Tes Bahasa Inggris

D. Tes Bahasa Inggris

Test merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 1999: 2). Tugas pertama yang akan dihadapi dalam merancang suatu tes untuk siswa adalah menentukan tujuan tes. Mendefinisikan tes akan membantu untuk memilih jenis tes yang baik, dan hal ini membantu untuk memfokuskan tujuan khusus dari tes tersebut. Ada dua tipe tes, pertama yang mungkin tidak biasa dibuat oleh seorang guru

tes bakat bahasa dan tes kecakapan bahasa dan tiga tipe tes yang hampir betul-betul membutuhkan kreasi tes penempatan, tes penentuan, dan tes kemajuan belajar (Brown, 2004: 43).

Kemudian Gronlund (1981: 38) juga mengemukakan prosedur pembuatan tes standar akan sangat sedikit dengan kelaziman tes, tahapan berikut adalah ciri khas bagi pembuatan tes pengukuran: “ (1) Perencanaan tes; (2) Persiapan tes item; (3) Uji coba dan revisi; dan (4) Pengelolaan cetakan standarisasi”. Adapun jenis hasil pengetahuan siswa dalam belajar bahasa Inggris adalah sebagai berikut. Hasil Pengetahuan dapat diukur dengan menanyakan: “ (1) What is the name of …? (2) What is the location of …? (3) What are the characteristics of …? (4) What is the Kemudian Gronlund (1981: 38) juga mengemukakan prosedur pembuatan tes standar akan sangat sedikit dengan kelaziman tes, tahapan berikut adalah ciri khas bagi pembuatan tes pengukuran: “ (1) Perencanaan tes; (2) Persiapan tes item; (3) Uji coba dan revisi; dan (4) Pengelolaan cetakan standarisasi”. Adapun jenis hasil pengetahuan siswa dalam belajar bahasa Inggris adalah sebagai berikut. Hasil Pengetahuan dapat diukur dengan menanyakan: “ (1) What is the name of …? (2) What is the location of …? (3) What are the characteristics of …? (4) What is the

Untuk lebih jelasnya, kita dapat melihat kegunaan masing-masing tipe tes tersebut di atas. Tes bakat bahasa, suatu tipe tes walaupun dengan jelas bukan tipe tes umum memprediksi suatu keberhasilan seseorang sebelum penyingkapan bahasa kedua (bahasa Inggris). Tes bakat bahasa dirancang untuk mengukur kapasitas atau kemampuan umum terhadap mempelajari suatu bahasa asing dan keberhasilan terakhir yang dipertanggungjawabkan. Jika tujuan anda untuk mengetes kompetensi global dalam suatu bahasa, kemudian anda dalam istilah umum sedang menguji kecakapan bahasa. Suatu tes kecakapan bahasa tidak terbatas pada suatu mata pelajaran, kurikulum, atau keahlian tunggal dalam suatu bahasa; kecenderungan, tes ini menguji seluruh kemampuan. Tes kecakapan berbahasa secara tradisional sudah terdiri dari butir-butir pilihan ganda tersatandar tentang tata bahasa, kosa kata, pemehaman bacaan, dan pemahaman pendengaran. Kadang-kadang suatu sampel tulisan ditambahkan, dan baru-baru ini juga termasuk tampilan hasil ucapan.

Tes kecakapan berbahasa dapat berperan dalam tes penempatan, tujuannya adalah untuk menempatkan siswa ke dalam level tertentu atau bagian suatu kurikulum Tes kecakapan berbahasa dapat berperan dalam tes penempatan, tujuannya adalah untuk menempatkan siswa ke dalam level tertentu atau bagian suatu kurikulum

Tes merupakan bagian dari penilaian dalam pembelajaran bahasa Inggris. Mehrens & Lehmann (1973: 6) menyatakan “test often connotes the presentation of a standard set of question to be answered”. Suatu cara mengukur seluruh kemampuan adalah membuat tes dengan sejumlah komponen: contoh, membaca, mendengar, tata bahasa dan kosakata. Rincian ditulis untuk komponen individu dan hal ini tergabung dalam rincian pada keseluruhan tes, dengan suatu indikasi bobot setiap komponen diberikan. Sekor komponen tes yang berbeda ditambah bersamaan dengan memberikan kemampuan seluruhnya. Inilah yang terjadi pada tes kecakapan (kemampuan). Sekalipun sekor pada komponen individu diberikan, mereka diabaikan oleh orang yang menggunakan sekor tes tersebut (Hughes, 2003: 186).

Brown (2004: 9) menyatakan bahwa kemampuan untuk menyediakan kata- kata yang cocok pada tempat yang kosong membutuhkan sejumlah kemampuan yang terletak pada pusat kemampuan dalam suatu bahasa: pengetahuan kosakata, struktur tata bahasa, struktur wacana, keterampilan dan strategi membaca, dan suatu tata bahasa yang diharapkan membuat seseorang dapat memprediksi suatu soal yang akan mengikutinya secara teratur. Brown (2004: 50) juga menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran terseleksi untuk kesatuan keterampilan terpadu (integrated skill) tingkat SMA adalah sebagai berikut.

1. Membentuk tujuan terfokus (listening dan speaking). Siswa akan:

(a) Mengenal dan memproduksi pertanyaan penegas dengan bentuk grammar dan pola intonasi akhir yang benar, dalam percakapan-percakapan sosial sederhana, dan (b) Mengenal dan memproduksi pertanyaan informasi yang menggunakan kata tanya dengan pola intonasi akhir yang benar.

2. Keterampilan berkomunikasi (speaking). Siswa akan:

(a) Menyatakan aksi lengkap dan kejadian-kejadian dalam sesuatu percakapan sosial; (b) Menanyakan untuk komfermasi dalam suatu percakapan sosial; (c) Memberikan pendapat tentang suatu kejadian dalam suatu percakapan sosial; dan (d) Memproduksi bahasa dengan intonasi, tekanan, dan irama yang cocok secara konbuku pelajaran.

3. Keterampilan membaca (uraian atau cerita yang sederhana) Siswa akan: “Mengetahui (perubahan waktu lampau yang tidak beraturan dari seleksi kata kerja dalam suatu cerita atau uraian)”.

4. Keterampilan menulis (uraian atau cerita sederhana) Siswa akan: “(a) Menulis cerita satu paragraf tentang suatu kejadian

sederhana pada masa yang lampau dan (b) Menggunakan kata-kata penghubung so dan because dalam suatu pernyataan pendapat”.

Kemudian apapun sistem tes yang dibuat seharusnya:

(a)Secara terus menerus tetap mengukur kemampuan secara akurat, tepat yang mana kita inginkan; (2) Memiliki pengaruh yang menguntungkan pada pengajaran (dalam hal ini di mana tes sepertinya mempengaruhi pengajaran); dan (3) Hemat waktu dan uang.

Selanjutnya Hughes (2003: 8) mengemukakan bahwa tujuan tes bahasa Inggris dapat di simpulkan sebagai berikut: (1) Untuk mengukur kecakapan berbahasa; (2) Untuk menemukan bagaimana

keberhasilan siswa yang telah menerima sasaran rangkaian pembelajaran; dan (3) Untuk membantu penempatan siswa dengan mengenal tahapan program pengajaran yang cocok terhadap kemampuan mereka.

Salah satu fungsi tes bahasa Inggris, dapat kita cermati dalam pernyataan seorang pakar pengukuran berikut. Buck (2001: 61) mengemukakan bahwa tugas dasar pembuatan pengukuran adalah untuk mengambil gagasan teori tentang suatu konsep dan untuk melaksanakan pengukuran tersebut, yaitu untuk mengubah mereka menjadi latihan sebenarnya, dalam seperangkat butir-butir tes. Dengan kata lain, seperangakat tes bahasa inggris merupakan latihan yang sebenarnya disamping merupakan alat ukur kemampuan pembelajar bahasa Inggris khususnya.

Selain itu fungsi tes bahasa Inggris juga adalah untuk menempatkan tingkatan kemampuan pembelajar bahasa Inggris. Tes ini dapat dilakukan pada awal pembelajaran bahasa Inggris ketika seorang pembelajar bahasa Inggris mulai belajar. Mereka akan ditempatkan pada level yang sama agar mereka tidak mendapatkan kesulitan dalam belajar bahasa Inggris. Dengan kata lain tes ini sering disebut tes penempatan (placement test). Clapham (1996: 87) mengemukakan bahwa cukup banyak contoh siswa pada tingkatan kecakapan bahasa yang berbeda bagi suatu Selain itu fungsi tes bahasa Inggris juga adalah untuk menempatkan tingkatan kemampuan pembelajar bahasa Inggris. Tes ini dapat dilakukan pada awal pembelajaran bahasa Inggris ketika seorang pembelajar bahasa Inggris mulai belajar. Mereka akan ditempatkan pada level yang sama agar mereka tidak mendapatkan kesulitan dalam belajar bahasa Inggris. Dengan kata lain tes ini sering disebut tes penempatan (placement test). Clapham (1996: 87) mengemukakan bahwa cukup banyak contoh siswa pada tingkatan kecakapan bahasa yang berbeda bagi suatu

1. Ciri-ciri Tes yang Baik

Sebuah tes dapat dikatakan memenuhi persyaratan kalau tes tersebut memiliki kesahihan, keandalan, dan keobyektifan. Selain dari itu tes harus memiliki sifat praktis dan ekonomis. Untuk menunjukan bahwa tes tersebut telah memenuhi persyaratan dapat dilihat dari hasil tes yang diperoleh. Kemudian ketepatan waktu, dan tidak ada faktor yang mempengaruhi. Lebih lanjut, kita dapat melihat definisi-definisi dan keterangannya berikut ini. Arikunto (1999: 64) mengemukakan definisi-definisi yang menjadi pedoman bagi setiap pembuat tes.

a. Sahih ( Valid)

Sebuah tes dapat disebut sahih apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen sahih, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut sahih, karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Dengan kata lain, jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan sahih, sesuai kenyataan, maka instrumen yang digunakan tersebut juga sahih.

b. Andal ( Reliable)

Sebuah tes dapat dikatakan andal apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketepatan. Dengan kata lain, jika kepada para siwa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (rank) yang sama dalam kelompoknya. Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih baik akan tetapi karena kenaikannya dialami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki keandalan yang tinggi. Kenaikan tes kedua yang tinggi mungkin disebabkan oleh adanya ‘’pengalaman’’ yang diperoleh pada waktu mengerjakan tes pertama.

c. Objektif ( Objektive)

Sebuah tes memiliki keobjektifan (objectivity) apabila dalam melaksanakan tes itu ada faktor subjektivitas, apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektip yang mempengaruhi. McDonal (1999: 17) mengemukakan bahwa pernyataan dari apa yang dimaksud dengan tes objektif, tes tersebut adalah cukup untuk mengatakan bahwa tes tersebut objektif apabila butir-butirnya tidak keluar dari ruang penilaian dalam menilai jawaban siswa.

Apabila dikaitkan dengan keandalan maka keobyektifan menekankan ketepatan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan kendalan menekankan ketepatan dalam hasil tes.

d. Praktis ( practical)

Sebuah tes dikatakan memiliki kepraktisan (practicality) yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:

(1) Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa; (2) Mudah memeriksannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban; dan (3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diwakili oleh orang lain.

e. Ekonomis ( Economical)

Yang dimaksud dengan ekonomis di sini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama. Grambs & Carr (1979: 350) menyatakan bahwa satu butir soal pilihan ganda yang disusun baik seharusnya memerlukan paling sedikit satu menit untuk mempertimbangkan jawabannya, diasumsikan rata-rata siswa atau lebih baik daripada rata-rata pembaca soal. Siswa SMA khususnya masih diberi tes dengan waktu empat puluh lima sampai dengan lima puluh lima menit untuk mengerjakan seluruh soal yang berjumlah 45 sampai denga 50 soal. Dengan memperhitungkan waktu yang tepat, siswa tidak akan merasa bosan ketika mereka mengerjakan tes.

2. Tes Standar

Tes standar didefinisikan sebagai alat pengukuran yang dikelola, dinilai, dan ditafsirkan dalam suatu sikap yang standar. Tes standar biasanya menilai prestasi dan ketangkasan siswa. Tes standar dari prestasi siswa dikembangkan oleh Tes standar didefinisikan sebagai alat pengukuran yang dikelola, dinilai, dan ditafsirkan dalam suatu sikap yang standar. Tes standar biasanya menilai prestasi dan ketangkasan siswa. Tes standar dari prestasi siswa dikembangkan oleh

Untuk menggambarkan sebaran sekor tes, dua indikasi dari pusat kecenderungan nilai rata-rata dan nilai tengah-digambarkan sama dengan dua indikasi dari peubah jajaran dan simpangan baku. Irvine (2002: 289) menyatakan bahwa suatu teori dapat menurunkan hal-hal yang menghasilkan fakta-fakta yang dapat diterima tentang suatu sifat mental khusus. Hal ini menyarankan bahwa peneliti benar-benar memulai sesuatu untuk memahami sifatnya agar dapat memaknai penomena yang terkandung di dalamnya.

Ada tiga cara menafsirkan hasil tes standar: bagian per seratus, angka-skor ekwivalen, dan sekala skor. Sifat dasar masing-masing penapsiran prosedur ini digambarkan sama dengan kekuatan dan kelemahan dari tiga prosedur penafsiran tersebut (Popham, 1995: 226).