Studi Potensi Heterobeltiosis pada Persilangan Beberapa Galur Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

-

~

Bul. Agron. (29) (I) 23 - 26 (2001)

f
i
:

Studi Potensi Heterobeltiosis pada Persilangan Beberapa Galur
Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Study on Heterobeltiosis Potential from Crosses of Several

';f

HotPepperLines (Capsicumannuum L.)

~

Catur Herisonl, Rustikawatil, Sudarsono2


ABSTRACT
Hybrid cultivar is one of the best alternative to increasenational hot pepperproduction. However, lacking of
local hybrid cultivars resultedin the dependencyon importedexpensiveseeds. Theobjectiveof this reseachis to study
heterobeltiosispotential and yield of hybrids generatedfrom crossesof severalhot pepper lines. Nine parental lines
and their 19 hybrids were evaluatedinfield experimentat the Pasir SaronggeExperimetalStation of IPB, Cipanas,
WestJava, in a randomizecompleteblock designwith 3 replications. Theresultsindicatedthat severalcrossesshowed
a high potential heterobeltiosis. The cross of CI034 x CI026, CI042 x CI025, dan CI042 x CI026 showed
heterobeltiosisvalue of more than 100%. Most of the crossesrevealedan excellentyield for mediumfriut type the
yield was about 1 kg per plant (CI034 x CIO06), danfor large fruit type was 1,8 kg per plant (CI042 x CIO06), in
average,which werehigher than theyield of Hot Beauty,a commercialhybrid cultivar.

.

Keywords: Heterobeltiosis,Hot pepper
PENDAHULUAN
Cabai merah (Capsicumannuum L.) adalahsalah
satu sayuranterpenting di Indonesia. Cabai merah
dikonsumsioleh seluruh lapisan masyarakatIndonesia
tanpa melihat status sosial clan tingkat pendapatan.

Komoditasini terutamadigunakandalamkeadaansegar
sebagaibumbu pemberi rasa pedas clan sedap dalam
berbagaimenu masakan. Selain itu, produk cabaijuga
digunakansecara luas dalam industri makanan,obatobatanmaupunkosmetik(Bosland andVotava, 2000).
Pentingnya komoditas cabai merah juga dapat
dilihat dari datastatistik yang menunjukkanbahwaareal
pertanamancabai merah merupakan yang terluas di
antaratanamansayuranyang diusahakandi Indonesia,
clanpadatahun 1996mencapaisekitar 183.000ha, atau
19%dari total arealpertanamansayuran(BPS, 1996).

:
~
'

'1
::c
;;
;


,

Konsumsi rata-rata cabai merah per kapita pada
tahun 1992 adalah 3,16 kg per kapita per tahun (BPS
1993). Jika angka tersebut dikalikan denganjumlah
penduduk, maka akan menggambarkanpermintaan
domestikakancabaimerahyang sangatbesardan setiap
tahunnyaterusmeningkat.Sebagaiiliustrasi, pactatahun
1997 pemerintah Indonesia harus mengimpor produk
cabaimerahsebanyak3.382 ton (senilai US$ 2,8 juta)

karena produksi nasional belum mencukupi (BPS,
1997").
Produksicabaimerahdi Indonesiatermasukmasih
rendah,yaitu rata-ratasekitar 3,2 ton per hektar (BPS,
1996). Pactatahun 1997 luas pertanamancabai adalah
sekitar 161.602ha (BPS, 1997b),clanpada tahun 2000
adalah 174.708ha atau sekitar 20,39% dari total areal
pertanamansayuran(BPS, 2001). Tingkat produksi ini
masih jauh 'lebih rendah dari potensi produksi cabai

hibrida yang beredar di Indonesia, yaitu sekitar 12
ton/ha. Sedangkandi negaralain, sepertiCina, produksi
cabai merah dapat mencapai rata-rata 14,5 ton per
hektar clanSpanyol 31,1 ton per hektar (Rubatzky clan
Yamaguchi,1997).
Cabai merah yang ditanam petani di Indonesia
umumnya berasal dari benih tradisional basil seleksi
buah pada musim sebelumnya sehingga hasilnya
rendah. Akhir-akhir ini banyak kultivar hibrida yan~
mulai ditanam petani dalam skala yang luas, sepertt
'Wonder Hot', 'Hot Chilli', 'Hot beauty', 'TM999',
'TM88', dan 'CTH-01'. Kultivar hibrida tersebut
diimpor dari Korea Selatanclan Thailand. Sekalipun
potensi produksinya lebih tinggi dibandingkandengan
kultivar yang banyak ditanam petani pada umumnya,
benih impor tersebuttemyata memiliki beberapaaspek
negatif, yaitu: (1) harga benihnya sangat mahal, (2)

I Star PengajarUniversitasBengkulu
2StarPengajarInstitut PertanianBogor


23

.

,

Bul. Agron. (29) (1) 23 - 26 (2001)

,
:

!
ii

I

perin input produksi tinggi, (3) menimbulkan
ketergantunganpada benih impor, dan (4) sebagian
besarrentan terhadapcekamanbiotik dan abiotik yang


ketinggian sekitar 1150 m dpl, pada bulan Januari
hingga Juni 1999. Sebanyak9 galur tetua , 19 hibrida
hasil persilanganantar tetua tersebut, dan I kultivar

ada di Indonesia.
Oleh karena itu perakitan kultivar hibrida dalam

hibrida komersial Hot Beauty (HB) diuji dalarn
percobaan lapang.
PeneIitian dilakukan dengan

negeri perlu dilakukan sehinggalebih murah dan dapat
disesuaikandenganlingkunganbiotik dan abiotik yang
ada di Indonesia. Selain itu dalam perakitan tersebut

rancanganacak kelompok 3 ulangan. Sebagai unit
percobaanadalahdua baris tanarnan,yang terdiri atas
14 tanaman. Pengarnatandilakukan terhadapjumlah


oleh konsumen dalam negeri, seperti rasa pedas,biji
jarang dan daging buahgetas. Dalarnperakitankultivar
hibrida, langkah awal yang perlu dilakukan adalah
mempelajaridan mencaripasangan-pasangan
tetuayang
mampumenghasilkanhibrida berdayahasil tinggi.
Penelitianini bertujuanuntuk mempelajaripotensi
heterobeltiosisdan daya hasil sejumlah hibrida hasil
persilangan beberapa galur cabai merah dan mempelajaridayahasil sejumlahhibrida.

diameterbuah.
High parent heterosis (heterobeltiosis) dihitung
berdasarkanrumusFehr (1987),sbb:
Heterobeltiosis= [(FI-HP)/HP] x 100%denganFI
dan HP berturut-turotadalahrata-ratahibrida dan tetua
tertinggi.

dapatdiintegrasikan
karakter-karakter
yangdikehendaki


.

buah total, rata-ratabobot per buah, panjangdan

e

I

HASIL DAN PEMBAHASAN

, "

Hasil penelitian menunjukkanbahwa sekitar 50%

!

BAHAN DAN METODE

\


hasil persilangan yang diuji menunjukkan potensi

Percobaan dilakukan di kebun percobaan IPB Pasir
Sarongge,

~

Cipanas,

Cianjur

Jawa

Barat

: heterobeltiosis, yaitu melebihi hasil tetua tertinggi

..


(Gambar I).

;

dengan

\

i
200.00
,
,

~

\
~

\


15000
,;

,

E

..

~
\

~

CJ

:1.
.,

10000

11.

50.00

..

1

000

()

=
~
()

...
'""
=
~

()

f
,

'""
=
~

~

()

()

GambarI. Efek heterobeltiosispadapersilangaanbeberapagalur cabaimerah

i~

Bahkanada beberapapersilanganyang menun-

..

l

):!
f""

j

digunakanpersilangan
sebagai pembanding,
0.981yang
kg.
Beberapa
lainnya untukyaitu
tipe buah

dan CI042 x CI026.
Daya hasil tanaman, yang ditunjukkan dengan
rata-rata bobot buah total per tanarnan,dari sejumlah
persilangansangatbaik. Sebagianhibrida dengantipe
buah sedang (diameter buah 1.00 - 1.60 cm)
memperlihatkan hasil lebih dari I kg, seperti yang
ditunjukkan oleh C I 034 x C I 026 (Gambar2). Hasil ini
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kultivar

sarnamemperlihatkanhasil yang hampir sarnadengan
HB, sepertipadaCI035 x CI025, CI035 x CI026, dan
CI035 x CI027. Sedangkanuntuk hibrida dengantipe
buah besar(Tabel I), seluruhnyamemperlihatkandaya
hasiI yang lebih dari I kg per tanaman. Bahkan pada
persilanganCI042 x CIO06 diperoleh rata-rata hasil
sekitar 1.8kg.

24
.I:

hibridakomersialtipe bUahsedangHot Beautyyang

jukkan
daya
hasil lebih
dari xdua
kali CI042
tetua tertinggi,
yaitu pada
persilangan
CI034
CI026,
x CI025

CaturHerison,Rustikawati,
Sudarsono

~
.

.

Bul. Agron. (29) (1) 23 - 26 (2001)
:
~

200

~
150

..

E

~

m

1000

5

CD

~

u

~

~
=

Bo

U

u

,
~

=
~
u

~

u

Gambar2. Perbandingandayahasil tanamanhibri?a cabaimerahharapandaDkultivar hibrida komersial

Tabel I.. Rata-ratahasil daDkarakteristikbuahhibrida cabaimerahharapa~;

-I

- -buah
.
Bobot
-

Hibrida
-

!

~
i
I
c~

Jumlahbuah

Bobot per
buah(g)
,~,

'

total per
Diameterbuah Panjangbuah
tanaman(g)
(cm)
(cm)
,--

Tipe buah

C1024/C1006

100.3

10.2

1023.06

1.9

12.3

besar

CI034/CIO06
C1034/C1025
CI034/C1026

154.5
104.0
143.5

6.9
5.6
5.5

1066.05
582.40'
789.25

1.6
1.3
1.3

6.2
8.0
7.8

sedang
sedang
sedang

C1035/CIO06
C1035/C1025
CI035/C1026
C1035/CI027

123.7
125.3
103.6
86.7

10.6
6.8
8.4
9.3

1311.22
852.04
870.24
806.31

1.8
1.4
1.4
1.6

14.3
10.4
11.9
13.1

besar
sedang
sedang
sedang

CI037/C1006

173.9

3.7

643.43

1.2

6.6

sedang

C1037/CI025
C1037/C1026

131.1
140.7

3.2
3.1

419.52
436.17

1.2
1.1

6.2
6.6

sedang
sedang

C1037/C1027

100.3

3.9

391.17

1.2

7.4

sedang

CI042/CI006
C1042/C1025
CI042/C1026

94.9
83.4
65.2

19.0
13.9
16.9

1803.10
1159.26
1101.88

2.3
1.8
2.1

14.7
12.1
12.6

besar
besar
besar

C1043/C1006
C1043/C1025
CI043/CI026
C1043/C1027

118.9
65,4
59.7
69.9

10.7
10.0
9.8
11.1

1272.23
654.00
585.06
775.89

2.0
1.6
1.5
1.8

12.7
11.4
12.0
14.1

besar
sedang
sedang
besar

Hot Beauty

107.4

10.1

981.23

1.0

11.0

sedang

StudiPotensiHeterobeltiosis
pada...

25

.

/

~"'I;~..~--~-

Bul. Agron. (29) (I) 23 - 26 (2001)
,i

"
'"

,

I

i

.

:
I

i

Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa terdapat
potensi heterobeltiosis yang cukup besar pada hasil
persilangan galur-galur yang diuji. Potensi heterobeltiosis ini sangat renting dalam perakitan kultivar
hibrida karena merupakanindikator bagi diperolehnya
daya hasil hibrida yang lebih tinggi dari tetuanya..
Selainheterosis,indikator lain yangjuga sangatpenting
dalam pengembangankultivar hibrida adalah potensi
daya hasil hibirida yang dirakit, secararelatif terhadap
kultivar hibrida yang telah ada. Karenadayahasil inilah
yang paling penting bagi petani. Di samping itu tidak
selaluhibrida yang menunjukkanheterobeltiosisterbaik
memiliki daya hasil terbaik pula.
Daya hasil tinggi yang ditunjukkan oleh sebagian
besar hibrida harapanyang diuji dalam percobaanini
tampaknyalebih banyakberkaitandenganjumlah buah
yang terbentuk. Padahibrida denganklasifikasi ukuran
buah yang sarna Hot Beauty, jumlah buah yang
terbentuk lebih banyak sementaraitu bobot buahnya
lebih ringan dibandingkan dengan kultivar hibrida
pembanding.
Sekalipun beberapa hasil persilangan memiliki
rata-rata hasil secara kuantitas lebih unggul
dibandingkandengankultivar hibrida komersial, tetapi
secarakualitas masih lebih rendah. Kultivar hibrida
komersial memiliki bentuk buah, kekerasan buah,
tekstur permukaan buah dan penampilan lain secara
keseluruhan, secara visual lebih baik dibandingkan
hibrida harapan yang diuji. Oleh karena itu pada
tahapan penelitian selanjutnya perlu dilakukan
perbaikandan penyempumaankarakter-karakterlain.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada
potensi heterobeltiosis yang besar dari hibrida hasil
persilanganantaragelur-galur koleksi. Beberapahasil

Fehr, W.R. 1987. Principle of Cultivar Development.
Theory and Technique. Vol. I. MacMillan Pub.
Co. New York. 536 p.

persilangan memiliki potensi untuk dikembangkan
menjadikultivar hibrida.

Rubatzky, V.E., M. Yamaguchi.

i

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulismengucapkanbanyakterima kasih kepada
Eka Romlawati dan Darsina yang telah membantu
dalampelaksanaan
penelitianini.
DAFTAR PUSTAKA
Bosland,P.W., E.J. Votava. 2000. Peppers:Vegetable
and Spice Capsicums. CAB Publisher. axon.
UK. 210p.
BPS. 1993. Statistik Indonesia. Biro PusatStatistik.
Jakarta.
BPS. 1996. Survei Pertanian. Produksi Tanaman
Sayuran dan Buah-buahandi Indonesia. Biro
PusatStatistik. Jakarta.
BPS. 19978. Buletin Statistik PerdaganganLuar
Negeri. Impor. Biro PusatStatistik. Jakarta.34p.
BPS. I 997b. Survei Pertanian. Produksi Tanaman
Sayuran dan Buah-buahandi Indonesia. Biro
PusatStatistik. Jakarta.29p.
BPS. 2001. ProduksiTanamanSayuran,Buah-buahan,
Hias dan Chat di IndonesiaTahun 2000 (Angka
Tetap).
Dirjen Bina Produksi Hortikultura.
Jakarta. 89p.

1997.

World

Vegetables:Principles, Production and Nutritive
Values. 2nded. Chapman& Hall. USA. 843p.

!

:i
i

,;~;,

i i'~
~Q~

,.

;'..~'t}

..

'
I
,

~

.

26

Catur Herison,Rustikawati,Sudarsono

~
I
i

.

'"

,~~-;'

~ ~

,

-

~

Bul. Agron. (29) (I) 23 - 26 (2001)

f
i
:

Studi Potensi Heterobeltiosis pada Persilangan Beberapa Galur
Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Study on Heterobeltiosis Potential from Crosses of Several

';f

HotPepperLines (Capsicumannuum L.)

~

Catur Herisonl, Rustikawatil, Sudarsono2

ABSTRACT
Hybrid cultivar is one of the best alternative to increasenational hot pepperproduction. However, lacking of
local hybrid cultivars resultedin the dependencyon importedexpensiveseeds. Theobjectiveof this reseachis to study
heterobeltiosispotential and yield of hybrids generatedfrom crossesof severalhot pepper lines. Nine parental lines
and their 19 hybrids were evaluatedinfield experimentat the Pasir SaronggeExperimetalStation of IPB, Cipanas,
WestJava, in a randomizecompleteblock designwith 3 replications. Theresultsindicatedthat severalcrossesshowed
a high potential heterobeltiosis. The cross of CI034 x CI026, CI042 x CI025, dan CI042 x CI026 showed
heterobeltiosisvalue of more than 100%. Most of the crossesrevealedan excellentyield for mediumfriut type the
yield was about 1 kg per plant (CI034 x CIO06), danfor large fruit type was 1,8 kg per plant (CI042 x CIO06), in
average,which werehigher than theyield of Hot Beauty,a commercialhybrid cultivar.

.

Keywords: Heterobeltiosis,Hot pepper
PENDAHULUAN
Cabai merah (Capsicumannuum L.) adalahsalah
satu sayuranterpenting di Indonesia. Cabai merah
dikonsumsioleh seluruh lapisan masyarakatIndonesia
tanpa melihat status sosial clan tingkat pendapatan.
Komoditasini terutamadigunakandalamkeadaansegar
sebagaibumbu pemberi rasa pedas clan sedap dalam
berbagaimenu masakan. Selain itu, produk cabaijuga
digunakansecara luas dalam industri makanan,obatobatanmaupunkosmetik(Bosland andVotava, 2000).
Pentingnya komoditas cabai merah juga dapat
dilihat dari datastatistik yang menunjukkanbahwaareal
pertanamancabai merah merupakan yang terluas di
antaratanamansayuranyang diusahakandi Indonesia,
clanpadatahun 1996mencapaisekitar 183.000ha, atau
19%dari total arealpertanamansayuran(BPS, 1996).

:
~
'

'1
::c
;;
;

,

Konsumsi rata-rata cabai merah per kapita pada
tahun 1992 adalah 3,16 kg per kapita per tahun (BPS
1993). Jika angka tersebut dikalikan denganjumlah
penduduk, maka akan menggambarkanpermintaan
domestikakancabaimerahyang sangatbesardan setiap
tahunnyaterusmeningkat.Sebagaiiliustrasi, pactatahun
1997 pemerintah Indonesia harus mengimpor produk
cabaimerahsebanyak3.382 ton (senilai US$ 2,8 juta)

karena produksi nasional belum mencukupi (BPS,
1997").
Produksicabaimerahdi Indonesiatermasukmasih
rendah,yaitu rata-ratasekitar 3,2 ton per hektar (BPS,
1996). Pactatahun 1997 luas pertanamancabai adalah
sekitar 161.602ha (BPS, 1997b),clanpada tahun 2000
adalah 174.708ha atau sekitar 20,39% dari total areal
pertanamansayuran(BPS, 2001). Tingkat produksi ini
masih jauh 'lebih rendah dari potensi produksi cabai
hibrida yang beredar di Indonesia, yaitu sekitar 12
ton/ha. Sedangkandi negaralain, sepertiCina, produksi
cabai merah dapat mencapai rata-rata 14,5 ton per
hektar clanSpanyol 31,1 ton per hektar (Rubatzky clan
Yamaguchi,1997).
Cabai merah yang ditanam petani di Indonesia
umumnya berasal dari benih tradisional basil seleksi
buah pada musim sebelumnya sehingga hasilnya
rendah. Akhir-akhir ini banyak kultivar hibrida yan~
mulai ditanam petani dalam skala yang luas, sepertt
'Wonder Hot', 'Hot Chilli', 'Hot beauty', 'TM999',
'TM88', dan 'CTH-01'. Kultivar hibrida tersebut
diimpor dari Korea Selatanclan Thailand. Sekalipun
potensi produksinya lebih tinggi dibandingkandengan
kultivar yang banyak ditanam petani pada umumnya,
benih impor tersebuttemyata memiliki beberapaaspek
negatif, yaitu: (1) harga benihnya sangat mahal, (2)

I Star PengajarUniversitasBengkulu
2StarPengajarInstitut PertanianBogor

23

.