Keberdayaan, Kemajuan dan Keberlanjutan Usaha Pengrajin Kasus Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur

DISERTASI

KEBERDAYAAN, KEMAJUAN, DAN KEBERLANJUTAN
USAHA PENGRAJIN : KASUS KABUPATEN SIDOARJO DAN
KABUPATEN MAGETAN PROVINSI JAWA TIMUR

Hamidah Nayati Utami

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:
“Keberdayaan, Kemajuan, dan Keberlanjutan Usaha Pengrajin: Kasus di
Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur” adalah benar
merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber

daya dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, Pebruari 2007

Hamidah Nayati Utami
Nrp.P061020021

ABSTRAK
Industri kecil memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan karena
menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, menjadi penyumbang
pendapatan asli daerah yang signifikan, prospektif untuk ekspor, dan mampu
bertahan dalam kondisi krisis. Meskipun industri kecil memiliki peran strategis
dalam pembangunan, namun masih banyak permasalahan yang dihadapi pengrajin
terutama terkait dengan kualitas SDM pengrajin. Pengrajin masih lemah terutama
dalam hal pengelolaan usaha, orientasi jangka panjang, kemampuan menjalin
kerjasama.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan perilaku wirausaha,
kemandirian usaha, kemajuan usaha dan keberlanjutan usaha pengrajin di Sidoarjo
dan Magetan, (2) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas

perilaku wirausaha para pelaku industri kecil, (3) menjelaskan faktor-faktor yang
menentukan tingkat kemandirian berusaha para pelaku industri kecil, (4)
menjelaskan faktor-faktor yang cenderung menentukan kemajuan usaha, (5)
menjelaskan faktor-faktor yang menentukan keberlanjutan usaha, dan (6)
merumuskan model pemberdayaan pengrajin.
Penelitian ini dilakukan terhadap pengrajin dari bahan kulit di Kabupaten
Sidoarjo dan Kabupaten Magetan Jawa Timur. Sidoarjo berada di wilayah yang
mewakili daerah yang jauh dengan sumber bahan baku dan Magetan mewakili
daerah yang dekat dengan sumber bahan baku, dengan dasar penentuan strata
adalah kedekatan lokasi dengan sumber bahan baku. Sampel diambil dengan
metode stratified random sampling. Jumlah populasi sebanyak 741 pengrajin,
jumlah sampel dihitung dengan rumus Slovin sehingga diperoleh jumlah 260
pengrajin. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2005 sampai Pebruari
2006. Data primer diperoleh dengan mendatangi dan melakukan wawancara
terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner. Data dianalisis dengan:
(1) analisis statistik deskriptif, (2) analisis Structural Equation Modelling (SEM),
dan (3) uji beda rata-rata one way anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengrajin memiliki perilaku
wirausaha, tingkat kemandirian usaha, tingkat kemajuan usaha, dan keberlanjutan
usaha yang rendah. Perilaku wirausaha secara positif dan nyata dipengaruhi oleh

karakteristik individu dan lingkungan. Tingkat kemandirian usaha dipengaruhi
secara positif dan nyata oleh karakteristik individu, pendukung usaha, dukungan
lingkungan, dan perilaku wirausaha, dan faktor yang paling menentukan adalah
perilaku wirausaha. Kemajuan usaha dipengaruhi secara positif dan nyata oleh
perilaku wirausaha dan tingkat kemandirian usaha. Keberlanjutan usaha
dipengaruhi secara positif dan nyata oleh kemajuan usaha. Model pemberdayaan
yang efektif memberdayakan pengrajin adalah dengan meningkatkan kualitas
perilaku wirausaha dan kemandirian usaha dalam organisasi yang didukung oleh
unsur penunjang dari pemerintah daerah dan organisasi non pemerintah.
Kata Kunci: keberdayaan pengrajin, perilaku wirausaha, kemandirian usaha,
kemajuan usaha, keberlanjutan usaha.

ABSTRACT
Small industries potentially could contribute to national development.
They do not only enhance the economic growth, potential to export, or improve
the gross domestic product; they can also promote sustainable employment and
income for the working poor. Although small industries have strategic role in
development, but there are still many problems faced by craftsmen especially
related to quality of human resources that needs improvement.
The objectives of this study was intended to formulate the model of

craftsmen empowerment through determining: the influencing factors of
entrepreneurial behavior, business interdependency, business progress, and
business sustainability.
This study was conducted the craftsmen of leather goods at Sidoarjo
regency and Magetan Regency, East Java. Sample taken with stratified random
sampling method. Survey and interview technique were implemented among 260
craftsmen, started April 2005 until Pebruari 2006. Data was analyzed by using
descriptive statistic, one way anova test, and structural equation modeling.
The results indicated that the craftsmen had a low level of entrepreneurial
behavior, business interdependency, business progress, and business
sustainability. The entrepreneurial behavior was influenced by individual quality
and environment intervention. Especially, the business interdependency was
influenced by entrepreneurial behavior, individual quality, and environment
intervention. The business progress was influenced by entrepreneurial behavior
and business interdependency. Finally, business sustainability was influenced by
the business progress. This study suggests a model of craftsmen empowerment
with entrepreneurial behavior and business interdependency improvement in order
to business progress and business sustainability.
Key words: the level of craftsmen empowerment, entrepreneurial behavior,
business interdependency, business progress, and business sustainability.


© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm, dan sebagainya

KEBERDAYAAN, KEMAJUAN, DAN KEBERLANJUTAN
USAHA PENGRAJIN : KASUS KABUPATEN SIDOARJO DAN
KABUPATEN MAGETAN PROVINSI JAWA TIMUR

Hamidah Nayati Utami

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2007

Judul Disertasi

: Keberdayaan, Kemajuan dan Keberlanjutan Usaha
Pengrajin: Kasus Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten
Magetan Provinsi Jawa Timur

Nama Mahasiswa

: Hamidah Nayati Utami

Nomor Pokok

: P 061020021

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr.Ir. H. Sumardjo, MS.
Ketua

Prof. Dr. H. Pang S. Asngari
Anggota

Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc.

Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro,M.S.


Tanggal Ujian: 24 Nopember 2006

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha
besar yang menguasai alam semesta ini, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
disertasi berjudul “Keberdayaan, Kemajuan, dan Keberlanjutan Usaha Pengrajin:
Kasus di Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur” ini
dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
haturkan kehadapan: Bapak Dr. Ir. H. Sumardjo, MS, Bapak Prof. Dr. H. Pang S.
Asngari dan Bapak Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc., yang telah meluangkan
waktu, memberikan bimbingan dan dukungan yang tidak terhingga sehingga
penulis dapat melewati tahapan studi S3 hingga terselesaikannya disertasi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kehadapan: Bapak Dr.Amri
Jahi, MSc. selaku ketua program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Sekolah
Pascasarjana IPB yang telah banyak memberi masukan dalam ujian tertutup dan
penyempurnaan disertasi ini, Bapak. Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA selaku
penguji luar pada ujian tertutup yang telah banyak memberi masukan kepada

penulis. Penulis juga menghaturkan terimakasih kepada Bapak Dr.Ir.Muhammad
Taufik, MSc. Deputy SDM Kementerian Koperasi dan UKM dan Bapak
Prof.Dr.Ravik Karsidi, MS staf pengajar Pascasarjana UNS Surakarta yang telah
berkenan menjadi penguji luar pada ujian terbuka.
Penyelesaian Disertasi ini tidak lepas dari dukungan dan pengorbanan
yang sangat besar dari suami penulis, Ir. Sandra, MP yang juga sedang berjuang
menyelesaikan disertasinya pada program studi Keteknikan Pertanian SPS IPB.
Penulis juga mendapat semangat yang sangat besar dari ananda Nisrin Naziha
Isma (6 tahun) dan ananda Ahmad Humam Isma (1 bulan).
Secara khusus penulis menghaturkan terimakasih kepada ibunda Hj. Siti
Maratusholihah yang tidak pernah berhenti mendoakan penulis dan Ayahanda
Drs.H.M.Koestoer (alm) yang selalu menjadi semangat dalam hidup penulis.
Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada ibu mertua yang turut
memberi dukungan kepada penulis, seluruh keluarga besar di Jawa Timur dan
Sumatera Barat yang telah banyak memberi perhatian kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pengrajin di
Sidoarjo dan Magetan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
wawancara dan berdiskusi di sela-sela kesibukan usaha kerajinannya, pada para
pengrajin ini saya banyak belajar tentang kehidupan dan usaha.
Kepada pimpinan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

penulis sampaikan ucapan terima kasih atas ijin studi, dukungan moril, dan
bantuan materiil yang diberikan kepada penulis. Kepada seluruh dosen di PPN
penulis ucapkan terima kasih karena telah banyak memberikan pengalaman
belajar selama studi di IPB. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para
guru penulis di SD, SMP, dan SMA di Lamongan, serta seluruh Dosen di Fakultas
Ilmu Administrasi Unibraw. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
teman-teman di PPN SPS IPB, Direktorat Apneg Bappenas, IKBUA, dan semua
pihak yang banyak memberikan dukungan kepada penulis. Harapan penulis
semoga disertasi ini dapat bermanfaat. Amin.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lamongan, pada 17 Nopember 1972 sebagai putri
kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak Drs.H.M.Koestoer (alm) dan Ibu
Hj. Siti Maratusholihah. Pada Tahun 1994 penulis lulus sebagai Sarjana Ilmu
Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang,
Jurusan Administrasi Bisnis. Pada Tahun 1995 penulis melanjutkan studi pada
Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Program Studi Ilmu Administrasi
dan lulus pada Tahun 1997. Studi S3 pada Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan mulai ditempuh pada Tahun Ajaran 2002/2003.

Sejak Tahun 1996 penulis bertugas sebagai dosen di Jurusan Administrasi
Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Tulisan ilmiah
yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah selama lima tahun terakhir adalah
Pengaruh Jaringan Sosial terhadap Penetapan Harga pada Pedagang Asongan
(Jurnal Ilmu-ilmu Sosial- Unibraw, 2003), Bentuk Penerapan Strategi Pemasaran
On Line pada Sektor Pariwisata (Jurnal Ilmu-ilmu Sosial-Unibraw, 2005),
Paradigma dan Revolusi Sains, Merefleksikan Pemikiran Thomas Kuhn dalam
Ilmu Administrasi (Jurnal Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Adminsitrasi
Unibraw, 2005), dan Perilaku Wirausaha Masyarakat Pesisir dalam
Pengembangan Industri Pariwisata Bahari (Jurnal Ilmu-ilmu Sosial- Unibraw,
2006).

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Masalah Penelitian ....................................................................................... 4
Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
Manfaat Hasil Penelitian ............................................................................... 6
Definisi Istilah ............................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga .....................................................
Konsep Pengrajin .........................................................................................
Karakteristik Individu Pengrajin ..................................................................
Faktor Lingkungan Usaha Kerajinan ...........................................................
Potensi Industri Kecil terhadap Pertumbuhan Ekonomi ..............................
Pembangunan Industri Kecil Berkelanjutan ................................................
Keberdayaan Masyarakat Pengrajin.............................................................
Peranan Penyuluhan dalam Memberdayakan Pengrajin ..............................
Faktor Perilaku dalam Konteks Keberdayaan ..............................................
Perubahan Perilaku Melalui Proses Belajar .................................................

9
9
10
12
21
22
25
27
29
33
37

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................
Kerangka Berpikir........................................................................................
Perkembangan Paradigma Pemberdayaan ..............................................
Model Pemberdayaan bagi Pengrajin ....................................................
Konsep Perilaku Wirausaha ....................................................................
Konsep Kemandirian Usaha....................................................................
Konsep Keberdayaan Pengrajin ..............................................................
Konsep Kemajuan Usaha ........................................................................
Konsep Keberlanjutan Usaha..................................................................
Hipotesis Penelitian .....................................................................................

40
40
42
44
48
52
54
57
60
62

METODE PENELITIAN................................................................................
Populasi dan Sampel ....................................................................................
Rancangan Penelitian ...................................................................................
Data dan Instrumentasi ................................................................................
Data ..........................................................................................................
Instrumentasi ............................................................................................
Uji Validitas .............................................................................................
Uji Reliabilitas .........................................................................................
Pengumpulan Data .......................................................................................
Analisis Data ...............................................................................................

63
63
64
64
64
76
76
77
78
79

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................
Karakteristik Individu Pengrajin ..................................................................
Faktor Pendukung Usaha .............................................................................
Faktor Lingkungan .......................................................................................
Gambaran Perilaku Wirausaha Pengrajin ....................................................
Tingkat Kemandirian Usaha ........................................................................
Tingkat Kemajuan Usaha .............................................................................
Tingkat Keberlanjutan Usaha ......................................................................
Perbedaan Perilaku Wirausaha, Kemajuan dan Keberlanjutan Usaha.........
Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Wirausaha..............................
Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemandirian Usaha .............................
Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemajuan Usaha..................................
Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberlanjutan Usaha ...........................
Model Persamaan Struktural Keberdayaan Pengrajin ................................
Visi, Misi, dan Strategi Pengembangan Industri Kecil ...............................
Model Pemberdayaan Pengrajin .................................................................

87
94
101
104
107
113
120
123
126
129
140
150
154
157
162
169

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................ 194
Saran ........................................................................................................... 195
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

197

LAMPIRAN………………………………………………………………...

203

DAFTAR TABEL

4.

Halaman
Sintesa Model Intervensi untuk Komunitas Pengrajin ……......................
45
Pokok-pokok Pikiran Strategi Penyuluhan Pembangunan
Penunjang........................................................................................................ 46
Kualitas Perilaku Wirausaha ............................................................................ 51
Paradigma Kemandirian Usaha ........................................................................ 55

5.

Karakteristik Masyarakat Berdaya ................................................................... 56

6.
7.

Paradigma Kemajuan Usaha ............................................................................ 59
Tingkat Keberlanjutan Usaha ........................................................................... 61

8.

Kerangka Sampel Penelitian ............................................................................ 64

1.
2.
3.

9.

Peubah Karakteristik Individu Pengrajin ......................................................... 66
10. Peubah Pendukung Usaha
68
11. Peubah Lingkungan .......................................................................................... 69
12. Peubah Perilaku Wirausaha.............................................................................. 71
13. Peubah Kemandirian Usaha ............................................................................. 72
14. Peubah Kemajuan Usaha .................................................................................. 74
15. Peubah Keberlanjutan Usaha ........................................................................... 76
16. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ................................ 78
17. Ringkasan Hasil Perhitungan Model Pengukuran............................................ 82
18. Jenis Produksi Kerajinan Sentra IKKR Barang dari Kulit di Kabupaten
Magetan dan Kabupaten Sidoarjo .................................................................... 87
19. Jangkauan Pemasaran Produk Kerajinan ......................................................... 89
20. Sebaran Responden Berdasarkan Modal Kerja yang Dikelola ........................ 90
21. Sebaran Responden Menurut Umur ................................................................ 91
22. Sebaran Responden Menurut Pengalaman Berusaha ....................................... 92
23. Sebaran Responden Menurut Tanggungan Keluarga ....................................... 92
24. Kegiatan Pembinaan Bagi Pengrajin di Kabupaten Magetan dan Sidoarjo ..... 93
25. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Individu ....................................... 95
26. Distribusi Persentase Pengrajin menurut Motivasi Berusaha dan
Pemenuhan Kebutuhan ..................................................................................... 97
27. Distribusi Persentase Pengrajin menurut Tanggungan Keluarga dan
Motivasi Berusaha ............................................................................................ 98
28. Distribusi Persentase Responden Pengrajin menurut Komunikasi dan
Pendidikan ........................................................................................................

99
29. Distribusi Persen tase Responden Pengrajin menurut Gender dan
Kemandirian Produksi ......................................................................................100
30. Sebaran Responden Menurut Kualitas Pendukung Usaha ...............................102
31. Sebaran Responden Menurut Dukungan Lingkungan Usaha ..........................105
32. Sebaran Responden Menurut Perilaku Wirausaha ...........................................107
33. Sebaran Responden Menurut Tingkat Kemandirian Usaha .............................114
34. Sebaran Responden Menurut Tingkat Kemajuan Usaha................................ 121
35. Sebaran Responden Menurut Tingkat Keberlanjutan Usaha ...........................123
36. Ringkasan Hasil Uji Beda Rata-Rata One Way Anova ...................................127
37. Ringkasan Hasil Uji Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku
Wirausaha .........................................................................................................129
38. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Indikator Karakteristik Individu
dengan Perilaku Wirausaha ..............................................................................135
39. Ringkasan Hasil Uji Faktor-Faktor yang Berpengaruh Tingkat
kemandirian usaha ............................................................................................140
40. Ringkasan Hasil Uji Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kemajuan
Usaha ................................................................................................................150
41. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Kemajuan Usaha Keberlanjutan Usaha ..........155
42. Paradigma Penyuluhan yang Memberdayakan pengrajin ................................173
43. Materi Pokok Penyuluhan Kewirausahaan.......................................................180
44. Materi Pokok Penyuluhan tentang Kemandirian Usaha ................................ 181

DAFTAR GAMBAR

1.

Halaman
Tujuan Penyuluhan Pembangunan (Asngari, 2001)……………………...... 32

2.

Model Dasar Perilaku (Gibson, Ivancevich dan Doonely, 1995) .................... 34

3.

Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku dalam ......................... 36

4.

Elemen-elemen yang Membentuk Perilaku Wirausaha (Bird, 1996) .............. 37

5.

Kerangka Berpikir Pemberdayaan Pengrajin ................................................... 40

6.

Hubungan Antar Peubah Penelitian ................................................................ 41

7.
8.

Paradigma Intervensi Masyarakat dan Gabungan Beberapa Pola Intervensi
(Rothman, 1974) .............................................................................................. 47
Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Satu ............... 80

9.

Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Dua ............... 80

10.

Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Tiga............... 81

11.

13.

Skema Lintas Hubungan antar Faktor-Faktor dalam Hipotesis Empat............ 81
Model Persamaan Struktural (Basic Model) Pemberdayaan Pengrajin
Menuju Kemajuan Usaha dan Keberlanjutan Usaha ....................................... 85
Saluran Distribusi Produk Kerajinan Barang dari kulit di Jawa Timur ........... 88

14.

Tingkat Keinovatifan .......................................................................................108

15.

Tingkat Inisiatif ................................................................................................109

16.

Tingkat Pengelolaan Resiko.............................................................................111

17.

Tingkat Daya Saing..........................................................................................112

18.

Tingkat Kemandirian Permodalan ...................................................................115

19

Tingkat Kemandirian Proses Produksi.............................................................116

20.

Tingkat Kemandirian Kerjasama .....................................................................117

21.

Tingkat Kemandirian Pemasaran .....................................................................119

22.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Wirausaha ................................130

23.

Pengaruh Indikator Karakteristik Individu terhadap Perilaku Wirausaha .......131

24.
25.

Pengaruh langsung dan Tidak Langsung Karakteristik Individu terhadap
135
Perilaku Wirausaha ..........................................................................................
Pengaruh Indikator Dukungan Lingkungan terhadap Perilaku Wirausaha......138

26.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Langsung Tingkat Kemandirian Usaha ......141

27.

Pengaruh Indikator Perilaku Wirausaha terhadap Tingkat Kemandirian
142
Usaha................................................................................................................

12.

28.

31.

Pengaruh Indikator Karakteristik Individu terhadap Tingkat Kemandirian 144
Usaha ................................................................................................................
Pengaruh Indikator Karakteristik Individu terhadap Tingkat Kemandirian 147
Usaha................................................................................................................
Pengaruh Indikator Dukungan Lingkungan Tingkat Kemandirian Usaha.......148
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Usaha ......................................151

32.

Pengaruh Kemajuan Usaha terhadap Keberlanjutan Usaha.............................155

33.

Model Persamaan Struktural Keberdayaan Pengrajin .....................................158

34.

Model Keberdayaan Pengrajin di Sidoarjo ......................................................160

35.

Model Keberdayaan Pengrajin di Magetan......................................................161

36.

Model Pemberdayaan Pengrajin ......................................................................170

37.

Keterkaitan Antar Aktor Yang Terlibat dalam Penyuluhan Untuk Pengrajin 178

29.
30.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil Analisis SEM Total ............................................................................. 203
2. Hasil Analisis SEM Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan
206
3. Hasil Uji Beda Rata-rata One way Anova ................................................... 207

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan terencana dari satu
situasi ke situasi lainnya yang dinilai lebih baik. Pembangunan yang terlalu
mengejar pertumbuhan ekonomi dan kurang memperhatikan pengembangan
sumberdaya manusia berakibat pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia yang kurang mendapat sentuhan pembangunan menjadi
tidak kuat dan goyah ketika dihadapkan pada situasi krisis. Mereka yang
bergantung pada industri-industri besar menjadi terhempas ketika industri besar
tersebut jatuh. Pemutusan hubungan kerja (akibat penciutan usaha atau kepailitan)
pada industri sering berdampak pada terjadinya pengangguran karena tenaga kerja
tidak terserap dalam pasar kerja tidak terelakkan.
Industri kecil merupakan salah satu soko guru perekonomian yang turut
mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi karena dapat menyerap tenaga
kerja dalam jumlah yang besar (padat karya). Jumlah tenaga kerja yang bekerja di
sektor industri kecil meningkat tajam sejak tahun 1985 dengan laju pertumbuhan
tenaga kerja 6,4% per tahun. Pada tahun 1989 jumlah tenaga kerja yang bekerja di
sektor ini berjumlah 7.334.874 orang dan pada akhir tahun 2003 mencapai
11.643.072 orang (BPS, 2004)
Selain menyerap tenaga kerja, industri kecil menjadi penyumbang
pendapatan asli daerah yang signifikan. Pada beberapa jenis produk, hasil
produksi industri kecil di bidang pangan, sandang, kulit, kimia dan bahan
bangunan, kerajinan dan umum prospektif untuk ekspor (Hubeis, 1997). Oleh
karena itu, dalam rangka otonomi daerah pemerintah memberikan perhatian yang
lebih optimal guna meningkatkan produktivitas sektor ini.

Pemerintah telah

melakukan upaya pembangunan industri kecil dalam jangka waktu puluhan tahun,
namun apabila dilihat fakta yang ada kondisi pengrajinnya masih banyak yang
belum mengalami kemajuan. Kondisi pengrajin pada saat ini sebagian besar masih
seperti pada saat orang tua atau sanak kerabatnya memulai usaha itu puluhan
tahun yang lalu.

Upaya menjalin kerjasama dengan individu lain terutama yang terkait
dengan bidang usaha, meliputi pemasok barang, pemodal, pelanggan atau mitra
usaha lainnya masih lemah. Terdapat beberapa faktor penyebab lemahnya
kemampuan kerjasama ini. Beberapa diantaranya adalah kemampuan komunikasi,
pengetahuan tentang kerjasama itu sendiri, upaya subordinasi dan dominasi elit
bisnis (pemodal, pemasok barang, distributor), dan yang paling utama adalah rasa
percaya diri yang masih rendah (Wijaya, 2001; Karsidi, 1999; Tawardi, 1999).
Karsidi (1999) menemukan bahwa permasalahan utama yang menghambat
peningkatan kesejahteraan pengrajin adalah pola hidup mereka

yang masih

tradisional, mereka cepat puas, kurang tanggap terhadap peluang, dan kurang
memiliki kemampuan. Selain itu, para pengrajin industri kecil masih belum siap
dan mereka memiliki latar belakang pendidikan yang kurang. Oleh karena itu,
kompetensi pengrajin perlu dikembangkan dengan kegiatan penyuluhan yang
dirancang sesuai dengan kelompok jabatan: buruh pengrajin, pengrajin dan
pengusaha pengrajin.
Pelham (1999) menemukan bahwasanya industri kecil masih lemah dalam
hal

perencanaan,

pemikiran

strategis

dan

orientrasi

jangka

panjang.

Kecenderungan memenuhi kebutuhan jangka pendek mengakibatkan mereka tidak
melakukan perencanaan ke depan tentang pasar, pengelolaan keuangan, atau
persediaan sumber daya yang dibutuhkan. Kurang dari 50% pengusaha industri
kecil yang secara rutin dan berkelanjutan mengumpulkan infromasi tentang
pertumbuhan pasar atau segmen pasar.
Selain itu, pengrajin masih belum memposisikan diri sebagai wirausaha
yang berkualitas, kreativitas menjadi modal dasar untuk menghadapi persaingan
belum dipenuhi dengan optimal dan masih bersifat subsisten menjadikan kualitas
perilakunya masih rendah (Megginson et al., 2000, Sigito 2001, Tawardi, 1999).
Ismawan (2002) mencatat beberapa keterbatasan yang dijumpai pengrajin
yaitu: (1) manajemen, pengelolaan keuangan, keberlanjutan lembaga dan
semacamnya; (2) scope dan skala ekonomi yang terbatas dan tidak dapat dengan
mudah serta cepat dikembangkan karena keterbatasan akses pelayanan keuangan,
informasi, dan pasar; dan (3) lingkungan usaha yang kurang fair, adil,

diskriminatif, kurang jelas aturan mainnya dan konsistensi dalam menjaga aturan
main yang ada.
Permasalahan lain yang dihadapi pengrajin adalah bahwasanya industri
kerajinan sangat dipengaruhi oleh perkembangan mode. Oleh karena itu,
permintaan produk dengan model yang berkembang terus menuntut kreativitas
dan inovasi produk yang tinggi pula. Kenyataan yang ada menunjukkan variasi
produk sangat monoton, sehingga kadang timbul kejenuhan dari konsumen
(Sigito, 2001). Selain itu, tingkat disiplin pengrajin juga kurang sehingga sering
target tidak dapat dipenuhi. Tingginya persaingan dalam industri kerajinan
menuntut

ketrampilan

pengrajin

untuk

membaca

peluang

pasar

dan

mengembangkan daerah pemasaran. Perkembangan strategi penjualan produk
juga tampaknya perlu dikuasai oleh pengrajin.
Berdasarkan pendapat tersebut maka permasalahan industri kecil dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
(1) Kapasitas, permasalahan yang terkait dengan rendahnya kapasitas pengrajin
dalam hal: perencanaan, pengelolaan keuangan, kewirausahaan, keberlanjutan
usaha, pertumbuhan skala ekonomi.
(2) Akses, keterbatasan akses terutama dalam hal akses pada pelayanan keuangan,
informasi, dan pasar.
(3) Lingkungan, rendahnya keberpihakan lingkungan terutama pemerintah dalam
memberikan pembinaan terhadap industri kecil, regulasi terhadap arus produk
pesaing dari luar negeri, dan regulasi lainnya yang fair, adil, tidak
diskriminatif, jelas aturan mainnya dan konsistensi dalam menjaga aturan
main yang ada.
Menyadari kenyataan yang ada, maka pada masa mendatang diperlukan
adanya suatu model pemberdayaan yang mampu meningkatkan kemampuan
pengrajin sehingga mampu berkolaborasi dengan pengrajin dan pendukung usaha
lainnya (stakeholder). Selain itu, agar pengrajin yang telah ada mampu
mengembangkan skala usahanya. Pemberdayaan ini tidak terlepas dari upaya yang
ditujukan untuk menempatkan pengrajin menjadi subyek pembangunan, serta
menempatkan sumber daya manusia pengrajin sebagai komponen utama dalam

pembangunan industri kecil sehingga pengrajin mampu mandiri menghadapi
persaingan usaha.

Masalah Penelitian
Kurang berkembangnya industri kecil di Indonesia telah menimbulkan
kesan bahwa berbagai program pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap industri kecil selama ini kurang banyak manfaatnya. Kurang berhasilnya
kebijakan dan program pengembangan industri kecil di Indonesia disebabkan
antara lain oleh: adanya tumpang tindih dalam program dan populasi sasaran serta
pendekatan yang tidak terkoordinasi dan tidak konsisten. Akibatnya, mereka
sering menjadi obyek pembangunan, tergantung, dan tidak mandiri. Berdasarkan
hasil analisis Pardede (2000) diketahui bahwa kebijakan pemerintah dalam
membangun industri kecil

lebih menekankan pada upaya meningkatkan

produktivitas dan kurang menyentuh aspek peningkatan kualitas SDM
Peningkatan kualitas SDM pengrajin adalah sasaran yang seharusnya
menjadi tujuan pembangunan industri kecil, sehingga dengan SDM yang
berkualitas akan dapat membawa pengrajin ke arah keberlanjutan dan kemajuan
usaha, dan keberhasilan pembangunan industri kecil dapat mewujudkan
kesejahteraan masyarakat industri kecil.
Menurut Megginson, Byrd dan Magginson (2000), berbagai penelitian
telah berhasil memetakan permasalahan industri kecil namun aspek perilaku
belum mendapat perhatian khusus. Pada saat ini gaya hidup pengrajin industri
kecil pada umumnya masih berada dalam gaya hidup transisi (pre modern), sebab
untuk mencapai kemandirian perlu diubah menjadi gaya hidup modern, kegiatan
industrialisasi menjadi dominan (Karsidi, 1999).
Sebagai seorang wirausaha pengrajin industri kecil masih belum mempunyai sifat tanggap terhadap peluang usaha. Hal ini apabila dikaitkan dengan
sifat perilaku wirausaha yang berhasil adalah bersifat opportunistis (Bird, 1989).
Sebagai salah satu contoh yang terjadi pada industri kecil tas dan sepatu yang
seringkali tidak dapat merespon dengan baik penawaran yang diberikan oleh pasar
berupa pesanan tas dan sepatu, pesanan tidak diselesaikan tepat waktu, kualitas
menjadi menurun karena jumlah pesanan banyak dan sebagainya sehingga pasar

tidak puas. Sifat kurang tanggap ini juga terkait dengan pengambilan keputusan
yang lambat dari pengusaha industri kecil.
Industri kecil dari bahan kulit adalah industri yang terkait dengan mode,
yakni mode akan berjalan sesuai dengan trend. Kejenuhan pasar akan terjadi pada
saat industri kecil tidak mampu menghasilkan kreasi yang sesuai dengan trend
yang ada. Kreativitas pengrajin tas dan koper di Sidoarjo untuk mengikuti trend
yang dibutuhkan pasar adalah masih rendah (Sigito, 2001).
Perilaku pengrajin industri kecil sekarang ini masih belum kondusif.
Berdasarkan penelitian Tawardi (1999) ditemukan bahwa: (1) orientasi hidup
pengusaha kecil masih untuk memenuhi keperluan hari ini, (2) kadang-kadang
merasa rendah diri karena ekonomi lemah, dan (3) percaya diri terlalu tinggi
sehingga merasa mutu produknya lebih baik dibanding orang lain.
Perkembangan teknologi yang cepat dalam proses produksi akan menunjang kualitas produk dan ketepatan waktu pengerjaan. Mengingat karakteristik
produk kerajinan barang dari bahan kulit terkait dengan selera, maka sangat
dibutuhkan peralatan yang bisa menghasilkan produk yang berkualitas, misalnya
jenis mesin jahit, jarum, alat pengguntingan, pengepresan dan sebagainya. Kondisi
yang dihadapi sebagian besar industri kecil kerajinan barang dari bahan kulit
kurang bisa merespon perubahan selera konsumen dan perubahan teknologi
dengan cepat. Apabila dikaji lebih mendalam permasalahan yang dihadapi
industri kecil ini adalah perilaku pengrajinnya yang sedang dituntut berubah.
Aspek perilaku wirausaha terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
pengrajin industri kecil masih belum kondusif. Berdasarkan latar belakang
penelitian, dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
(1) Bagaimana perilaku wirausaha, tingkat kemandirian usaha, tingkat kemajuan
usaha, dan keberlanjutan usaha pengrajin?
(2) Faktor-faktor manakah yang berpengaruh terhadap kualitas perilaku wirausaha
para pelaku industri kecil?
(3) Faktor-faktor manakah yang menentukan tingkat kemandirian berusaha para
pelaku industri kecil?
(4) Faktor-faktor manakah yang cenderung lebih menentukan kemajuan usaha?
(5) Faktor-faktor manakah yang lebih menentukan keberlanjutan usaha?

(6) Bagaimana model pemberdayaan yang efektif untuk memandirikan pengrajin,
membentuk perilaku wirausaha yang berkualitas, dan memajukan usaha?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah-masalah yang telah disebutkan, maka secara umum
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
(1) Mendapatkan gambaran tentang perilaku wirausaha, tingkat kemandirian
usaha, tingkat kemajuan usaha, dan keberlanjutan usaha pengrajin.
(2) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perilaku wirausaha
para pelaku industri kecil.
(3) Menjelaskan faktor-faktor penentu tingkat kemandirian berusaha para pelaku
industri kecil.
(4) Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan kemajuan usaha para pelaku
industri kecil.
(5) Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan keberlanjutan usaha para pelaku
industri kecil.
(6) Merumuskan model pemberdayaan yang efektif untuk memandirikan
pengrajin, membentuk perilaku wirausaha yang berkualitas, dan memajukan
usaha.
Manfaat Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan se cara ilmiah dan secara praktis. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
(1) Bagi perkembangan ilmu penyuluhan pembangunan, diharapkan penelitian ini
dapat memberikan sumbangan terhadap:
 Pengembangan model intervensi terhadap komunitas pengrajin.
 Pengembangan paradigma penyuluhan yang memberdayakan pengrajin.
 Pengembangan konsep perilaku wirausaha dan kemandirian pengrajin.
 Peningkatan kemajuan usaha dan keberlanjutan usaha industri kecil.
(2) Bagi pembangunan industri kecil, diharapkan penelitian ini dapat dimanfaat
sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan program
pemberdayaan pengrajin.

Definisi Istilah
(1) Industri kerajinan adalah aktivitas usaha di tingkat rumah tangga yang
mencakup semua perusahaan/usaha yang melakukan kegiatan mengubah
barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang
kurang nilainya menjadi lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual.
Yang termasuk dalam kategori tersebut adalah perusahaan/usaha yang
memiliki tenaga kerja antara 1-4 orang, memiliki asset maksimal Rp 200 juta
tidak termasuk tanah dan harta tak bergerak.
(2) Pengrajin adalah orang yang bekerja di bidang kegiatan mengubah barang
dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang kurang
nilainya menjadi lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual untuk
memenuhi nafkah hidupnya yang memiliki kemampuan menjalankan aktivitas
di bidang produksi dan perdagangan.
(3) Karakteristik individu pengrajin adalah ciri-ciri yang melekat pada individu
pelaku kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan
atau dari barang yang kurang nilainya menjadi lebih tinggi nilainya dengan
maksud untuk dijual, yang membedakan dirinya dengan orang lain
berdasarkan waktu tertentu.
(4) Faktor pendukung usaha adalah tingkat ketersediaan faktor-faktor yang sesuai
dengan kebutuhan untuk menunjang kegiatan usaha kerajinan kulit yang
bermutu.
(5) Dukungan lingkungan adalah individu-individu lain, lembaga, atau sistem
yang melingkupi pengrajin dan usahanya, yang memberikan dukungan
sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan-tindakan pengrajin.
(6) Keberdayaan pengrajin adalah daya yang dimiliki pelaku kegiatan usaha
kerajinan yang ditekankan pada perilaku wirausaha (yang tercermin pada sifat
inovatif, memiliki inisiatif atas usahanya, mampu mengelola resiko, berdaya
saing) dan kemandirian dalam kegiatan usahanya (permodalan, produksi,
kerjasama dan pemasaran).

(7) Perilaku wirausaha adalah aspek-aspek yang terinternalisasi dalam diri
pengrajin yang ditunjukkan oleh pengetahuan, sikap dan ketrampilannya
untuk melakukan usaha dengan inovatif, inisiatif, berani mengambil resiko
dan berdaya saing.
(8) Kemandirian usaha adalah kemampuan pelaku usaha kerajinan dalam kegiatan
produksi, pemasaran dan permodalan yang tidak tersubordinasi dengan pihak
lain serta kemampuan kerjasama dengan individu, kelompok atau organisasi
untuk mencapai kemajuan terbesar bersama.
(9) Kemajuan usaha pengrajin adalah kondisi perkembangan aktivitas di bidang
kerajinan dalam bentuk penjualan, keuntungan dan pangsa pasar yang
diperoleh pengrajin.
(10) Keberlanjutan usaha adalah aktivitas dan sikap proaktif pengrajin dalam
mengantisipasi kebutuhan dan selera konsumen secara terus menerus dari
masa ke masa.
(11) Pemberdayaan

pengrajin

adalah

proses

pembelajaran

yang

berkesinambungan yang ditujukan untuk mengembangkan kekuatan kepada
masyarakat agar: (1) memiliki kesadaran, rasa percaya diri dan ketegasan
dalam seluruh segi kehidupannya; (2) mampu mengambil keputusan,
memecahkan masalah, berkreasi dalam usaha kerajinannya; (3) mampu
bekerjasama dan membina hubungan dalam lingkungan usaha dan
lingkungan sosialnya; dan (4) mampu mengakses sumberdaya, peluang,
pengetahuan dan ketrampilan untuk kelangsungan usaha dan kehidupan
keluarganya di masa yang akan datang dengan lebih baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga
Atribut “kecil” pada industri kecil memiliki arti yang berbeda dalam
berbagai konteks dan lembaga yang menggunakannya, dan hal ini seringkali
menimbulkan kekeliruan interpretasi bagi yang mencoba mengadopsi kebijakan
atau pengalaman negara lain dalam pengembangan industri kecil.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan industri kecil
berdasarkan asset dan kepemilikan, yaitu perusahaan yang memiliki asset sampai
Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan yang ditempatinya dan dimiliki oleh
warga negara Indonesia. Kriteria industri kecil yang ditetapkan oleh Undangundang Usaha Kecil No. 9 tahun 1995 yang digunakan oleh Departemen Koperasi
adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih maksimum Rp 200 juta di luar tanah
dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milliar
dan dimiliki oleh warga negara Indonesia. Konsep usaha kecil menurut Kamar
Dagang dan Industri (KADIN) adalah sektor usaha yang memiliki asset maksimal
Rp.250 juta, tenaga kerja paling banyak tiga orang dan nilai penjualan di bawah
Rp.100 juta perbulan.
BPS (1995) membagi empat kriteria tentang industri: (1) industri kerajinan
dan rumah tangga yaitu perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang, (2)
industri kecil yaitu perusahaan dengan tenaga kerja 5-19, (3) industri sedang atau
menengah yaitu perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang, dan (4) industri
besar adalah perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Apabila dilihat dari sifat dan bentuknya, menurut Haeruman (2001),
industri kecil bercirikan: (1) berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian, (2) dimiliki
dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu me-ngembangkan
sumberdaya manusia, (3) menerapkan teknologi lokal (indigenous technology)
agar dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal, dan (4) tersebar
dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan
yang efektif.

Berdasarkan pada penjelasan tersebut di atas, pengertian industri kerajinan
yang dimaksudkan dalam penelitian ini mengacu pada industri rumah tangga yang
mencakup semua perusahaan/usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang
dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya
menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual. Yang
termasuk dalam kategori tersebut jika dilihat dari jumlah tenaga kerjanya
memiliki tenaga kerja antara 1-4 orang, memiliki asset maksimal Rp 200 juta
tidak termasuk tanah dan harta tak bergerak.

Konsep Pengrajin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengrajin = perajin adalah
subyek melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan kerajinan. Kata “kerajinan”
menurut ilmu asal usul bahasa adalah berasal dari kata dasar “rajin” yang
mendapat imbuhan ke-an, menunjuk kata benda yang dihasilkan melalui proses
yang membutuhkan sifat rajin, teliti, cermat dan kreatif dari pembuatnya. Jadi
pengrajin adalah orang yang bekerja membuat barang kerajinan yang memiliki
sifat-sifat rajin, teliti, cermat dan kreatif.
Karsidi (1999) membagi tiga jabatan pengrajin yaitu : (1) tenaga kerja
terampil industri kecil, (2) pengrajin industri kecil, dan (3) pengrajin pengusaha
industri kecil. Wijaya (2001) menemukan pengelompokan pengrajin dalam
industri kerajinan seni ukir dalam tiga kelompok yaitu: (1) buruh pengrajin atau
yang tergolong semi terampil dalam kegiatan produksi, (2) pengrajin yang
tergolong terampil dalam kegiatan produksi, dan (3) pengusaha hiasan seni ukir
yang keterampilan dalam kegiatan produksi dan perdagangan. Sigito (2001)
menemukan dua kelompok pengrajin di Industri Kecil Tas yaitu: (1) pengrajin
sekaligus pedagang dan (2) pengrajin tukang.
Nadvi dan Barientoss (2004) mengelompokkan pekerja sektor industri
kecil menjadi tiga yaitu: (1) small producers, yang memiliki buruh, beberapa asset
dan memiliki keuntungan kecil tetapi rentan terhadap kebangkrutan; (2)
subcontractor, orang-orang yang tergantung pada broker (middle man) yang
menghubungkan ke pasar, bahan baku dan kredit, mereka memiliki pendapatan

yang rendah; dan (3) homeworker and casual day labourer, yang memiliki
pendapatan sangat rendah yaitu 1 dollar per hari.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka konsep pengrajin dalam penelitian
ini adalah orang yang bekerja di bidang kegiatan mengubah barang dasar menjadi
barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi lebih
tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual, yang memiliki ketrampilan produksi
dan perdagangan. Kelompok ini memiliki fungsi-fungsi usaha yang masih sangat
sederhana dan masih terikat dengan middle man atau menjadi subkontrak (Wijaya,
2001; Sigito, 2001) dalam mengakses pasar, bahan baku dan kredit sehingga perlu
dikembangkan kemandirian usahanya.
Aspek informalitas, masih banyak ditemui di kalangan pengrajin.
Meskipun terdapat beberapa industri kecil yang memiliki badan hukum, namun
sebagian besar pelaku bekerja diluar kerangka legal dan pengaturan (legal and
regulatory framework) yang ada. Informalitas Industri kecil ini menyebabkan
mereka tidak bisa mengakses lembaga keuangan formal dan terpaksa harus
berhubungan dengan sumber pinjaman informal.
Ketidakformalan industri kecil dapat membawa konsekuensi tiadanya
jaminan keberlanjutan aktivitas yang dijalani. Berbagai kebijakan pemerintah
dapat secara dramatis mempengaruhi keberlangsungan suatu aktifitas industri
kecil. Dalam merespon kondisi yang demikian, sektor industri kecil menjadi
sektor yang relatif mudah dimasuki dan ditinggalkan. Apabila pada aktifitas
ekonomi tertentu terdapat banyak peluang maka dengan segera akan banyak
pelaku yang menerjuninya; sebaliknya, apabila terjadi perubahan yang
mengancam keberlangsungan jenis usaha tertentu maka dengan segera para
pelakunya akan berpindah ke jenis usaha yang lain.
Hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki posisi pengrajin yang lebih
banyak memilih berusaha untuk memenuhi kebutuhan sesaat. Sebagaimana
digambarkan oleh Getz (2005) yang menggambarkan pengrajin dan pengusaha
kecil sebagai seorang seniman, wirausahawan yang bergaya hidup (lifestyle
entrepreneur), usahanya dikelola secara kekeluargaan. Para pengrajin ini sering
diasumsikan sebagai pihak yang menolak resiko atas usahanya karena mereka

lebih memprioritaskan keselamatan keluarga daripada meningkatkan pertumbuhan
usahanya.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pengrajin merasa nyaman dengan
kondisi saat ini dan kurang senang menghadapi tantangan demi kemajuan
usahanya. Oleh karena itu, perlu kiranya untuk mengarahkan pengrajin pada
peningkatan daya saing dan kualitas usahanya. Sebagaimana hasil penelitian Getz
(2005) yang menemukan adanya kelompok wirausahawan yang berorientasi pada
pertumbuhan (growth). Kelompok ini akan diarahkan untuk memaksimumkan
daya saing, meningkatkan kualitas dan nilai tambah. Selain itu, ada kelompok
wirausahawan yang berorientasi pada laba dan pertumbuhan (profit and growth)
akan diarahkan pada peningkatan inovasi produk dan pemasaran.

Karakteristik Individu Pengrajin
Kegiatan usaha kerajinan digerakkan oleh individu yang sebagian besar
adalah pemilik usaha tersebut. Pengrajin tersebut selain sebagai pemilik usaha,
tenaga produksi / pekerja, pengelola keuangan juga sebagai tenaga pemasar.
Melihat posisi individu yang multi fungsi tersebut, maka perlu mendapatkan
pengetahuan yang lebih da