Aspek Risiko
C. Aspek Risiko
Dalam pemberian kredit agar kredit atau pembiayaan tidak menjadi macet, maka dalam memberikan kredit dan pembiayaan, haruslah cukup kehati-hatian dari pihak kreditur dengan menganalisis dan mempertimbangkan semua faktor yag relevan. Untuk itu
perlu pengawasan terhadap suatu pemberian kredit. 76 Pengertian prinsip kehati-hatian sendiri adalah prinsip pengendalian resiko melalui
penerapan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten. Bank Indonesia megeluarkan ketentuan mengenai pemberian kredit yang sehat berdasarkan Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank bagi Bank Umum (PPKPB) yang diatur dalam Surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
75 Hasil wawancara dengan Alex, Relationship Offiser, Bank Danamon Indonesia Cabang Medan- Diponegoro, di Medan, Senin, tanggal 12 April 2010.
76 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005) halaman 113.
27/162/KEP/DI dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 27/7/UPPB tanggal 31 Maret 1995. Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan tersebut agar bank-bank menyalurkan kreditnya secara sehat yang diatur dalam Penyusunan Pedoman kebijaksanaan Perkreditan Bank sendiri merupakan pedoman yang mempunyai cakupan luas mulai dari proses pengajuan kredit sampai dengan/tata cara penyelesaian kredit.
Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanan Perkreditan Bank sekurang-kurangnya mengatur mengenai prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, organsisasi dan manajemen perkreditan, kebijaksanaan persetujuan kredit, dokumentasi dan administrasi kredit,
pengawasan kredit dan penyelesaian kredit bermasalah. 77 Sehubungan hal tersebut diatas maka yang menjadi faktor pertama yang perlu
diperhatian dalam pemberian kredit kepada perseroan terbatas adalah karakter dari manajemen ,yaitu orang-orang yang mengelola bisnis. Karakter ini berhubungan dengan kejujuran , moral, dan kesedian manajemen bekerja sama dengan bank. Bank selalu ingin agar kredit yang diberikannya dapat dikembalikan sesuai perjanjian. Oleh karena itu bank hanya akan memberikan kredit kepada debitur yang memiliki itidak baik dan memiliki komitmen yang tinggi untuk memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian. Bank tidak akan dan tidak boleh memberikan kredit kepada debitur yang memiliki itikad tidak baik. Menilai karakter memang sulit, malah dapat dikatakan paling sulit. Walaupun demikian, penilaian ini harus tetap dilakukan.
77 H.R. Daeng Naja, Op.cit halaman 326
Untuk menilai karakter debitur Account Officer bank dapat mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai berikut : 78
a. Sesama Account Officer, baik dari bank yang sama maupun dari bank yang berbeda. Bila pengecekan dilakukan ke bank lain, ini disebut bank checking.
b. Nasabah Bank yang memiliki bidang usaha yang sama dengan (calon) debitur.
c. Supplier atau mitra bisnis dari (calon) debitur. Dari para mitra bisnis ini kita dapat mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan debitur, misalnya kebiasaan membayar (tepat waktu atau suka terlambat), ketepatan pengiriman barang dan lain lain. Pengecekan informasi ke mitra dagang ini sering disebut trade checking.
Oleh karena itu untuk mengurangi dan menghindari risiko-risiko yang mungkin timbul terjadi dikemudian hari, maka setiap kredit yang diberikan-bagi aparat perkreditan bank-haruslah berpedoman pada tiga hal pokok, yaitu aman, terarah, dan menghasilkan. Aman dalam arti legal risk, yaitu bahwa setiap kredit yang diberikan telah terbebas dari segala kekurangan, baik mengenai kewenangan subjek hukum, objek hukum, maupun mengenai jaminan dan yang menyangkut dengan pihak-pihak lainnya. Dengan demikian apabila di kemudian hari terjadi kredit bermasalah, bank telah mempunyai alat bukti yang sempurna dan kuat untuk menjalankan suatu tindakan hukum jika dianggap perlu. Terarah dalam arti bahwa setiap kredit yang diberikan harus sesuai dengan peruntukannya, baik dari segi siapa penerima kreditnya maupun dari segi kegunaannya, terutama jika dihubungkan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka memajukan suatu sektor usaha. Menghasilkan dalam arti bahwa setiap pelepasan kredit akan memberikan keuntungan, baik bagi bank maupun bagi penerima kreditnya/debiturnya serta meningkatkan
kesejahteraan/taraf hidup orang banyak. 79
78 Jopie Jusuf, Analisa Kredit Untuk Account Officer, Cetakan kesepuluh (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), halaman 235.
Salah satu unsur yang selalu melekat dalam setiap bisnis adalah risiko. Risiko atas suatu hal adalah bersifat merugikan, dan sebagi unsur musibah atau malapetaka, resiko datangnya tidak pasti serta tidak dapat diduga, dan dapat terjadi dengan tiba-tiba. Atas pertimbangan itu, pelaku bisnis berusaha untuk dapat menghilangkan atau paling tidak mengurangi risiko yang mungkin timbul dalam setiap bisnisnya. Salah satu cara yang sering ditempuh adalah dengan risk transfer (mengalihkan risiko) tersebut kepada pihak lain, yang memang dimungkinkan, baik dari segi yuridis maupun dari segi bisnis, yang tak lain adalah asuransi. Demikian juga dalam perbankan, untuk lebih memberi pengamanan atau perlindungan bagi bank dan debitur, biasanya debitur dan agunan diasuransikan sehingga terhindar dari risiko kerugian yang bisa timbul karena adanya kematian (asuransi jiwa kredit) dan
kebakaran (asuransi atas agunan). 80