2 Paradoks Pluralis

Gambar 10-2 Paradoks Pluralis

Partisipasi oleh kelompok-kelompok dan individu-individu

Kebutuhan terhadap kordinasi dan kontrol

Sumber: David E. Apter, Pengantar Analisa Politik, Diterjemahkan oleh Setiawan Abadi, Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1996, halm. 286.

Semakin banyak orang berpartisipasi dalam proses politik, dan semakin bermacam-macam cara partisipasi itu, semakin banyak persaingan di antara Semakin banyak orang berpartisipasi dalam proses politik, dan semakin bermacam-macam cara partisipasi itu, semakin banyak persaingan di antara

Bagaimana menemukan keseimbangan yang baik, sebagian merupakan masalah mekanisme institusional yang tepat. Tetapi sebagian juga merupakan masalah tingkah-laku politik yang yang cocok. Usaha menemukan unsur-unsur pluralitas yang tepat membagi para penganut ke dalam dua mashab pemikiran utama. Bentuk yang dominan, pluralisme liberal menyerukan pembentukan elit- elit kompetitif yang diambil dari berbagai rekanan dan bertanggung-jawab baik kepada para pendukung maupun kepada sistem politik itu. Kaum pluralis radikal menentang penyelesaian ini, dan sebaliknya mereka menekankan penciptaan cara- cara partisipasi baru yang seharusnya mengurangi kebutuhan akan kordinasi dan kontrol (Apter, 1996: 288).

Keempat, paham strukturalisme. Paham ini berbeda jauh dengan pluralisme yang kajian politiknya bersifat kontemporer. Sedangkan dalam paham strukturalisme ini sebenarnya kurang dikenal dan lebih kompleks karena bersifat interdisipilner. Paham ini berasal dari linguistik, antropologi, filsafat, dan sosiologi (Apter, 1996: 372). Menurut Erving Goffman (1974), struturalisme berusaha menemukan agenda-agenda yang tersembunyi, aturan-aturan permainan yang menentukan aksi. Ia “menyusun” aktivitas-aktivitas manusia.

Seperti kita ketahui bahwa politik nasional maupun lokal, dalam asosiasi- asosiasi atau birokrasi-birokrasi memiliki “struktur”. Jika ditelaah bagaimana politik distrukturkan, maka mungkin mereka akan menemukan kesenjangan dalam pengetahuan seseorang, yaitu terdapat kepingan-kepingan yang hilang. Jadi strukturalisme pada hakikatnya menyusun potensi fungsi-fungsi yang terdapat dalam politik. Fungsi-fungsi politik mempunyai nama-nama lain, seperti informasi, komunikasi, dan agregasi. Dalam tulisan ini akan dipusatkan pada tiga bentuk strukturalisme dari banyak bentuk yang ada, yakni strukturalisme metode kontradiksi dan metode keseimbangan. Jika yang pertama menekankan tentang konflik bersifat dialektis di mana nenek moyangnya adalah Karl Marx, sedang yang kedua menekankan keseimbangan (keharmonisan) yang bersifat fungsional pengaruh Emile Durkheim, sedangkan yang ketiga berkaitan dengan linguistik yang didirikan oleh Ferdinand de Saussure, seorang ahli linguistik Swiss yang tertarik pada bagaaimana sistem-sistem bahasa Ind0-Eropa berpisah, di mana bahasa sebagai sitem isyarat-isyarat (semiology). Kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan isyarat, mirip kaidah permainan catur; tata bahasa adalah struktur.

Perhatian lain adalah menunjukan bagaimana kaidah-kaidah diambil dari pikiran manusia. Dalam kehidupan sosial dan politik kaidah-kaidah itu dapat diterapkan kepada ketimbal-balikan yang didasarkan pada pertukaran, kerja, kewajiban keluarga, dan tanggung-jawab. Kaidah-kaidah normatif yang mengatur Perhatian lain adalah menunjukan bagaimana kaidah-kaidah diambil dari pikiran manusia. Dalam kehidupan sosial dan politik kaidah-kaidah itu dapat diterapkan kepada ketimbal-balikan yang didasarkan pada pertukaran, kerja, kewajiban keluarga, dan tanggung-jawab. Kaidah-kaidah normatif yang mengatur

Seperti halnya badan mempunyai kebutuhan-kebutuhan fungsional, demikian juga masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan itu harus dipenuhi, dan jika tidak organisme itu tidak akan bertahan hidup. Dan seringkali kebutuhan- kebutuhan itu saling berkaitan; misalnya, pernafasan merupakan sebuah struktur yang melaksanakan lebih dari satu fungsi biologis dalam badan. Dalam masyarakat manusia, struktur-struktur secara fungsional berkaitan dengan kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri, kepada sub-sub unitnya dan kepada anggota-anggota individual maupun kepada keseluruhan. Sebuah model strukturalisme sederhana dalam ilmu-ilmu sosial disajikan pada Gambar 10-3.