Perubahan Sosiokultural dalam Komunitas Pesantren Persatuan Islam (Kasus di Pesantren PERSATUAN ISLAM, desa Rancabogo, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat)

PERUBAHAN SOSIQKULTURAL
DALAM KOMUNITAS PESANTREN PERSATUAN lSLAM
(Kasus dl Pesantrcn PERSATUAN ISLAM, Desa Rancaboga, Keci~nratan
Tarogong, Kabupaten Garu t, Jawa Barat)

Oieh:

NABIEL FUAD ALMUSAWA

.

PROGRAM PASCASARJANA
INSTXTUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

NABIEL FUAD ALMUSAWA. Pembahan Sasiokultural Dafarn Kornunitas Pesantren
Persaturn Islam (PERSIS) Kasus di Pesantren PERSIS Desa Rancabogo, Kecamatan
Tarogong, Kabupaten Garut, Jaw& Barat. Dibimbing oleh M.T. FELIX SITORUS,
FREDIAN TUNNY NASDlAN dan M,HIDAYAT NURWANID.

Tujuan pnelitian ini adalah untuk meneliti PERSXS -sebagai saiah satu
representmi dari gerakan skripturalis dan sekaligus juga refomis Islam di Indonesia&lam melakukan sebuah perubabn sosiokuttuml. Secara busus maka penelitian ini
dilakukan dengan meneliti kanleks sejarah munculnya aliran PERSIS di Xndanesia serta
pesantren PERSIS Tarogong; Meneliti perubahan sosiokulturai yang bersifat purifikasi
yang dilakukan oleh PERSIS sehingga ia pantas untuk disebut sebagai sebuah gerakan
ymg skriptural; dan Meneliti perubahan sosiokultural yang hrsifat prnbaruan y ang
diiakukan oleh PERSXS sehingga gerakan ini juga krsifat sebuah gerakan yang reformis.
Penelitian ini dilaksanakan di Pesantren PERSIS Tarogong, Desa Rancabogo,
Kecsmatnn Tarogong, Kstbupaten Garut Jawa Barat sejak lanuari 2000 sampai dengan
Januari 2003&Metode penelitian bersifat deskriptif anal i tis menggunakan metode studi
kasus melalui teknik wawancara (inferview),pengamatan (observarr'ovr)dan pengamatan
berpartisipasi (frar~r'cl;tratianobservation) untuk analisis perubahan susiakul turn1 bai k
yang bersifat purifikasi maupun pembantan; sementara untuk penulisan sejarah pesantren
digunakan metude oral histo~y.Data yang dikumpulkan dianalisis mcnggunakan metade
kualitatif interpretatif, yaitu melalui gabungan antstra pernaparm ternurn ernpiris dengan
proses hermeunerik melalui penafsirstn atas realitas, yaitu berdasarkan pengkategorisasian dan prnaknaan menurut konteks sasial budaya seternpat s m a kaitannya dengan teari
dan kansep susiaIogis.
Berdasarkan hasil penclitian Pesantrcn PERSXS meruprtkan ke tarnpok skripturalis
yang rnelaicukan gerakan purifikasi sekdigus modernis yang rnelakukan gerakan
pernbahruan niiai-nilai Islam di Indonesia, Hal ini disebabkan sejarah berdirinya yang

sangat dipengaruhi oleh pernikiran tokoh purifikasi lsXam Muhammad bin Abdul Wahhab
dan tokoh pembaharu Islam Jamaluddin &Afghani. Dalarn perkernbangannya d i
Indonesia maka pengaruh tersebut d i p e r m h aleir A, Hassan dan M.Natsir. Peswtren
PERSIS Tarogong rnempakan sebuah representasi pesantren PERSlS di Indonesia yang
meneruskan kedua pola perubahan tersebut, setelah alimn PERSIS kontcmparer
cenderung lebih menekdan pada sisi purifikasi dan kurang mernperhatikan aspek
pembarustn. Langkah ini secara nyata rnendapat dukungrtn dari masyarakar seternpat dan
juga beberapa pesantren PERSIS ymg Istin,
Aspek pembahan sasiokuitural berdimensi purifikasi yang dilakukan pesantren
PERSIS Ttrrogong rnemiliki wilayah pengamh terutama pada komunitas internal
pesantren yaitu santri dan pcnduduk sekitar pesantrcn. 13urifikasi yang dilakukan
mencakup aspek kultur keagamaan, pndidikan dan bahasa. Gerakan purifikasi pada
kul tur keagamaan dilakukan dengan mengubak nilai-nilai rnasyarakat yang dianggap
tidak sesuai dengan orisinafitas ajaran Islam seperti fakhayui, hid'ah dan khurafab,
Gerakan purifikasi pada sektor pendidikan dilakukan deilgan menstnarnkan nil&
keis1arnal.t d a f m bentyk kagniti f; ahktif rnaupun psi komotori k yang diaplikasikan dala~n
kchidupan keseharian di masyarakat. Puri fikasi pada aspek bahasa Icbi h bcrsi fat

struktural daxipada kulturaI, y aitu penanman kecintaan terhadap bahasa Arab sebagai
jernhan memahami ilmu-ilmu keislaman

Perubaban sosiokultural yang berbentuk pembaruan brpenganrh selain pada
rnasyarakat sekitar pesantren, juga pads pa& lingkungan luar kornunitas pesantren, yaitu
ke krbagai ptsantren PERSIS lainnya yang ada di wilayah Garut, gerakan pembaruan ini
dilakukan pa& aspek keagammn, pendidikan dan politik, Gerakan pembaruan p d a
aspck keagamaan dilakukan dengan menmbukin silcap maderat ddaiam pernahtrman dm
penerapan nilai-nilai IsIm yang termasuk pada masalah cabang @ru 3 dalam ibadah dan
mu'malah, gerakm ini mendapat sambutan dari masyw&at sekitar dm aliran lsfam
yang nun PERSIS. Pambmm di bidang pendidikan yaitu dengan rnenerapkan berbagai
inovasi pada aspek teknis pendidikan yang disesuaikan dan diadstptasikan dengan
kebutuhan dunia pendidikan modern. Pembaruan pada nilai-niiai palitik yaitu dengan

menanamkan kccintaan dan kepedulian terhadap kondisi kaum muslimin konternporer,
yang rnengemuka dalam bent& strukturalnya dengan gerakan salidrtritas terhadap urnmar
dan peny aluran aspirasi politik praktis y ang lebih bersifat plural sepanjang dalam karidar
rnemperjuangkan aspirasi Xsiarn.

ABSTRACT

NABIEL FUAD ALMUSAWA, Sociocultural Changes in PERSIS (Pcrsatuan Islam)
Boarding Schad Community, a Case in PERSXS Boarding School, Rancabogo Vitlagc,

Taragang sub-distriet of Garut District, West Java. Under supervisions of M.T. FEIJIX
SITORUS, FREDIAN T O N Y NASDZAN and M.HXDAYAT NURWAHID.
This research is aimed at analysing PERSIS as one of the rcpreseqtatives of
scriptural movement and to a further extend, as an Islamic reformist in Indonesia in
making socio-cultural changes, In details, this research is done by anaiysing a historical
context of PERSIS-ism in Indonesia as well as PERSXS Bowding Sclrool in Tarogong;
analysing socio-cultural changes of any purification done by PERSlS that makes it a
scriptural movement; and anaiysing the new system of socio-cultural changes done by
PERSIS in order that makes it a reformist movement.
This research had been conducted at PERSiS Boarding School of Tarogong,
Rancabogo Village, 'Tarogong sub-district of Garut, West Java, since January 2000 up to
January 2003. The method of the research applied is analytical descriptive using a case
study n~ethodsas follows: interview, observation and participation observation to anaiyse
any socio-cuitural changes, while the method applied far analysing the written history of
tllc boarding school is by using oral history, Data gathered is ltnalysed using a qualitative
interpretative method - a combination of an enxpirical findings and a kerrncncutic process
by nlcans of analysing of reality, which is based on categorising of thc socio-cultural
contcxt of the vicinity and its relation with sociological concepi and tl~cary.
Based on the result of the research, PERSIS Boarding School is a scriptural
group, which applies purification as we11 as modernist movemcnt to reform Islamic

vaiues in Indonesia. This is a result of ideas and principle of an Islamic figure of
purification Muhammad bin AWul Wahhab and an Islamic reformation figure
Jamaluddin &Afghani, who have given their influences to the history of PERSIS'
estabiishment. A.1-lassan and M.Natsir have done further improvement of these
influences in Indonesia. PERSIS Boarding SchooI of Tarogong is a representative of
PERSIS boarding School in Indonesia that maintains and falluws the two patterns of
changes mentioned above, while PERSIS contemporary school tended to emphasize an
two side of purification and was not focusing on the new changes. These new steps have
obviously received a positive response from the community in the vicinity as well as
some other PERSlS boarding schools.
The changes in sucio-cultural aspect with a purification dimension done by
PERSXS boarding school of Tarogong has a strong influence particularly in the boarding
school internai community, that is the students and people in the vicinity. Purification
done includes the re1igiaus cultural aspect, education and language. The purification
movement an the religious cultural aspect is done by changing the society values
considered inappropriate with the originality of Xsiamic lessons like tuk-hayut, bid 'ah and
khurufar. Introducing and giving the Islamic values in forms of'cognitive, affective and
psychomotoric do the purification movement an the education part, which applied in
daily activities of the community*
The purification on the ianguage aspect focuses more on its structurai rather than

cultural, that is to introduce and apply the interest and the love of Arabic langtrzge as a
tool to understand Islamic lessans.

Socio-cultural changes in the form of reformation has the influence on the
community in the vicinity as weif as the outside environment of the boarding school
community, some other PERSXS boarding schools in the vicinity of Garut, this movement
is done in three aspects, religion, education and politic, The movement the religion is
done by developing modern attitude in understanding and applying Islamic values found
in part of furu ' in the ibadah and rnua'rnalah, which has a positive response from the
community in the neighbourhood as well as other Islamic school outside PERSIS. 'X'he
changes in education part are done by applying the innovation in technical aspects of the
education adjusted ,and adapted to the needs of the modem education warid. The changes
in political values are done by applying the feel of adoration and concern towards the
condition of Moslems contemporary, that wdtshines in their structural forms with their
solidairy movement towards their rnembers/umrnat, and in aspiring the practical politic
with plural style as long as it runs in the form of striving for Islamic aspiration.

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya

yang berjudul Pembahan Sosiokulturai dalam Komunitas Pesantren Pcrsatuan Xsfam
JKasusdi Pesantren Persatuan Islam Desa Rancabom, Kecamatan Tarogong, Kabupaten
Garut, Jawn Barat) merupakan gagasan a&u h i 1 penelitian tesis saya sendiri, dengdn
pembimbingan Kamisi Pembirnbing, kecuali yang dengan je ias ditunju kkan mjukannya.
Tesis ini belum pernah diajukan lrntuk memperoieh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi lain,

Semua data dm infarmasi yang digunakan tclah dinyatakan sclcara jelas dan dapat
diperi ksa kebenarannya,

Nama :Nabiel Fuad Almusawa, SP,
Nrp : 98098

PICRUBAHAN SOSIOKULTUML
DALAM KOMUNXTAS PESANTREN PERSATUAN ISLAM
(Kasus di Pesantren PERSATVAN ISLAM, Desa Rancabago, Kecarnafan
Tarogang, Kabupatexx Garut, Jrtwsr Barat)

Oleh :
NABlEL FUAD ALMUSAWA


Tesis
Diajukan Sebagai Salafi-satu Syarat Untuk
Mernperofeh Getar Magister Sains h d a
Program Studi Sasiolagi Pcdesaan

'

X'XXOGIXAM PASCASAlXJANA
XNSTXI'U'X' PERTANXAN BOGOR
2002

Nomar Yokok

:

PERUBAHAN
SOSIQKULTUML
DALAM
KOMUNITAS PESANTHEN PERSATUAN ISLAM

(Kasus di Pesantren PERSATUAN ISLAM, desa
Rancabogo, Kecarnaian Tarogong, Kabupaten Garut,
Jawa Barat)

:

98098

Dr. Ir. M.T. Felix Siforus, MS
Ketua

.Fredian Tonnv Nasdian, MS
Angguta

Ketua Program Studs

Sasiolagi Pedessan,

Dr. Ir. M.T. Felix Sitorus, M S


Anggota

Direktur Program Pascasarjana

Penuiis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 5 Mei I967 dari arangtua krnarna
Ir. Fuad Abdurrahmztn, M.Sc. dan ibu &mama Tcngku Rahmah Ilasyim, lfan penulis

merupakm urank pertama dari lima bersaudara.

Tahun 1980 penulis menarnatkan pendidikan Sekolah Dasar di ST) Negeri
Cipanas I, tahun 1983 mcnamatkan sekolah di Sekolah Menengah Pertarnrt Negeri
Cipanas clan pada tahun 1986 di Sekolah Mcnengh Atas Negeri Cipanas, Pada tahun
1993 pen~llisrnenamatkan pendidikan sarjana (SI ) pada lurusan Sosial Ekonom i
Pertanian, Fakultas Pertmian, Universitas Djuanda Bogar. Pada tahun 1 996 penulis

rnengajar di Universitas Mercu Buana Jakarta dan sejak tahun 1997 sarnpai sckarang
penulis bekerja sebagai staf pengajar tetap pada Jurusan Sasial Ekononr i Pertanian,

Fakultas Pertanian Universitas Djunnda.


Pada bulan Okrober tahun.1996 penufis menikatx dengan Syarifah Hclda, SE,
putri dari Syarif Achmad dan Syarifah Hasnnh. Sa~npai saat ini penulis tetah
dikaruniai Allah SWT seorang putra dan seorang putri.

Tahun 1998 penul is berkescmpatan uncuk mengikuci pendidikan S2 di Institut.
Pertanian Bogar pada program studi SosioIogi Pcdesaan (SPD) dan lulus dengan
thesis berjudul Perubahan Sosiokultural dalam Komunitas Pesantrcn Persatuan Islam

yang merupakan sebuah KISUS di I'csantren Persatuan Islam Tarogong, Kabilpaten
Garut, propinsi Jawa Barat.

Puji dm syukur penulis panjatkan kekadirat ALLAH Yang Maha Kuasa atas
h n i a - N Y A pads penulis sehingga karyst ilmiah ini berhasil diselesaikan. 'Fema yang
dipilih &lam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2000 ini perubrthan sosial,

dengan j uduI Perubahan Sosiokultural dalarn Kornunitas Pesantren Persatuan Islam
(Kasus cfi Pesantren Persatuan Xslm Desa REtn~abogo,Kecamatan Tarogong, Kabupaten
Garut, Jawa Barat).

Terirna kasih penulis ucapkan kepada Bapak DR. Ir. M.T. Felix Sitorus, MS.,
Bapak Xr, Fredian Tonny Masdian, MS.,dan Bapak DR. M, Hidayat Nurwsifiid, MA.,
selaku pernbimtring, serta Sapak DR. Ir. Endriatmo Soetarto, MS., yang telah banyak
rnernberi saran. Disarnping itu penghargaan penuf is sampaikan kepada Bapak Drs.

Muhammad Iqbai pimpinan pesantren PEXSIS Tarogong beserta seiuruh usaiidz dan
matidzah, para staf dan pengurus PP PIIRSI S Bandung, clan Yayasan Dakwah dan 'l'a'iim

Jakarta, yang telztk banyak rnernbantu selarna penclitian scrta pengurnpulan data.
Ungkapan t e r i m h s i h secara khusus pcnulis sampaikan kcpada istri tercinta Syarifah

Ilelda, ayiyahanda (aim) dan i bunda, kerabat serta ternan-teman di Fakultas Pertanian
INXDA atas segala dozr dan dorongan serta pengertiannya kepada penulis selama

melaksanakan penelitim ini.
Terakhir semoga karya ilmiak ini bermanfaat dm menjadi m a 1 skalih bagi
penulis, dm mohon maaf apabila ditemui kekurangan,

Na biel Fuad Almusawa

DAFTAR IS1

.
.

.......................,
.
.............
DAFTAR GAMBAR
......................................................
DAFTAR LAMPIRAN
........................................................................
DAFTAR 'TABEL

11.

.
.
.........................

PENDEKATAN T'EORITIS ...................,
...
2.1 .

Tinjauan Pustaka

.............................................................

2.1.1. Agama dm Kebudayaan

.................................

2.1.2. Perubahm Sosiokultural
2.1 .3 . Santri dm Pesantren

.........................

.....................................

...................,...
Kerangka Pernikiran dm Hipotesa Pengarah
.............
2.2.1. Kerangka Pemikiran .................... ............................
2.1.4. Penelitian Perubahm Sosiokultural

2.2.

2.2.2. Hipatesa Pengarah

f XI.

METODE PENELITIAN

....................
., ....................................
..........................,..............&..+..............

3.1.

Subyek Penelitian

3.2.

Lokasi Penelitian

3.3.

Metode Pengumpulan Data .................................................

3.4.

Analisis Data

3.5.

IV.

.................................................

.....................
.....................................

.............................,..... ..,...................................
Infarman Penelitian .............................................................
..........................
......................................

KEADAAN MASYARAKAT TAROQONG
4.1.

Geografis dm Dernograiis

V.

Aliran Keislamsln

38

4.3.

Pendidikan

42

4.4.

Bahnsa

4.5.

Politik

4.6.

Xkhtisar

5.2.

44
45

..............
Sejarah Persatuan Islam dm Pesantren PERSiS Tarogong ....
.............
5.1.1. Sejarah Persatuan Islam di Indonesia
..............
5.1.2. Sejarah Pesantren PERSIS Tarogong
Profil Pesantren PERSIS Tarogong ......................................
5.2.1. Visi dan Misi Pesantren PERSIS Tarogang
.........
5.2.2.

Sistern Pendidi kan di Pesantren PERSI S Tarogong

5.2.3,

Pesantren PERSIS Tarogong antara Puri fikasi dan
Pembaharuan
................................................

ASPEK-ASPEK PURIFlKASl SOSlOKULTURAL PESANTREN D1
PERSXS TAROGONG
.............................................................69

.....................................
a.
Aspek Aqidrrh
...........................................L...L.
b.
Aspek Ibadah
...........................L......................
c.
Aspek Akhtaq
..................................................
.....................................
6.2. Purifikasi Kultur Pendidikan
6.1.

VXI .

43

PESANTEN PERSATUAM ISLAM TARQGUNG
5.1.

V I.

..............................................................
.........................................................................
.........................................................................
.........................................................................
.........................................................................

4.2.

Purifikasi Kuitur Keagamam

6.3.

Purifikasi Kultur Bahasa

5.4.

Ikhtisar

.................................................

69
69
70

73
75
81

.........................................................................

83

PURXFI.U SI SOSIOKULTURAL DI DALAM KOMINI'TAS
MUSLIM TAROGONG
...................
...................... ..

86

.
.
.

..................................................
c.
Aspek Alcklaq
..................................................
Puriftkasi Kultur Pendidikan
.....................................
Purifikasi Kuleur Bahasa
..........................,. .................
Xkhtisstr
............. ..............I..........1.........................l........
b.

6.2.
6.3.
6.4.

Aspek M d a h

VIII. PEMBARUAM SQSIOKULTURAL PESANTWN PERSiS
TAROGONG TEREIADAP PESANTREN PERSIS LAIWYA ...

IX.

90
94

97
98

100

.............................A
................

100

Pcmbaruan Kultur Pcndidikan

103

6.3.

Pcmbaruan Kuitur Politik

.......................................
...................................................

108

6.4.

Ikhtisar

...........................................................................

114

6.1.

Pembaruan Kultur Agarna

6.2.

fERUBAMAN SOSIOKWLTURAL PESANTREN PERSATUAN ISLAM:
SUATU ANAL1SI S

X.

89

.......................

.........................................

,
.
.
...

...................................................
Kesirnpuf an .........................................................................

1'16

KESIMPULAN DAN SARAN

123

1 0.1.

123

...........................................................................

124

DAFTAR PUSTAKA

...........................................................................

126

LAMPIRAN

........................................................................... 129

10.2. Saran

3
4

5

Keadaan Santri Pesantren PERSIS Taragong Berdasarkan Tingkat,
Kelas dan Jumlah Santri, Tahun 2000
...................................

51

Dafiar Nama Kitab Rujukan unauk Mztta Ajaran Khas PERSIS Tingkat
Tsanawiyyah dan Mu'allirnin
................................................

82

Nama Pengurus Cabang PERSXS Kabupatcn Garut, Menurut Kode PC,
Jurnlali Anggotst dztn Sistern P e n d i d i b , Tahun 2002
I..............

104

........................

37

Masyarakat Kecamatan Tarogang Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tzlhun 2002 ....................,..
,..,...,.,...,
.
..............................

42

,.,........

43

Jumlah Penduduk Desrt di Kecarnatan Tarogong

Sarana Pendidikan di Kccamatan Taralrg Tahun 2001

Jum lah Perulehan Suara PARPOL di Kecarnairtn Tarogang pada
PEMILU Tahun 1987, 1892, dan 1997
~.~.....,,..~~.....~....~.~...,~.,.
44
Penyebaran Daerah Asal Santri Pesantren PERSIS Tarogong, Tahun
2000 ............,.......,.... ..,..,........ ..,..............,.........++
.....+...*+.,,.....,...

62

....................,,.

76

I'erkernbangan Jumlah Santri Pesantren PERSIS Tarogong Tingkat
Tajhiziyyah, Tsanaw iyyah dan Mu'af lirnin, Tafiun 1980-2002

77

Data Perkembangan Lulusan Santri untuk Tingkat Tsanawiyyah
dan Mu'alIirnin Periode 1980-2000 .............................................

78

Asatidz Tctap Bcrdasarkan Pendidikan l'erakhir

Penyebaran Daerah Asal Santri Pesantren Tarogong

...+........

79

Persentase Daerah Asal Santri dari Desa Rancabogo di Pesantrcn
PERSXS Tarogong ................,. .,. ... .......,.....,..........

95

lumlah Lima Besar Perofehm Suara PARPOL di DPR, DPICD-I dan
DPRD-II Kecamatan tarogang pada PEMILU 1899 ...........................

112

Jumlah Perolehan Suara PARPOL di Kecamatan Tarogang gada
PEMILU Sebelumnya (Tahun 19, 1 992 dan 1997) ....,......,...., .....,,..

113

DAFTAR LAMPIRAN

Jurnlah Pendudu k Desa di Kecalnatan Tarogong

........................

Masyarakat Kccamatan Tarogong Berdasarkan Tingkat. Pendidikan
Tahun 2002 ....................................................................................

Sarana Pendidikan di Kecrtmatan Twong Tahun 200 1

...........

129
130

I30

Jurnlah Peralehan Suara PARPQL di Kecamatan Tarogang pada
...................................
PEMILU Wun 1987. 1992. dan 1997

131

...........

131

Perkembangan Jumlah Santri Pesantrcn PERSXS Tarogong Tingkat
Tajhiziyyah. Tsanawiyyah dan Mu'allimin. Tahun f 980-2002

132

Data Perkembangan Lulusan Smtri untuk Tingkat Tsanrtwiyyab
dan Mu'allirnin Periode 1980-2000 ................................................

133

Jurnlah Asaridz Tetap Berdaqarkan Pendidikan Terakhir

Penyebaran Daerah Asal Santri Pesantren Tarogang

............

133

Persentase Daerah Asal Santri dari Desa Pataruman di Pesantrcn
f ERSfS Tarogong ......................................................

134

Jurnlah Lima Besar Perolehan Suara PARPOL di DPR, DPRD-I dan
DPRD-I1 Kecmatan tarogang pada PEMILU 1999 ...........................

134

Jumfah Perotehan S u m PARPOL di Kecamatan Tarogong pada
PEMXLU Sebelumnya (Tahun 19. 1992 dm £997) ..........................

135

12

Nama Asarid Tetap Berdasakan Pendidikan dan J~abataflugas...

t 36

13.

Jurnlah dan Daerah Asal Santri Pesantren PERSf S Tarogang

138

14.

Dstfiar Identitas Informan dan Respanden

..a.

.................................

139

IS.

.

16

Pets h k ~ (Site
i Plan) Pesantren PERSlS Tarogong

iii

...........

141

I

1,1.

PENDAHULU AN

Latar belakang
Para ahli sosiologi mempelajari agamw dalarn fungsinya yang universal bagi

rnasyarakat dimma saja mereka ditemukan. Perhatian mereka a,dalah pada agarna sebagai
salah satu upek dari tingkah-laku kefumpok dm pada peranan yang dirnainkannya

selarna berabad-abad hingga sekararrg dalam mengernbangkan dan menghambat

kelangsungan hidup kelompok-kelompak masyarakat ('Notingham, 1994:2). Beribadah bersama-sama menggunakm lambang-lambang keagmastn- telah mempersatukm

kelornpok-kelampok mmusia dalam ikatan yang paling erat yang pernah ada di dunia,
akan tetapi perbedam agama juga telah rnembuat timbulnya beberapa pertentangan yang
paling hebat diantara kelarnpok-kelampok i tu, i bad& kengamaan di hiasi dengan
keindahan seni yang luarbiasa tetapi juga berjalan baik dalam kehidupm ymg paiing
sederhana sekalipun. Ide tentang Tuhan telah membantu rnernberi sernangat pada

manusia dalam n$.enja l d a n tugas-tugasnya sehstri-hari, menerima nstsibnya yang tidak

baik atau b&an

b e r u s h mengatasi kesukaran-kesukam yang banyak dm hrusaha

mengakhirinya (Notingham, 1994:4),
Secara ringkas unsur-unsur penting &ri agama terdiri dari ide tentang hal-ha1

yang salrrrtl (sacred), sikap-sikap yang dituntun aleh perasaan yang berhubungan dengan
ymg sstbl, kepercayaan-kepercayaan dan pengamalan-pengamalan yang keduanya

merxgeicspresikan dm memperkuat sikap-sikap ini; dm akhirnya pemili kan dm
pelaksanaan krsama kepercayaan-kepercayaan dan pengamaian-pengarnalan oleh

kelompok perneluk &lam masyarakat yang ditandai oleh nilai-nil& mom1 yang sama
(Durkheirn, 1947 diacu dalam Notingham, 1994~2
1-22),
Thomas O'Dea (1996) menyatakan b&wa argmisasi sasial d a l m banyak
masyardcat tradisional di Asia dikntuk oleh agama. Bahasa ymg paling krmakna dari

sebagiian bsar masyarakat Asia adalafi bahasa agma. Untuk memahami dinamika

sosidnya, dm mengembangkan cam-cara menggun&.an dalam proses pembangunan, kita
perlu memahami bagaimana agama berperan dalam relasi-relasi sosial dan hidup bersama

serta perilku masing-masing orang, Perbandingan aktivitas keagmaan dengan aktivitas

lain #titau antara lembaga keagamaan dengm lembaga sosial lain, $elah dianggap bahwa
agama dalam hubungannya dengan rnasalah yang tak dapat diraba (the beyond) tidalah
sesuatu yang tidak penting bagi rnasalah pokak rnanusia. Namun kenyataan menunjukkan

lain, sebenamya lembaga keagamaan mengandung arti penting tertentu, menyangkut
wpek kehidupan manusia, yang dalam transendensinya, rnencdcup sesuatu yang tidak
tergantikan dm rnenonjol bagi manusia. B a h h sejarah menunj u k a n b&wa lembaga-

lernbaga kkeagmaan merupakan bentuk asosiasi manusia yang paling mungkin untuk

tern bertahan (O'Dea, 1996:2).
Agama sering disebutkan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling sublim;

sebagai sejumlah besar moralihs, sebab bagi tatman masyarkat dan perdamaim batin
individu; sebagai sesuatu yang mernuliakan dm yang rnernbuat rnanusia beradab. Tetapi

di sisi lain, agama tefah pula dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia, dan
rnernpertinggi fanatisme dan sifat intoleran, pengacuhan, pengabaian, takhayyul dan
kesia-siaan, Di sisi lain, agama juga memperlihat kan kemarnpuannya melahirkan

kecenderungan yang sengat revoiusioncr, seperti peristiwa pcmbrontakan petani pada

abad ke-16 di Jennan, Ernile Durkhcim seormg pelupor sosialagi agarna di Perancis
menyatakan bahwa agarna merupakan sumber sernua kebudayaan yang tiaggi, sementara

Karl Mam menyatltkan bahwa agma merupakan cmdu bagi manusia (O'Dea, 1995:2-3).

Dalam rnengkaji agma dm perubahan sosial, Max Weber berusaha menampilkan
tertib realitas sosial seorang pelaku rnasywkat beserta penafsiran subyektif si pelaku

sendiri. Metude inilah yang kemudian rfisebut sebagai sosiologi interprctatif
(~erstehende-sociologv)(Turner, 1984:xiii). Dalm susialagi Weber kita h m s
mengawnli suatu pexlelitian dengan persiapan sccukupnya atau keterangan-keterangan
tentang dunia subjrektiF si pelaku, sebelum menarik pnjelasan-penjelasan tentang dunia
subyekti f itu, Dia~taraahli sosiolagi ymg rnenggunakan dm berusaha rnenyen~purnakm

metade pendekatan W e h r dalztrn penelitian agama adalah Clifford Geertz, yang berbagai
peneiitiannya sudh sangat dikenaf di Indonesia. Pakar lainnya yang kemudian terus

menyempurnakan pendekatan tersebut adalah Peter Berger, ia merasa bahwa pendekatan
hngsionalistis yang disajikan Geertz (dkk) tidaklah rnernadai. Krtrena itu ha1 ini harus
didampingi oXeh kesediam melihat agama dari sudut substantive isi ajaran. Dengan kata
lain Berger menckankan suatu pendekaran yang bersifat fenomenalonis. Inlerpretasi

terhadap makna bukanlah sesuatu yang bersumber dari si peneliti, tetapi sebagaimana
aktor ingin rnengatakannya, Adalah tugas peneii ti untuk menangkap interprctasi dari

aktor tersebut (Geertz, 1982:xiv), Metode penyimpufan dan penafsiran drtlam kajian
tentang nilai seperti diatas disebut sebagai mctade verstehen, 1awmnya adalah metode

erklaren.
Hanya dalam mengamati Eslm dm nabi Muhammad, Weber mcrupakan sasiolog

pertama yang rneninggalkan petunjuk-ptunjuk filosofinya sendiri, Pcngamatan Webcr

sendiri tentang Islm secara ekslusif hmya menunjuk pada iakasi Arab tradisional pada

rnasa a w d tislam (Turner, 1984:xiv). Bagi Weber, sifat lembaga-lernbaga pali ti k muslim

yang patrimoniallah yang rnenjadi penghalmg tumbuhnya prakondisi kapitalis (Turner,
1984:xii). Saat Weber menyebut agama Islam scbztgai agama praj urit yang telah.
rnengintradusir suatu etika yang tidak selaras Gengan "semangat kapitalisrne" pendapat

ini disangkaf oieh kenyataan-kenyataan faktual,

Sebagaimana yang dikatakan oieh Parsudi Suparlan bahwa dengan terjadinya
berbagai perubahan struktural, berafti bahwa pranata-pranata sosial yang selama ini
sal ing rncnunjang dengan agama telah mengalami perali han, ha1 inilah yang rner~dorong

r~~unculnya
reforrnasi Islam yang disebut Gecrtz datarn konteks scjarah Islam, sebagai
skrlpturcrlisme. Gerakan itzi tidaklah sekedar menentang segala bid'ah tetapi terutama

ingin rnelanjutkan usaha yang tanpa henti ke arah tercapainya "konsolidasi spiritual".

Geertz menyebut

proses

ini

sebagai munculnya

sikap

religious-mindedtms,

kecenderungan berfi kir yang bertolak dari kepriharinan ref igius. nerbeda dengan

religiousness, ketika orang dirangkul oleh keyakinm keagamaan, maka religiousmindedness addah situasi saat orang merangkul agmanya. Dengan demikian gerakm
slcripturalis dapat pula disebut sebagai suzxtu proses dari "idiologisasi agama". Agma
tidak iagi dirasakan sebagai begitulah semestinya, tetapi sesuatu yang harus dibina dan

dipelihara, jika hidup ini ingin tetap bermaha (Geertz, 1 982:~).

Dalam konteks Indonesia, Persaturn Islam (PERSXS) merupakan salah satu
representasi dari gerakarl skripturalis Islam sebagaimana yang digambarkan oleh Geertz,
penentangannya terhadap segala jenis bid'ah, dan usahanya menjadikan agama sebagai
pedoman yang rnengatur sernua a s p k kchidupan, menjadikan PERSXS layak disebut

sebagai sebuah gerakan yang bersifat skriptural (mengembalikan Islam kepada teks afQur'an dan as-Sunnah), Gerakan ini berusafra untuk rnenyatukan antara nilai-nitai agztrna

dcngan realitas kehidupan sehari-ilari, sehingga agama menjadi aturan yang 111ctlgikat dan
rnengarahkan semua aspek kehidupan penganutnya. Melalui salah seorang tokohny 3 A.

I,,Iassan, PERSIS rnenjadi dikenal sebagai -aliran yang berusaha mengembalikan

kemurnian (purifrkasi) ajaran Islam dan rnembersihkannya dari berbagai pencemaran
lain. Dalam kaitmnya dengan reformasi sosial Ban politik di Indonesia, PERS1S juga

berperan peilting dalam ikut serta mengubatr peta sasial palitik Indonesia sejak masa prakemerdckaan, Salah seorang tokohnya M. Natsir tercatat sebagai salah seorang pelah

sejarab perpolitikm di Indonesia.

Pesantren PERSXS Tarogong sebagai bagian dari PERSXS, merupakan salah satu
dari pesanlen PERSXS yang benrsaha untuk me1ak;ukm dua Atifitas sekaligus, yaitu di
satu sisi berusaha memurnikm nilai-nilai fundamental dalam agama Xslam (puri fi kasi),

sekaligus di sisi lain juga bemsaira melakukan pernbaruan berbagai ha1 y ang bersifat non
substantif &lam

Xslam serta rnasih dapat menerima berbagai penxbdxan dm

Masih minimnya penelitian sasialogis tentang nilai-nilai Xslam khususnya
pesmtren PERSlS di Indonesia, lebih khusus lagi yang berkdtan dengan aspek
penrt3&an sasial serta perlunya kajian-kajian lebih mendalam tentang brbagai alirm-

aiirm ddam XsTam, rnenyebabkan penelitian ini rnendapahn relevansinya.

Berdasarkan latar bel&ang tersebut di atas, maka yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah bagaiman&& PERSIS -sebagai salah satu representmi dari gerakan

skripturalis dm sekaligus juga reformis Islam di Indonesia- mmelalcukm sebuah perubahan

sosiokultural? Proses apa saja yang dilakukan afek gerakan ini sehingga ia pantas untuk
disebut sebagai gerakan yang skriprural? Dan proses apa"saja yang di iakukan sehingga

gerakan ini juga bersifat gerakan reformis?

1.2.

Permasalafian

Ddam bentuk mum, pertanyaan penelitiannya addah mengenai bagai rnanakah

PERSIS -sebagai salah satu representasi dari gemkan skripturalis dm sekaligus juga
refomis Islam di Indonesia- rnelakukan sebuah perubahan sosiokultural?
Beberapa pertanyaan pokok ymg diajukan (berdasarkan skala dari yang paling
urnurn sampai yang lebih spesifik) adalah sebagai berikut ;
1, Bagairnanakah kanteks s c j p h mmculnya a I i m Persatuan Islam di Indonesia

dan brdirinya pesantren PERSIS Tarogong?

2. Ap&&

terjadi pembahan susiokultural yang bersifat purifi kasi yang

dilakukrnxl oleh pesantren PERSIS Tarogong? Bagairnana purifikasi tersebut

dilakuksm?
3. Apakah terjadi pmbahan sosiokuftural yang bersifat pembaruan yang

dilakukan oleh pesantren PERSIS Tarogong? Bagaimana pembaruan tersebut
dilakukan?

*

1,3.

Tujunrtl
Secara m u m tujuan dwi penelitian ini adalah untuk rnengkaji PERSlS -sebagai

salah satu representasi dari gerakan skripturalis dan sekaligus juga reformis Islam di

Indonesia- melakukan sebuah perubafim sasiokultural. Sedatlgkan secara Wlusus maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meneliti konteks sejarah rnunculnya dirm PERSlS di Indonesia dan

pesantren PERSIS Tarogong.
2. Meneliti perubatrm sasiokultural ymg hrsifat purifikastsi yang dilakukan oleh

psmtren PERSIS Tarogong.

3, Meneliti pembahan sasiokultural yang bersifat: pernbaruan yang dilakukan
oleh pesantren PERSlS Tarogong.

1.4.

Kegunaan Penelltian
Penelitian inl. diharapkan mampu memenuhi beberapa kegunaan sebagai berikut;

I . Berpretensi rnemberikan sumbangan pengkayam ddam k h a n a h penel itian dalarn
bidang bjian ilmu-ilmu sosial, khususnysn studi tentang pembahm sosial masyarakat
pesantren di Jawa Barat,
2. Dapat digunaicm sebagai studi banding dalam bidang-bidang kajian serupa, terutarnr!

pada studi komunitas skala rnikro.

3. Dapat digunaican untuk rnelakukan studi ;entang peranan agama dalstrn perubahan

sosial serta studi di bidang peranan pesantren Xslarn secara umum dalarn kaitannya
dengan perspektif perubahan sosiaI tersebut.

II

2,1,

PENDEKATAN TEUIUTXS

Tinjauan Pustaka

Dalm b ~ bini dipaparkan tentang konsep-konsep yang Bigunaican dalam
penelitim ini mencalcup konsep agma dan kebudaym, penrbahan sosiokultural, santri
dm pesantren dm beberapa penelitian y m g telalr dilakukm tentang tema yang berkaitan.

2.1,1, Agammt dan Kebudayaan

Clyde Kluckhohn bepenclapat bahwa sistem religi merupakan satah satu dari
rujuh ciri kebudayaan universal yang pcrtarna', dirnana urutan unsur-unsur kcbudayaan
terscbut

menunjukkan

makin sukarnya unsur tersebut mengalami

pcntbahan

(Kaentjarmingrat, 1994:2). Lebih lanjut Kaentjwaningrat menyebutkan bahwa ada tiga
jenis wujud kebudayaan (Koentjaraningrat, 1994:5-61, sebagai berikut :
1. Kebudayaan sebagai suatu kolnpleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, noma-

norrna, peraturan dan sebagainya. Wujud ini merupakan wujud ideel, abstrak,

iakasinya di keprtta-kepala, dafam huku-buku

karangan

pcnulis

yang

bersangkutan, disebut adut tala kelakunn terdiri dari (dari yang paling abstrak)

2. Kebudayaan sebagai komplcks aktivitas kclakusln bervo fa dari mar~usiadaf am

masyarakat sering disebut sistem sosial, terdiri dari akrivitas rnanusia yang
hrinteraksi, hrsifat kongkrct, tcrjadi di sekeliling kita bisa diobservasi.

'

Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut secrrra lengklcap ndatah: Sistem religi &an upacara keagamaan;
orpnisasi kemasyarakatan; pengetahan; bahrtsa; kesenian; matn pencafrarian; dnn feknologi serta peralatan

3, Kebudayaan sebagai benda-benda hail k m a manusia, merupakm selumh total
Mil fisik yang dapa? diraba, dilihat:dm difato.

Perbedam antara Sistem niiai budaya, sikap mental dan mentalitas adaXah sebagai
berikut ; sistem nilai budaya fakusnya adaiah pada kebudayaan &an masyarakat, baru
individu, ia menrpakrtn tingkat ystng paling abstrak dari ads, terdiri dari konsepsi-

konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar wagst masyarakat, rnengenai halha1 y ang harus rnereka mggap m a t bernilai daiam hidup (biasanya rnenjadi pedoman
tertinggi bagi kelakuan manusia) (Koentjarmingrat, 1994:25). Sementara sikap mental
( l i t l j ~ i ~ d banyak
e)

dipakai dalarn psikologi, fokitsnya pada individu, baru sckunder pada

masyarakat dan kebudayaan dan ia bcrsurnber dari sistem nilai budaya (Koentjaraningrat,
1 994 :26). Adapun Men tali tas merupakan keseluruhan dari isi serta kemampuan ala~n

pikiran &an jiwa manusia dalam mcnanggapi f ingkungannya (Koentjaraningrat, 1994:26).

Beda antara agarna, reiigi dan kepercayaan rnenurutny a adalah ( Kocnijaianingrat,
1994:145):
1. Religi, merup&an suatu sistem yang terciiri dari ernpat:komponen :

a, Emosi keagamaan, yang menyebabkm manusia bersi kap reli gius. Yang

rnenggetarkan jiwst seseorang (walau ia sedang sendirian).

b. Sistem keyakinan yang mengandung segala sifat Tuhan, segala nilai dan ajaran
dari religi tersebut. Dijiwai oleh ernosi keagamaan (watau dapat sebaliknysr),

seormg Kathulik rnasuk gereja melihat kemegakan altar dengga Salib besar dan
patung Maria, dapat rncrasakan emosi keagamaan tersebut @adaha1 yang bukan

10

Kathafik rnungkin biasa-bias ssaja), salib dan patung Maria merupakan dua

simbot yang merupakan sistem kcyakinan dalam agama Kathafik.
c, Sistem riius, upacara yang merupakan usaha untuk berhubungan dengan Tuhstn,

dewa, mahfuk gaib, dm sebagainya. Merupakan behavioral mun$~.stution(wujud

kclakuan) dari religi. Merupakan hmbinasi dari berbagai macam unsurnya
(sajadah, doa dan sebagainya, alatnya : mesjid, gereja, dan sebagainya).

d. Umat/'kesatuan sosr'al, yang meyakini (ad 2) dm melaksanakan (ad 3) tersebut. di
atas. Bisa berupa : (1)

Keluarga inti dan kelampok kekerabatan kecil, (2)

Kefornpak kekerabsttan yang tebih besar (keluarga has, klen, suku, rnarga, dll),

(3) Kesatuan komunitas seperti desa, gabungan desa, dan sebagainya, (4) Orangorang religius, orde-orde rahasia, dm sebagainya.

2. Poin b,c,d di atas merupakan bagim dari kebudayztan (karma semua ciptaan
rnanusia), sementara poin a bukm rnerupakan bagian kebudayaan karma ia berada di

luar kebudayaan (Koentjaraningr3t, 1994: 149).
3. Istilah agma menurut Kaentjaraningrat mengacu kepada yang diakui resmi oleh

negara (yaitu Islam, Katkolik, Protestan, Hindu-Dma dm Budha); sernentara religi

adalah ymg tidak diakui resmi (seperti Konghucu, 7-th Day Advenfh, dm

sebagainya); adapun kepercayam merupakan sesuatu ymg memiliki arti khas, yaitu
komponen ke-2 dalam tiap agama atau religi.
Sidjabat (Sumardi, 1982:76-77) menyatakan bahwa Agama berdsal dari kata a

dm gama yang berarti tidak kacau, dengan kata lain agama pada dasamya berfu'ungsi

setragai alat pengatur untuk tenvujudnyrt integrasi hidup mmusia daiam hubungannya
dengan Tuhan, sesmdya dan alam yang rnengit~trinya.Pengertian itu pulalah yang kita

ternukai~dalam kata religion (Inggris), religion (Jermm), religie (Belanda), religion

(Perancis), religi6tz (Spariyal). .Semua kata itu berasal dari bahasa Latin religio yang aksu
kaianya iaiah religare yang berarti rnengikat. Arti religio itu rnencakup way of life berikut

peraturan-peraturannya dan kewaji ban-kewajibanny a, merupakan alat un tuk rnengikat
dan mengutuhkan dari sesearang atau sekelornpok u m g dalam hubungaxlnya terhadap

Ttlhan, sesama manusia dm alam yang mengitarinya. Sernentara arti Diin
didefinisihya sebagai corpus of obligatory prescriptions given by God to which must
subrnir (Corpus dari syari'at ymg diwajibkan pada manusia oleh Tuhan, terhadap mana

rnztnusia h a m tunduk).
Ludjita menggambarkan bahwa agama dari satu segi memiliki dua dimensi yaitu

transedental/uMxrawi dm mondidlduniawi; yang kesatu menyangkut hubungan rnmusia
dengan Tuhmyrt (segi ibadah), ymg kedua menyangkut hubungan manusia dengm

manusia lain & lingkungannya (segi mu 'amulah). Dm d a i m kehidupan sehari-hari

kedua dimensi itu dalam satu pribadi secara terpadu yang ikut m e n e n t u h corak dan
bentuk kqribadian pernitiknya (Sumardi, 1982:171, pada sisi lain agama juga memiliki

dua aspek kekuatan yaitu sebagai pengendali (social control) dan motivator (dinamisator)
(Summdi, 1982:17). Deliar Noer mernbicarakan tentang Xslam dalam hubungstnnya
dengan kajian rnasyarakat, maka ia mengandung a.1 kekhasan sebagai berikut (Sumardi,

1982:42-43): 1) Babwa ia mencakup upek rahani maupun jasrnani $an bahwa kedua

aspek ini masing-masing bisa dismakan dengan aspek ukhrawi dm aspek duniawi; 2)
B&wa dalam Islam, manusia itu diakui lebih mengetahui tentang dunisl (hadits); 3)
Bhwa ia mengandung keseimbmgan mtara kehidupstn individu dm kebidupan sosial.

Suparian (1981/1982:86) lebih rnenekmkan bahwa agama addah seperangkat

aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia
dengan manusia dm rnengatur hubungan rnanusia dengan lingkungannya. Atwan-aturan
tersebut penuh dengm muatan sistem nilai karena bersumber pa& etos dan panclangan
hidup, sehingga aturan dm peraturan yang ada dalam a g m a lebifr menekankan pada h d -

hal yang normatif atau yang sehanrsnya dm sebaiknya dilakukan (Suparkan,
1981/1982:&6). Agarna secara mendmar dm umum fdiiiht sebagai teks &taudoktrin)

dapai didefinisikan sebagai seprangkat aturm dan peraturan yang mengatur hubungan

mmusia dengan dunia grti b, khususnya dengm Tufxannya, rnengatur hubungan rnanusia
dengm manusia lainnya, dan rnengatur hubungan manusia dengan lingkungmya
(Robertson, 1988:V). Secara lebih khusus adalah suatu sistern keyakinan yang dianut dm

tindakm-tindakm ymg diwujudkan oleh suatu kelompak atau rnasyarakat, d a l m
menginterpretasi dan rnemberi respon terhadap apa ymg dirasakan dm diyakini sebagai
yang gaib dan swi (Robertson, 1988:V-VI). Sebagcti suatu sistern keyakinan, agarna

berbeda dari sistem-sistern kcyakinan atau isme-isme lainnya karena iandasm iceyakinan
keagamaan addah pada kansep suci (sacred) yang dibedakan dai, atau dipertentangkan
dengan yang duniawi (profine), dm pada ymg gaib fsupernarura~ymg menjadi iawsn
dari hukurn-hukum alarniafi (natural),

Lebih lanjut Supalan rnenjelash bahwa dalam agama-agarna besar atau
samawi, ajaran-alarm agama yang diturunkan melalui wahyu tersebut dibukukan sebagai
kitab suci, dan begitu juga ajaran-ajaran nabi, Sedangkan dalam agama-agama lokal atau

primitif ajaran-ajaran agama tersebut tidak dibakukan dalarn bentuk tertulis tapi dalam

bentuk Iisan sebagaimana terwujud dalam tradisi-tradisi dan upacara-upacara. Elagi para

penganutnya, agama berisi ajaran-ajaran rnengenai kebenaran tertinggi dan mutlak

tentang eksistensi rnmusia dfnn peturrjuk-petunjuk untuk hidup seEamat di dunia dm
akhirat (setelah mati), yaitu sebagai rnmusict yang t d w a pada Tuhannya, beradab dan

mnusiawi yang berbeda dari carit hidup hewan atau rnahluk-mahluk gaib yang jahat dan

berdosa Gin, setan dsb), Agama sebagai sistem keyakinan dapat mmenjadi bagian dari inti
sistem-sistem nilai yang ada daiam kebudayaan dari rnasyarakac yang bersangkutan, dan
menjdi pndorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindaicstn-tindakan para anggota

masyarakai tcrsebut untuk tctap bcrjalan scsuai dcngan nilai-nilai kcbudayaan dun itjurtu~~ajaran agamanya. Dalam keadam dimma pengaruh ajaran-ajaran agama itu sangat kuat
terhadap sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayam masyardcat, yang bersangkutan,

maka sistern-sistem niiai d a i kebudayam tersebut t e m j u d sebagai simbol-aimbol suci

yang maknanya brsurnber pada ajaran-ajaran agama ymg rnenjadi kerangka acuamya,
Dalarn keadaan dernikian maka secara langsung atau tidak etos yang rnenjadi pedoman
dari eksistensi dm berbagai pranata yang aaa dalam masyarakat ((keluaga, ekonorni,
politik, dsb) dipengamhi, digerakkan dan diarahkan oleh berbagai sistem niIai yang
surnbernya adalak pada agama yang dianutnya dan terwujud datam kegiatan-kegiatan

para warga masyarakatnya scbagai tindakan-tindakan dan karya-karya yang diselirnuti

oleh simbot-simbol suci (Robertson, 1988:VIi).

Agarna sebagai sebuah sistcm keyaki t~anberisi kan ajaran dan petunjuk bagi para
penganutny a supaya selamat (dari api neraka) daIam kehidupan setelah mati. Karena itu
p~tla kcyakinan keagamaan dapnt di l ihat scbagui bcroricn tusi pa& rnasa yiing aka11

datang. Dan saiah satu cara yang incncaiok yang ada pada agarna yang berbcda dari
isrnc-isme Iainnya adalah penyerahan diri secara total pada 'Tuhannya.13alycrahandiri ini

*

tidak terwujud dalam bentuk ucapan melainkan dalam tindakan-tirndakankeagamaan $an
bahkan jugst dalam tindakan-tindakan duniawi ~ehari~hari.Mengapa keyakinan yang

sifatnya pribadi dm individu tersebut dapat terwujud sebagai tinclakan kelornpok atau
rnasyarakat? Sebab yang utarna adalah dari hakikat agrtma ~ t usendiri yang salah satu
peneksulan ajarwya adalah hidup dalm kebersmaan dengan orang lain atau hidup

bermasya&J. B&an

ddam ha1 pahala rnisalnya pahala yang lebih banyak adalah

dalm kegiatm beribadah secara berjammh dibandingkn dengan kegiatan ibadah sccara
individu; sehingga seperti dinyatakan oleh Durkheim bahwsr landasan kehidupan
keagamm dm agama adalafr dari dm di &lam kehidupm sasial itu sendiri (Robertson,
1988:VIII).

Sementrtra Geertz mendefinisikan agarna sebstgai suatu sistern sirnbol ymg

h

bertindak untuk rnemmtapkm perasastn-perasaan (moods) dan motivasi-motivasi secara
h a t , menyeluruh dm bertahan lama pada diri rnanwia, dengan cara rncmfomulasikarz

konsepsi-konsepsi rnengenai hukumliceteraturan (order) yang berlalcu umum berkenaan
dengan eksistensi (manusia) dan menydimuti konsepsi-konsepsi ini dengan suatu aura

tertentu ymg rnenceminh kenyataan, sehingga persamam-persamaan tersendiri (unik)
adalah ny ata ada (Geertz, 3 986:87).
2.1.2.

ferubahan SosiakulturaX
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang perubafian

sosial, adapun definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagairnana yang
di kernukakan o1eh Moore yaitu ; Perubahan pcnting dari siruktrar sasiul, dirnn~lastruktur
sosial diartikannya scbagai poia-pola pcriiaku dan it~tcraksisasial, scpcrii !?orma, nilai

dan fenamena kebudayaat~.

,

Pertanyam yang hams dijawab oleh semua teori pmbahan, ialah tentang sift
dm m e h i s m e yang mendorong perubahan tersebut. Berbagai jawaban telah diberikan,

ada yang rnenyatakan perubahm sebagai alcibat dari konflik, karena adanya Iapisan elit
beat% ketrena cara berfikir baru, karena kekuatan dari luar, karena mativasi individu

untuk berprestasi, serta karena berbagai penyebab lainnya (Lauer, 1993:203). Adapun

perspektif tentang rnekanisme perubahan sosia1 yang sesuai ddegaa koonteks perubahan

sosial di pesmtren Tarogong adalah perspektif idealisme. Yaitu pertapna menyatakan
bahwa ideologi sebagai perintah perubahan, oleh Karl Mnnheim (Lauer, 1993:253).
Yang kedua menyatakan bahwa ideologi sebagai faktor rnempermucfah pcrubahan, oleh

Weber Lauer, 1993:257). Yang ketiga rnenyatakan babwa ideolagi sebagai rnekanisme
pengarah pembahan, oleh Pohk (Lauer, 1993:268).

Dirnensi perubahan sosial dapat dikelompokkan kedalm 3 jenis, yaifu dimensi
strukrural, dimensi kultural, dan dilnensi inreraksional (Tonny, F,, dan Barnbang, t.t.).

Dalam penelitian ini perubahan sosiai yang diamati adalah yang berdin~ensikul turd y ang
berubah melalui inovasi kulturaX rnelalui r'nvention, tentalion dan burrowing; di fusi
dengan cotlscious dvksion dan cutfural drift; &an integrasi rnenolak bentuk baru,
menduplikasi kondisi lama dan baru bersama-sama dan menempatkan bentuk lama ke
dalam bentuk baru.

Sufairnan dm Fadjar menyatakan bahwa menurut V. Raal (1 977~21, penyebab
perubahan sosial adalah proses dari dalam (endogen) dan akibat kontak dengaxl

rnasyarakat ntau dari kebudayaan luar (eksogcn) (1-IK, Nurdien, 1983:70). Dafarn proses
perubahan sasial ada dampak positi f (namany a pembangunadsociu'aI devtlopmeprt,
Godfrey dm Wilson, ,1968: 158) tapi ada pula yang negatif (Godfey dan Wilson,

f 968:7 1). Jika kontak dengan l u x mengakibatkan salah satu aspek &lam kehidupan

masyarakat yyang berubah mengikuti model yang banr tersebut, maka disebut sebagai
proses difusi, jika kontak tersebut rnengakibatkan perubahan d a l m semua aspek, maka

disebut akulturasi (Gadfrey dm Wilson, 1968:73).
Sosrodihardjo (1 986) menyatakan bahwa s e t i a ~masyarakat memi liki ni fai-nilai

sosial, yang tujuannya menglttur tata dalam masyarakat tersebut, 'rermasuk didalam nilai
sosial ini tata susila dan adat kebiasaan. Nilai sosial ini merupakan ukuran-ukuran dalam

menilai cindakan dalam huhungannya dengan orang lain (Sasrodihardjo, 19865j. Tata ini
hanya rnungkin jika niiai sosial ini memiliki wadah untuk menegakkant~ya,wadah initah

yang disebut sebagai struktur sttau susunan masyarakat, Jadi siru ktur masyarakat

rnencerimnkan perbdaan antam kekuasaan dm pengaruh dari warga masyarakat yang
bersrtngkutan (siapa yang menduduki ternpat yang tinggi dia pula yang punya pngsnlh
yang besar) (Sosrodihardjo, 1986:3), Ukuran kekuasaan dan pengaruh tersebut pada masa

kasta ditentukan oleh pemilikan tanah dan tenaga manusia, baru setelah kekuasaan dan

pengaruh lebih kokah diadakan ukwan baru, yaitu ketunman, Setclah masa struktur
modem, maka stnrkturnya disebut stand (lebih mencerminkan pengelornpokan dalam

golongan-golongan menurut pekerjaan warga masyarakat (Sasrodihardjjo, 1986:4).
Kuttur atau nilai-nilai rnengisi serta rnenentukan jstlannya kehidupan manusia,

Nilai-nilai budaya adalah menrpakan salah satu aspek dari kebutfaym yang brsifat
laten, tidak: manifes, baik masih bempa norma-normn, maupun sudah teraktualisslsi Jalarn

bentuk pola perilaku masyarakat tsb. Kanxp value (kultural) menurut Clyde Kluckhohn
el al,

adalah sebagai berikut : A value is a conception explicir or implicit, distr'nclive of

un individual or characteristics of a group, ofrhe desirable which influences rhe selection

porn

avctiiuble modes, means, and ends of action (Sebuah nilai adalah sebuah konsepsi,

eksplisit atau implisi t, yang khas mili k seorang individu atau suatu kefornpok, tentang

yang seharusny a di inginkan y ang mempengaruhi pilihari yang tersedia dari bentukbentuk, cara-cara dan tujuan-tujuan tindakan. Kata kunci dari definisi di atas value atau

nilai adalah konsepsi tentang ha1 yang seharusnya diinginkan dan bukan ha1 yang
diinginkan . Nilai adrtlah abstrak, sesuatu yang dibangun dan b~radadalam pikiran atau

budi, nilai hanya dapat disimpulkan dan ditaf'sirkan dari ucapan, perbuatan dm lnateri

yank dibuat manusia, ucapan, perbuatan dan rnateri tersebut adalrth manifcstasi dari nifai
(Antropologi Indonesia, 1998: 141, Dalam def nisi tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1)

Suatu nilai rnencakup suatu kode (tan&-tanda yang bermakna) dan suatu standar

(pengukuran, peniiaian) yang cukup mantap dalam jangka waktu teflerttu, yang berfungsi

dalm mengorganisasikan atau mengatur ssuatu siste