Organik atau konvensional yang mempengaruhi respon nilai IRHR pada taraf nyata 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai IRHR yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan secara manual merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa secara nyata perbedaan metode budidaya mempengaruhi nilai IRHR kerja subjek pada pekerjaan penyiangan manual. c. Pemupukan Tabel 48. Tabulasi data IRHR subjek pada pemupukan -.-1 1 -, Organik Konvensional 3 1.48 1.52 3.000 5 1.43 1.46 2.890 6 1.57 1.48 3.050 -, 4.480 4.460 8.940 Tabel 49. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR pemupukan -8 . - E E F - 3 0.04234176 0.01124328 0.49 0.7763 - 2 0.05674312 0.01087652 -8, -, 5 0.09908488 Tabel 50. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR pemupukan -8 E F ,- 1 0.00263972 0.00263972 0.05 0.7812 1 2 0.03764832 0.01657481 0.76 0.5457 Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode 0.7812 α 0.05, maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode Organik atau konvensional yang mempengaruhi respon nilai IRHR pada taraf nyata 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai IRHR yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan pemupukan bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi nilai IRHR pada pekerjaan pemupukan. 5262 2 G Pengaruh perlakuan : H : τ 1 = ... = τ i = 0 kedua metode baik organik maupun konvensional tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati 49 H 1 : paling sedikit ada satu i dimana τ i ≠ 0 Pengaruh pengelompokan : H : β 1 = ... = β j = 0 pengelompokan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati H 1 : paling sedikit ada satu i dimana β j ≠ 0 1. Tool weeding Tabel 51. Tabulasi data TEC’ subjek pada tool weeding -.-1 1 -, Organik Konvensional 2.616 2.790 5.406 3.163 2.714 5.877 2.812 2.612 5.424 -, 8.591 8.116 16.707 Tabel 52. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC’ tool weeding -8 . - E E F - 3 0.10883317 0.03627772 0.74 0.6192 - 2 0.09833433 0.04916717 -8, -, 5 0.20716750 Tabel 53. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC’ tool weeding -8 E F ,- 1 0.03760417 0.03760417 0.76 0.4740 1 2 0.07122900 0.03561450 0.72 0.5799 Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode 0.4740 α 0.05, maka tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode Organik atau konvensional yang mempengaruhi respon nilai TEC’ pada taraf nyata 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai TEC’ yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan secara semi mekanis bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi konsumsi energi kerja pada pekerjaan penyiangan semi mekanis. 2. Hand weeding Tabel 54. Tabulasi nilai TEC subjek pada hand weeding -.-1 1 -, Organik Konvensional 2.901 2.691 5.592 2.810 2.570 5.380 2.611 2.478 5.089 -, 8.322 7.739 16.061 50 Tabel 55. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC’ hand weeding -8 . - E E F - 3 0.12042050 0.04014017 26.35 0.0368 - 2 0.00304633 0.00152317 -8, -, 5 0.12346683 Tabel 56. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC’ hand weeding -8 E F ,- 1 0.05664817 0.05664817 37.19 0.0259 -1 2 0.06377233 0.03188617 20.93 0.0456 Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode 0.0259 α 0.05, maka tolak H0. Cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode Organik atau konvensional yang mempengaruhi respon nilai TEC’ pada taraf nyata 5. Untuk pengelompokan subjek nilai p- value 0.0456 α 0.05, maka tolak H0. Cukup bukti untuk menyatakan bahwa pengelompokan blok berpengaruh terhadap respon nilai EC’ pada taraf nyata 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai TEC’ yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan secara manual merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa secara nyata perbedaan metode budidaya mempengaruhi konsumsi energi kerja subjek pada pekerjaan penyiangan manual. 3. Pemupukan Tabel 57. Tabulasi nilai TEC subjek pada pemupukan -.-1 1 -, Organik Konvensional 3 2.551 2.633 5.184 5 2.375 2.471 4.846 6 2.720 2.445 5.165 -, 7.646 7.549 15.195 Tabel 58. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC’ pemupukan -8 . - E E F - 3 0.03762917 0.01254306 0.57 0.6882 - 2 0.04421433 0.02210717 -8, -, 5 0.08184350 Tabel 59. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC’ pemupukan -8 E F ,- 1 0.00156817 0.00156817 0.07 0.8149 -1 2 0.03606100 0.01803050 0.82 0.5508 Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode 0.8149 α 0.05,maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode Organik atau konvensional yang mempengaruhi respon nilai TEC’ pada taraf nyata 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai TEC’ yang 51 didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan pemupukan bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi konsumsi energi kerja pada pekerjaan pemupukan. 526232 Pengaruh perlakuan : H : τ 1 = ... = τ i = 0 kedua metode baik organik maupun konvensional tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati H 1 : paling sedikit ada satu i dimana τ i ≠ 0 Pengaruh pengelompokan : H : β 1 = ... = β j = 0 pengelompokan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati H 1 : paling sedikit ada satu i dimana β j ≠ 0 1. Tool weeding Tabel 60. Tabulasi data JOK subjek pada tool weeding -.-1 1 -, Organik Konvensional 33.080 32.537 65.617 31.463 35.611 67.074 27.111 35.907 63.019 -, 91.654 104.056 195.709 Tabel 61. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK tool weeding -8 . - E E F - 3 29.85226450 9.95075483 0.91 0.5607 - 2 21.80438433 10.90219217 -8, -, 5 51.65664883 Tabel 62. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK tool weeding -8 E F ,- 1 25.63080017 25.63080017 2.35 0.2649 -1 2 4.22146433 2.11073217 0.19 0.8378 Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode 0.2649 α 0.05, maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode Organik atau konvensional yang mempengaruhi respon nilai JOK pada taraf nyata 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai kebutuhan jam kerja yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan semi mekanis bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi kebutuhan jam kerja pada pekerjaan penyiangan semi mekanis. 52 2. Hand weeding Tabel 63. Tabulasi data JOK subjek pada hand weeding -.-1 1 -, Organik Konvensional 37.278 31.820 69.098 37.148 41.049 78.198 43.167 40.000 83.167 -, 117.593 112.870 230.462 Tabel 64. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK hand weeding -8 . - E E F - 3 54.62427300 18.20809100 1.53 0.4187 - 2 23.79936433 11.89968217 -8, -, 5 78.42363733 Tabel 65. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK hand weeding -8 E F ,- 1 3.71936267 3.71936267 0.31 0.6324 -1 2 50.90491033 25.45245517 2.14 0.3186 Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode 0.6324 α 0.05, maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode Organik atau konvensional yang mempengaruhi respon nilai JOK pada taraf nyata 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai kebutuhan jam kerja yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan manual bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi kebutuhan jam kerja pada pekerjaan penyiangan manual. 3. Pemupukan Tabel 66. Tabulasi nilai JOK subjek pada pemupukan -.-1 1 -, Organik Konvensional 3 25.667 20.000 45.667 5 23.459 21.226 44.685 6 21.630 24.633 46.263 -, 70.756 65.859 136.614 Tabel 67. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK pemupukan -8 . - E E F - 3 4.63170550 1.54390183 0.16 0.9136 - 2 19.06282533 9.53141267 -8, -, 5 23.69453083 53 Tabel 68. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK pemupukan -8 E F ,- 1 3.99676817 3.99676817 0.42 0.5837 -1 2 0.63493733 0.31746867 0.03 0.9678 Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode 0.5837 α 0.05, maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode Organik atau konvensional yang mempengaruhi respon nilai JOK pada taraf nyata 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai kebutuhan jam kerja yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan pemupukan bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi kebutuhan jam kerja pada pekerjaan pemupukan. 5272 Seperti yang telah disebutkan, perbedaan mendasar antara budidaya padi sawah secara organik dan konvensional adalah jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan sawah. Pada budidaya padi metode organik, pupuk organik diaplikasikan di lahan sebagai pengganti pupuk kimia konvensional. Selain berbeda jenis, perbedaan pemberian pupuk organik dengan pupuk konvensional juga secara umum terlihat dari jumlah dan massa pupuk yang diberikan terkait perbedaan dosis masing-masing. Hal lain yang membedakan metode budidaya padi secara organik dengan metode konvensional adalah tidak diberikannya herbisida kimia pada sawah yang dibudidayakan secara organik. Pada budidaya tanaman secara organik, pertumbuhan gulma sama cepatnya dengan tanaman utamanya, sehingga membutuhkan tenaga dan waktu lebih untuk melakukan penyiangan. Nilai IRHR dan tingkat beban kerja kualitatif pada tahapan pekerjaan budidaya padi sawah metode budidaya organik dan konvensional dapat dilihat pada Tabel 69. Tabel 69. Tabulasi beban kerja kualitatif pada budidaya padi sawah 1 1 - - Rerata IRHR kerja Tingkat beban kerja Rerata IRHR kerja Tingkat beban kerja . , 1.379 Sedang 1.379 Sedang 0- + , + 1.582 Berat 1.582 Berat . 1.530 Sedang hingga Berat 1.530 Sedang hingga Berat . .1 1.587 Berat 1.550 Berat 1.576 Berat 1.506 Sedang hingga Berat .1 1.493 Sedang hingga Berat 1.484 Sedang hingga Berat 1.510 Sedang hingga Berat 1.510 Sedang hingga Berat 1.540 Berat 1.540 Berat 54 Uji statistik menunjukkan bahwa pada penyiangan manual hand weeding, perbedaan metode budidaya secara nyata berpengaruh pada konsumsi energi kerja dan IRHR kerja subjek pada saat melakukan penyiangan. Nilai konsumsi energi kerja dan IRHR kerja penyiangan manual pada metode budidaya organik lebih besar. Energi kerja pada pekerjaan penyiangan secara manual sebagian besar dikeluarkan untuk melakukan gerak berjalan di lahan serta mencabuti gulma dengan tangan. Apabila perbedaan jumlah gulma antara sawah metode organik dengan konvensional cenderung tinggi, secara umum perbedaan energi kerja yang dikeluarkan juga cenderung tinggi dikarenakan pengeluaran energi kerja untuk mencabut gulma dari lahan. Hal ini berbeda dengan penyiangan semi mekanis menggunakan alat penyiang dimana energi kerja yang dikeluarkan secara umum digunakan untuk berjalan di lahan sambil mendorong alat penyiang. Dalam kasus penyiangan semi mekanis ini, disinyalir jumlah gulma di lahan tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi kerja dikarenakan banyak atau tidaknya gulma tidak mempengaruhi kerja operator secara langsung dikarenakan operator hanya melakukan gerakan berjalan di lahan dan mendorong alat penyiang semi mekanis. Perbedaan konsumsi energi kerja pada penyiangan antara penyiangan di sawah dengan metode organik dengan konvensional secara umum dapat diminimalisir dengan mengubah tata cara penyiangan manual hand weeding menjadi penyiangan secara semi mekanis tool weeding. Dari temuan diatas dapat dilihat bahwa konsumsi energi kerja pada budidaya padi sawah metode organik lebih besar dari metode konvensional. Akan tetapi jika dihubungkan dengan output yang didapat, metode budidaya organik dapat dikatakan lebih menguntungkan apabila kondisi tertentu terpenuhi. Kondisi tersebut diantaranya ketersediaan pupuk organik dan harga jual hasil panen padi organik lebih tinggi dari padi konvensional. Sebagai contoh, di kecamatan Darmaga, kabupaten Bogor harga jual GKP gabah kering panen untuk tiap kilogram gabah organik sekitar Rp. 5.800,- pada musim panen kedua tahun 2010, berbeda dengan harga GKP tiap kilogram tingkat petani untuk padi konvensional yang berada pada tingkat harga Rp. 4.600,- pada musim panen yang sama. Berdasarkan hasil penelitian, apabila produktifitas cenderung tidak berbeda, maka metode organik dinilai lebih menguntungkan. Akan tetapi kenyataannya pada awal mula peralihan dari metode konvensional ke metode organik, produktifitas sawah metode organik cenderung lebih kecil. Baru pada tahun-tahun berikutnya produktifitas lahan sawah organik bisa menyamai bahkan lebih produktif. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja juga tidak jauh berbeda, meskipun dari hasil terlihat bahwa konsumsi energi kerja budidaya metode organik lebih besar daripada metode konvensional, akan tetapi secara keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tidak terlalu berbeda jauh. Diprediksi biaya tenaga yang dikeluarkan antara metode organik dan konvensional berdasarkan penelitian ini tidak jauh berbeda. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan perbedaan nilai JOK yang sangat kecil. Kebutuhan jam kerja budidaya padi metode organik dan konvensional dapat dilihat pada tabulasi Tabel 70. 55 Tabel 70. Tabulasi konsumsi energi kerja dan jam kerja pada budidaya padi sawah 1 1 - - TEC kkalkg.jam JOK Jamha TEC kkalkg.ha TEC kkalkg.jam JOK Jamha TEC kkalkg.ha . , 1.884 29.213 55.049 1.884 29.213 55.049 0- + , + 3.114 28.289 88.090 3.114 28.289 88.090 . 2.631 57.102 150.223 2.631 57.102 150.223 B . .1 2.864 30.566 87.543 2.705 34.685 93.837 2.774 39.198 108.728 2.580 37.623 97.060 .1 2.549 23.585 60.109 2.516 21.953 55.240 2.604 119.005 309.922 2.604 119.005 309.922 2.837 208.333 590.948 2.837 208.333 590.948 -, 496.093 1341.884 498.580 1343.309 -, 504.724 1363.069 501.518 1346.532 Penyiangan bersifat opsional antara penyiangan manual dan semi mekanis 1 Apabila penyiangan dilakukan dengan alat semi mekanis tipe roller 2 Apabila penyiangan dilakukan secara manual Pada pekerjaan pemupukan, perbedaan konsumsi energi kerja antara metode organik dengan konvensional tidak signifikan. Perbedaan jenis pupuk dimana pada pupuk kimia berbentuk serbuk granular sedangkan pupuk organik berbentuk sedikit membongkah, turut mempengaruhi jumlah massa pupuk yang ditebar. Pada sawah dengan metode budidaya organik, pupuk organik diberikan dengan dosis 3 tonha atau 15 kg50 m 2 luas petak pengambilan data sedangkan pupuk kimia yang ditebar di sawah dengam metode konvensional sebanyak 600 kgha atau 3 kg50 m 2 luas petak pengambilan data. Dari hasil ini terlihat bahwa pemupukan antara metode organik dan konvensional, dimana berat pupuk organik enam kali lebih berat dari pemupukan metode konvensional di lahan tidak signifikan berpengaruh pada besar nilai konsumsi energi kerja. Pada dasarnya energi kerja yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemupukan terdiri dari energi untuk berjalan di lahan, mengangkat beban, dan menebar pupuk. Perbedaan berat pupuk yang dibawa dan ditebar pekerja tidak direspon signifikan dikarenakan perbedaan berat pupuk masih dapat disesuaikan oleh tubuh subjek. Perbedaan yang rendah antara nilai konsumsi energi kerja kedua metode budidaya mengindikasikan bahwa metode kerja dan volume kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi kerja pemupukan. Berapapun tingginya dosis pemupukan, subjek tetap membawa dan menebar pupuk sesuai kapasitas yang mampu dibawanya. Pada pemupukan metode organik perlu diminimalisir dampak bahaya biologis biological hazard yang mungkin timbul dan menjadi bahaya laten bagi subjek. Penggunaan sarung tangan dinilai tepat untuk meminimalisir dampak tersebut. Pekerjaan pengolahan tanah memiliki nilai konsumsi energi kerja yang lebih rendah dari pekerjaan panen. Dari hasil ini terlihat bahwa mekanisasi memegang peranan penting terhadap konsumsi energi kerja budidaya. Pada pengolahan tanah yang dalam hal ini menggunakan traktor tangan, dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan yang berdampak pada pengurangan konsumsi energi kerja. Pekerjaan panen yang dilakukan secara manual membutuhkan konsumsi energi kerja yang cukup tinggi. Penggunaan alat panen baik semi mekanis ataupun mekanis merupakan pilihan yang tepat untuk menjawab permasalahan tersebut. 56 2 62 2 Pada budidaya padi sawah metode organik, tahapan pekerjaan budidaya yang memiliki nilai IRHR tertinggi adalah pekerjaan penyiangan yang dilakukan secara semi mekanis dengan nilai IRHR 1.587 dan tingkat beban kerja berat sedangkan yang terendah adalah pekerjaan pembibitan dengan nilai IRHR 1.379 dengan tingkat beba kerja sedang. Nilai IRHR tertinggi pada metode budidaya konvensional ditemukan pada pekerjaan pegolahan tanah menggunakan traktor dengan nilai IRHR 1.582 dan tingkat beban kerja berat, sedangkan yang terendah adalah pekerjaan pembibitan dengan nilai IRHR 1.379 dengan tingkat beba kerja sedang. Pada budidaya padi sawah organik, nilai konsumsi energi kerja per-kg berat badan subjek tiap jam tertinggi ditemukan pada pekerjaan pengolahan tanah menggunakan traktor dengan nilai 3.114 kkalkg.jam, sedangkan yang terendah adalah pekerjaan pembibitan dengan nilai 1.884 kkalkg.jam. Untuk konsumsi energi kerja per-kg berat badan per-hektar, nilai konsumsi energi kerja tertinggi pada metode organik ditemukan pada pekerjaan panen gebot dengan nilai 590.948 kkalkg.ha, sedangkan yang terendah ditemukan pada pekerjaan pembibitan dengan nilai 55.049 kkalkg.ha. Nilai konsumsi energi kerja per-kg berat badan tiap jam pada metode budidaya konvensional tertinggi ditemukan pada pekerjaan pengolahan tanah menggunakan traktor dengan nilai 3.114 kkalkg.jam , sedangkan yang terendah ditemukan pada pekerjaan pembibitan dengan nilai 1.884 kkalkg.jam. Nilai konsumsi energi kerja per-kg berat badan per-hektar tertinggi pada metode konvensional ditemukan pada pekerjaan panen gebot dengan nilai 590.948 kkalkg.ha, sedangkan yang terendah ditemukan pada pekerjaan pembibitan dengan nilai 55.049 kkalkg.ha Tahapan pekerjaan pada budidaya padi metode organik yang membutuhkan jam orang kerja JOK tertinggi adalah pekerjaan panen gebot dengan kebutuhan JOK 208.333 jamha, sedangkan yang terendah adalah pekerjaan pemupukan dengan kebutuhan JOK 23.585 jamha. Pada budidaya padi metode konvensional, kebutuhan JOK tertinggi ditemukan pada pekerjaan panen gebot dengan kebutuhan JOK 208.333 jamha, sedangkan pekerjaan pemupukan merupakan pekerjaan dengan kebutuhan JOK terendah dengan nilai 21.953 jamha. Nilai konsumsi energi kerja yang dibutuhkan untuk membudidayakan padi sawah dengan metode organik sebesar 3552 97 11 ?102+ apabila penyiangan dilakukan menggunakan alat penyiang semi mekanis tool weeding dan 376237 11 ?102+ apabila penyiangan dilakukan secara manual hand weeding. Sedangkan nilai konsumsi energi kerja yang dibutuhkan untuk membudidayakan padi sawah dengan metode konvensional sebesar 35627 11 ?102+ dan 35:2: 5 11 ?102+ berturut-turut untuk perlakuan penyiangan manual hand weeding dan semi