Ayat lain yang menunjukkan bahwa semua yang kita alami terjadi atas izin Allah terbaca: ―Padahal
30) Ayat lain yang menunjukkan bahwa semua yang kita alami terjadi atas izin Allah terbaca: ―Padahal
Allah- lah yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat itu.‖ (QS. Ash Shâffaat, 37: 96) Di dalam Al Qur‘an, kenyataan ini disebutkan pada banyak ayat dan dengan ayat ―Bukan kamu yang melempar ketika melempar, tetapi Allah- lah yang melempar.‖ (QS. Al Anfâl, 8: 17), ditekankan bahwa tidak ada perbuatan yang lepas dari Allah.
Inilah kenyataannya. Seseorang mungkin tak ingin mengakuinya dan memikirkan dirinya sebagai sesosok wujud yang tak bergantung kepada Allah; namun hal ini tak berpengaruh apa-apa. Tentu saja, penolakannya yang tak bijaksana ini lagi-lagi atas kehendak dan keinginan Allah. Di dalam Al Qur‘an, fakta ini diterangkan demikian:
Maka, apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepadaNya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (QS. Ali Imran, 3: 83)
Kesimpulan
Masalah yang telah kami jelaskan sejauh ini adalah salah satu kebenaran terbesar yang pernah Anda terima di dalam kehidupan Anda. Anda dapat menyelidiki lebih jauh lagi lewat perenungan pribadi. Karena itu, Anda harus memusatkan pikiran, mencurahkan perhatian, dan merenungkan cara melilhat pada benda- benda di sekitar Anda, serta cara Anda merasakan sentuhannya. Jika Anda berpikir dengan penuh perhatian, Anda bisa merasakan bahwa wujud cerdas yang melihat, mendengar, menyentuh, berpikir, dan membaca buku ini pada saat ini hanyalah sesosok jiwa, yang menyaksikan kesan-kesan yang disebut ―materi‖ pada sebuah layar. Seseorang yang memahami hal ini dianggap telah menjauhi alam materi yang memperdaya sebagian besar manusia, dan memasuki alam keberadaan sejati.
Keniscayaan ini telah dipahami sejumlah agamawan dan filsuf sepanjang sejarah. Kaum cendekiawan Islam seperti Imam Rabbani, Muhyidin Ibn al ‗Arabi, dan Maulana Jami menyadari hal ini dari ayat- ayat Al Qur‘an dan lewat menggunakan penalaran mereka. Beberapa filsuf barat seperti George Berkeley telah menangkap kenyataan yang sama lewat penalaran. Imam Rabbani menulis di dalam kitab Maktubat (Surat-Surat) bahwa keseluruhan alam materi ada lah sebuah ―khayalan dan kesan‖ dan bahwa wujud yang mutlak adalah Allah:
Allah… hakikat wujud-wujud yang Ia ciptakan semata-mata ketiadaan… Ia menciptakan semua yang ada di dalam ruang kesan dan khayalan… Keberadaan alam semesta adalah di dalam ruang kesan dan
khayalan, dan tidak hakiki… Dalam kenyataan, tak ada apa-apa di luar kecuali Sang Wujud Agung (Ialah Allah). 417
Maulana Jami mengatakan fakta yang sama, yang ditemukannya dari mengikuti tanda-tanda Al Qur‘an dan menggunakan kecerdikannya: ―Semua gejala alam semesta adalah kesan dan khayalan. Semua itu seperti pantulan di dalam cermin alias bayang- bayang.‖
Akan tetapi, jumlah mereka yang telah memahami fakta ini sepanjang sejarah selalu terbatas. Ulama-ulama besar seperti Imam Rabbani menulis bahwa mungkin tidak bijaksana untuk menyampaikan fakta ini kepada masyarakat umum karena sebagian besar orang tak mampu memahaminya.
Di masa kita hidup ini, hal itu telah ditegaskan sebagai sebuah fakta empiris oleh serangkaian petunjuk yang diajukan ilmu pengetahuan. Fakta bahwa alam semesta itu sesosok wujud semu diuraikan kali pertama dalam sejarah dengan cara yang demikian nyata, jelas, dan gamblang.
Karena alasan ini, abad ke-21 akan menjadi titik balik sejarah, ketika masyarakat secara umum memahami keniscayaan-keniscayaan ilahiah dan dibimbing beramai-ramai kepadaNya, satu-satunya Wujud yang Mutlak. Kepercayaan-kepercayaan materialistik abad ke-19 akan dilemparkan ke onggokan sampah sejarah, kewujudan dan penciptaan Allah akan diterima, ketiadaan ruang dan waktu akan dipahami; manusia, singkatnya, akan menyibakkan tabir, penipuan, dan takhayul yang berumur berabad- abad dan telah membingungkan mereka.
Mustahil jalan yang tak terelakkan ini dihalangi oleh wujud semu apa pun.