Kajian Penelitian yang Relevan
E. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Bolt, Cohen, & Wollack (2001) dalam penelitiannya mengilustrasikan bagaimana model dapat dikembangkan untuk membedakan peserta tes yang tidak sebanding 1. Bolt, Cohen, & Wollack (2001) dalam penelitiannya mengilustrasikan bagaimana model dapat dikembangkan untuk membedakan peserta tes yang tidak sebanding
2. Berdasarkan temuan penelitiannya, Holman & Berger (2001: 1) menyatakan bahwa butir dianalisis dengan menggunakan sejumlah model teori respons butir, item response theory (IRT), yang mana anggota dari “divided by total”, model Rasch lebih dari dua ukuran dan model peluang terpisah, kedua tes tunggal dan tes lebih dari satu. Akhirnya, penulis mengamati seperangkat butir, yang telah dianalisis dengan menggunakan sejumlah model yang berbeda. Penentuan rancangan optimal-D di suatu tempat tertentu dirancang untuk masing-masing analisis dan dihitung dengan menggunakan angka-angka pasti dan suatu prosedur berikutnya. Hasil tersebut didiskusikan baik secara umum maupun hubungan masing-masing.
3. Berdasarkan penelitiannya, Cahyono (1996: 1) menyimpulkan bahwa penghitungan skor hasil ringkasan mahasiswa dengan rataan skor 11,37. Berdasarkan Kriteria yang dibuat untuk memeriksa makna, skor rataan jatuh di bawah kategori cukup. Selanjutnya, penelitian disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa membuat ringkasan dapat dipertimbangkan “baik”. Sebagai tambahan, keberhasilan mahasiswa 3. Berdasarkan penelitiannya, Cahyono (1996: 1) menyimpulkan bahwa penghitungan skor hasil ringkasan mahasiswa dengan rataan skor 11,37. Berdasarkan Kriteria yang dibuat untuk memeriksa makna, skor rataan jatuh di bawah kategori cukup. Selanjutnya, penelitian disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa membuat ringkasan dapat dipertimbangkan “baik”. Sebagai tambahan, keberhasilan mahasiswa
Simpulan berikutnya adalah jika mahasiswa telah menguasai keterampilan membaca, mereka seharusnya menggunakan keterampilan mereka untuk belajar. Dengan kata lain, penekanan pembelajaran reading seharusnya menjadi alat memperoleh, mengukur rataan dan mempertahankan ide-ide pokok penting yang terdapat dalam bahan bacaan.
Sebagai tambahan, CBST seharusnya tidak hanya diberikan pada mahasiswa tingkat atas di level pengetahuan linguistik tetapi juga diberikan pada mahasiswa tingkat bawah. Hal ini disebabkan penekanan CBST pada isi bagian bacaan. Sementara mereka tidak dapat meringkas isi ungkapan yang tertulis, tidak ada alasan mengapa mereka tidak dapat meringkas ide-ide penting dalam bacaan.
4. Berdasarkan penelitiannya, Saukah (2000: 1) menyimpulkan bahwa kebanyakan peserta didik pendidikan dan pelatihan guru tidak siap meneruskan studi mereka ke jenjang pascasarjana karena kemampuan bahasa Inggris mereka masih dibawah persyaratan. Kemampuan bahasa Inggris peserta didik perdana rata-rata jauh di bawah kemampuan mahasiswa internasional. Peserta didik pemula cenderung memiliki potensi lebih baik untuk ditingkatkan secara akademik karena kemampuan bahasa inggris mereka cenderung lebih baik daripada sebelumnya. Dengan istilah di bawah kemampuan peserta didik bahasa Inggris, institut keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP) yang berlokasi lebih dekat dengan pusat pemerintahan (Jakarta) 4. Berdasarkan penelitiannya, Saukah (2000: 1) menyimpulkan bahwa kebanyakan peserta didik pendidikan dan pelatihan guru tidak siap meneruskan studi mereka ke jenjang pascasarjana karena kemampuan bahasa Inggris mereka masih dibawah persyaratan. Kemampuan bahasa Inggris peserta didik perdana rata-rata jauh di bawah kemampuan mahasiswa internasional. Peserta didik pemula cenderung memiliki potensi lebih baik untuk ditingkatkan secara akademik karena kemampuan bahasa inggris mereka cenderung lebih baik daripada sebelumnya. Dengan istilah di bawah kemampuan peserta didik bahasa Inggris, institut keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP) yang berlokasi lebih dekat dengan pusat pemerintahan (Jakarta)
5. Menurut studi yang dilakukan oleh Artini (1998: 1), bahasa lisan yang menggunakan keadaan yang mudah berubah betul-betul sama kompleksnya dengan bahasa tulis. Sementara bahasa tulis termasuk bagian yang istimewa dari studi tentang faktor yang berhubungan dengan bahasa dan ilmu persanjakan. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengatakan masing-masing lebih unggul dibandingkan yang lain, atau yang satu lebih mudah daripada yang lain. masing-masing sangat kompleks pada caranya sendiri.
6. Menurut laporan penelitian yang dilakukan oleh Saukah (1998: 1), program evaluasi dalam artikelnya mencakup tiga kelompok peserta, dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1997 yang dibiayai oleh proyek Direktotat Jendral Pendidikan Tinggi untuk mempersiapkan peserta didik Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) untuk mahasiswa luar negeri asal Indonesia. Hasil program evaluasi menunjukan bahwa hasil belajar tingkat tinggi kemungkinan dapat diterima apabila kemampuan 6. Menurut laporan penelitian yang dilakukan oleh Saukah (1998: 1), program evaluasi dalam artikelnya mencakup tiga kelompok peserta, dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1997 yang dibiayai oleh proyek Direktotat Jendral Pendidikan Tinggi untuk mempersiapkan peserta didik Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) untuk mahasiswa luar negeri asal Indonesia. Hasil program evaluasi menunjukan bahwa hasil belajar tingkat tinggi kemungkinan dapat diterima apabila kemampuan
7. Berdasarkan penelitiannya, Mazzei (2004: 1) menyatakan bahwa ia menentang pendapat Pillow (2000) terhadap penelitian pendidikan dan jurnal pendidikan yang lainnya untuk lebih banyak menghasilkan contoh kerja pada penelitian postmodern bukan pada suatu usaha untuk menyerbu atau memisahkan usaha pada siasat pencegahan perluasan kekuasaan politik. Khususnya, penulis menghadirkan suatu pendekatan metodologi untuk menyimak “dalam hati” disikapi dalam percakapan penulis dengan guru kulit putih menghargai identitas suku bangsa mereka. Keheningan tersebut, menghadirkan kedua dalam kealfaan kata-kata yang diucapkan dan aksi pembicaraan, adalah “pendengaran” penggunaan dari membangun kembali latihan menyimak percakapan. Kata-kata yang diucapkan dalam situasi kesunyian dapat mengacaukan keyakinan.
8. Berdasarkan studinya, Sawyer (2004: 1) menyatakan bahwa pengajaran sering dikira sebagai suatu penampilan kreatif. Walaupun perbandingan dengan penampilan betul-betul diinginkan untuk menekankan kreatifitas guru, mereka telah dihubungkan 8. Berdasarkan studinya, Sawyer (2004: 1) menyatakan bahwa pengajaran sering dikira sebagai suatu penampilan kreatif. Walaupun perbandingan dengan penampilan betul-betul diinginkan untuk menekankan kreatifitas guru, mereka telah dihubungkan
9. Menurut laporan penelitian yang dilakukan oleh Abedi (2004:1), sejumlah siswa memiliki kemampuan bahasa Inggris yang terbatas. Klasifikasi kemampuan bahasa
Inggris yang terbatas, sama dengan populasi terpencar-pencar dari siswa yang berkemampuan bahasa Inggris terbatas di berbagai negara, mengancam validitas laporan perkembangan tahunan. Kemampuan bahasa Inggris terbatas, kekurangan stabilitas sub-kelompok juga mengancam pertanggungjawaban, ketika siswa mencapai kemampuan bahasa Inggris keluar dari kelompok tersebut. Keterlibatan ilmu bahasa dari alat penilaian mungkin merendahkan penampilan siswa yang kemampuan bahasa Inggrisnya terbatas dalam daerah dengan permintaan bahasa Inggris yang sangat besar. Akhirnya, sekolah dengan sejumlah besar dari siswa yang berkemampuan bahasa Inggris terbatas dengan batasan sangat rendah mungkin Inggris yang terbatas, sama dengan populasi terpencar-pencar dari siswa yang berkemampuan bahasa Inggris terbatas di berbagai negara, mengancam validitas laporan perkembangan tahunan. Kemampuan bahasa Inggris terbatas, kekurangan stabilitas sub-kelompok juga mengancam pertanggungjawaban, ketika siswa mencapai kemampuan bahasa Inggris keluar dari kelompok tersebut. Keterlibatan ilmu bahasa dari alat penilaian mungkin merendahkan penampilan siswa yang kemampuan bahasa Inggrisnya terbatas dalam daerah dengan permintaan bahasa Inggris yang sangat besar. Akhirnya, sekolah dengan sejumlah besar dari siswa yang berkemampuan bahasa Inggris terbatas dengan batasan sangat rendah mungkin
10. Berdasarkan studinya di Taiwan, Ming-Chung Yu (2006: 1) menyatakan bahwa profesi mengajar bahasa ke-dua sudah lama dicakup dalam suatu pencarian metode yang bukan hanya dapat digeneralisasi melalui berbagai peserta tetapi juga dapat digunakan dengan berhasil pada pengajaran bahasa asing untuk siswa di dalam kelas. Sekarang Comunicative Language Teaching (CLT) telah menjadi pendekatan terkenal dalam profesi ini. Kajian khusus selama observasi di kelas adalah: (a) bagaimana guru bahasa asing yang berbeda menginterpretasikan komponen kemampuan sosiolinguistik di dalam kelas mereka, dan (b) apakah latihan di kelas berpengaruh pada perkembangan kemampuan sosiolinguistik pembelajar.
Studi ini mengambil 112 siswa tahun pertama dari 4 kelas bahasa Inggris level intermediate di Taiwan sebagai sampel. Teknik pemilihannya tidak disebutkan. Jurnal ini menggunakan tes sebagai instrumen. Data diambil melalui observasi kelas, apa yang diperlukan oleh guru bahasa asing untuk lebih memperhatikan ketika mengajar bahasa asing.
Prosedur pengambilan data adalah 4 kelas diobservasi selama 2 jam setiap minggu selama 4 bulan pada tahun 2005 (lebih kurang 32 jam per kelas). Pada Prosedur pengambilan data adalah 4 kelas diobservasi selama 2 jam setiap minggu selama 4 bulan pada tahun 2005 (lebih kurang 32 jam per kelas). Pada
a) Studi sekarang dirancang untuk mengobservasi hasil belajar dan perbuatan kelas EFL Cina mengacu pada pengembangan kemampuan sosiolinguistik.
b) Khususnya penemuan hasil studi sekarang memiliki implimentasi pendidikan praktis dalam pembelajaran bahasa ke-dua.
11. Menurut hasil penelitiannya, Ellis (2005: 1) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa ke-dua, sebagai sub-disiplin linguistik terapan, masih sangat terlalu dini untuk dijadikan bidang studi. Jika penelitian dan teori yang tidak didukung oleh perhitungan, pengajaran tidak akan dapat memfasilitasi belajar bahasa. Ada sepuluh prinsip yang dikemukakan oleh Ellis:
1) Pengajaran memerlukan jaminan bahwa pembelajar mengembangkan kedua sandiwara ungkapan rumus yang banyak dan aturan berdasarkan kompetensi.
2) Pengajaran perlu menjamin bahwa pembelajar terfokus pada arti secara lebih menojol.
3) Pengajaran perlu menjamin bahwa pembelajar juga terfokus pada pola.
4) Pengajaran perlu menjamin secara langsung lebih menonjol pada perkembangan pengetahuan bahasa kedua secara implisit sementara
mengabaikan pengetahuan secara eksplisit.
5) Pengajaran perlu lapoaran perkembangan silabus pemebelajar.
6) Pembelajaran bahasa yang berhasil memerlukan masukan L2 secara ekstensif.
7) Pembelajaran bahasa yang berhasil juga memerlukan kesempatan untuk output .
8) Kesempatan berinteraksi dalam bahasa kedua merupakan pusat perkembangan kemampuan bahasa kedua.
9) Pengajaran perlu melaporkan perbedaan individu diantara pembelajar.
10) Dalam penilaian kemampuan bahasa kedua pembelajar, penting menguji sebebas pengawasan hasil.
12. Berdasarkan laporan studinya, Mann (2004: 1) mengemukakan bahwa evaluasi sebagai istilah yang luas yang mana kita dapat menggunakan pengujian secara umum dan bentuk penilaian lainnya. Kita dapat mengatakan bahwa evaluasi seharusnya dilihat sebagai dasar untuk berbagai keputusan. Kalau kita dapat menguasai evaluasi dengan baik, kita akan mendapatkan posisi yang menguntungkan. Worthen and Sanders (1973) secara sederhana menyatakan bahwa evaluasi adalah proses 12. Berdasarkan laporan studinya, Mann (2004: 1) mengemukakan bahwa evaluasi sebagai istilah yang luas yang mana kita dapat menggunakan pengujian secara umum dan bentuk penilaian lainnya. Kita dapat mengatakan bahwa evaluasi seharusnya dilihat sebagai dasar untuk berbagai keputusan. Kalau kita dapat menguasai evaluasi dengan baik, kita akan mendapatkan posisi yang menguntungkan. Worthen and Sanders (1973) secara sederhana menyatakan bahwa evaluasi adalah proses
13. Berdasarkan penelitiannya, Larson (1972: 1) mengemukakan bahwa evaluasi pengajaran dan meminta komentar siswa merupakan satu alat evaluasi. Dalam belajar bahasa Inggris, peningkatan dinilai dengan keberhasilan yang telah dipelajari, dan dapat menyajikannya kembali, beberapa konsep tentang bahasa dan beberapa karakteristik phonology dan syntax bahasa Inggris. Beliau mengemukakan bahwa berbagai bentuk evaluasi sangat perlu dibiarkan secara alami dari apa pengajaran tersebut. Penulis menyatakan bahwa mengajar adalah suatu cara hidup dan tampaknya sulit dipisahkan dari gaya mengajar seseorang.
Semua peneliti seharusnya lebih banyak menyumbangkan pikiran untuk evaluasi pengajaran. Di beberapa bagian masih sulit bagi pendidik berinteraksi dengan pembelajar. Artikel ini sangat bermanfa’at terhadap disertasi yang dikembangkan baik teori maupun temuan yang telah dituliskan pada artikel.
14. Berdasarkan laporan studinya, Clark (1997: 1) mengemukakan bahwa model Kirkpatrick digunakan oleh lebih dari 60% dari seluruh organisasi yang mendukung latihan dan evaluasi keefektifitasannya di Amerika. Artikel ini tidak menjelaskan populasi dan sampel. Demikian pula teknik pemilihannya. Artikel ini merupakan pemaparan karena itu tidak mengungkapkan Instrumen yang digunakan. Implimintasi 14. Berdasarkan laporan studinya, Clark (1997: 1) mengemukakan bahwa model Kirkpatrick digunakan oleh lebih dari 60% dari seluruh organisasi yang mendukung latihan dan evaluasi keefektifitasannya di Amerika. Artikel ini tidak menjelaskan populasi dan sampel. Demikian pula teknik pemilihannya. Artikel ini merupakan pemaparan karena itu tidak mengungkapkan Instrumen yang digunakan. Implimintasi
15. Berdasarkan laporan studinya, Naugle (2000: 135) mengemukakan bahwa sekolah-sekolah sekarang menerima permintaan tinggi untuk kualitas pendidikan yang mereka sumbangkan. Mereka diminta lebih banyak memperhitungkan kualitas pengajaran guru. Guru mendapat tugas untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sebagai motivasi untuk belajar, dan kemampuan menerapkan belajar bukan hanya di dalam kelas tetapi juga di dunia nyata. Ada empat level yang perlu diperhatikan: 1. Reaksi. Kirkpatrick menggambarkan bagaimana peserta merasakan berbagai aspek program latihan. Salah satu tujuan pengajaran adalah untuk menciptakan motivasi pembelajar. 2. Belajar. Kirkpatrick menggambarkan bahwa pengukuran pengetahuan, perkembangan keterampilan, atau perubahan tingkah laku. Ia menekankan pada evaluasi proses untuk menilai hasil upaya guru. 3. Tingkah laku. Kirkpatrick menggambarkan pengukuran perkembangan tingkah laku perserta yang disebabkan oleh pelatihan. Pendekatan yang paling efektif 15. Berdasarkan laporan studinya, Naugle (2000: 135) mengemukakan bahwa sekolah-sekolah sekarang menerima permintaan tinggi untuk kualitas pendidikan yang mereka sumbangkan. Mereka diminta lebih banyak memperhitungkan kualitas pengajaran guru. Guru mendapat tugas untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sebagai motivasi untuk belajar, dan kemampuan menerapkan belajar bukan hanya di dalam kelas tetapi juga di dunia nyata. Ada empat level yang perlu diperhatikan: 1. Reaksi. Kirkpatrick menggambarkan bagaimana peserta merasakan berbagai aspek program latihan. Salah satu tujuan pengajaran adalah untuk menciptakan motivasi pembelajar. 2. Belajar. Kirkpatrick menggambarkan bahwa pengukuran pengetahuan, perkembangan keterampilan, atau perubahan tingkah laku. Ia menekankan pada evaluasi proses untuk menilai hasil upaya guru. 3. Tingkah laku. Kirkpatrick menggambarkan pengukuran perkembangan tingkah laku perserta yang disebabkan oleh pelatihan. Pendekatan yang paling efektif
Artikel ini tidak menjelaskan populasi dan sampel. Demikian pula teknik pemilihannya. Artikel ini merupakan pemaparan karena itu tidak mengungkapkan Instrumen yang digunakan. Untuk mencapai hasil yang diingginkan dari pengajaran disarankan mebuat kerangka kerja untuk membantu dan merivisi kerja guru. Tidak ada instrumen penilaian kerja guru yang khusus atau standar penilaian untuk membantu penilian yang ditawarkan. Diharapkan bahwa model ini memiliki kesamaan yang cocok untuk menuju ke tahap berikutnya. Jika sekolah-sekolah ingin tetap hidup sekarang untuk berkembang, mereka perlu menciptakan suatu proses evaluasi yang efektif ini akan bermanfa’at bagi disertasi yang dikembangkan khususnya dalam mengevaluasi pembelajaran yang menyangkut masalah guru dan siswa.
16. Berdasarkan laporan studinya, Flannery (2000: 53-57) mengemukakan bahwa masalah terbesar pada evaluasi adalah perkembangan terhadap informasi nilai guru digabungkan dan dihargai sebagai sumber yang digunakan. Hal inilah tampak harga diri, tetapi ini dicatat seberapa seringnya ide-ide muncul untuk digunakan. Di dalam mengevaluasi, ada empat kategori pertanyaan:
1) Motivasi
2) Tingkat kesiapan
3) Bias khusus-Lapangan
4) Konstruk mengajar yang idial Sebagai tambahan:
5) Harapan gender
6) Pertanggungjawaban belajar. Mengumpulkan informasi dari siswa dengan menggunakan pertanyaan
penilaian sendiri yang betul-betul berguna bagi penelitian ini. Kebanyakan siswa teliti dalam mengevaluasi diri mereka sendiri dan sering menghubungkan apa yang mereka bicarakan tentang diri mereka sendiri terhadap apa yang mereka katakan dalam penilaian pelajaran atau instruktur mereka. Dari aspek teori, perkembangan informasi membuat suatu bentuk evaluasi microteaching sangat bermanfaat bagi disertasi yang dikembangkan.
17. Berdasarkan laporan penelitiannya, Sparks, Patton, Javorsky, et al (2006: 129) mengemukakan bahwa belajar kedua bahasa asli dan bahasa asing tergantung pada mekanisme dasar belajar bahasa dan permasalahan dengan keterampilan bahasa seperti memiliki pengaruh negatif pada ke-dua sistem bahasa. Studi baru-baru ini juga melaporkan keyakinan dari suatu hubungan anatara memory ponologi dan belajar bahasa asing. Gathercole dan Thorn (1998) mengemukan bahwa memory ponologi yang kurang untuk mengucapkan kata-kata baru sepertinya sangat berkurang untuk 17. Berdasarkan laporan penelitiannya, Sparks, Patton, Javorsky, et al (2006: 129) mengemukakan bahwa belajar kedua bahasa asli dan bahasa asing tergantung pada mekanisme dasar belajar bahasa dan permasalahan dengan keterampilan bahasa seperti memiliki pengaruh negatif pada ke-dua sistem bahasa. Studi baru-baru ini juga melaporkan keyakinan dari suatu hubungan anatara memory ponologi dan belajar bahasa asing. Gathercole dan Thorn (1998) mengemukan bahwa memory ponologi yang kurang untuk mengucapkan kata-kata baru sepertinya sangat berkurang untuk
Lima puluh empat siswa diberi tes pada interval waktu tertentu diatas 10 tahun kepada penutur bahasa asli diperkirakan kemampuan bahasa asing lisan dan tertulis dan perilaku bahasa asing tersebut. Semua perserta lengkap dua tahun bahasa sepanyol, bahasa Prancis, bahasa Jerman. Masing-masing diadministrasikan mengukur kesusastraan penutur asli, bahasa lisan, dan kemampuan kognitif pada sekolah dasar. Pengukuran perilaku bahasa asing diadministrasikan pada awal tingkat sembilan dan kemampuan perilaku bahasa asing dievaluasi pada akhir kelas sepuluh. Di antara variabel pengukuran kesusastraan bahasa asli adalah pendugaan yang paling baik dari kemampuan bahasa asing, dan penyerapan bahasa asli dan kemampuan verbal umumnya diduga sangat kuat dari perilaku bahasa asing.
Hasilnya menunjukkan kesusastraan bahasa asli sama awalnya dengan kelas pertama berhubungan dengan kemampuan bahasa asing dan perilaku bahasa asing sembilan dan sepuluh tahun yang lalu. Temuan melengkapi dukungan yang kuat untuk berhubungan antara keterampilan bahasa pertama dan bahasa kedua, dan untuk spekulasi bahwa kemampuan tingkat pada proses ponologi penting untuk menulis perkembangan dan kemampuan lisan pada suatu bahasa asing.
18. Berdasarkan laporan penelitiannya, El-Okda (2005: 1) memberikan dua asumsi utama tentang perkembangan kurikulum yang sedang berlangsung yang tidak pernah 18. Berdasarkan laporan penelitiannya, El-Okda (2005: 1) memberikan dua asumsi utama tentang perkembangan kurikulum yang sedang berlangsung yang tidak pernah
Paparan ini mendebatkan bahwa baik strategi top-down, maupun bottom-up tidak akan efektif dalam reformasi pendidikan yang berkelanjutan. Dahulunya sistem ini dapat membimbing guru mempertahankan atau menginterpretasikan perbaikan; dan selanjutnya dapat menghasilkan sekala lokal dan sekala kecil pada reformasi pendidikan. Suatu model yang menggabungkan strategi top-down dan bottom-up dalam pengembangan kurikulum sangat diharapkan. Model tersebut mengilustrasikan bagaimana tugas berdasarkan penelitian guru dapat menberi semangat dan secara sistematis di sekolah untuk mengijinkan guru membuat masukan pada sistem top- down mencoba untuk mengembangkan kurikulum. Saran praktis untuk mengimplementasikan ini konteks Omani dibuat termasuk saran untuk pendidik guru yang mengajar guru sebelum bertugas di lapangan.
19. Berdasarkan studinya, Scholes (2003: 11-16) mengungkapkan bahwa banyak permasalahan yang telah berkembang kadang-kadang terlalu lama membiarkan peneliti menerapkan kata-kata “krisis” pada situasi tersebut. Kadang-kadang Wayne Booth memunculkan bahwa bisa mungkin menyimpan semua penelitian yang ditulis 19. Berdasarkan studinya, Scholes (2003: 11-16) mengungkapkan bahwa banyak permasalahan yang telah berkembang kadang-kadang terlalu lama membiarkan peneliti menerapkan kata-kata “krisis” pada situasi tersebut. Kadang-kadang Wayne Booth memunculkan bahwa bisa mungkin menyimpan semua penelitian yang ditulis
Mengungkap kejadian dalam pembelajaran beberapa tahun yang lalu dengan menggunakan dialog, wawancara pada responden dibutuhkan pemikiran kembali apa yang dibutuhkan. Lupakan belajar, lupakan biasiswa yang paling penting adalah peneliti memfokuskan perhatiannya pada penelitiannya di lapangan. Research adalah peningkatan; termasuklah penemuan atau menemukan sesuatu yang baru. Penelitian membimbing menuju ke teknik dan produk baru, hal ini sangat dihargai. Pengajaran yang baik adalah lebih dari pedagogi. Hal ini perlu belajar secara berkelanjutan. Para lulusan seharusnya mencermati pelajaran yang akan ditanyakan dan menyukai mengajarkannya. Kita harus membantu siswa mempelajari sejarah budaya yang dipilih mereka, minta bantuan dari teman-teman agar disiplin, bila kita perlukan. Kalau kita mengajar buatlah situasi menjadi situasi yang menyenangkan baik pembelajar itu sendiri maupun si pengajar itu sendiri. Dengan demikian situasi pembelajaran akan harmonis, nyaman, dan pembelajar akan dapat memahami apa yang dipelajari.
20. Berdasarkan penelitiannya, Prihartono, Nurudin & Sudaryanto (2005:1) mengemukakan bahwa kreativitas guru dalam merancang tugas-tugas komunikatif, membuat prubahan positif yakni: lebih aktif dalam pembelajaran; siswa lebih berani berbahasa Inggris; siswa lebih antusias dalam pembelajaran; guru bahasa Inggris 20. Berdasarkan penelitiannya, Prihartono, Nurudin & Sudaryanto (2005:1) mengemukakan bahwa kreativitas guru dalam merancang tugas-tugas komunikatif, membuat prubahan positif yakni: lebih aktif dalam pembelajaran; siswa lebih berani berbahasa Inggris; siswa lebih antusias dalam pembelajaran; guru bahasa Inggris