46127328 Tips Menjadi Guru. pdf

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran

1. Hakikat Belajar

Apakah yang dimaksud dengan belajar dan mengajar dan bagaimana mereka berinteraksi? Brown (2000: 7) menyarankan untuk mempertimbangkan kembali beberapa definisi tradisional. Kamus ‘masa kini’ mengungkapkan bahwa belajar adalah pemerolehan pengetahuan, (acquiring or getting of knowledge of a subject or a skill by study, experience, or instruction ). Menurut Kimble dan Garmezy (Brown, 2000: 7) , “Learning is a relatively permanent change in a behavioral tendency and is the result of reinforced practice ”. Demikian pula, mengajar, yang dinyatakan secara tidak langsung dalam definisi belajar pertama, dapat didefinisikan sebagai “showing or helping someone to learn how to do something, giving instructions, guiding in the study of something, providing with knowledge, causing to know or understand ” (Brown, 2000: 7). Ahli kamus profesionalpun tidak dapat melambangkan definisi ilmiah lebih tepat. Definisi mencerminkan kesulitan untuk mendefinisikan konsep yang lain yang lebih kompleks seperti pembelajaran.

Pengajaran bahasa Inggris tidak terlepas dari teori-teori belajar yang ada. Teori belajar itu sendiri tidak statis, tetapi selalu berkembang. Perkembangan- perkembangan inilah yang harus selalu disimak oleh guru bahasa Inggris, agar ia Pengajaran bahasa Inggris tidak terlepas dari teori-teori belajar yang ada. Teori belajar itu sendiri tidak statis, tetapi selalu berkembang. Perkembangan- perkembangan inilah yang harus selalu disimak oleh guru bahasa Inggris, agar ia

Dengan merinci komponen definisi belajar, peneliti dapat memperoleh definisi seperti yang dilakukan dengan bahasa, ranah penelitian dan penyelidikan (Brown, 2000: 7):

a) learning is acquisition or “getting”; b) learning is retention of information or skill; c) retention implies storage systems, memory, and cognitive organization; d)learning involves active, conscious focus on and acting upon event outside or inside the organism; e) learning is relatively permanent but subject to forgetting;

f) learning involves some form of practice, perhaps reinforced practice; g) learning is a change in behavior.

Konsep ini juga dapat memberikan jalan untuk sejumlah sub bidang di dalam disiplin psikologi: proses pemerolehan, persepsi, sistem memori (penyimpanan), mengingat, gaya dan strategi belajar yang disadari dan yang tidak disadari, theories of forgetting , penambahan, peranan latihan. Setiap bagian kecil konsep belajar dengan sangat cepat menjadi sama rumitnya dengan konsep bahasa. Sebelumnya pembelajar bahasa Inggris membawa semua ini dan lebih bervariasi menjadi bermain dalam belajar bahasa Inggris.

Mengajar tidak dapat didefinisikan terpisah dari belajar. Gage (Brown, 1987:

7) mencatat “to satisfy the practical demands of education, theories of learning must be ‘stood on their head’ so as to yield theories of teaching .” Belajar adalah membimbing dan memfasilitasi belajar, membuat pembelajar mampu belajar, membuat kondisi untuk belajar. Pengertian tentang bagaimana pembelajar belajar akan menentukan filosofi pendidikan, gaya mengajar, pendekatan, metode, dan

teknik kelas. Bila belajar diamati seperti suatu proses opera yang dikondisikan melalui program tambahan yang dihadapi secara hati-hati, pengajaran akan sesuai dengan yang diharapkan. Bila belajar bahasa Inggris ditinjau secara mendasar sebagai suatu proses deduktif lebih dari proses induktif, mungkin penyajian akan dipilih banyak sekali peraturan dan paradigma terhadap siswa daripada membiarkan mereka “menemukan” peraturan-peraturan itu secara induktif. Satu definisi atau teori mengajar yang diperluas akan membaca kata demi kata prinsip- prinsip yang berperan untuk memilih metode dan teknik tertentu. Satu teori mengajar, dalam keharmonisan dengan pengertian terpadu tentang pembelajar dan masalah pelajaran untuk dipelajari, akan mengarahkan jalan menuju prosedur yang sukses pada suatu hari yang diberikan untuk pembelajar pada berbagai kendala dari konteks belajar khusus.

Bruner (Brown, 1987: 7) mengemukakan bahwa teori mengajar seharusnya memiliki ciri-ciri berikut ini:

a) the experiences which most effectively implant in the individual a predisposition toward learning; b) the ways in which a body of knowledge should

be structured so that it can be most readily grasped by the learner; c) the most effective sequences in which to present the materials to be learned; and d) the nature and pacing of rewards and punishments in the process of learning and teaching.

Paling tidak tiga dari ciri-ciri tersebut cukup memberikan petunjuk untuk masalah pelajaran itu sendiri dan teori belajar sebelum teori mengajar dapat dibentuk. Tujuannya adalah untuk memfokuskan pada masalah pelajaran secara umum, Paling tidak tiga dari ciri-ciri tersebut cukup memberikan petunjuk untuk masalah pelajaran itu sendiri dan teori belajar sebelum teori mengajar dapat dibentuk. Tujuannya adalah untuk memfokuskan pada masalah pelajaran secara umum,

Perkembangan juga menyebabkan adanya polarisasi dalam teori. Pengkajian terhadap teori belajar akan memberikan alternatif kepada guru, langkah yang bagaimana yang harus mereka ambil, yang dirasakan paling cocok bagi para siswanya maupun bagi dirinya. Perbedaan pendapat atau polarisasi di atas memberikan wawasan-wawasan baru kepada guru mengenai hal-hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

Ide-ide yang bertentangan dalam teori belajar dipelajari tidak untuk memihak pada salah satu, tetapi untuk dapat diambil kebenaran-kebenarannya dalam usaha memperbaiki teknik pengajaran bahasa pada umumnya, dan pengajaran bahasa Inggris khususnya. Perbedaan pendapat ini juga telah mendorong pihak-pihak tertentu untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi selama proses belajar bahasa Inggris berlangsung.

2. Pembelajaran

Pembelajaran diarahkan ke pencapaian kompetensi yang dapat dilihat dalam kepiawaian siswa melakukan langkah-langkah komunikasi. Sebagai contoh, pengajaran berbicara diarahkan ke keterampilan melakukan dan merealisasikan tindak tutur yang sering disebut speech act, speech function atau language function . Ini dimaksudkan agar fokus pembelajaran berbicara tidak hanya diarahkan ke tema yang biasa dimaknai dengan ‘berbicara tentang tema tertentu’. Dalam mengembangkan kompetensi, pengembangan pembelajarannya diarahkan Pembelajaran diarahkan ke pencapaian kompetensi yang dapat dilihat dalam kepiawaian siswa melakukan langkah-langkah komunikasi. Sebagai contoh, pengajaran berbicara diarahkan ke keterampilan melakukan dan merealisasikan tindak tutur yang sering disebut speech act, speech function atau language function . Ini dimaksudkan agar fokus pembelajaran berbicara tidak hanya diarahkan ke tema yang biasa dimaknai dengan ‘berbicara tentang tema tertentu’. Dalam mengembangkan kompetensi, pengembangan pembelajarannya diarahkan

Singkatnya, pendekatan yang biasanya bermakna ‘let’s talk about something’ dalam pelajaran conversation diubah menjadi ‘let’s do something with language’ (Depdiknas, 2003: 18). Belajar berbicara berarti belajar bagaimana menyapa, mengeluh, mengungkapkan kegembiraan dan lain sebagainya. Belajar dilakukan dalam konteks situasi tertentu. Konteks inilah yang berperan terhadap terpilihnya tema yang melibatkan kosakata dan tata bahasa. Di dalam pembelajaran menulis, langkah-langkah komunikasi, seperti mengelaborasi, menambah, mempertajam fokus, menyatakan gagasan utama, menyimpulkan, disebut sebagai langkah-langkah atau pengembangan retorika atau ‘speech act’ dalam bentuk tertulis. Tampak jelas di sini bahwa tindak tutur atau retorika hanyalah salah satu aspek dari kompetensi berbahasa yang diharapkan untuk memperoleh kompetensi wacana.

Kompetensi berbahasa Inggris mengandung arti mengerti kaidah-kaidah dan makna kata-kata yang dipakai. Tetapi, di samping aspek kompetensi kaidah-kaidah bahasa masih ada unsur-unsur nonbahasa seperti konteks serta situasi yang menyertai kompetensi bahasa. Pelaksanaan kompetensi bahasa beserta unsur-unsur Kompetensi berbahasa Inggris mengandung arti mengerti kaidah-kaidah dan makna kata-kata yang dipakai. Tetapi, di samping aspek kompetensi kaidah-kaidah bahasa masih ada unsur-unsur nonbahasa seperti konteks serta situasi yang menyertai kompetensi bahasa. Pelaksanaan kompetensi bahasa beserta unsur-unsur

Pendekatan komunikatif sangat menekankan kebutuhan siswa belajar bahasa. Oleh sebab itu, pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi pengajaran bahasa Inggris, yaitu: (1) lingkungan bahasa yang ada di masyarakat, (2) karakteristik siswa, dan (3) kualitas guru pengajarnya (Depdiknas, 2003: 20). Ketiga aspek tersebut sangat berpengaruh pada pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif. Guru perlu memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat melakukan analisis terhadap performansi siswa. Ia harus dapat meneliti pengaruh dari bahasa di masyarakat terhadap pengajaran bahasa Inggris. Ia harus dapat melakukan studi terhadap kompetensi siswa di dalam belajar bahasa Inggris berdasarkan performansi linguistik dan karakteristik siswa secara keseluruhan dan bukan hanya berdasarkan kesalahan-kesalahan siswa di dalam performansi komunikasinya.

Memang, kompetensi komunikatiflah yang membedakan pendekatan baru ini dari pendekatan terdahulu yang menekankan kompetensi struktural bahasa. Pengajaran baru ini memungkinkan orang lebih sering menyaksikan performansi komunikasi. Hal itu hanya mungkin terjadi apabila siswa termotivasi untuk menyatakan perasaan, gagasan, atau emosinya. Suasana belajar seperti itu hanya muncul apabila siswa merasa aman dan sebagai individu memiliki nilai (Littlewood, 1984: 93). Suasana belajar yang kondusif itu mengandalkan prinsip- prinsip ilmu psikologi. Davis & Brumfit (Suwarsih Madya, 1991: 7) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran sebagai berikut.

(a) Pengajaran akan memberikan hasil apabila isi suatu unit aktivitas dikaitkan dengan kebutuhan dan pengalaman siswa; (b) apabila pelajaran dan latihan tentang unsur-unsur bahasa dibuat bermakna karena dapat bermanfaat di dalam kehidupan sehari-hari (atau bahkan disimulasikan); (c) Siswa harus diberi kesempatan untuk dapat berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar; (d) Siswa harus dibantu untuk dapat mengamati dan memahami hubungan antara unsur-unsur bahasa, situasi komunikasi, dan budaya lewat diagram, grafik dan visualisasi yang beragam dan sederhana, sehingga mudah difahami; (f) Aktivitas di kelas harus mempertimbangkan kenyataan bahwa setiap individu memiliki gaya belajar dan laju kecepatan belajar yang berbeda-beda; dan (g) Transfer belajar tidak selalu otomatis.

Selain prinsip ilmu psikologi, beberapa prinsip ilmu pendidikan juga diterapkan dalam pengajaran bahasa secara komunikatif. Prinsip-prinsip tersebut menurut Finochiarro dan Brumfit (Suwarsih Madya, 1991: 8) adalah:

(a) Karena transfer belajar tidak selalu otomatis, usaha harus dilakukan untuk menanamkan kemampuan potensial kepada siswa agar ia termotivasi untuk dapat menggeneralisasi ungkapan komunikatif kaidah tata bahasa atau narasi yang dipelajarinya, dari satu situasi sosio-budaya ke situasi sosio-budaya lain yang (a) Karena transfer belajar tidak selalu otomatis, usaha harus dilakukan untuk menanamkan kemampuan potensial kepada siswa agar ia termotivasi untuk dapat menggeneralisasi ungkapan komunikatif kaidah tata bahasa atau narasi yang dipelajarinya, dari satu situasi sosio-budaya ke situasi sosio-budaya lain yang

Hasil pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif juga sangat tergantung pada kualitas guru, pengajar. Sejauhmana guru dapat menanamkan kemahiran fungsional berbahasa di dalam diri siswa? Kemahiran fungsional tersebut akan tampak dari tiga kompetensi pokok yang diperlihatkan siswa di dalam komunikasi menurut Tinukoff & Richards (Tarigan, 1989: 31-32), yaitu:

(a) Kompetensi partisipatif, yaitu kemampuan untuk memberikan respon yang memadai terhadap tugas-tugas di kelas dan terhadap kaidah-kaidah prosedural; (b) Kompetensi interaksional, yaitu kemampuan untuk berinteraksi secara memadai dengan teman-teman sebaya maupun dengan orang lain dan mampu memberikan respon secara memadai terhadap kaidah-kaidah wacana sosial; dan (c) Kompetensi akademik yaitu kemampuan untuk memperoleh informasi baru, mengasimilasikan atau memahami informasi baru, dan membentuk konsep- konsep baru dari.

Guru perlu menyeleksi manakah dari ketiga jenis kompetensi itu yang ingin dicapainya secara baik. Ia harus jeli, teliti dan seksama di dalam analisisnya, sehingga di dalam pengajarannya tidak terbentur kesulitan.

Selanjutnya, Blum (Richards & Renandya, 2002: 21) mengemukan dua belas karakteristik pengajaran yang efektif:

(a) Pengajaran dibimbing oleh suatu kurikulum yang direncanakan ulang; (b) Ada harapan yang tinggi untuk siswa belajar; (c) Siswa dengan hati-hati menyesuaikan diri dengan pelajaran; (d) Pengajaran jelas dan terfokus; (e) Kemajuan belajar dimonitor dengan teliti; (f) Ketika siswa tidak paham, mereka (a) Pengajaran dibimbing oleh suatu kurikulum yang direncanakan ulang; (b) Ada harapan yang tinggi untuk siswa belajar; (c) Siswa dengan hati-hati menyesuaikan diri dengan pelajaran; (d) Pengajaran jelas dan terfokus; (e) Kemajuan belajar dimonitor dengan teliti; (f) Ketika siswa tidak paham, mereka

3. Perkembangan Bahasa

Secara sosiologis, Bahasa mempunyai kedudukan yang sentral dalam kehidupan manusia. Menurut Bloom & Lahey (Owens, 1992:14), bahasa adalah sistem yang sangat kompleks yang dapat dipahami dengan baik dengan merincinya menjadi elemen maupun komponen fungsinya. Sebagai bahasa Internasional, bahasa Inggris merupakan bahasa asing pertama yang harus diajarkan di sekolah. Dalam kedudukan seperti itu, pengajaran bahasa Inggris di sekolah menengah merupakan bekal yang akan menghubungkan mereka dengan ilmu pengetahuan baik mereka yang sedang belajar maupun setelah mereka tamat sekolah. Keberhasilan pengajaran menjadi sangat penting, karena pengajaran tanpa keberhasilan berarti tidak memberi kesempatan kepada siswa dan para lulusan untuk ikut menikmati manfaat yang diberikan oleh perkembangan ilmu pegetahuan.

Sejarah perkembangan pengajaran bahasa Inggris menunjukan bahwa metode pengajaran tidak pernah tetap. Ia berkembang sejalan dengan perkembangan di bidang lain. Sebelum ilmu-ilmu lain berkembang, pengajaran bahasa Inggris sangat statis, meskipun perubahan terjadi juga. Dengan berkembangnya ilmu lain, pengajaran bahasa asing ikut berkembang juga. Metode Sejarah perkembangan pengajaran bahasa Inggris menunjukan bahwa metode pengajaran tidak pernah tetap. Ia berkembang sejalan dengan perkembangan di bidang lain. Sebelum ilmu-ilmu lain berkembang, pengajaran bahasa Inggris sangat statis, meskipun perubahan terjadi juga. Dengan berkembangnya ilmu lain, pengajaran bahasa asing ikut berkembang juga. Metode

4. Pembelajaran Bahasa

Konteks pembelajaran bahasa dapat dipandang sebagai seperangkat faktor yang sepertinya melatih suatu pengaruh yang kuat pada belajar bahasa, dan hal ini penting untuk mencatat faktor-faktor konbuku pelajaran dalam menganalisis suatu situasi pengajaran bahasa yang diberikan (Stern, 1983: 269). Stern juga menginterpretasikan pengajaran bahasa dengan luas sehingga ketika memasukkan semua kegiatan yang diinginkan menyebabkan pembelajar belajar bahasa. Setelah jelas, hal ini selalu dibicarakan ‘pembelajaran’. Karena itu, bila berikunya hanya disebutkan yang satunya, hal ini berguna untuk mengingat bahwa pada konteks yang benar dipahami oleh yang lainnya.

Demikian pula Richards & Renandya (2002: 22) mengemukakan bahwa pengajaran bahasa komunikatif adalah suatu percobaan untuk mengoprasikan konsep kompetensi komunikatif dan menerapkannya di semua level desain program bahasa, dari teori, desain silabus, sampai dengan tehnik pengajaran. Selain itu Celce-Murcia (2001: 13) juga mengemukakan bahwa dalam seperempat abat yang lalu, pengajaran bahasa komunikatif (communicative language teaching) sudah diletakkan pada urutan ke empat di seluruh dunia sama dengan cara baru atau inovatif untuk mengajar bahasa Inggris dengan bahasa kedua atau bahasa Demikian pula Richards & Renandya (2002: 22) mengemukakan bahwa pengajaran bahasa komunikatif adalah suatu percobaan untuk mengoprasikan konsep kompetensi komunikatif dan menerapkannya di semua level desain program bahasa, dari teori, desain silabus, sampai dengan tehnik pengajaran. Selain itu Celce-Murcia (2001: 13) juga mengemukakan bahwa dalam seperempat abat yang lalu, pengajaran bahasa komunikatif (communicative language teaching) sudah diletakkan pada urutan ke empat di seluruh dunia sama dengan cara baru atau inovatif untuk mengajar bahasa Inggris dengan bahasa kedua atau bahasa

Jadi seseorang dikatakan telah belajar bila orang tersebut mendapatkan kecakapan baru akibat perbuatan yang disengaja. Secara singkat belajar adalah perubahan tingkah laku dari hasil latihan yang teratur dengan usaha untuk mencapai tujuan. Perubahan tingkah laku baru yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan sikap, kebiasaan, keterampilan, sikap menghargai maupun perubahan jasmani Hamalik (Prihartono, Nurudin, & Sudaryanto, 2005:120).

a. Pembelajaran Bahasa-Komunikatif

1) Pembelajaran Komunikatif Apakah ada pendekatan yang dikenal baru-baru ini yang diterima norma secara umum di lapangan? Jawabannya adalah “ya”. Jawaban “ya” dapat ditangkap dengan istilah communicative language-teaching (CLT), dan kualifikasi terhadap jawaban itu terletak pada sejumlah cara definisi CLT yang mungkin dan sejumlah interprestasi dan aplikasi di dalam kelas (Brown, 2001: 42).

Sekarang ini guru melanjutkan perjalanan profesinya melalui sejarah. Dibalik unsur grammar dan wacana dalam komunikasi, guru akan memeriksa alam sosial, budaya, dan ciri bahasa praktis. Guru akan meneliti cara mengajar untuk komunikasi “pada kehidupan nyata” di dalam kelas. Guru akan mencoba menyuruh pembelajar untuk mengembangkan linguistic Sekarang ini guru melanjutkan perjalanan profesinya melalui sejarah. Dibalik unsur grammar dan wacana dalam komunikasi, guru akan memeriksa alam sosial, budaya, dan ciri bahasa praktis. Guru akan meneliti cara mengajar untuk komunikasi “pada kehidupan nyata” di dalam kelas. Guru akan mencoba menyuruh pembelajar untuk mengembangkan linguistic

2) Bahasa Komunikatif Semua ketertarikan teori ini mendasari apa yang digambarkan sebagai CLT. CTL didefinisikan seperangakat ajaran tentang alam bahasa dan pembelajaran bahasa yang mendasar menyatukan tetapi meluas, secara teori diinformasikan dengan baik. Dari pekerjaan paling awal dalam CLT, Breen & Savignon (Brown, 2001: 43) sampai pada buku pelajaran pendidikan guru, Brown, Lee, & Nunan (Brown, 2001: 43) menyebutkan bahwa banyaknya definisi yang tersedia membuat peneliti berjalan terhuyung-huyung. Untuk aspek kesederhanaan dan ketepatan, Brown menawarkan enam karakteristik yang saling berhubungan sebagai suatu gambaran CLT:

(a) Tujuan kelas terfokus pada semua komponen (grammar, discourse, function, sociolinguistics, and strategy ) kompetensi komunikatif. Oleh karena itu, tujuan harus merangkai aspek bahasa dalam organisasi dengan pragmatics; (b) Teknik bahasa dirancang untuk mengikat pembelajar dalam pragmatics, dapat dipercaya, kegunaan bahasa yang fungsional untuk tujuan kebermaknaan. Bentuk bahasa (a) Tujuan kelas terfokus pada semua komponen (grammar, discourse, function, sociolinguistics, and strategy ) kompetensi komunikatif. Oleh karena itu, tujuan harus merangkai aspek bahasa dalam organisasi dengan pragmatics; (b) Teknik bahasa dirancang untuk mengikat pembelajar dalam pragmatics, dapat dipercaya, kegunaan bahasa yang fungsional untuk tujuan kebermaknaan. Bentuk bahasa

b. Komponen Fungsi Bahasa

Menurut Bloom & Lahey (Owen, 1992:14), bahasa adalah sistem yang sangat kompleks yang dapat dipahami dengan baik dengan merincinya menjadi elemen atau komponen fungsinya. Bahasa dapat dibagi tiga pokok, walaupun tidak sama penting, komponen: pola, isi, dan kegunaan. Pola termasuk syntax, morphology , dan phonology, komponen yang berhubungan dengan bunyi atau simbul-simbul dengan makna. Secara tradisional, belajar bahasa telah dianggap sama dengan belajar pola bahasa. Isi meliputi makna atau semantics, dan kegunaan termasuk pragmatics. Lima komponen ini syntax, morphology, phonology, semantics , dan pragmatics adalah sistem aturan dasar yang ditemukan dalam bahasa.

Ketika orang menggunakan bahasa, ia mengkode ide-ide (semantics); yaitu,

simbul bunyi, kata, dan sebagainya melambangkan suatu kejadian aktual, objek, atau hubungan.

ia

menggunakan

suatu

Untuk mengomunikasikan ide-ide ini pada yang lain, orang menggunakan pola tertentu, yang termasuk seperti bagian penting sama dengan perangkat bunyi yang sesuai (phonology), urutan kata yang sesuai (syntax), dan awalan dan akhiran kata yang sesuai (morphology) untuk mengklarifikasi lebih spesifik. Penutur menggunakan komponen untuk menerima tujuan komunikasi tertentu, seperti mencari informasi, mendapatkan informasi atau mendapatkan tanggapan (pragmatics). Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat gambar berikut ini.

Catatan:

A = Syntax

B = Morphology

C = Phonology

Gambar 1: Komponen Fungsi Bahasa

D = Semantics

Sumber: Owen (1992:15)

E = Pragmatics

5. Pembelajaran Bahasa Inggris

Tujuan pembelajaran bahasa Inggris adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara lisan maupun tulisan secara lancar dan sesuai dengan konteks sosialnya (Depdiknas, 2003: 15). Kompetensi bahasa Inggris siswa mencakup keterampilan: mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Mendengar berarti memahami berbagai makna (antar-perseorangan, pendapat, Tujuan pembelajaran bahasa Inggris adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara lisan maupun tulisan secara lancar dan sesuai dengan konteks sosialnya (Depdiknas, 2003: 15). Kompetensi bahasa Inggris siswa mencakup keterampilan: mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Mendengar berarti memahami berbagai makna (antar-perseorangan, pendapat,

Berkomunikasi secara lisan dan tulisan dengan menggunakan ragam bahasa secara lancar dan akurat merupakan target pembelajaran bahasa Inggris (Depdiknas, 2003: 16). Keterampilan berbahasa merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh siswa setelah belajar bahasa Inggris. Mendengar berarti memahami berbagai makna (antar-perseorangan, pendapat, buku pelajaran) dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk deskriptif, naratif, mencertiakan kegiatan, prosedur, laporan, pokok berita, anekdot, eksposisi, penjelasan, diskusi, komentar, dan tinjauan. Berbicara berarti mengungkap berbagai makna (antar-perseorangan, pendapat, buku pelajaran) dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk deskriptif, naratif, mencertiakan kegiatan, prosedur, laporan, pokok berita, anekdot, eksposisi, penjelasan, diskusi, komentar, dan tinjauan. Membaca berarti memahami berbagai makna (antar-perseorangan, pendapat, buku pelajaran) dalam berbagai teks lisan Berkomunikasi secara lisan dan tulisan dengan menggunakan ragam bahasa secara lancar dan akurat merupakan target pembelajaran bahasa Inggris (Depdiknas, 2003: 16). Keterampilan berbahasa merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh siswa setelah belajar bahasa Inggris. Mendengar berarti memahami berbagai makna (antar-perseorangan, pendapat, buku pelajaran) dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk deskriptif, naratif, mencertiakan kegiatan, prosedur, laporan, pokok berita, anekdot, eksposisi, penjelasan, diskusi, komentar, dan tinjauan. Berbicara berarti mengungkap berbagai makna (antar-perseorangan, pendapat, buku pelajaran) dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk deskriptif, naratif, mencertiakan kegiatan, prosedur, laporan, pokok berita, anekdot, eksposisi, penjelasan, diskusi, komentar, dan tinjauan. Membaca berarti memahami berbagai makna (antar-perseorangan, pendapat, buku pelajaran) dalam berbagai teks lisan

6. Komponen Pembelajaran Bahasa Inggris

Komponen besar dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah proses pembelajaran dan output pembelajaran serta kompetensi bahasa Inggris siswa. Komponen proses pembelajaran bahasa Inggris yang paling dominan adalah kinerja guru bahasa Inggris, kepribadian guru bahasa Inggris, perilaku siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris, dan fasilitas yang mendukung pembelajaran bahasa Inggris. Output pembelajaran, kompetensi bahasa Inggris siswa, yaitu siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara lisan maupun secara tulisan.

a. Proses Pembelajaran Bahasa Inggris

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Interaksi dalam pristiwa Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Interaksi dalam pristiwa

(1) Menyuruh siswa untuk mengidentifikasi hal-hal pada nilai yang melanggar; (2) Mengklarifikasi nilai konflik melalui analogi; (3) Menyuruh siswa untuk membuktikan konsekuensi suatu posisi yang diinginkan atau yang tidak diinginkan; dan (4) Menyuruh siswa untuk menyusun prioritas nilai: menyatakan satu nilai diatas yang lainnya dan mendemonstrasikan kekurangan pelanggaran nilai kedua yang kasar.

Proses pembelajaran mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mangajar. Dalam proses pembelajaran tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

Tujuan pembelajaran berbasis kompetensi menurut Depdiknas (2003: 19) adalah pencapaian kompetensi itu sendiri. Oleh karena itu, pendekatan, metode, serta teknik-teknik pengajarannya diserahkan pada pengelola pengajaran sesuai dengan kapasitas dan sumber-sumber yang ada dengan syarat kompetensi yang ditetapkan dapat dicapai. Cara mengukurnya adalah dengan memeriksa apakah semua indikator yang ditetapkan telah tampak.

Meskipun pendekatan, metode, dan teknik-teknik pengajaran diharapkan fleksibel, perlu ditekankan bahwa dalam implementasinya pengajar diharapkan Meskipun pendekatan, metode, dan teknik-teknik pengajaran diharapkan fleksibel, perlu ditekankan bahwa dalam implementasinya pengajar diharapkan

Sebagai contoh, untuk membuat siswa memproduksi sebuah teks tertulis naratif sederhana diperlukan tahapan-tahapan produksi yang dimulai dengan brain storming yang melibatkan guru dan teman, diikuti oleh penataan pesan- pesan yang akan disampaikan, diteruskan dengan penulisan draft pertama, kemudian dilakukan koreksi oleh guru atau teman, dilanjutkan dengan penulisan draft kedua dan pengembangan, diikuti dengan penyuntingan, dan akhirnya siswa sampai ke draft terakhir. Setelah tulisan tampak sempurna pada tingkat yang dikehendaki, siswa mengekspos (memamerkan) tulisannya di ruang kelas agar dapat dibaca oleh teman-temannya.

Perlu diperhatikan bahwa semua tahapan menulis di atas dapat berlangsung jika siswa telah memiliki pengalaman membaca teks naratif, pernah membahasnya, pernah menganalisisnya sehingga teks naratif bukan lagi barang baru. Kegiatan membaca dan membahas dalam bahasa Inggris otomatis juga mengaktifkan kegiatan mendengar dan berbicara karena siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat atau hasil refleksinya terhadap teks. Dengan demikian semua keterampilan berbahasa dapat berkembang secara Perlu diperhatikan bahwa semua tahapan menulis di atas dapat berlangsung jika siswa telah memiliki pengalaman membaca teks naratif, pernah membahasnya, pernah menganalisisnya sehingga teks naratif bukan lagi barang baru. Kegiatan membaca dan membahas dalam bahasa Inggris otomatis juga mengaktifkan kegiatan mendengar dan berbicara karena siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat atau hasil refleksinya terhadap teks. Dengan demikian semua keterampilan berbahasa dapat berkembang secara

Sepanjang proses ini, guru dapat mengamati banyak hal mulai dari pengetahuan siswa, kegigihannya menyelesaikan tugas dan hasil akhir yang diharapkan mencapai target yang telah ditetapkan. Guru mengumpulkan semua ini secara bertahap, longatudinal, sehingga nilai akhir yang diperoleh bukan nilai sesaat. Jadi menuntut siswa menulis berarti membimbing siswa tahap demi tahap dan bukan hanya memberi tugas menulis tentang sesuatu untuk kemudian dikumpulkan setelah sekian menit. Singkatnya, guru memberi terlebih dahulu sebelum menuntut hasil karya. Sebuah tulisan bisa memakan waktu tiga hingga empat minggu; waktu yang cukup untuk mengembangkan kreativitas. Stern (1983: 32) mengemukakan bahwa pengembangan teori yang bagus adalah suatu proses sambil berjalan. Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat dikerjakan sekali untuk semuanya. Semua kita bisa berharap bahwa Kriteria yang dibahas melengkapi petunjuk pencerahan dan berpikir lebih produktip.

Model pengajaran yang berbeda membuat asumsi yang berbeda pula tentang alam bahasa dan belajar bahasa, peranan guru, pembelajar, dan materi pengajaran, dan asumsi yang berbeda tentang proses pembelajaran bahasa. Di dalam program pengajaran bahasa, model mengajar sering berdasarkan metode atau pendekatan khusus. Richards (2006: 215) memberikan contoh metode atau pendekatan mengajar berikut ini.

1) Pendekatan komunikatif: Fokus mengajar adalah komunikasi yang dapat dipercaya; penggunaan yang luas terbentuk dari aktivitas pasangan dan kelompok yang termasuk negosiasi makna dan berbagi informasi. Kelancaran adalah prioritas.

2) Model belajar kooperatif: Siswa bekerja dalam situasi belajar kerja sama dan diberi semangat untuk bekerja sama pada tugas-tugas umum dan mengkoordonasi upaya-upaya mereka untuk melengkapi tugas-tugas. Sistem penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

3) Pendekatan proses: Di dalam kelas menulis, siswa mengambil bagian dalam aktivitas yang mengembangkan pengertian menulis mereka sebagai proses.

Tingkat yang berbeda di dalam proses menulis (merencanakan, melahirkan ide-ide, draf, peninjauan, perbaikan, edit) membentuk fokus mengajar.

4) Pendekatan bahasa secara keseluruhan: Bahasa diajarkan sebagai keseluruhan dan tidak diajarkan komponen-komponennya secara terpisah. Siswa diajarkan membaca dan menulis secara alami, dengan suatu fokus pada komunikasi nyata, teks yang dapat dipercaya, dan bacaan dan tulisan untuk kesenangan.

Berdasarkan keterangan di atas, seorang guru bahasa Inggris bebas memilih pendekatan mengajar yang lebih cocok dengan materi, situasi, dan pembelajaran di dalam proses pembelajaran yang sedang dikelolanya. Guru bahasa Inggris tidak menggunakan pendekatan mengajar yang sama pada materi, situasi, dan pembelajar yang berbeda. Seorang guru bahasa Inggris Berdasarkan keterangan di atas, seorang guru bahasa Inggris bebas memilih pendekatan mengajar yang lebih cocok dengan materi, situasi, dan pembelajaran di dalam proses pembelajaran yang sedang dikelolanya. Guru bahasa Inggris tidak menggunakan pendekatan mengajar yang sama pada materi, situasi, dan pembelajar yang berbeda. Seorang guru bahasa Inggris

1). Kinerja Guru Bahasa Inggris

Kinerja Guru Bahasa Inggris adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru bahasa Inggris yang peranannya sangat penting di dalam pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Inggris. Kinerja guru bahasa Inggris yang paling pokok adalah pengelolahan proses pembelajaran bahasa Inggris. Kinerja guru bahasa Inggris dalam pengelolaan proses pembelajaran bahasa Inggris ini merupakan kunci keberhasilan yang paling dasar untuk membuat siswa belajar bahasa Inggris lebih optimal. Selain itu kinerja guru dalam menggunakan metode mengajar dan pengelolaan kelas (classroom management ) juga sangat mendukung dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Guru bahasa Inggris harus memilki kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran bahasa Inggris. Kemampuan guru bahasa Inggris dalam mengelola proses pembelajaran bahasa Inggris ini dapat diartikan suatu penegetahuan yang dimiliki oleh guru bahasa Inggris atau cara guru bahasa Inggris untuk menyampaikan informasi didalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Inggris sehingga belajar bahasa Inggris dapat berlangsung walaupun tanpa didampingi guru.

Suriasumantri (1998: 364) menyatakan bahwa orang mempelajari berbagai pengetahuan ilmiah bukanlah sebagai teori yang mempunyai kegunaan praktis melainkan sekedar upaya untuk memperkaya jiwa.

Kemudian ilmu juga merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan dapat menggambarkan apa yang tertanam dalam pikiran manusia bila ia memiliki kesadaran dan perhatian terhadap suatu objek. Selanjutnya Richards & Renandya (2002: 394-395) menyebutkan bahwa prinsip, pengetahuan, dan keterampilan secara mendasar tergabung pada berkompetensi guru yang profesional. Ia juga menyebutkan bahwa pengembangan kompetensi mengajar merupakan kewajiban seorang guru.

Sementara itu para pakar pendidikan berpendapat bahwa kompetensi guru adalah kemampuan guru untuk mendemonstrasikan berbagai keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya (Depdiknas, 2004 b: 11). Oleh karena itu esensi dari kinerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan keterampilan atau keahlian yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya. Merujuk pada (pasal 28 ayat 3 PP Nomor 19 tahun 2005) tentang Standar Nasional Pendidikan dan (pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005) tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa kompetensi guru terdiri dari: a). kompetensi pedagogis, b). kompetensi kepribadian, c). kompetensi profesional, dan d). kompetensi sosial. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Demikian pula menurut (peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005) tentang standar pendidikan nasional bahwa pendidik pada SMA/MA, atau berbentuk lain yang sederajat memiliki: kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.

Menurut Samana (1994:123), profil kemampuan dasar seorang guru bahasa Inggris dapat dilihat dari sepuluh kemampuan yang dimilikinya. Kesepuluh kemampuan tersebut adalah sebagai berikut. Guru bahasa Inggris seharusnya:

(a) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah: menguasai bahan pendalaman/aplikasi bahasa Inggris, listening, speaking, reading, dan writing; (b) Mengelola program belajar-mengajar: merumuskan tujuan instruksional, (a) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah: menguasai bahan pendalaman/aplikasi bahasa Inggris, listening, speaking, reading, dan writing; (b) Mengelola program belajar-mengajar: merumuskan tujuan instruksional,

Dalam uraian di atas dimaksudkan bahwa jabatan guru adalah suatu profesi. Yang dimaksud dengan “guru” dalam uraian ini adalah guru yang melakukan fungsinya di sekolah. Dalam pengertian tersebut telah terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial dan kultural dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional menurut Hamalik (1991: 43), apabila:

(a) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik- baiknya; (b) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil; (c) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan (a) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik- baiknya; (b) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil; (c) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan

Karakteristik tersebut di atas akan ditinjau dari berbagai segi tanggung jawab guru, fungsi dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah dan peranan guru dalam proses belajar-mengajar.

a) Standar Guru Bahasa Inggris

Pergeseran untuk menghasilkan standar belajar, suatu pergeseran yang sama kuat sudah muncul untuk mendesain standar mengajar. Claoud (Brown 2004: 109) mencatat bahwa unjuk kerja siswa [pada satu penilaian] tergantung pada program pengajaran yang disediakan, yang tergantung pada kualitas perkembangan profesional. Kuhlman (Brown, 2004: 109) menekankan pentingnya standar guru dalam tiga ranah: “(1) Ilmu dan perkembangan bahasa; (2) Budaya dan hubungan timbal balik antara bahasa dan budaya; dan (3) Perencanaan dan pengelolaan pengajaran”.

Standar mengajar profesional juga telah terfokus pada beberapa komite dalam persatuan guru bahasa Inggris internasional bagi penutur bahasa lain, Teachers of English to Speakers of Other Languages (TESOL) (Brown, 2004: 109). Bagaimana menilai apakah guru sudah memenuhi standar meninggalkan suatu permasalahan yang kompleks. Dapatkah keahlian ilmu mengajar dinilai melalui suatu tes standar tradisional? Dalam ranah Kuhlman pertama-ilmu dan perkembangan Standar mengajar profesional juga telah terfokus pada beberapa komite dalam persatuan guru bahasa Inggris internasional bagi penutur bahasa lain, Teachers of English to Speakers of Other Languages (TESOL) (Brown, 2004: 109). Bagaimana menilai apakah guru sudah memenuhi standar meninggalkan suatu permasalahan yang kompleks. Dapatkah keahlian ilmu mengajar dinilai melalui suatu tes standar tradisional? Dalam ranah Kuhlman pertama-ilmu dan perkembangan

(1) Guru dapat mendemonstrasikan standar mengajar mereka; (2) Mengajar dapat dinilai melalui apa yang dilakukan guru dengan pembelajarnya di dalam kelas mereka atau di dalam kelas nyata (kinerja mereka); (3) Kinerja ini dapat dirinci yang disebut “indikator”: contoh bukti bahwa guru dapat memenuhi sebagian dari standar; (4) proses biasa menilai kebutuhan guru untuk menggambarkan bukti kinerja yang kompleks. Dengan kata lain, indikator lebih dari pernyataan “how to” yang sederhana; (5) Kinerja-berdasarkan penilaian standar adalah suatu sistem terpadu. Hal ini bukanlah suatu checklist maupun suatu serangkaian penilaian terpisah; (6) masing-masing penilaian di dalam sistem kriteria kinerja berlawanan dengan kinerja yang dapat diukur; (7) Kriteria kinerja mengedentifikasi guru tingkat apa yang memenuhi standar; dan (8) Belajar siswa merupakan bagian terpenting dari kinerja guru.

Standar berdasarkan pendekatan mengajar dan pengukuran mengemukakan profesi dengan bayak tantangan. Bagaimanapun juga sulitnya permasalahan itu adalah, kepentingan mekanisme sosial tidak dapat diabaikan, khususnya dalam istilah penilaian siswa.

Banyak hal dapat dilakukan untuk menciptakan suatu konteks bagi pengajaran yang baik, tetapi guru sendiri yang akhirnya menentukan keberhasilan program. Guru yang baik sering dapat menggantikan atas kekurangan kurikulum, materi, atau sumber yang mereka gunakan untuk pengajaran mereka. Bagian penting pengetahuan guru (Richards 2006: 209-210) mecakup berikut ini:

(1) Pengetahuan praktis: sandiwara guru tentang teknik dan strategi kelas; (2) Pengetahuan isi: pengertian guru tentang pelajaran bahasa Inggris, misalnya, ilmu mengajarkan grammar, phonologi, teori mengajar, pemerolehan bahasa Inggris, sama baiknya dengan wacana dan terminologi pengajaran bahasa secara khusus; (3) Pengetahuan konbuku pelajaran: tidak asing dengan sekolah atau konteks institusi, norma sekolah, dan pengetahuan tentang pembelajar, termasuk budaya dan informasi relevan lainnya; (4) Pengetahuan ilmu pengajaran: kemampuan menyusun kembali pengetahuan isi untuk tujuan pengajaran, dan merencanakan, beradaptasi, dan menciptakan dan mempertunjukkan sesuatu tanpa persiapan terlebih dahulu; (5) Pengetahuan pribadi: kepercayaan pribadi guru dan prinsip dan pendekatan individunya untuk mengajar; dan (6) Pengetahuan reflektif: kemampuan guru untuk merefleksikan dan menilai praktiknya sendiri.

Dalam menggambarkan keterampilan guru bahasa Inggris, memungkinkan untuk membandingkan guru apakah mereka terlatih atau tidak terlatih dan apakah mereka belum berpengalaman atau berpengalaman. Dimensi latihan mengacu pada kepemilikan kualifikasi profesional dalam pengajaran bahasa inggris; deminsi pengalaman merujuk pada pengalaman kelas. Pelatihan guru yang pertama merupakan ciri pokok bermaksud memberikan guru apa yang disebut “kompetensi teknik dasar.” Schmitt & McCarthy (2000: 237) mengemukakan, “with shift in emphasis, the classroom teacher is faced with the challange of how best to help students store and retrieve words in the target language .”

b) Guru Bahasa Inggris yang “Baik”

Satu cara untuk memulai menyusun tujuan dan prioritas guru bahasa Inggris yang baik adalah mempertimbangkan kualitas guru bahasa Satu cara untuk memulai menyusun tujuan dan prioritas guru bahasa Inggris yang baik adalah mempertimbangkan kualitas guru bahasa

(1) Mampu mempersiapkan untuk menuju suatu derajat dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing; (2) Mencintai bahasa Inggris; (3) Berpikir kritis; (4) Memiliki dorongan yang gigih untuk meningkatkan dirinya sendiri; (5) Membawahi diri sendiri; (6) Memiliki kesiapan untuk menempuh perjalanan ke depan; (7) Memilki penyesuaian budaya; (8) Berkewarganegaraan yang profesional; dan (9) Merasa senang dengan pekerjaan seseorang.

Sembilan butir tersebut berisi suatu bibit untuk proses pengolahan secara profesional. Bagaimana anda mempercepat dirimu sendiri pada kesembilan butir tersebut.

Brown (2001: 429-430) menawarkan daftar karakteristik pengajaran bahasa yang baik sebagai gabungan beberapa sumber yang tidak dipublikasikan. Daftar di bawah ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengecekkan diri sendiri untuk menentukan beberapa posisi perkembangan profesional selanjutnya, untuk memperioritaskan posisi tersebut, dan menyatakan tujuan khusus yang ingin dicapai. Untuk mengecek posisi perkembangan profesional diri sendiri, sekala 1= kurang (Poor) sampai dengan 5= paling baik (excellent) dapat digunakan. Daftar karakteristik pengajaran bahasa yang baik mencakup pengetahuan teaknik, keahlian pedagogis, keahlian pribadi, dan kualitas pribadi seperti yang diuraikan berikut ini.

(1) Pengetahuan Teknik

Pengetahuan teknik yang harus dimiliki oleh seorang guru bahasa Inggris adalah sebagai berikut. a)

memahami sistem

bahasa dari ponologi, grammar, dan wacana bahasa Inggris,

b) memegang prinsip dasar pembelajaran bahasa Inggris secara komprehensif, c)

memiliki kompetensi dalam berbicara, menulis, mendengar, dan membaca bahasa Inggris dengan lancar,

d) mengetahui belajar bahasa Inggris melalui pengalaman, e)

memahami hubungan erat antara bahasa dan budaya, dan f)

mengikuti perkembangan melalui membaca secara teratur dan menghadiri pertemuan/workshop.

(2) Keahlian Pedagogis

Keahlian pedagogis yang harus dimiliki oleh seorang guru bahasa Inggris adalah sebagai berikut.

a) memiliki gagasan baik, pendekatan yang informatif terhadap pengajaran bahasa, a) memiliki gagasan baik, pendekatan yang informatif terhadap pengajaran bahasa,

c) merancang dan melaksanakan rencana pelajaran secara efisien,

d) memonitor pelajaran ketika dibuka dan membuat pelajaran tengahan yang efektif,

e) menangkap kebutuhan kebahasaan siswa secara efektif,

f) memberi feedback secara maksimal pada siswa,

g) membangkitkan interaksi, kerja sama, dan kerja tim di dalam kelas,

h) menggunakan prinsip-prinsip yang cocok dari pengelolaan kelas,

i) menggunakan keahlian penyajian yang efektif, jelas, j) menyesuaikan materi buku, audio visual, dan alat mekanik lainnya secara kreatif, k) mengkreasi materi jenis baru secara inovatif bila diperlukan, dan l) menggunakan teknik motivasi, secara murni, interaktif terhadap

tes yang efektif.

(3) Keahlian Pribadi

Keahlian pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru bahasa Inggris adalah sebagai berikut.

a) mengetahui perbedaan lintas budya dan sensitif terhadap tradisi budaya siswa,

b) menyenangi orang banyak, memperlihatkan antusias, kehangatan, laporan, dan humor yang sesuai, b) menyenangi orang banyak, memperlihatkan antusias, kehangatan, laporan, dan humor yang sesuai,

d) sabar dalam bekerja dengan siswa yang memiliki kemapuan kurang,

e) menawarkan kesempatan terhadap siswa dengan kemampuan tinggi yang diharapkan,

f) bekerja sama secara harmonis dan bebas dengan teman sejawat (fellow teacher), dan

g) mencari kesempatan untuk berbagi pendapat, ide, dan teknik dengan teman sejawat.

(4) Kualitas Pribadi

Kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru bahasa Inggris adalah sebagai berikut.

a) mengatur dengan baik, teliti dalam janjian pertemuan, dan ketergantungan,

b) mudah disesuaikan ketika sesuatu serba salah,

c) menciptakan suatu pemikiran ingin tahu dalam mencoba cara mengajar yang baru,

d) menyusun tujuan jangka pendek dan jangka panjang untuk perkembangan profesional selanjutnya, dan

e) menciptakan dan menunjukkan standar etika dan moral yang tinggi.

Selain poin-poin di atas, Muijs & Reynold (Jones, Jenkin, & Lord, 2006: 5) menyimpulkan bahwa guru yang efektif adalah guru yang: (a) Memiliki sikap positif; (b) Mengembangkan suatu sosial/iklim psikologi yang