PEMBINAAN SIKAP JUJUR SISWA : Studi Deskriptif Analisis di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung.

(1)

PEMBELAJARAN KARAKTER RELIGIUS BERBASIS KITAB BAHR

AL-ADAB BAGI PEMBINAAN SIKAP JUJUR SISWA

(Studi Deskriptif Analisis di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Umum

Oleh:

SANI INSAN MUHAMADI NIM. 1005029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM SEKOLAH PASCASARJANA (SPs) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Endang Soemantri, M.Ed. NIP. 19410715 196703 1 001

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Syihabudin, M.Pd NIP. 19600120 198703 1 001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Umum,

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 1988031003


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pembelajaran Karakter Religius Berbasis Kitab Bahr Al-Adab Bagi Pembinaan Sikap Jujur Siswa (Studi Deskriptif Analisis di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung)” beserta seluruh isinya adalah benar-benar asli karya saya sendiri, dan bukan atau bebas dari plagiarisme yang bertentangan dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat ilmiah. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam tesis ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian tesis ini.

Bandung, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan,


(4)

ABSTRAK

Pembinaan Sikap Jujur Siswa (Studi Deskriptif Analisis di Madrasah Aliyah

Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung)

Latar belakang penelitian ini adalah krisis karakter di Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan pendidikan karakter sebagai solusinya. Sebenarnya, sejak dulu pesantren-pesantren telah menerapkannya dalam sistem pendidikan mereka melalui metode pengkajian kitab, di antaranya kitab Bahr Al-Adab. Namun metode ini belum diimplementasikan di lembaga pendidikan formal, padahal sudah terbukti berhasil mencetak manusia berkarakter baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam kitab Bahr Al-Adab, proses pembelajarannya, hasil pembelajarannya, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pembelajarannya di pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kitab, observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Penelitian ini menemukan: 1) Kitab Bahr Al-Adab mengandung nilai-nilai karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, mandiri dan bertanggung jawab, jujur dan bijaksana, hormat dan santun, dermawan, suka menolong, percaya diri, kreatif dan kerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan rendah hati serta toleransi, kedamaian dan kesatuan. 2) Proses pembelajaran kitab Bahr Al-Adab dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, sosiodrama, dan metode inquiri. 3) Hasil pembelajaran kitab Bahr Al-Adab, para siswa mampu menghayati kandungan kitab dan mengamalkannya dalam kehidupan. Di dalam kelas, para siswa mampu berbuat jujur ketika ditanya oleh gurunya, namun masih ada siswa yang mencontek ketika ulangan harian atau ketika ujian. Sedangkan di luar kelas para siswa mampu berbuat jujur dan menyukseskan program warung jam’iyah (warung kejujuran). Mereka pun mampu berbuat jujur kepada masyarakat, dibuktikan saat mereka berinteraksi dengan para pedagang di sekitar pesantren. Para pedagang menyatakan bahwa para siswa tidak pernah curang dalam membeli atau membayar makanan. 4) Faktor yang mendukung dalam membina sikap jujur siswa adalah visi misi dan tujuan pesantren, teladan kyai, asatidz dan staf pesantren, struktur kurikulum, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di pesantren, serta pelibatan-pelibatan dalam kegiatan di masyarakat. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat secara umum terbagi dua: pertama faktor internal seperti aturan sekolah yang belum terlalu ketat, dan masih ada santri-santri yang kesulitan dalam memahami mufrodat/kosakata pada kitab Bahr Al-Adab. Kedua, faktor eksternal seperti pengaruh pergaulan yang jauh dari nilai-nilai kebaikan, teknologi seperti televisi, internet, hand phone dan lain-lain. Serta nilai-nilai moral keagamaan yang mulai luntur di masyarakat sekitar sekolah.


(5)

ABSTRACT

Title: The Learning of Religious Character based on kitab Bahr Al-Adab in fostering students honesty (Descriptive analytical study in Pesantren Persatuan

Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung)

The background of this research is the crisis of character in Indonesia. The government has launched Pendidikan Karakter as a solution to the crisis. Actually, Pesantren had been applied this program through its educational process including the learning of kitab Bahr Al-Adab. However, this method has not been implemented in the schools, but he is already proven successful in realizing a good man.

The purpose of this study is to get the ideas of the values that contained in the

kitab Bahr Al-Adab and its learning process in Pesantren Pameungpeuk kabupaten

Bandung.

The method used in this research is a descriptive analytic with qualitative approach, while the data collection techniques used in this research is the analysis of the contents of the kitab, observation, interviews and documentary study. The study found that: 1) The Kitab Bahr Al-Adab contains very positive character values such as: Love Allah, trust, reverence, loyalty, responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness, trustworthiness, reliability, honesty, respect, courtesy, obedience, love compassion, caring, empathy, generosity, moderation, cooperation, confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, and enthusiasm, justice, fairness, mercy, leadership, kindness, friendliness, humility, modesty, tolerance, flexibility, peacefulness and unity. 2) The process of learning is performed by the method of lecture, discussion, sociodramatic and inquiry methods. 3) The outcome of learning is, the students were able to implement the content of the book in their life. In the classroom, the students were able to honest when asked by their teacher, but there are still students who cheated when daily tests or when exams. Meanwhile, at outside the classroom the students were able to honest and successing the Warung Jam'iyah’s program (Warung Kejujuran). They were also able to be honest to the public like in their interactions with traders around the pesantren. The traders claimed that the students had never cheated in buying or paying food.

4) The factors that support in fostering students' honesty are the vision, mission and objectives of schools, exemplary of the Kyai, asatidz and pesantren’s staff, curriculum structure, the activities carried out in schools, as well as involvement in activities in the community. While the factors that hinder, generally divided into two: the first, internal factors such as school rules that are not too strict, and there are still students who have difficulty in understanding mufrodat/vocabulary in the kitab Bahr Al-Adab. Second, external factors such as the influence of social, technological, and moral values that began to fade in the community around the school.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Dan Rumusan Masalah ... C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... D. Penjelasan Istilah ... E. Sistematika penulisan ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………

A. Konsep Pendidikan Umum ………...... 1. Pengertian Pendidikan Umum ... 2. Tujuan Pendidikan Umum ... 3. Hubungan Pendidikan Umum dan Pendidikan Karakter

i ii iii iv vii viii xii xiii 1 1 8 9 10 12 13 13 13 16 18 19


(7)

B. Konsep Pendidikan Karakter …….... 1. Pengertian Pendidikan Karakter …….... 2. Tujuan Pendidikan Karakter ... 3. Urgensi Pendidikan Karakter ... 4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa………..

5. Tahap Pendidikan Karakter ... 6. Pendidikan Karakter di Lingkungan Persekolahan ... 7. Jujur sebagai salah satu Karakter Utama ... 8. Bercerita sebagai Metode Pendidikan Karakter ... 9. Pendidikan Karakter dalam Tinjauan Islam ... C. Pesantren dan Tradisi Pengkajian Kitab ...

1. Pengertian Pesantren dan Madrasah ... 2. Sejarah Perkembangan Pesantren dan Madrasah ... 3. Pesantren dan Madrasah di Organisasi Persatuan Islam .. 4. Tradisi Pengkajian Kitab di Pesantren dan Madrasah ... D. Penelitian Terdahulu ...

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Lokasi Penelitian ... B. Metode Dan Pendekatan Penelitian ... C. Definisi Operasional ...

1. Pembelajaran ………...

2. Karakter Religius ………

3. Kitab Bahr Al-Adab ………

19 22 24 25 36 38 41 44 46 54 54 57 63 66 70 77 77 78 79 79 79 79 79


(8)

4. Pembinaan ………

5. Jujur ……….

6. Siswa ……….

D. Instrumen Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... 1. Analisis Isi Kitab ... 2. Observasi ... 3. Wawancara ... 4. Studi Dokumentasi ... F. Analisis Data Penelitian ... G. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian ...

1. Tahap Pralapangan ... 2. Tahap Lapangan ... 3. Tahap Analisis Intensif ...

4. Tahap Pelaporan ……….

H. Validitas dan Reliabilitas Data ……….

1. Validisasi Data ……….

2. Reliabilitas Data ………..

3. Kisi-kisi Penelitian ……….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Gambaran Umum Pesantren Persis Pameungpeuk Kabupaten

Bandung ... 1. Sejarah Pesantren ... 2. Visi dan Misi Pesantren ...

79 80 80 81 81 81 82 83 84 85 85 85 86 87 88 88 92 93 97 97 97 98 100


(9)

3. Guru dan Siswa ... 4. Sarana dan Prasarana ... 5. Kurikulum Pesantren ... 6. Kitab Bahr Al-Adab... B. Data Penelitian ...

1. Nilai yang Terkandung dalam Kitab Bahr Al-Adab ... 2. Proses Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ... 3. Hasil Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ... 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab

Bahr Al-Adab dalam Membina Sikap Jujur Siswa ...

C. Pembahasan ………

1. Nilai yang Terkandung dalam Kitab Bahr Al-Adab ... 2. Proses Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ... 3. Hasil Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ... 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab

Bahr Al-Adab dalam Membina Sikap Jujur Siswa ... D. Temuan Penelitian ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 102 104 112[ 113 113 185 192 194 198 198 203 209 212 215 217 217 219 222 227


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Tabel 3.1.

Tabel 4.1.

Tabel 4.2.

Tabel 4.3.

Tabel 4.4.

Tabel 4.5.

Tabel 4.6.

Tabel 4.7.

Nilai, Deskripsi dan Indikator Karakter untuk jenjang SMU……… Kisi-kisi Penelitian ………

Daftar Tugas Pokok dan Tambahan Guru ...

Data Sarana dan Prasarana ... Struktur Kurikulum MA Persis Pameungpeuk ……….. Isi Bai’at Santri MA Persis Pameungpeuk ……… Kandungan kitab Bahr Al-Adab ………

Perbandingan indikator jujur menurut Pendidikan karakter dan kitab Bahr Al-Adab ………...

Proses Pembelajaran Kitab Bahr Al-Adab ... 27

93

101

103

104

109

170

175


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Pembimbing Tesis

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 4. Format Wawancara

Lampiran 5. Data Hasil Wawancara


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu problem terbesar dan utama yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah rapuhnya akhlak dan karakter bangsa. Dahulu bangsa kita dianggap sebagai bangsa yang ramah, sopan santun dan patuh kepada adab-adab kesopanan. Namun kini sebaliknya, bangsa kita dianggap bangsa yang kasar, intoleran dan tidak menghargai perbedaan. Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga, tawuran antarpelajar dan mahasiswa, korupsi, pornografi dan pornoaksi, serta kekerasan antarpemeluk agama semakin menghiasi headline media massa kita, dan semakin menegaskan pendapat tersebut.

Kondisi ini sangat mirip dengan apa yang digambarkan tentang sepuluh tanda jaman yang harus diwaspadai. Menurut Thomas Lickona dalam Megawangi (2004: 7) mengemukakan sepuluh tanda yang harus diwaspadai sebagai bagian dari kehancuran bangsa. Tanda tersebut ialah: 1) Meningkatkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2) Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, 3) Pengaruh

peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, 4) Meningkatnya perilaku merusak

diri seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 5) Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, 6) Menurunnya etos kerja, 7) Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8) Rendahnya rasa tanggung jawab


(13)

individu dan warga negara, 9) Membudayanya ketidakjujuran, dan 10) Adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Lebih mengkhawatirkan lagi, menurut Zubaedi (2011: 1) krisis akhlak atau karakter ini sudah mengancam milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak dan remaja. Krisis yang paling terasa nyata adalah krisis kejujuran. Megawangi (2004: 10) dalam penelitiannya di lima SMK di Bogor, memaparkan bahwa 81% siswa sering membohongi orang tua, 30,6% pernah memalsukan tanda tangan, 13% sering mencuri dan 11% sering memalak. Bahkan sejumlah guru-guru di SD Negeri Bekasi memberikan jawaban soal kepada murid-muridnya ketika berlangsung ujian nasional, karena menginginkan sekolahnya mendapat peringkat yang bagus dalam pencapaian rata-rata NEM. Beberapa waktu yang lalu kita juga menyaksikan di beberapa media masa laporan tentang plagiarisme yang dilakukan oleh beberapa dosen dan peneliti di beberapa perguruan tinggi.

Menurut Megawangi sebagaimana dikutip oleh Zubaedi (2011: 2) problem tersebut lahir karena dunia pendidikan sebagai produsen manusia-manusia bermoral dan berkarakter telah gagal, karena seluruh pengetahuan agama dan moral yang didapatkan di sekolah ternyata tidak berdampak terhadap perubahan perilaku. Menurut Husaini (2011: 38) alih-alih menghasilkan lulusan yang diharapkan, dunia pendidikan malah menjadi institusi paling bertanggungjawab terhadap problem tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, Muhyi (Nata, 2003: 8) menyatakan bahwa salah satu dari penyebab krisis akhlak adalah karena pembinaan moral yang dilakukan orang tua, sekolah dan masyarakat kurang efektif.


(14)

Menurut Sudarminta sebagaimana dikutip Zubaedi (2011: 3) praktik pendidikan yang semestinya memperkuat aspek karakter atau nilai-nilai kebaikan sejauh ini hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana Pendidikan Moral Pancasila dan agama pada masa lalu merupakan dua jenis mata pelajaran tata nilai, yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan kemanusiaan ke dalam pusat kesadaran siswa. Merujuk penelitian Afiyah (2003), materi yang diajarkan oleh pendidikan agama termasuk di dalamnya bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif), dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.

Akar masalahnya menurut Elmubarok (2009: 30) adalah bahwa selama ini pendidikan cenderung mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berfikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berpikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka ia melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai dan lain sebagainya. Senada dengannya, Koesoema sebagaimana dikutip Zubaedi (2011: 3) menegaskan bahwa persoalan komitmen dalam mengintegrasikan


(15)

pendidikan dan pembentukan karakter selama ini merupakan titik lemah kebijakan pendidikan nasional.

Situasi bangsa Indonesia yang memprihatinkan ini, mendorong pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pendidikan karakter (Winataputra, 2011; 12). Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, sebagaimana dikutip oleh Aunillah, menyatakan ada lima hal dasar yang menjadi tujuan dari perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter, yaitu: 1) Membentuk manusia Indonesia yang bermoral, 2) Membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan rasional, 3) Membentuk manusia Indonesia yang inovatif dan suka bekerja keras, 4) Membentuk manusia Indonesia yang optimis dan percaya diri, dan 5) Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot. Dengan pernyataan Presiden tersebut, pembangunan karakter dijadikan arus utama (mainstream) pembangunan nasional. Hal itu mengandung arti bahwa setiap upaya pembangunan harus selalu diarahkan untuk memberi dampak positif terhadap pembangunan karakter.

Pendidikan karakter menurut David Ellkind dan Freddy Sweet, Ph.D. sebagaimana dikutip Aunillah (2011: 21) adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Dalam hal ini, guru membantu membentuk watak peserta didik agar senantiasa positif. Menurut Asmani (2011: 13) bantuan guru tersebut dilakukan dengan cara memberikan keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang baik, toleransi, dan berbagai hal yang terkait dengannya.


(16)

Winataputra (2011: 37) serta Majid dan Andriyani (2011: 40) menguraikan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Selain dalam pembelajaran, dalam prakteknya, pendidikan karakter di sekolah sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.

Di Indonesia, model pendidikan karakter yang telah diintegrasikan dalam setiap pelajaran serta didukung oleh kebijakan sekolah dengan diawasi pelaksanaannya dalam kehidupan para siswa selama 24 jam telah dilaksanakan sejak dulu di lembaga pesantren. Menurut Mastuhu (1994: 56) pesantren adalah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan,


(17)

berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad saw (mengikuti sunah Nabi saw), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat (izzul Islam wal Muslimin), dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.

Dalam penelitian tesisnya, Yulianingsih (2008) menyimpulkan bahwa pesantren melakukan pembinaan nilai melalui proses pendidikan, pengalaman dan keteladanan lingkungannya, sehingga nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian dari perilaku kehidupannya. Proses pembinaan nilainya melalui pedoman berperilaku yang diterapkan di lingkungan pesantren. Semua pihak terlibat dalam proses pembinaan nilai di lingkungan pesantren mulai dari pimpinan pesantren (kyai), pembina kegiatan ekstra, pengajar, serta penjaga pesantren/satpam, bahkan santri sendiri melalui wadah organisasi intra dan ekstra.

Pengaruh pembinaan nilai pada santri diantaranya tampak dalam hal-hal sebagai berikut: 1) bertambahnya santri memilih pesantren. 2) prilaku keseharian santri selama di pesantren. 3) kebiasaan berpakaian santri sehari-hari. 4) kebiasaan mengucapkan salam. 5) kebiasaan membaca Al-Qur’an. 6) kebiasaan membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan. 7) kebiasaan dalam mengikuti shalat berjamaah dan tahajud. 8) kebiasaan meminjam buku ke perpustakaan. 9) kebiasaan meninggalkan merokok. 10) ketertiban dalam kegiatan kebersihan, ketertiban dan keamanan.


(18)

Dari keseluruhan proses pendidikan karekter di pesantren, salah satu metode yang masih dipertahankan di pesantren adalah pengajian kitab melalui metode pengajaran sorogan dan wetonan. Istilah yang pertama merujuk kepada teknik pengajaran secara individual, sedangkan yang kedua secara masal (Syihabudin, 2011: 275). Tradisi ini cukup efektif dalam membina karakter santri, karena menuntut kedisiplinan, ketekunan, kesabaran, dan kepatuhan. Model yang merujuk pada satu sumber buku dikembangkan pula dalam General Education di Barat. Robert Newton (2000: 196) menyebutnya Great Books Model.

Dari sekian banyak kitab yang dikaji di pesantren, salah satu kitab yang menjadi rujukan dalam pembelajaran akhlak adalah kitab Bahr Al-Adab (Lautan Kesantunan). Berbeda dengan kitab-kitab akhlak lain yang cenderung teoritis dan formal, kitab ini memuat kisah-kisah pendek yang memuat nilai-nilai akhlak yang baik. Pembahasan dan penelitian berkaitan dengan kitab akhlak dan tasawuf, seperti Ihya ‘Ulum al-Dien Imam Al-Ghazali dan Tahdzib Al-Akhlak Ibn

Miskawaih memang telah banyak dilakukan. Namun, merujuk kepada isi Bahr

Al-Adab yang bergenre sastra, penelitian tersebut belum banyak dilakukan. Padahal

menurut Danandjaja sebagaimana dikutip oleh Wiyatmi (2011: 255) salah satu metode pendidikan karakter yang efektif adalah melalui cerita. Dan penelitian ini mencoba menjembatani rumpang yang belum banyak dilakukan para peneliti pendidikan akhlak di pesantren tersebut.

Kitab kecil ini termasuk kitab yang tidak umum, dalam arti penggunaannya terbatas di beberapa pesantren saja, khususnya Pesantren Persatuan Islam (Persis). Dahulu kitab digunakan dalam pembelajaran di seluruh


(19)

pesantren Persis, namun dalam perkembangannya saat ini hanya beberapa pesantren saja yang masih mengajarkannya. Salah satunya adalah Pesantren Persis Pameungpeuk Kabupaten Bandung di tingkat Madrasah Aliyah dalam pelajaran

Muthola’ah (penelaahan).

Karena hal itulah penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih mendalam lagi berkaitan dengan pendidikan karakter di pesantren yang dilaksanakan dalam pembelajaran kitab Bahr Al-Adab dikaitkan dengan problem krisis kejujuran. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul Pembelajaran Karakter Religius Berbasis

Kitab Bahr Al-Adab Bagi Pembinaan Sikap Jujur Siswa (Studi Deskriptif Analisis di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Krisis kejujuran telah menjadi masalah utama di Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan pendidikan karakter sebagai solusi dari krisis tersebut. Pendidikan karakter dilaksanakan dengan mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam seluruh mata pelajaran. Namun, hal tersebut hanya akan berhasil apabila didukung oleh pengelolaan sekolah yang baik, dalam aspek perencanaan, dukungan pendidik dan masyarakat, evaluasi serta pengawasan yang total terhadap peserta didik. Hingga saat ini, lembaga pendidikan pesantren dan lembaga lain dalam naungannya telah berhasil melaksanakannya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti pendidikan karakter di pesantren, dengan memfokuskan


(20)

penelitian pada pembelajaran akhlak atau karakter religius berbasis kitab Bahr Al-Adab.

Merujuk kepada identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apa saja nilai karakter yang terkandung dalam kitab Bahr Al-Adab?

2. Bagaimana proses pembelajaran nilai karakter melalui kitab Bahr

Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten

Bandung?

3. Bagaimanakah hasil pembelajaran nilai karakter jujur melalui kitab

Bahr Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk

Kabupaten Bandung?

4. Apa faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran karakter jujur melalui kitab Bahr Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Nilai karakter yang terkandung kitab Bahr Al-Adab.

2. Proses pembelajaran nilai karakter jujur melalui kitab Bahr Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung.


(21)

3. Hasil pembelajaran nilai karakter jujur melalui kitab Bahr Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung.

4. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran nilai karakter jujur melalui kitab Bahr Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara khusus dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran karakter religius berbasis kitab Bahr al-Adab bagi pembinaan sikap jujur siswa.

2. Secara teori dapat dijadikan sebagai wahana ilmu pengetahuan untuk memperkaya metode pendidikan karakter.

3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan dunia pendidikan pada umumnya.

4. Memberikan kontribusi bagi peningkatan lembaga pendidikan tempat penelitian ini dilaksanakan yaitu Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung tentang peran pembelajaran kitab

Bahr al-Adab dan tidak menutup kemungkinan di lembaga pendidikan

lain yang melaksanakan pembelajaran yang sama.

D. Penjelasan Istilah


(22)

Pembelajaran atau pengajaran atau proses pengajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah tertentu agar mencapai tujuan yang diharapkan dan tertuang dalam rencana pengajaran. (Sauri, 2008: 57)

2.Karakter Religius

Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. (Zubaedi, 2011: 74)

3.Kitab Bahr Al-Adab

Kitab Bahr Al-Adab adalah kitab yang ditulis oleh para pengajar di Mesir, mengandung 115 kisah yang singkat dan penuh dengan nilai keteladanan.

4.Pembinaan

Pembinaan artinya usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

5.Jujur

Jujur artinya adalah lurus hati, tidak berbohong; tidak curang; serta tulus dan ikhlas.


(23)

Siswa adalah seluruh santri yang belajar di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, serta asumsi penelitian.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini mencakup permasalahan yang diteliti berdasarkan referensi-referensi ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisa data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menerangkan tentang seluruh temuan penelitian dan analisa peneliti yang diformulasikan dalam bentuk teori.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Bab ini memaparkan hasil temuan peneliti sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian dan menjelaskan implikasi dari temuan tersebut.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil tempat di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam No. 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung, Jalan Raya Banjaran Bandung. Terletak di antara kecamatan Baleendah sebelah utara dan timur, kecamatan Banjaran sebelah selatan, dan Katapang di sebelah Barat. Terletak di tengah kota kecamatan Pameungpeuk dan berjarak kira-kira 700 meter dari kantor kecamatan, pesantren ini telah menjadi bagian penting dari penduduk kecamatan ini, mengingat di kecamatan ini tidak ada SMU milik pemerintah.

Pesantren ini merupakan salah satu pesantren milik organisasi Persatuan Islam. Menilik terhadap penomoran yang diberikan oleh Pimpinan Pusat Persatuan Islam, pesantren ini termasuk dalam pesantren yang telah berdiri sejak lama, di mana pesantren no 1 dan 2 terletak di kota Bandung dan menjadi pusat pendidikan bagi para anggota organisasi Persis sejak zaman A. Hasan dan KHE. Abdurrahman dulu. Di antara pelajaran yang diberikan kepada santri-santrinya adalah pelajaran kitab Bahr al-Adab, yang saat ini sudah mulai tidak diajarkan di pesantren-pesantren Persis yang lainnya.

Dengan kondisi objektif seperti yang digambarkan di atas, maka penulis berasumsi bahwa lokasi penelitian ini ideal karena pembelajaran kitab Bahr


(25)

al-Adab telah diajarkan sejak lama dan tetap dijaga hingga saat ini, sehingga

diharapkan penelitian ini dapat menggambarkan peran pembelajaran kitab Bahr

al-Adab dalam membina sikap jujur siswa-siswa atau santri-santrinya.

B. Metode Dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus di lokasi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasuti|on, 1988: 5).

Karena bersifat kualitatif, maka sifat penelitannya bersifat natural setting. Peneliti di sini bertindak sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan kepada makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2009: 1-2).

Peneliti di sini menggambarkan secara sistematis fakta yang diteliti kemudian menganalisanya sesuai teori yang didapatkan dari hasil kajian kepustakaan. Ketika mengkaji Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung, penulis menggunakan cara self-report research, yaitu informasi dikumpulkan oleh peneliti sendiri.

Untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, penelitian dilakukan melalui teknik observasi langsung, yaitu meneliti langsung Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung.


(26)

C. Definisi Operasional

1. Pembelajaran

Pembelajaran atau pengajaran atau proses pengajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah tertentu agar mencapai tujuan yang diharapkan dan tertuang dalam rencana pengajaran. (Suherman dalam Sauri, 2008: 57)

2. Karakter Religius

Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. (Zubaedi, 2011: 74)

3. Kitab Bahr Al-Adab

Kitab Bahr Al-Adab adalah kitab yang ditulis oleh para pengajar di Mesir, mengandung 114 kisah yang singkat dan penuh dengan nilai keteladanan.

4. Pembinaan

Pembinaan artinya usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

5. Jujur

Jujur artinya adalah lurus hati, tidak berbohong; tidak curang; serta tulus dan ikhlas.


(27)

6. Siswa

Siswa yang dimaksud adalah seluruh santri yang belajar di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk kabupaten Bandung.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian deskriptif-kualitatif peneliti merupakan instrumen utama yang terjun langsung ke lapangan serta berusaha mengumpulkan data dan informasi melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara, maupun penelaahan dokumen. Instrumen penelitian yang dimaksud adalah bahwa peneliti langsung menjadi pengamat dan pembaca situasi serta kondisi pendidikan yang berlangsung di MA Persis Pameungpeuk kabupaten Bandung, serta bagaimana proses pembelajaran karakter religius berbasis kitab Bahr Al-Adab dalam membina sikap jujur siswa. Yang dimaksud peneliti sebaai pengamat adalah peneliti tidak sekadar melihat peristiwa dalam situasi pendidikan, melainkan memberikan interpretasi terhadap situasi tersebut. Sedangkan peneliti sebagai pembaca situasi adalah peneliti melakukan analisa terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam situasi tersebut, dan selanjutnya menyimpulkan sehingga dapat digali maknanya.

Penelitian ini selain menempatkan peneliti sebagai instrumen, juga melibatkan beberapa pihak sebagai subjek penelitian meliputi guru, Kepala Madrasah Aliyah (Mudir Mu’alimien), Pimpinan Pesantren (Mudir ‘Am), Tata Usaha (TU), peserta didik serta Komite Sekolah dan masyarakat dengan harapan memperoleh data yang lengkap dan akurat dari berbagai sudut pandang dan kepentingan.


(28)

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil berasal dari kitab Bahr Al-Adab serta seluruh kegiatan pembelajarannya di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat

perspektif emic, yaitu bahwa data yang diambil oleh peneliti bukan data yang

―sebagaimana seharusnya‖, tetapi data apa adanya yang terjadi di lapangan. Agar data yang didapatkan lebih kuat, peneliti pun akan melakukan wawancara kepada para pakar Pendidikan, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Pendidikan Karakter. Karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka data yang dikumpulkan menggunakan teknik pengamatan dan pengalaman langsung. Adapun untuk teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa cara, yaitu:

1. Analisis Isi Buku

Analisis isi adalah metode yang memusatkan perhatian pada aspek-aspek isi teks yang bisa diperhitungkan dengan jelas dan langsung. (Titscher, 2009: 97)

Analisis isi dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang terkandung dalam kitab Bahr Al-Adab.

2. Observasi

Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya (Alwasilah, 2009: 211).


(29)

Observasi dilakukan untuk mengetahui pembelajaran kitab Bahr

Al-Adab di Madrasah Aliyah Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten

Bandung. Untuk mendapatkan data sebaik mungkin, ketika melakukan observasi, Peneliti berpartisipasi dalam kegiatan responden namun tidak sepenuhnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara kedudukan peneliti sebagai orang luar (pengamat) dan sebagai orang yang ikut berpartisipasi dalam lingkungan responden. Selain sambil berpartisipasi, observasipun dilakukan secara terbuka, artinya diketahui oleh responden karena sebelumnya telah mengadakan survey terhadap responden.

Apa yang dilakukan peneliti di atas, relevan dengan yang diungkapkan Moleong (2007: 163) bahwa ciri has penelitian kualitatif tidak bisa dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peran penelitilah yang menentukan keseluruh sekenarionya. Agar hasil observasi dapat membantu menjawab tujuan penelitian yang sudah digariskan, maka dalam penelitian ini peneliti memperhatikan apa yang diungkapkan oleh Alwasilah (2009: 215-216), yakni dalam observasi harus ada lima unsur penting sebagai berikut: 1). Latar (setting); 2). Pelibat (participant); 3). Kegiatan dan interkasi (activity and interaction); 4). Frekuensi dan durasi (frequency and duration); dan 5). Faktor substil (subtle factors).


(30)

Komunikasi yang baik adalah interaksi yang terencana, dan interviu dilakukan untuk mendapat informasi atau data yang diperlukan sesuai dengan tujuan peneliti (Alwasilah, 2009: 191).

Dengan wawancara, maka segala bentuk pembinaan, KBM, gagasan, ide, dan visi tentang pembinaan karakter jujur siswa bisa didapatkan. Untuk mendapatkan data sebaik mungkin, wawancara yang dilakukan bisa bersifat terstruktur, semiterstruktur, dan tidak berstruktur (Sugiyono, 2009: 73-75).

Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada instrument yang telah disusun (pedoman wawancara), berupa rangkaian pertanyaan yang tidak berstruktur yang dapat dikembangkan terus, baik terhadap guru maupun terhadap siswanya. Sehinggan memperoleh data atau informasi yang valid dan akurat. Selain lembar pertanyaan sebagai pedoman wawancara, peneliti juga menggunakan tape recorder serta kamera sebagai alat bantu.

4. Dokumentasi

Selain mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara, penulis juga akan mengumpulkan dokumen-dokumen berkaitan dengan pembelajaran karakter religius, sikap jujur serta pembelajaran kitab

Bahr Al-Adab, seperti kurikulum, tata tertib pesantren dan lain-lain.

Menurut Guba dan Lincoln dalam Alwasilah (2009: 156) menyatakan bahwa:

 Dokumen merupakan sumber informasi yang lestari, sekali pun dokumen tidak lagi berlaku.


(31)

 Dokumen merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan diri terhadap tuduhan dan kekeliruan interpretasi.

 Dokumen itu merupakan sumber data yang relatif mudah dan murah dan terkadang dapat diperoleh dengan cuma-Cuma.

 Dokumen merupakan sumber data yang non reaktif dan alami.

 Dokumen berperan sebagai sumber pelengkap dan memperkaya bagi informasi yang diperoleh lewat intervieu

atau observasi‖.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif terhadap isi kitab Bahr al-Adab, serta hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas, serta penilaian kinerja guru dan siswa. Langkah-langkah analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan menurut Meleong (2007: 14) sebagai berikut:

1. Mengorganisasi informasi

2. Membaca keseluruhan informasi dan memberikan kode pada data yang terkumpul serta mengklasifikasikannya.

3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteks yang menyertainya.

4. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara berbagai kategori.


(32)

5. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus, baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus lain.

6. Menyajikan hasil penelitian secara naratif.

G. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahap, yaitu: pertama, kegiatan pra lapangan; kedua, kegiatan lapangan; dan ketiga, kegiatan analisis intensif.

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan-persiapan yang meliputi: memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan fokus masalah, memilih pendekatan, menentukan sistem pola yang diamati dan sumber data. Sebagaimana layaknya suatu penelitian ilmiah, maka pada tahap ini peneliti menyusun desain penelitian untuk kemudian dikonsultasikan dengan pihak penyelenggara pendidikan di pesantren.

2. Tahap Lapangan

Pada tahap ini penulis mengumpulkan sekaligus menyeleksi data-data yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian dan akhirnya meratifikasi atau menyimpulkan data tersebut secara deskriptif. Dalam konteks penelitian kualitatif, beberapa aspek kegiatan dalam pelaksanaan dikerjakan sebelum dan selama penelitian berlangsung. Misalnya pembuatan instrumen baik berupa pedoman observasi, wawancara maupun studi dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah


(33)

peneliti itu sendiri, sedangkan pedoman observasi dan wawancara hanya memuat pertanyaan kunci untuk membuka masalah penelitian. Demikian juga halnya dengan kegiatan pengumpulan dan analisis data serta pembuatan kesimpulan dilakukan sepanjang penelitian berlangsung. Secara singkat kegiatan pada tahap ini meliputi:

a. Mengumpulkan catatan lapangan dan hasil observasi secara keseluruhan

b. Menyusun dan mengelompokkan data sejenis sesuai dengan fokus masalah.

c. Menganalisa hubungan antara data yang satu dengan data yang lain.

d. Memberikan komentar dan tafsiran terhadap data secara kontekstual.

e. Menyimpulkan data tersebut menjadi suatu pernyataan umum sekaligus menyusun temuan penelitian.

3. Tahap Analisis Intensif.

Tahap ini merupakan puncak kegiatan yang dilakukan setelah penelitian lapangan berakhir. Pengorganisasian penulisan laporan penelitian dituangkan dalam satu karya ilmiah yang terbagi kepada lima bab, yaitu pendahuluan, tinjauan teoritis, metode penelitian, hasil penelitian dan kesimpulan.

Kegiatan pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara:


(34)

a. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari wawancara.

b. Mengelompokkan data penelitian dari para responden ke dalam data sejenis.

c. Menyusun data sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian.

d. Menganalisis hubungan antara yang satu dengan yang lain.

e. Memberikan komentar berupa tanggapan, kritikan yang konstruktif dan tafsiran terhadap data secara kontekstual.

f. Menyusun temuan-temuan monumental dan gagasan-gagasan inovasi.

g. Menyimpulkan hasil penelitian secara umum.

4. Tahap Pelaporan

Data yang sudah dianalisa kemudian dipadukan dengan teori-teori yang relevan dengan konsepsi penulis tentang permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Proses pemaduan konsepsi penelitian dituangkan dalam laporan penelitian yang sistematikanya mengacu pada pedoman penulisan karya tulis ilmiah dari Universitas Pendidikan Indonesia edisi 2011.

Selain itu, dalam rangka menyempurnakan laporan penelitian dilakukan proses bimbingan secara berkelanjutan dengan dosen pembimbing, baik pembimbing I maupun pembimbing II.


(35)

H. Validitas dan Reliabilitas Data

Agar nilai kebenaran secara ilmiahnya dapat teruji serta memiliki nilai keajegan, maka dalam penelitian ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas data yang ditemukan di lapangan.

1. Validisasi Data

Alwasilah (2009: 169) menyatakan bahwa ―validitas adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran dan segala jenis

laporan‖. Dalam menguji validitas ini, dapat dilakukan dengan beberapa teknik

yaitu,

1) Pendekatan Modus Operandi (MO); 2) Mencari bukti yang menyimpang dan kasus negatif; 3) Triangulasi; 4) Masukan, asupan atau

feedback; 5) Mengecek ulang atau member checks; 6) ―Rich data‖ atau

data yang melimpah; 7) Quasi-statistics; 8) Perbandingan; 9) Audit; 10) Observasi jangka panjang (long-term observation); 11) Metode partisipatori (participatory mode of research); 12) Bias penelitian; 13) Jurnal reflektif (reflective Journal); dan 14) Catatan pengambilan keputusan.

Dari keempat belas teknik tersebut, dalam penelitian ini hanya menggunakan 5 (lima) teknik yang dianggap dapat mewakili teknik-teknik tersebut yakni: triangulasi, member checks, metode partisipatori, jurnal reflektif dan catatan pengambilan keputusan.

a. Triangulasi

Menurut Alwasilah (2009: 175) menyebutkan bahwa ―Triangulasi merupakan teknik yang merujuk pada informasi atau data dari individu dan latar dengan menggunakan berbagai metode.‖ Sejalan dengan hal itu Moleong (2007: 330) mengungkapkan bahwa


(36)

memanfaatkan sesuatu yang lain‖. Selain itu Patton dalam Moleong

(2007: 330) menyatakan bahwa triangulasi dapat dicapai dengan jalan sebagai berikut:

(1) membandingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang di depan umum dengan apa yang dikatakan orang secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitiaan dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dengan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah dan tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

b. Member Cheeks atau Mengecek Ulang

Member checks yaitu ―masukan yang diberikan individu yang

menjadi responden kita‖ (Alwasilah, 2009: 178). Sedangkan Moleong (2007: 335) menjelaskan bahwa ―pengecekan dilakukan dengan

anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan, yang dicek meliputi data,

kategori analisis, penafsiran dan kesimpulan‖.

Member checks tersebut digunakan untuk menghindari salah

tafsir terhadap jawaban responden sewaktu diintervieu, kemudian untuk menghindari salah tafsir terhadap prilaku responden sewaktu diobservasi, serta untuk mengkonfirmasi perspektif emik responden terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.

c. Metode Partisipatori

Menurut Alwasilah (2009: 182) menyebutkan bahwa dalam metode partisipatori (participatory mode of research) ―Peneliti sejak


(37)

dini melibatkan partisipan peneliti dalam segala fase penelitian dari

konseptualisasi penelitian sampai dengan penulisan pelaporan‖.

Artinya bahwa peneliti berpartisipasi langsung sekaligus melibatkan partisipan-partisipan lain yang mendukung dalam setiap fase-fase penelitian.

Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke lapangan, larut dan berbaur dengan lingkungan penelitian yaitu Madrasah Aliyah Persatuan Islam kabupaten Bandung, serta meminta beberapa partisipan seperti guru-guru pengajar kitab Bahr Al-Adab, siswa-siswa, Kepala Madrasah dan Wakil Kepala Madrasah atau partisipan lain yang dianggap mendukung terhadap penelitian untuk melibatkan diri dan larut dalam setiap fase-fase penelitian agar hasil dan laporan penelitian mempunyai validitas yang tinggi.

d. Jurnal Reflektif

Jurnal reflektif adalah jurnal yang disiapkan peneliti dan diisi setiap saat selama melakukan penelitian. Ini merupakan rekaman pengalaman peneliti yang merupakan bukti otentik bagi yang penasaran dengan hasil-hasil yang dikemukakan peneliti. (Alwasilah, 2009: 183)

Artinya bahwa peneliti harus membuat jurnal yang diasiapkan untuk penelitian dan diisi setiap saat selama melaksanakan penelitian dilapangan. Jurnal refleksi ini sebagai bukti otentik penelitian, hal ini


(38)

merupakan rekaman pengalaman peneliti yang merupakan bukti otentik bagi yang penasaran dengan hasil-hasil yang dikemukakan

peneliti‖. Peneliti merekam semua pengalamannya dalam sebuah jurnal sebagai bukti fisik yang otentik dan ini merupakan bukti bahwa penelitian tersebut benar-benar dilakukan.

e. Catatan pengambilan keputusan

Alwasilah (2009: 184) mengungkapkan bahwa ―paradigma

kualitatif tidak mengenal keputusan a priori, melainkan membiarkan keputusan-keputusan itu mencuat dengan sendirinya dari data secara alami. Namun demikian peneliti boleh memulai penelitian dengan keputusan-keputusan pendahuluan‖. Dalam hal ini peneliti membuat keputusan-keputusan dalam tahapan-tahapan dan langkah-langkah penelitian dan hal itu dicatat dengan tertib dan rapi dalam sebuah catatan pengambilan keputusan (Decision Trail).

Ada tiga alasan dalam pengambilan keputusan ini, sebagaimana yang dikemukakan Alwasilah (2009: 184) sebagai berikut:

Pertama, firasat, intuisi, insting, reaksi seketika sebagi faktor internal yang terus menerus mendorong saya segera mengambil keputusan, Misalnya saya merasa seorang responden yang sombong, menggurui, dan sok tahu yang tidak mungkin dapat diajak bekerja sama. Saya juga merasa bahwa beberapa pertanyaan tidak selayaknya diajukan pada responden tertentu. Kedua, informasi yang muncul dari interviu dan observasi mempengaruhi pengambilan keputusan. Manakala keteraturan dan konsistensi berakumulasi dalam kategori-kategori, saya berkeyakinan bahwa saya harus mengakhiri interviu dan observasi. Proses debriefing dengan semua debriefer dan konsultasi dengan pembimbing disertasi member saya ilham dan sudut pandang dan menumbuhkan


(39)

revitalisasi kesadaran saya sebagai peneliti. Ketiga, faktor eksternal seperti jangka beasiswa dan keterbatasan dana membatasi saya untuk melakukan penelitian yang –sebenarnya bisa—lebih ekstensif.

2. Realibilitas Data

Suatu alat dikatakan reliable, bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukan hasil

yang sama (Nasution, 1996: 77). Adapun ―konsep reliabilitas

(reliability) mempunyai pengertian sejauh mana temuan-temuan

penelitian dapat direplikasi‖ (Alwasilah, 2009: 186).

Guba dan Lincoln (Alwasilah, 2009: 187) mengungkapkan

―tidak perlu untuk mengeksplisitkan persyaratan reliabilitas. Namun

menyarankan penggunaan istilah consistenscy, atau keterhandalan‖. Selanjutnya pada penelitian kualitatif reliabilitas ini sulit dipenuhi karena perilaku manusia senantiasa berubah-ubah. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang berasumsi bahwa reliabilitas dilandaskan pada adanya realitas esa (single reality).


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap pembelajaran karakter religius berbasis kitab Bahr Al-Adab dalam membina sikap jujur siswa di Madrasah Aliyah Pesantren Persis 3 Pameungpeuk kabupaten Bandung, maka berikut ini beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini.

Pertama, Nilai-nilai yang terkandung dalam kitab Bahr Al-Adab, merujuk

kepada pilar karakter yang dinyatakan oleh Ratna Megawangi, di antaranya adalah 1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya (love Allah, trust, reverence, loyalty), 2) Kemandirian dan Tanggung jawab, (responsibility, excellence, self reliance,

discipline, orderliness), 3) Kejujuran/Amanah, Bijaksana (trustworthiness, reliability, honesty), 4) Hormat dan santun (respect, courtessy, obedience), 5)

Dermawan, Suka Menolong dan Gotong royong (love compassion, caring,

empathy, generousity, moderation, cooperation). 6) Percaya diri, Kreatif, dan

Pekerja Keras (Confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage,

determination, and enthusiasm), 7) Kepemimpinan dan Keadilan (justice, fairness, mercy, leadership), 8) Baik dan Rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty), 9) Toleransi dan Kedamaian dan Kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity).


(41)

Kedua, Dalam proses pembelajaran kitab Bahr Al-Adab metode yang

digunakan adalah metode ceramah, diskusi dan sosiodrama. Selain itu, digunakan pula metode inquiri berkaitan dengan aspek kebahasaannya. Adapun langkah-langkahnya mengikuti metode bandongan yaitu, pertama-tama guru membaca teks dari kitab tersebut, lalu menerjemahkan. Setelah itu baru dijelaskan isi cerita dengan lebih gamblang dan dikaitkan dengan teks Al-Quran atau hadis. Di akhir guru menanyakan kepada para siswa tentang nilai karakter yang terkandung dalam kisah tersebut atau secara langsung menyimpukan kandungannya. Di samping langkah-langkah tersebut, disisipkan kajian aspek kebahasaan, seperti gramatikal (nahwu), semantik (ma’ani) dan unsur-unsur gaya bahasa (uslub balaghah). Sayangnya guru tidak melakukan proses persiapan pembelajaran secara tertulis. Dalam proses KBM guru jarang sekali menggunakan media pembelajaran dan kurang melibatkan siswa. Materi yang disampaikan bersumber kepada kitab Bahr

Al-Adab dengan tambahan teks Al-Quran, hadis, mutiara hikmah, peribahasa dan

lain-lain Sedangkan bentuk evaluasi yang dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: talaran perjudul jika dianggap perlu, ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Di samping bentuk evaluasi yang bersifat kognitif, evaluasi yang sifatnya afektif pun dilakukan. Yaitu dengan melihat perubahan sikap yang terjadi setelah proses belajar mengajar selesai. Dari proses pembelajaran tersebut, tanggapan siswa sangat baik. Mereka mengatakan bahwa pengajaran kitab Bahr Al-Adab sangat menarik sebab isinya merupakan kisah-kisah teladan yang bermanfaat dan bisa mereka amalkan dalam kehidupan.


(42)

Ketiga, Hasil pembelajaran kitab Bahr Al-Adab, para santri mampu

menghayati cerita dalam kitab Bahr Al-Adab dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan. Para santri sudah mampu berbuat jujur kepada dirinya, misalnya pada saat tidak membawa kitab Bahr Al-Adab saat pembelajaran. Mereka juga mampu berbuat jujur kepada guru dan teman-temannya di sekolah, terbukti dengan

berjalan baiknya warung jam’iyah. Dan mereka pun mampu berbuat jujur kepada

masyarakat, seperti pada saat mereka membeli makanan kepada para pedagang di lingkungan sekolah.

Keempat, Faktor yang mendukung pembelajaran Bahr Al-Adab dalam

membina sikap jujur siswa adalah a) visi, misi dan tujuan pesantren yang secara tegas menyatakan tentang pembinaan akhlak, b) teladan kyai, asatidz dan staf pesantren, c) Struktur kurikulum yang memuat pelajaran-pelajaran pembinaan akhlak, d) kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di pesantren baik kegiatan pembiasaan atau pun ekstrakurikuler dan lain-lain, e) pelibatan-pelibatan dalam

kegiatan di masyarakat, seperti majlis ta’lim dan lain-lain. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat secara umum terbagi dua, a) faktor-faktor internal seperti aturan sekolah yang belum terlalu ketat, dan masih ada santri-santri yang kesulitan dalam memahami mufrodat/kosakata pada kitab Bahr Al-Adab. b) faktor eksternal seperti pengaruh pergaulan, teknologi, dan nilai-nilai moral yang mulai luntur di masyarakat sekitar sekolah.

B. Saran

Setelah peneliti melaksanakan penelitian di Madrasah Aliyah Pesantren Persis Pameungpeuk kabupaten Bandung dengan cara observasi, wawancara dan


(43)

studi pustaka, maka sudah semestinya penulis selaku peneliti untuk mengajukan saran-saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam masalah ini diantaranya:

Pertama, kepada pihak Madrasah Aliyah Persis Pameungpeuk, untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah dalam menciptakan dan mengembangkan siswa yang TAQWA (tafaquh fiddien, Qur’ani dan berwawasan), maka seluruh unsur sekolah harus turut bertanggung jawab, sehingga, suasana sekolah yang kondusif dalam menciptakan generasi yang berakhlakul karimah dapat diwujudkan.

Kedua, kepada para guru, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal hendaknya melakukan ikhtiar maksimal, dimulai dari proses persiapan yang sesuai dengan tertib administrasi guru, dilanjutkan dengan proses pembelajaran yang memenuhi kriteria PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot), dan diakhiri dengan evaluasi yang menyeluruh meliputi evaluasi kognitif dan afektif yang maksimal. Dan yang paling utama adalah guru selalu menampilkan uswah

hasanah (teladan yang baik) sehingga para siswa tidak kehilangan teladan untuk

diikuti.

Ketiga, kepada pihak pemerintah, hendaknya memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan keterampilan tenaga pendidikan terutama penguasaan model-model pembelajaran nilai yang dirasa sangat kurang. Selain itu upaya peningkatan fasilitas belajar mengajar sebagai sarana pendukung harus ditingkatkan dan diusahakan merata di seluruh sekolah negeri atau pun swasta.


(44)

Keempat, kepada peneliti lain, sehubungan dengan keterbatasan dalam menggali permasalahan penelitian, maka diharapkan hasil dari penelitian ini menjadi bahan kajian dan pijakan bagi yang berminat, sehingga memungkinkan untuk melakukan penelitian di lokasi lain.


(45)

Abdullah, Yatimin. (2006). Pengantar Studi Etika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Al-Asfahani, Al-Raghib. (tt). Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Ma’rifah Al-Hufi, Ahmad Muhamad. (tt). Akhlak Nabi Muhamad SAW. Keluhuran dan

kemuliaannya. Jakarta: penerbit Bulan Bintang.

Aliyah, Miftahul. (2008). Studi tentang Nilai-niliai Filosofis Edukatif Kisah Nabi Musa

Belajar kepada Khidir (Penelitian terhadap Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 60-82). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tesis)

Al-Jurjani. (1988). Kitab Al-Ta’rifat. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah

Al-Qur’an dan Terjemahnya (1985/1986), Depag RI: Jakarta

Alwasilah, A. Chaedar. (2006). Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung. Pustaka Jaya.

Anees, Bambang Q. Dan Hambali, Adang. (2009). Pendidikan Karakter Berbasis

Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Aswandi, (2010). Membangun Bangsa melalui Pendidikan Karakter. Tersedia: http: //inspirasitabloid. wordpress.com /2010/08/10/ membangun–bangsa-melalui- pendidikan-karakter/

Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di

Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Aunillah, Nuria Isna. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana

Bakry, H. Oemar. (1993). Akhlak Muslim. Bandung: Angkasa.

Budimansyah, Dasim. (2012). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim dan Komalasari, Kokom (Eds). (2011). Pendidikan Karakter: Nilai


(46)

Drijarkara, N. SJ. (1989). Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan Jakarta.

Dhofier, Zamakhsyari. (1990). Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: Penerbit LP3ES.

Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Federspiel, Howard M. (2004). Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan PERSIS di

Era Kemunculan Negara Indonesia. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta

Ganeswara, Ganjar Muhammad. (2009). Aktualisasi Pendidikan Umum di Universitas

Pendidikan Indonesia dalam Upaya Mengembangkan Lulusannya sebagai Warganegara yang Baik (Studi Deskriptif tentang Visi, Misi dan Aksi Pendidikan Kewarganegaraan). Disertasi Doktor pada S.Ps. Universitas Pendidikan

Indonesia: tidak diterbitkan

Ghazali. (1981). Ajaran-ajaran Akhlak Imam Al-Ghazali, Surabaya: penerbit Al-Ikhlas Surabaya

Hakam, Kama Abdul. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung. MKDU Press.

Hakam, Kama Abdul. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung

Hamka. (1982). Pribadi. Jakarta: NV. Bulan Bintang.

Henry, Nelson B. (1952). The Fifty First Yearbook of the National Society for The Study

of Education, Part I General Education. Chicago: The University of Chicago

Press.

Herdiansyah, Haris. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba.

Husaini, A. (2010). Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berakarakter dan Beradab. Jakarta: Cakrawala Publishing.

Izutsu, Toshihiko. (2003). Konsep-konsep Etika Religius dalam Qur’an. Yogya: Tiara Wacana.

Kalidjernih, Freddy K. (2010). Penulisan Akademik. Bandung: Widya Aksara Press Karni, Asrori S. (2009). Etos Studi Kaum Santri: Wajah Baru Pendidikan Islam.


(47)

Karakter Di Sekolah Menegah Pertama. Jakarta. Kemendiknas.

Koesoema A, Doni. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Di Zaman

Global. Jakarta. Grasindo

Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character. Newyork: Bantam Book. Lickona, Thomas. (2004). Character Matters. Newyork: Touchsone.

Lukenbill, Jeffrey D. (1978). General Education in A Changing Society. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Makiyah, Mia. (2008), Pembinaan Akhlak Mulia Siswa melalui Proses Pembelajaran

PAI (Studi Deskriptif pada Siswa SMK Al-Huriyah Rengasdengklok Karawang).

Tesis Magister pada S.Ps Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur

dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS

Mayhew, Lewis B. (1960). General Education: An Account and Appraisal. Newyork: Harper and Brothers Publishers.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter. Jakarta: Migas & Energi

Miskawaih, Ibn. (1994). Menuju Kesempurnaan Akhlak (terj). Bandung: Penerbit Mizan. Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Muhyi, Mumuh Abdul. (2008). Pendidikan Akhlak Keluarga Santri Karya (Studi

Deskriptif Analitik terhadap Keluarga Santri Karya Pesantren Daarut Tauhiid).

Tesis Magister pada S.Ps Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Musfiroh, Tadzkirotun. (2011). Karakter sebagai Saripati Tumbuh Kembang Anak Usia

Dini. Jogjakarta: Inti Media

Mustafa, Ibrahim dkk. (1985). Al-Mu’jam Al-Wasith. Kairo: Mathabi’ al-Dar al-Hindasiyah


(48)

Moral yang Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurwadjah, Ahmad. (2007). Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Bandung: Penerbit Marja. Peterson, Christopher dan Selligman, Martin EP. (2004). Character Strength and Virtues:

A Handbook and Classification. Newyork: Oxford Unversity Press.

Phenix, Philip. (1961). Realms of Meaning. Mc Graw-Hill Book Company: New York. Qomar, Mujamil. (2002). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Ramayulis. (2011). Sejarah Pendidikan Islam: Pembaharuan, Konsep, Filsafat, dan

Metodologis dari Era Nabi sampai Ulama Nusantara. Jakarta: Kalam Mulia.

Rosyidin, Dedeng. (2009). Konsep Pendidikan Formal dalam Islam. Bandung: Pustaka Nadwah.

Saiyidain, KG. (1954). Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.

Sauri, S., Firmansyah, H., dan Rizal, A.S. (2010). Filsafat Ilmu Pendidikan Agama. Bandung: Arvino Raya

Sauri, Sofyan dan Firmansyah, Herlan. (2010). Meretas Pendidikan Nilai. Bandung: Arfino Raya.

Sauri, Sofyan. (1996). Komunikasi Orang Tua Anak dalam Membina Nilai-Nilai Agama

pada Keluarga. Bandung: PPs IKIP Bandung

Sauri, Sofyan. (2006). Membangun Komunikasi Dalam Keluarga. Bandung: PT Genesindo

Sauri, Sofyan. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo

Sauri, Sofyan. (2009). Membangun Propesionalisme Guru Berbasis Bahasa Santun bagi

Pembinaan Keperibadian Bangsa yang Bijak. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina dan PT Logos Wacana Ilmu.


(49)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Cet. 11. Bandung: Alfabeta.

Syihabuddin. (2011). Pendidikan dan Bahasa dalam Perspektif Islam. Bandung: Rizqi Press.

Wan Daud, MN. (2003). Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, Bandung: Mizan.

Wan Daud, MN. dkk. (2010). Membangun Peradaban dengan Ilmu. Depok: Kalam.

Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah. Bandung: CV.

Diponegoro.

Yudkin, M. eds. (1971). Genereal Education. Baltimore: Penguin Books

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Zurqoni. (2012). Menakar Akhlak Siswa, konsep dan Strategi Penilaian akhlak Mulia


(1)

221

Keempat, kepada peneliti lain, sehubungan dengan keterbatasan dalam menggali permasalahan penelitian, maka diharapkan hasil dari penelitian ini menjadi bahan kajian dan pijakan bagi yang berminat, sehingga memungkinkan untuk melakukan penelitian di lokasi lain.


(2)

Sani Insan Muhamadi, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. (2006). Pengantar Studi Etika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Al-Asfahani, Al-Raghib. (tt). Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Ma’rifah Al-Hufi, Ahmad Muhamad. (tt). Akhlak Nabi Muhamad SAW. Keluhuran dan

kemuliaannya. Jakarta: penerbit Bulan Bintang.

Aliyah, Miftahul. (2008). Studi tentang Nilai-niliai Filosofis Edukatif Kisah Nabi Musa Belajar kepada Khidir (Penelitian terhadap Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 60-82). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tesis)

Al-Jurjani. (1988). Kitab Al-Ta’rifat. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah Al-Qur’an dan Terjemahnya (1985/1986), Depag RI: Jakarta

Alwasilah, A. Chaedar. (2006). Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung. Pustaka Jaya.

Anees, Bambang Q. Dan Hambali, Adang. (2009). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Aswandi, (2010). Membangun Bangsa melalui Pendidikan Karakter. Tersedia: http: //inspirasitabloid. wordpress.com /2010/08/10/ membangun–bangsa-melalui- pendidikan-karakter/

Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di

Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Aunillah, Nuria Isna. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana

Bakry, H. Oemar. (1993). Akhlak Muslim. Bandung: Angkasa.

Budimansyah, Dasim. (2012). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim dan Komalasari, Kokom (Eds). (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.


(3)

Budimansyah, Dasim. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter: Seri Pembinaan Profesionalisme Guru. Bandung: Widya Aksara Press.

Drijarkara, N. SJ. (1989). Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan Jakarta.

Dhofier, Zamakhsyari. (1990). Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: Penerbit LP3ES.

Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Federspiel, Howard M. (2004). Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan PERSIS di Era Kemunculan Negara Indonesia. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta

Ganeswara, Ganjar Muhammad. (2009). Aktualisasi Pendidikan Umum di Universitas Pendidikan Indonesia dalam Upaya Mengembangkan Lulusannya sebagai Warganegara yang Baik (Studi Deskriptif tentang Visi, Misi dan Aksi Pendidikan Kewarganegaraan). Disertasi Doktor pada S.Ps. Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan

Ghazali. (1981). Ajaran-ajaran Akhlak Imam Al-Ghazali, Surabaya: penerbit Al-Ikhlas Surabaya

Hakam, Kama Abdul. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung. MKDU Press.

Hakam, Kama Abdul. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung

Hamka. (1982). Pribadi. Jakarta: NV. Bulan Bintang.

Henry, Nelson B. (1952). The Fifty First Yearbook of the National Society for The Study of Education, Part I General Education. Chicago: The University of Chicago Press.

Herdiansyah, Haris. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba.

Husaini, A. (2010). Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berakarakter dan Beradab. Jakarta: Cakrawala Publishing.

Izutsu, Toshihiko. (2003). Konsep-konsep Etika Religius dalam Qur’an. Yogya: Tiara Wacana.

Kalidjernih, Freddy K. (2010). Penulisan Akademik. Bandung: Widya Aksara Press Karni, Asrori S. (2009). Etos Studi Kaum Santri: Wajah Baru Pendidikan Islam.


(4)

Sani Insan Muhamadi, 2013

Kementrian Pendidikan Nasional, direktorat jenderal manajemen pendidikan dasar dan menengah, direktorat pembinaan sekolah menegah pertama. (2010). Pendidikan Karakter Di Sekolah Menegah Pertama. Jakarta. Kemendiknas.

Koesoema A, Doni. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta. Grasindo

Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character. Newyork: Bantam Book. Lickona, Thomas. (2004). Character Matters. Newyork: Touchsone.

Lukenbill, Jeffrey D. (1978). General Education in A Changing Society. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Makiyah, Mia. (2008), Pembinaan Akhlak Mulia Siswa melalui Proses Pembelajaran PAI (Studi Deskriptif pada Siswa SMK Al-Huriyah Rengasdengklok Karawang). Tesis Magister pada S.Ps Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur

dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS

Mayhew, Lewis B. (1960). General Education: An Account and Appraisal. Newyork: Harper and Brothers Publishers.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter. Jakarta: Migas & Energi

Miskawaih, Ibn. (1994). Menuju Kesempurnaan Akhlak (terj). Bandung: Penerbit Mizan. Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Muhyi, Mumuh Abdul. (2008). Pendidikan Akhlak Keluarga Santri Karya (Studi Deskriptif Analitik terhadap Keluarga Santri Karya Pesantren Daarut Tauhiid). Tesis Magister pada S.Ps Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Musfiroh, Tadzkirotun. (2011). Karakter sebagai Saripati Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Jogjakarta: Inti Media

Mustafa, Ibrahim dkk. (1985). Al-Mu’jam Al-Wasith. Kairo: Mathabi’ al-Dar al-Hindasiyah


(5)

Nata, Abudin. (1996). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Noor, Rohinah M. (2011). Pendidikan Karakter berbasis Sastra: Solusi Pendidikan Moral yang Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurwadjah, Ahmad. (2007). Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Bandung: Penerbit Marja. Peterson, Christopher dan Selligman, Martin EP. (2004). Character Strength and Virtues:

A Handbook and Classification. Newyork: Oxford Unversity Press.

Phenix, Philip. (1961). Realms of Meaning. Mc Graw-Hill Book Company: New York. Qomar, Mujamil. (2002). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Ramayulis. (2011). Sejarah Pendidikan Islam: Pembaharuan, Konsep, Filsafat, dan Metodologis dari Era Nabi sampai Ulama Nusantara. Jakarta: Kalam Mulia. Rosyidin, Dedeng. (2009). Konsep Pendidikan Formal dalam Islam. Bandung: Pustaka

Nadwah.

Saiyidain, KG. (1954). Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.

Sauri, S., Firmansyah, H., dan Rizal, A.S. (2010). Filsafat Ilmu Pendidikan Agama. Bandung: Arvino Raya

Sauri, Sofyan dan Firmansyah, Herlan. (2010). Meretas Pendidikan Nilai. Bandung: Arfino Raya.

Sauri, Sofyan. (1996). Komunikasi Orang Tua Anak dalam Membina Nilai-Nilai Agama pada Keluarga. Bandung: PPs IKIP Bandung

Sauri, Sofyan. (2006). Membangun Komunikasi Dalam Keluarga. Bandung: PT Genesindo

Sauri, Sofyan. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo

Sauri, Sofyan. (2009). Membangun Propesionalisme Guru Berbasis Bahasa Santun bagi Pembinaan Keperibadian Bangsa yang Bijak. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina dan PT Logos Wacana Ilmu.


(6)

Sani Insan Muhamadi, 2013

Sudewo, Eri. (2011). Best Practice Character Building: Menuju Indonesia Lebih Baik, Jakarta: Republika Penerbit.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cet. 11. Bandung: Alfabeta.

Syihabuddin. (2011). Pendidikan dan Bahasa dalam Perspektif Islam. Bandung: Rizqi Press.

Wan Daud, MN. (2003). Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, Bandung: Mizan.

Wan Daud, MN. dkk. (2010). Membangun Peradaban dengan Ilmu. Depok: Kalam.

Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah. Bandung: CV.

Diponegoro.

Yudkin, M. eds. (1971). Genereal Education. Baltimore: Penguin Books

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Zurqoni. (2012). Menakar Akhlak Siswa, konsep dan Strategi Penilaian akhlak Mulia Siswa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Aborsi di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Persatuan Amal Bakti (PAB) 2 Helvetia Kecamatan Labuhan Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

5 129 66

Manajemen Pendidikan madrasah aliyah manba'ul khoir ciledug Tangerang

0 4 79

Kontribusi Mohammad Natsir Dalam Perkembangan Pendidikan Islam di Pesantren Persatuan Islam (PERSIS) 69 Jakarta

0 6 104

Perubahan Sosiokultural dalam Komunitas Pesantren Persatuan Islam (Kasus di Pesantren PERSATUAN ISLAM, desa Rancabogo, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat)

1 116 328

STUDI KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MADRASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN MODERN AL IHSAN BALEENDAH DAN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BANDUNG.

0 3 65

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBINAAN KARAKTER BERBASIS NILAI – NILAI ISLAM (Studi Deskriptif Analitis Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah di Pondok Pesantren Darul Falah Cililin Kab. Bandung Barat ).

0 7 51

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN SOSIAL CALON GURU: Studi Kasus pada pogram Praktek Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ) di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Bandung.

3 15 42

ANALISIS SIKAP TOLERANSI SANTRI MADRASAH ALIYAH PADA PONDOK PESANTREN KHULAFAUR RASYIDIN KABUPATEN KUBU RAYA

0 0 15

TRANSFORMASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBINAAN KARAKTER PADA MADRASAH ALIYAH AL- IKHLAS UJUNG KABUPATEN BONE

0 8 241

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM DI PESANTREN MADRASAH ALIYAH GUPPI SAMATA KABUPATEN GOWA

0 0 109