Editorial Office

Tabel 1. Hasil Uji Stasioner

Tk. Perbedaan I VARIABEL

Tingkat Level

Prob IHSG

0.0000 SBI-3M

0.0000 JUB (M2)

0.0000 CAD.DEVISA

0.6347 Perbedaan II

JUB (M2)

Tabel 2. Estimasi OLS

0.074565 0.9407 SBI_3M

2.850453 0.0055 IDR_USD

0.000813

0.000285

-3.719971 0.0004 IDR_EUR

1657.919 Adjusted R-squared

0.951765 Mean dependent var

859.9068 Log likelihood

0.946091 S.D. dependent var

167.7216 Durbin-Watson stat

-638.8501 F-statistic

0.000000 akukan dengan menggunakan teknik koin-

0.832409 Prob(F-statistic)

Hasil ECM merupakan pergerakan dalam tegrasi.

jangka pendeknya, namun tetap dalam Dari estimasi OLS diperoleh residunya

kerangka alur jangka panjangnya. Atau untuk dilakukan pengujian kointegrasi

dengan kata lain, analisis dari hasil uji sta- dengan menggunakan unit root ADF-test.

sioneritas terhadap nilai residu membuk- Hasilnya menunjukkan bahwa residual

antara variabel makro model estimasi adalah stasioner, yang

tikan

bahwa

ekonomi yang terdiri dari tingkat inlasi D artinya diantara variabel-variabel yang di-

(INFLASI), suku bunga Sertifikat Bank Indo- masukkan ke dalam model adalah terkoin-

nesia 3 bulan D(SBI-3M), jumlah uang tegrasi, sehingga hasil OLS sebelumnya

beredar D(JUB-M2), nilai tukar rupiah ter- (tabel 2) merupakan persamaan jangka

hadap dolar Amerika Serikat D(IDR_USD), panjangnya.

dan nilai tukar rupiah terhadap euro Uni- peroleh persamaan jangka pendek dari per-

Eropa tingkat inflasi D(IDR_EUR), cadangan samaan jangka panjangnya, maka dil-

devisa, bursa asing (D(KLSE), D(STI), D akukan dengan

(PSEI), D(SSE-CHINA)) (lihat tabel 4) dengan (ECM). Estimasi terhadap ECM dilakukan

pergerakan IHSG, D(IHSG) terdapat hub- dengan cara memasukkan variabel ke da-

ungan atau keseimbangan jangka panjang lam model dalam bentuk perbedaan per-

pada pengujian dengan data bentuk level. tama dan memasukkan residual periode

Dengan demikian, hasil uji kointegrasi sebelumnya dari hasil model estimasi OLS.

dengan bentuk level sesuai dengan pern-

yataan yang dikemukakan oleh Gujarati (2003); Nachrowi dan Usman (2006) bah- wasanya kombinasi linear yang bersifat sta- sioner dapat terjadi diantara dua variabel yang masing-masing tidak stasioner atau mengikuti pola

. Apabila hal

yang demikian terjadi kesepuluh variabel tersebut dikatakan saling terintegrasi.

Hasil regresi sebelumnya pada data awal menunjukkan hubungan positif ter- jadi antara inflasi, jumlah uang beredar (M2), nilai tukar rupiah terhadap euro, ca- dangan devisa, bursa saham Malaysia, bur- sa saham Filipina, bursa saham Shanghai dan IHSG dan hubungan negatif terjadi an- tara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, bursa saham Singapura, dan IHSG. Dari hasil perhitungan empiris juga diperoleh temuan bahwa, jumlah uang beredar (M2), nilai tukar rupiah terhadap euro, cadangan devisa, bursa saham Malay- sia memiliki pengaruh signifikan yang posi- tif terhadap IHSG. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, indeks gabungan bursa saham Singapura ber- pengaruh negatif terhadap IHSG Indonesia. Kemudian, hasil penelitian menggunakan

metode ECM hanya menghasilkan tiga vari- abel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan, yakni: nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, cadangan devisa, dan indeks har-

ga saham gabungan Filipina.

Inflasi adalah ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang pening- katan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan dapat mendorong timbulnya resesi. Mening- katnya inflasi secara relatif adalah sinyal negatif bagi investor di pasar modal. Hal tersebut karena inflasi akan meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya faktor-faktor produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas akan menurun. Meningkatnya laju inflasi akan menyebabkan para inves- tor

enggan

untuk

menginvestasikan dananya dalam bentuk saham, mereka cenderung untuk memilih investasi dalam

t-Statistic

Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic

1.828761

0.0001 Test critical values:

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Variable

Coefficient

Std. Error

0.8321 D(INFLASI)

0.5086 D(SBI_3M)

0.1374 D(JUB-M2)

0.5478 D(IDR_USD)

0.0108 D(IDR_EUR)

0.2037 D(CAD-DEV)

0.0001 D(KLSE)

0.8221 D(STI)

0.5154 D(PSEI)

0.0182 D(SSE-CHINA)

0.5833 RESID01(-1)

0.470250 Mean dependent var

34.89547 Adjusted R-squared

0.400042 S.D. dependent var

130.9796 Log likelihood

-567.2464 F-statistic

6.697968 Durbin-Watson stat

1.800011 Prob(F-statistic)

0.000000

Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112

Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham (Pasaribu dan Kowanda)

bentuk logam mulia atau real estate, jenis ini dapat melindungi investor dari kerugian yang disebabkan inflasi. Dari hasil empiris, diperoleh hasil bahwa memang secara jangka pendek, meningkatnya inflasi akan menyebabkan penurunan angka indeks harga saham gabungan, namun dalam jangka panjang, justru kenaikan inflasi,

, justru akan meningkatkan indeks harga saham gabungan. Secara par- sial tingkat inflasi tidak berpengaruh sig- nifikan terhadap indeks harga saham gabungan baik dalam jangka pendek atau- pun jangka panjang. Dari hasil tersebut penelitian ini mendukung penelitian sebe- lumnya yang dilakukan oleh Manurung (1996), Novianto (2011), dan Hajiji (2008) serta Aso (2011) untuk hasil empiris jangka pendek, sedang pada hasil empiris jangka panjang, penelitian berbeda dengan studi yang dilakukannya. Dengan kata lain, pada jangka panjang, kenaikan inflasi akan menurunkan capital gain yang menyebab- kan berkurangnya keuntungan yang di- peroleh investor. Di sisi perusahaan, ter- jadinya peningkatan inflasi, dimana pen- ingkatannya tidak dapat dibebankan kepa-

da konsumen, dapat menurunkan tingkat pendapatan perusahaan. Hal ini berarti risi- ko yang akan dihadapi perusahaan akan lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga permintaan ter- hadap saham menurun. Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik. Dalam

jangka pendek, hubungan negatif inflasi dengan harga saham berarti terdapat pelu- ang bagi perusahaan untuk memperoleh profitabilitas lebih besar karena harga ba- han baku menjadi lebih murah dengan asumsi harga penjualan tetap atau bahkan naik.

Perubahan tingkat suku bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan. Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga. Perus- ahaan yang mempunyai

yang ting- gi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Ke- naikan tingkat bunga ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga sa- ham perusahaan yang bersangkutan. Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan inves- tor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan tingkat suku bunga simpanan. Apabila ting- kat suku bunga deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor akan menga- lihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas risiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibat- kan penjualan saham besar-besaran sehing-

ga akan menyebabkan penurunan indeks

0.509 SBI_3M

0.548 IDR_USD

0.011 IDR_EUR

0.583 Adj.R2

94.61%

40.00%

Sig.F

0.000

0.000

harga saham. Bagi masyarakat sendiri, ting- kat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan me- nyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang di- pegang masyarakat berkurang. Ini akan me- nyebabkan konsumsi masyarakat atas ba- rang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengu- rangi tingkat pendapatan perusahaan se- hingga akan mempengaruhi tingkat keun- tungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut. Dari hasil empiris, diperoleh hasil bahwa tingkat SBI-3 bulan berpengaruh negatif, namun tidak signif- ikan terhadap indeks harga saham gabun- gan baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Ini berarti jika tingkat SBI (3M) mengalami kenaikan, otomatis menyebab- kan suku bunga bank naik. Hal ini cender- ung mendorong investor untuk menyimpan uangnya di bank daripada menginvestasi- kan uangnya dalam pasar modal (membeli saham). Meski hasil empiris juga menya- takan bahwa naik turunnya SBI-3M ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan ter- hadap IHSG baik secara jangka pendek atau jangka panjang. Hasil penelitian ini sepend- apat dengan penelitian yang dilakukan Novianto (2011), Hajiji (2008), dan Mansur (2009) .

Dalam pengertian luas uang yang beredar (M2) meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral, uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, ta- bungan dan rekening (tabungan) valuta as- ing milik swasta domestik. Uang beredar menurut pengertian luas ini dinamakan juga likuiditas perekonomian. Berdasarkan hasil empiris diperoleh hasil bahwa kenai- kan jumlah uang beredar secara jangka pendek

, akan meningkatkan

indeks harga saham gabungan sebesar 0,024%, dimana dalam jangka panjang pen- ingkatannya bertambah menjadi sekitar 0,081%. Dalam jangka pendek berpengaruh perubahan jumlah uang yang beredar tidak signifikan terhadap fluktuasi indeks harga saham gabungan. Baru pada jangka pan- jang, perubahan tersebut berpengaruh sig- nifikan. Hasil empiris ini mendukung

penelitian yang dilakukan Manurung (1996), Endri (2009), Novianto (2011).

Nilai kurs dollar merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap naik turunnya IHSG. Jika nilai kurs dollar tinggi maka investor akan lebih menyukai investasi

dalam

bentuk

Dollar AS dibandingkan dengan investasi pada surat- surat berharga karena investasi pada surat- surat berharga merupakan investasi jangka panjang. Demikian pula sebaliknya, jika nilai kurs dollar AS turun maka investor akan lebih menyukai investasi pada surat- surat

berharga sehingga akan mempengaruhi nilai transaksi saham yang akan berpengaruh kepada IHSG. Berdasar- kan hasil empiris baik secara jangka pen- dek maupun jangka panjang, nilai tukar rupiah

terhadap

dolar

Amerika ber- pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Artinya apa- bila rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS maka IHSG cenderung akan melemah dan begitu juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi terhadap dolar AS maka IHSG akan mengalami penguatan. Hasil empiris ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Manurung (1996), BAPEPAM (2008), Frensidy (2009), Novianto (2011), Hajiji (2008), Mansur (2009), dan studinya Aso (2011) untuk hasil bahasan jangka pendek. Sementara untuk nilai tukar rupiah terhadap mata uang euro, fluktuasi yang terjadi malah justru meningkatkan indeks harga saham gabungan. Jika tidak terjadi perubahan nilai kurs, pada periode jangka pendek akan meningkatkan indeks sebesar 0,05 sementara dalam jangka pan- jang kenaikan tersebut meningkat menjadi sebesar 0,11. Pengaruh apresiasi atau depresiasi rupiah terhadap euro tidak sig- nifikan dalam periode jangka pendek. Peru- bahan tersebut baru berpengaruh signif- ikan pada jangka panjang. Untuk cadangan devisa negara, setiap kenaikan yang terjadi justru meningkatkan indeks harga saham gabungan. Pada jangka pendek, kenaikan ini adalah sebesar 0.029, sementara untuk jangka panjang, kenaikan cadangan devisa yang terjadi

, akan mening- katkan nilai indeks sebesar 0.036. Dengan kata lain, cadangan devisa negara ber- pengaruh positif dan signifikan terhadap

Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112

Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham (Pasaribu dan Kowanda) indeks harga saham gabungan baik dalam

jangka pendek ataupn jangka panjang. Empat bursa asing yang digunakan dalam penelitian ini memiliki dinamika im- plikasi terhadap fluktuasi indeks harga sa- ham gabungan Indonesia. Pada periode jangka pendek, kenaikan pada indeks gabungan bursa saham Malaysia dan Singa- pura

, justru akan mengu-

rangi indeks saham di Indonesia masing- masing sebesar 0,07 dan 0,09. Sementara untuk dua bursa lainnya, PSEI dan Shang- hai, memiliki implikasi positif terhadap fluktuasi IHSG Indonesia. Fluktuasi di kedua bursa tersebut masing-masing akan meningkatkan IHSG sebesar 0,2274 (PSEI) dan 0,02 (SSE). Secara jangka panjang, kecuali bursa saham Singapura, fluktuasi yang terjadi di tiga bursa saham tersebut akan meningkatkan IHSG. Secara simultan, perkembangan indikator moneter dan bur- sa asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan baik secara jangka pendek dan jangka pan- jang. Sejumlah 40 persen variasi dari fluk- tuasi indeks harga saham gabungan dapat dijelaskan oleh indikator moneter dan bur- sa asing tersebut, sementara dalam jangka panjang kapasitas tersebut meningkat menjadi 94,61 persen. Hal ini berarti mengindikasikan bahwa indeks harga sa- ham gabungan tersebut tidak serta merta hanya cerminan penawaran dan per- mintaan saham semata oleh para agen sa- ham di bursa, tapi sudah semakin kom- pleks. Dengan kata lain, terdapat dinamika keterkaitan yang perlu dicermati dalam berinvestasi saham di bursa efek Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan indeks harga saham gabun- gan, tingkat inflasi, cadangan devisa, ting- kat suku bunga SBI, jumlah uang beredar, kurs rupiah terhadap Dolar Amerika Seri- kat, kurs rupiah terhadap Euro, dan bursa saham asing (KLSE, STI, PSEI, dan SSE) mengetahui pengaruh masing-masing varia- bel tersebut baik secara simultan maupun secara parsial terhadap indeks harga sa- ham gabungan (IHSG). Dari hasil empiris diperoleh beberapa temuan sebagai beri-

kut: a) secara jangka pendek, mening- katnya

inflasi

akan

menyebabkan penurunan angka indeks harga saham gabungan, namun dalam jangka panjang, justru kenaikan inflasi,

, justru akan meningkatkan indeks harga saham gabungan. Secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan ter- hadap indeks harga saham gabungan baik dalam jangka pendek ataupun jangka pan- jang; b) tingkat SBI-3 bulan berpengaruh negatif, namun tidak signifikan terhadap indeks harga saham gabungan baik dalam jangka pendek dan jangka panjang; c) ke- naikan jumlah uang beredar secara jangka pendek, akan meningkatkan indeks harga saham gabungan sebesar 0,024%, dimana dalam jangka panjang peningkatannya ber- tambah menjadi sekitar 0,081%. Dalam jangka pendek perubahan jumlah uang yang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap fluktuasi indeks harga saham gabungan. Baru pada jangka panjang, peru- bahan tersebut berpengaruh signifikan; d) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berpengaruh negatif dan signifikan ter- hadap indeks harga saham gabungan baik secara jangka pendek maupun jangka pan- jang. Artinya, apabila rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS maka IHSG cenderung akan melemah dan begitu juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi terhadap dolar AS maka IHSG akan mengalami penguatan;

e) cadangan devisa negara berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks har-

ga saham gabungan baik dalam jangka pen- dek ataupun jangka panjang; f) Untuk bur- sa asing, pada periode jangka pendek, ke- naikan pada indeks gabungan bursa saham Malaysia dan Singapura

, justru akan mengurangi indeks saham di Indonesia, sementara untuk dua bursa lainnya, PSEI dan Shanghai, memiliki im- plikasi positif terhadap fluktuasi IHSG In- donesia. Fluktuasi di kedua bursa tersebut masing-masing akan meningkatkan IHSG. Secara jangka panjang, kecuali bursa sa- ham Singapura, fluktuasi yang terjadi di tiga bursa saham tersebut akan meningkat- kan IHSG; g) secara simultan, perkem- bangan indikator moneter dan bursa asing berpengaruh positif dan signifikan ter- hadap indeks harga saham gabungan baik

Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112 secara jangka pendek dan jangka panjang.

Germany.

Sejumlah 40 persen variasi dari fluktuasi Atje R, Javanovic (1993). Stock Market And indeks harga saham gabungan dapat di-

, jelaskan oleh indikator moneter dan bursa

develoopment,

37: 632-640.

asing tersebut, sementara dalam jangka BAPEPAM. 2008. Analisis Hubungan Kointe- panjang kapasitas tersebut meningkat

grasi dan Kausalitas Serta Hubungan menjadi 94,61 persen.

Dinamis Antara Aliran Modal Asing, Pe- rubahan Nilai Tukar dan Pergerakan IHSG Di Pasar Modal.

Stabilitas ekonomi makro dan perkem- Boucher C (2004). Stock Prices, Inflation bangan bursa asing merupakan hal yang

and Stock Returns Predictability, perlu mendapat perhatian investor karena

, 70(1): 63-84. memiliki

Chong, C.S. and K.L. Goh, 2005. “Inter- bangan Indeks Harga Saham di Bursa Efek

Temporal Linkages of Economic Activity, Jakarta. Dengan rendahnya tingkat suku

StockPrices and Monetary Policy in Ma- bunga SBI dan tingkat inflasi, nilai tukar

laysia”, The Asia Pacific Journal of Eco- rupiah terhadap dolar AS yang stabil dan

nomics and Business9 (1), pp. 48-61 keseimbangan jumlah uang beredar (M2)

Endri. 2009. Keterkaitan Dinamis Faktor dalam jangka pendek maupun jangka pan-

Fundamental Makroekonomi dan Imbal jang akan dapat meningkatkan minat inves-

Hasil Saham.

tasi di pasar modal Indonesia yang dapat , No. 2, Vol.11, Augustus. dilihat dari peningkatan IHSG. Dalam

Fama E (1970). Efficient Capital Markets: A jangka

Review of Theory and Empirical Work, melakukan kebijakan penambahan jumlah

25: 383-417. uang beredar dalam rangka meningkatkan

Fama, Eugene F. 1981. Stock Returns, Real IHSG. Akan tetapi dalam jangka panjang

Activity, Inflation and Money. (dua bulan berikutnya) pemerintah hen-

, 71, 545-565 daknya mempertimbangkan dan memper-

Fama, Eugene F. and G William Schwert. hatikan gejolak harga sebagai dampak dari

1977. Asset returns and inflation. melonjaknya jumlah uang beredar. Pelema-

, 5, 115-146. han nilai tukar rupiah dalam jangka pan-

Frensidy, Budi. 2009. Analisis Pengaruh jang hendaknya perlu disikapi dengan ke-

Aksi Beli-Jual Asing, Kurs, dan Indeks bijakan yang intervensif. Hal ini dikare-

Hang Seng Terhadap Indeks Harga Sa- nakan pelemahan nilai tukar rupiah dalam

ham Gabungan Di BEJ dengan Model jangka pendek dan jangka panjang dipasti-

, FEUI. kan mendorong penurunan investasi pada

GARCH.

Gilbert T (2008). Information Aggregation pasar modal. Oleh karena itu, penurunan

around Macroeconomic Announcements: IHSG sebagai dampak dari pelemahan nilai

The Link between Revisions and Stock tukar rupiah tidak boleh dianggap hanya

Returns,

merupakan fenomena jangka pendek saja.

. 20: 56-89.

Pemerintah dapat menjadikan nilai tukar Granger CWJ (1986). Developments in the rupiah sebagai instrumen kebijakan yang

study of co integrated economic varia- dapat digunakan dalam menarik minat in-

bles, Oxford

vestor asing untuk masuk ke dalam negeri

, 48: 213-228.

melalui pasar modal melalui penyesuaian Hajiji, Ajid. 2008. Pengaruh Kurs Dolar kebijakan SBI dan jumlah uang beredar

Amerika Serikat, Suku Bunga SBI dan yang ada

Inflasi terhadap Perubahan Indeks Harga Saham gabungan di Bursa Efek Jakarta. Kertas Kerja, IPB.

Adam AM, Tweneboah (2008). Macroeco- Hassan, A. H. 2003. Financial integration of nomic Factors & Stock Market Move-

stock markets in the Gulf: A multivariate ment: Evidences from Ghana,

analysis. 112556, University library of Munich,

cointegration

Dinamika Bursa Saham Asing dan Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham (Pasaribu dan Kowanda) Hendry DF (1986). Econometric modeling

Maysami RC, Loo SW, Koh TK (2004). Co- with co integrated variables: An over-

movement among sectoral stock market view, Oxford Bull. Econ. Stat., 48(3): 201-

indices and cointegration among dually 212.

, Ibrahim MH (1999). Macroeconomic varia-

listed companies.

23:33-52.

bles and stock prices in Malaysia: an em- Maysami RC, Sim HH (2001a). An empirical pirical analysis,

investigation of the dynamic relations , 13(2): 495-574

between macroeconomics variable and Islam M (2003). The Kuala Lumpur stock

the stock markets of Malaysia and Thai- market and economic factors: a general-

, 20: 1-20. to- specific error correction modeling

land.

Maysami RC, Sim HH (2001b). Macroeco- test,

nomic forces and stock returns: a gen- , 30(2): 40-67.

eral-to-specific ECM analysis of the Japa- Islam M, Watanapalachaikul S (2003). Time

nese and South Korean markets. series financial econometrics of the Thai

, 1 stock market: a multivariate error cor-

(1): 83-99.

rection and valuation model, Maysami RC, Sim HH (2002). Macroeconom- , 10(5): 90-127.

ics variables and their relationship with Jaffe J, Mandelkar G (1976). The Fisher ef-

stock returns: error correction evidence fect for risky assets: An empirical inves-

from HongKong and Singapore. tigation,

., 44(1): 69-85. Johansen S, Juselius K (1990). Maximum

, 31: 447-456.

McKinnon RI (1973). Money and Capital in likelihood estimation and inference on c

Economic Development, Brookings Insti- ointegration with application to the de-

tutions, Washington, DC. mand for money,

Nelson CR (1976). Inflation and rates of . 52: 169-210.

return on common stocks, Johansen S, Juselius K (1990). Maximum

, 31(2): 471-483. likelihood estimation and inference on

Novianto, Aditya. 2011. Analisis Pengaruh co integration with application to the

Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika- demand for money,

Rupiah, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, . 52: 169-210.

dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Maghyereh, A. I. 2002. Causal relations

Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa among stock prices and macroeconomic

, UNDIP- variables in the small, open economy of

Efek Indonesia.

Semarang.

Jordan. available at http://ssrn.com/ Omran, M. M. 2003. Time series analysis of abstract=317539.

the impact of real interest rates on stock Mansur, Moh. 2009. Pengaruh Tingkat Suku

market activity and liquidity in Egypt: Bunga SBI dan Kurs Dolar AS Terhadap

Co-integration and error correction Indeks Harga Saham Gabungan Bursa

model approach.

Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2002.

Working Paper In Accounting and Fi- Prasetiantono, A Tony. Mengapa Rupiah nance, October, Department of Account-

Tak Kunjung Menguat? , Senin, ing, Padjadjaran University.

16 Februari 2009.

Manurung, A.H. 1996. Pengaruh Variabel Ross SA (1976). The arbitrage theory of Makro, Investor Asing, Bursa Yang Telah

capital asset pricing, Maju terhadap Indeks BEJ,

, 13: 341-360. gram Pascasarjana Program Studi Ilmu

, Pro-

Spyrou. 2004. Are Stocks a Good Hedge Ekonomi, UI, Jakarta, tidak dipublikasi-

Against Inflation? Evidence from Emerg- kan.

ing Markets.

Maysami RC, Koh TS (2000). A vector error

, 36, 41-48.

correction model of the Singapore stock Sukarso, Aso. 2011. Pengaruh Perubahan market,

Indikator Ekonomi Makro Terhadap In- 79-96.

deks Harga Saham Gabungan Di Bursa

Vol. 14, No. 1, Februari 2013: 89-112

Efek Jakarta Tahun 2001-2006. pada IHSG di BEI selama periode 2000-

2009). Tesis, UNDIP, Semarang. Juni.

Vol 4, Nomor 2,

Wongbangpo P, Subhash CS (2002). Stock Witjaksono, Ardian Agung. 2010. Analisis

Market and Macroeconomic Fundamen- Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga

Interactions: ASEAN-5 Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs

tal

Dynamic

omics, Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks

Countries,

13: 27-51

Dow Jones terhadap IHSG (studi kasus