Analisis Hukum Atas Klausula Pelarangan

BAB II BERBAGAI ASPEK YANG MENJADI PERTIMBANGAN BANK DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPADA PERSEROAN TERBATAS

Dalam pemberian kredit ada berbagai aspek yang menjadi pertimbangan bank dalam pemberian kredit kepada perseroan terbatas. Bank dalam hal ini sebagai pemberi kredit kepada debitur/nasabahnya akan menganalisis mengenai berbagai aspek dari pemohon kredit tersebut. Setelah melakukan analisa aspek-aspek tersebut, bank akan menyetujui atau menolak permohonan kredit. Jika bank menyetujuinya, maka calon debitur akan memperoleh offering letter atau surat persetujuan prinsip bersyarat dari bank yang bersangkutan. Perjanjian dan pemufakatan kredit, biasanya dituangkan dalam surat

perjanjian kredit yang dilakukan antara pemberi dan penerima kredit. 59

Oleh karena itu dalam proses pemberian kredit harus disertai dengan analisa secara mendalam mengenai calon nasabah.

Seorang analisis kredit dan pejabat yang bertugas di unit kerja perkreditan harus mampu memahami seluk beluk aspek-aspek yang menjadi pertimbangan bank dalam pemberian kredit, karena hal ini yang menentukan disetujui atau tidaknya kredit yang dimohonkan calon debitur. Dalam hal ini setidak-tidaknya ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan dan perhatian bank terhadap debitur badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas dalam mengajukan permohonan kredit pada bank, diantaranya : aspek legalitas perusahaaan, aspek manajemen dan organisasi, aspek risiko, aspek jamian dan

aspek dokumentasi. 60

A. Aspek Legalitas Perusahaan

59 Suryaputra N. Awangga, Cara Efektif Menyusun Dan Mengajukan Profosal Kredit, (Yogyakarta : Zenith Publisher, 2009) halaman 70.

60 Hasil wawancara dengan Bapak Alex, Relationship Offiser Approver Comercial Banking , Bank Danamon Indonesia, Wilayah VI di Medan, Senin, tanggal 12 April 2010

Setiap pemberian kredit akan menimbulkan hak dan kewajiban antara pihak yang bersepakat. Maka aspek hukum menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam perkreditan. Bank dan nasabah harus mengetahui dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama serta masing-masing pihak tidak mengabaikan ketentuan dan

peraturan yang berlaku. 61 Salah satu yang merupakan bagian dari aspek hukum tersebut dalam pemberian

kredit adalah aspek legalitas perusahaan. Aspek ini penting karena apabila pemahaman aspek ini keliru maka dapat mengakibatkan perjanjian kredit yang dibuat menjadi batal demi hukum atau dapat dibatalkan akibatnya merugikan bank sebagai pemberi kredit.

Sebagaimana dikemukan di atas bahwa setiap pemberian kredit, akan timbul hak dan kewajiban. Bank hanya dapat mempertimbangkan pemberian kredit bila pemohon tersebut merupakan subjek hukum karena subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban artinya dapat menerima hak dan kewajiban. Subjek hukum dapat berbentuk manusia secara pribadi maupun badan-badan hukum.

Manusia sebagai pribadi/orang mampu dan cakap untuk melakukan suatu tindakan hukum oleh undang-undang (KUH Perdata) ditentukan antara lain :

a. Telah dewasa, yaitu mencapai 21 tahun atau telah menikah;

b. Telah ditaruh di bawah perwalian;

c. Tidak ditaruh di bawah pengampuan (curatele).

61 H.Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Handbook, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), halaman 59.

Dengan demikian, tidak semua manusia pribadi/orang dapat dikatakan subjek hukum yang cakap. Oleh karena itu, bank hanya akan mempertimbangkan permohonan kredit dari orang/manusia pribadi yang cakap seperti yang tercantum di atas karena merekalah yang dapat bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-haknya.

Badan-badan (perkumpulan-perkumpulan) tertentu di dalam hukum dapat memiliki hak-hak dan kewajiban seperti manusia. Badan-badan (perkumpulan- perkumpulan) tersebut untuk mejadi badan hukum, terlebih dahulu harus memiliki persyaratan yang telah ditentukan oleh undang-undang atau peraturan yang berlaku. Perseroan Terbatas untuk dapat dikatakan berbadan hukum, dapat dilihat dari anggaran dasar/akta pendiriannya apakah telah memenuhi persyaratan sebagai badan hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku, yaitu Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pihak dalam organ perseroan yang secara sah bertindak mewakili badan hukum perseroan dimaksud dapat dilihat dalam anggaran dasar/akta pendirian tersebut. Jadi hal ini penting diketahui dan dipahami mengenai subjek hukum dalam hubungannya dengan pemberian kredit adalah perusahaan terbatas, maka perlu diteliti perseroan tersebut apakah telah berbadan hukum atau tidak dan apakah pemohon berwenang mengajukan permohonan kredit sesuai akta anggaran dasar perseroan dan ketentuan undang-undang perseroan terbatas.

A.1. Pendirian Perseroan Terbatas

Pendirian Perseroan Terbatas dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 menyebutkan bahwa perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dengan bahasa Indonesia. Dalam rumusan tersebut dapat dikemukakan lebih lanjut bahwa :

1. Pendirian suatu perseroan pada dasarnya adalah hubungan kontraktuil antara dua orang/badan hukum atau lebih. Ketentuan ini menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan undang-undang ini bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum, perseroan dibentuk berdasarkan perjanjian, dan karena itu mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham.

2. Pendirian suatu perseroan haruslah dengan akta notaris, dengan kata lain tiada berdiri suatu perseroan tanpa akta notaris. Bahkan, hal ini berlaku juga atas segala perubahan anggaran dasar perseroan, haruslah dengan akta notaris.

Artinya segala perubahan anggaran dasar perseroan juga haruslah dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya mengenai syarat sahnya pendirian perseroan terbatas menurut pasal 7 ayat (4), Perseroan harus memperoleh status badan hukum. Pasal tersebut berbunyi : “Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya

Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan”.

Bertitik tolak dari ketentuan ini, agar suatu perseroan terbatas sah berdiri sebagai badan hukum, haruslah mendapat pengesahan dari Menteri. Pengesahan diterbitkan dalam bentuk keputusan Menteri yang disebut Keputusan Pengesahan Badan Hukum Perseroan.

A.1. a. Perseroan Terbatas yang belum Memperoleh Keputusan Pengesahan Status Badan Hukum dari Menteri

Seperti yang dijelaskan sebelumnya dalam pasal 7 ayat (1) yang menyebutkan perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya akta pendirian yang berupa anggaran dasar perseroan tersebut dimohonkan kepada Menteri untuk memperoleh keputusan Pengesahan Badan Hukum Mengenai batas waktu penyampaian pengajuan permohonan untuk memperoleh pengesahan badan hukum perseroan ini dilakukan, undang-undang telah mengaturnya sebagaimana yang berbunyi dalam pasal 10 ayat (1) yaitu :

“ Pemohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud Dalam Pasal 9 ayat (1), harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani,

dilengkapi dengan dokumen pendukung”.

Perbuatan hukum tersebut diatas dalam praktek hal ini dapat saja terjadi dimana perseroan belum berbadan hukum tetapi hendak mengajukan kredit pada bank. Mengenai hal ini dapat kita kategorikan dalam 2 (dua) hal, yaitu :

1. Calon pendiri mendirikan setelah Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007, tanggal 16 Agustus 2007 dan belum memperoleh keputusan pengesahan badan hukum dari Menteri.

2. Calon pendiri yang telah mendirikan perseroan berbadan hukum berdasarkan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1995 dan melakukan penyesuaian anggaran dasarnya dengan Undang-Undang nomor 40 Tahun Menteri.

Mengenai hal ini jelas diatur dalam pasal 13 ayat (1) menyebutkan : “ Perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan

perseroan yang belum didirikan, mengikat perseroan setelah menjadi badan hukum apabila RUPS pertama perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya”.

Dan ayat (2) nya menyebutkan : “ RUPS

ayat (1) harus diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah perseroan memperoleh status badan hukum”.

Apabila terjadi hal yang demikian maka dalam melakukan perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris perseroan dan mereka semua bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut. Demikian dijelaskan dalam pasal 14 ayat (1) Undang-Undang tersebut.

Perbuatan hukum atas nama perseroan adalah perbuatan hukum, baik yang menyebutkan perseroan sebagai pihak dalam perbuatan hukum maupun menyebutkan

perseroan sebagai pihak yang berkepentingan dalam perbuatan hukum. 62 Yang dimaksud dengan tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak

mengikat perseroan adalah tanggung jawab pendiri yang melakukan perbuatan tersebut

62 Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas (UU No.40 Tahun 2007) (Jakarta : Citra Aditya Bakti, 2007), halaman 35.

secara pribadi dan perseroan tidak bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan pendiri tersebut. Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dilakukan oleh pendiri atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, perbuatan hukum tersebut menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan, dan tidak mengikat perseroan (pasal

14 ayat 2). Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa anggota Direksi tidak dapat melakukan perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, tanpa persetujuan semua pendiri, anggota Direksi lainnya dan anggota Dewan Komisaris. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud karena hukum menjadi tanggung jawab perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum (pasal 14 ayat 3).

Sedangkan perbuatan hukum oleh pendiri atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum hanya mengikat dan menjadi tanggung jawab perseroan setelah perbuatan hukum tersebut disetujui oleh semua pemegang saham dalam RUPS yang dihadiri oleh semua pemegang saham perseroan (pasal 14 ayat 4).

Dalam praktek perbankan pihak Bank dalam perjanjian kredit yang dilakukan terhadap perseroan yang belum memperoleh pengesahan status badan hukum dari Menteri, selain mengikut sertakan semua pendiri dan seluruh anggota Direksi dan seluruh anggota Dewan Komisaris, berikut dengan pasangan suami atau isterinya masing-masing, bahkan juga memintakan personal guarantee dari semua anggota tersebut. Personal Guarantee tersebut dilakukan dengan akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris.

Perseroan Terbatas setelah pendirian telah memiliki harta sendiri, yang merupakan harta bersama yang terikat. Terhadap perbuatan hukum atas nama perseroan terbatas yang belum memperoleh status badan hukum tersebut, yang dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua anggota Dewan Komisaris Perseroan, maka perbuatan hukum tersebut mengikat harta kekayaan perseroan terbatas dan mereka semua yang menandatangani atau melakukan perbuatan hukum tersebut. Dengan demikian perikatan yang lahir dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk perseroan terbatas dalam pendirian merupakan perikatan tanggung- menanggung atau tanggung renteng antara pendiri, Direksi dan Dewan Komisaris perseroan terhadap pihak ketiga. Dengan makna tanggung renteng ini tidaklah berarti pihak ketiga dapat langsung

mengambil pelunasannya dari para pendiri, anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris perseroan terbatas dalam pendirian. Pelunasan kewajiban pihak ketiga harus dipenuhi terlebih dahulu dari harta kekayaan perseroan terbatas (meskipun perseroan terbatas belum berbadan hukum). Jika harta kekayaan perseroan terbatas tidak mencukupi barulah dapat dituntut pemenuhannya dari para pendiri, anggota Direksi dan atau

Komisaris. 63

A.1. b. Perseroan Terbatas yang telah Memperoleh Keputusan Pengesahan Status Badan Hukum dari Menteri

Seperti yang ditegaskan dalam pasal 1 UUPT bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum. Untuk memperoleh status badan hukum tersebut maka akta pendirian dari perseroan terbatas harus mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi

63 Gunawan Wijaya, Op.cit, dalam 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, halaman 14.

Manusia (pasal 1 ayat 6 juncto pasal 1 ayat 7). Maksud dari pengesahan, dimana dengan demikian Pemerintah dapat mencegah berdirinya perseroan terbatas yang tujuannya melanggar hukum, bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, dan yang

mengandung hal-hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. 64

Dalam pasal 7 ayat (4) Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 telah jelas disebutkan bahwa Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.

Akta pendirian yang berupa anggaran dasar yang telah memperoleh Keputusan status badan hukum dari Menteri, boleh juga dikatakan merupakan perjanjian yang berisi ketentuan tertulis mengenai kekuasaan dan hak-hak yang dapat dilakukan pengurus perseroan. Anggaran Dasar merupakan dokumen yang berisi aturan internal dan pengurusan perseroan. Dia berisi aturan pokok mengenai penerbitan saham, perolehan saham, modal, RUPS (general meeting), hak suara (voting right), Direksi dan Dewan

Komisaris yang meliputi pengangkatan dan kekuasannya. 65 Perseroan Terbatas setelah mendapat pengesahan adalah perseroan terbatas yang

telah berbadan hukum. Dalam konteks ini, pendiri, anggota Direksi Dan Komisaris tidak lagi bertanggung jawab terhadap perikatan perseroan. Pendiri sebagai pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas modal yang dijanjikan untuk dimasukkan, kecuali melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar Perseroan. Anggota Direksi Dan Komisaris tidak lagi

64 C.S.T. Kansil dan Cristine S.T.Kansil, Seluk Beluk Perseroan Terbatas Menurut Undang- Undang No.40 Tahun 2007, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007) halaman 7

65 Charlesworth and Morse, dalam M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, halaman 192 65 Charlesworth and Morse, dalam M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, halaman 192

atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.

Ketentuan dalam ayat ini mempertegas ciri perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi kekayaan pribadinya. Ayat (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila :

a. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;

b. Pemegang sham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memamfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;

c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan Perseroan; atau

d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.

Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggungjawab terbatas tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini. Tanggung jawab pemegang saham sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya kemungkinan hapus apabila terbukti, antara lain terjadi pencampuran harta kekayaan pribadi pemegang saham dan harta kekayaan perseroan sehingga perseroan Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggungjawab terbatas tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini. Tanggung jawab pemegang saham sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya kemungkinan hapus apabila terbukti, antara lain terjadi pencampuran harta kekayaan pribadi pemegang saham dan harta kekayaan perseroan sehingga perseroan

A.1. c. Pendaftaran dan Pengumuman Perseroan Terbatas yang telah Memperoleh Keputusan Pengesahan Status Badan Hukum

Berbeda dengan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1995, tentang Perseroan Terbatas ditentukan bahwa Direksi, perseroan wajib mendaftarkan dalam daftar perusahaan. Namun dalam UUPT Nomor 40 Tahun 2007 ketentuan tersebut diubah bahwa Menteri yang berkewajiban menyelenggarakan daftar perseroan dan terbuka untuk umum (Pasal 29 ayat 1 dan 5). Daftar perseroan yang memuat data perseroan dimasukkan dalam daftar perseroan pada tanggal yang bersamaan dengan tanggal :

a. Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan, persetujuan atas perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan;

b. Penerimaan pemberitahuan, perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan; atau

c. Penerimaan pemberitahuan perubahan data perseroan yang bukan merupakanperubahan anggaran dasar. Ketentuan daftar perseroan ini juga berhubungan dengan Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1998 dan aturan pelaksanaan yang diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

nomor 12/MPP/Kep/1/1998 tentang Penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan. Wajib Daftar Perusahaan dalam peraturan nomor 12/MPP/Kep/1/1998 tentang Penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan. Wajib Daftar Perusahaan dalam peraturan

a. Akta pendirian sesuai dengan pengesahan Menteri Kehakiman (sekarang Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia).

b. Akta perubahan anggaran dasar beserta surat persetujuan Menteri Kehakiman.

c. Akta perubahan anggaran dasar beserta laporan kepada Menteri Kehakiman. Adapun tujuan dari pendaftaran perusahaan ini mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas perusahaan yang tercantum di dalam daftar perusahaan dalam rangka menjamin kepastian berusaha. Oleh karena itu, setiap perusahaan, termasuk perusahaan asing yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia dan telah memiliki izin, wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan.

Pendaftaran ini memiliki pengecualian tidak wajib untuk melakukan pendaftaran, yaitu: 66

a. Perusahaan yang diurus atau dikelola oleh pribadi pemiliknya sendiri, atau hanya dengan memperkerjakan anggota keluarganya sendiri;

b. Perusahaan yang tidak diwajibkan memiliki izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang ditertibkan oleh instansi yang berwenang, perusahaan yang benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi keperluan nafkah sehari hari pemiliknya dan

66 Ibid, halaman 52 66 Ibid, halaman 52

Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara, sama halnya dengan pendaftaran perusahaan, maka dengan Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007, tidak lagi kewajiban Direksi melainkan dilakukan oleh Menteri, sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal

30 ayat (1), yaitu :

a. Akta pendirian perseroan berserta keputusan Menteri;

b. Akta perubahan anggaran dasar perseroan beserta keputusan Menteri;

c. Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri

Selanjutnya pengumuman tersebut dilakukan oleh Menteri dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya keputusan Menteri atau sejak diterimanya pemberitahuan (pasal 30 ayat 2).

Jadi Daftar Perseroan dan Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara diselenggarakan dan dilakukan oleh Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia dengan tujuan agar pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan perseroan terbatas mengetahui dengan pasti hal-hal yang terkait dengan perseroan terbatas tersebut.

Pengumuman perseroan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dilakukan oleh Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Dengan demikian, perihal pengumuman ini bukan merupkan hal yang sangat prinsip bagi Direksi perseroan perihal pertanggungjawaban secara pribadi karena sahnya suatu perseroan menjadi badan hukum bukan didasarkan dari pengumuman dalam Tambahan

Berita Negara Republik Indonesia. Jika didasarkan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, selama pendaftaran dan pengumuman dilakukan, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum yang dilakukan perseroan. Pelanggaran atau kelalaian atas pelaksanaan kewajiban untuk mendaftarkan sesuai peraturan yang berlaku, diancam dengan sanksi pidana atau perdata. Pengumuman dan pendaftaran perseroan yang berdasarkan Undang-Undang Perseroan ini dilakukan oleh Menteri tidak lagi memiliki keterkaitan langsung dengan tanggung jawab anggota Direksi, tetapi lebih pada pengumuman kepada para pihak lain dan data yang akan dipergunakan oleh Menteri terkait sehubungan dengan pendataan perseroan di Indonesia, yang ketentuan pendaftaran dan pengumumannya akan diatur dalam suatu

perundang-undangan 67 Oleh karena itu sehubungan dengan aspek yuridis ini, apabila suatu perseroan

Terbatas akan melakukan perbuatan hukum dalam memperoleh pemberian kredit dari Bank maka menurut UUPT harus tetap berpegang pada :

a. Apabila suatu Perseroan Terbatas di mana akta pendiriannya belum mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia maka akta pendirian tersebut masih berupa hubungan kontraktuil antara para pendiri atau pemegang sahamnya. Maka, apabila Perseroan Terbatas tersebut menjadi Debitur, semua pendiri atau pemegang sahamnya dan semua pengurus (anggota Direksi dan Dewan Komisaris) harus setuju secara tertulis atau ikut menandatangani perjanjian kredit yang dibuat dengan Bank.

67 Ibid , halaman 53 67 Ibid , halaman 53

Bahkan, didalam UUPT dimuat ketentuan yang mengatur tata cara yang harus ditempuh untuk mengalihkan kepada perseroan hak atau tanggung jawab yang timbul dari perbuatan hukum pendiri yang dibuat setelah perseroan didirikan, tetapi belum disahkan menjadi badan hukum, yaitu melalui penerimaan secara tegas oleh perseroan, pengalihan hak, serta tanggung jawab, dan pengukuhan perbuatan hukum oleh perseroan.

A.2. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Perubahan anggaran dasar dalam perseroan harus ditetapakan oleh RUPS (RUPS) dengan mencantumkan dengan jelas dalam acara/agenda surat pemanggilan RUPS kepada para anggota RUPS (pasal 19). Jika dalam rencana /agenda RUPS tidak mencantumkan perihal perubahan anggaran dasar, anggota dalam RUPS dapat menolak untuk pembahasan perubahan anggaran dasar tersebut. Perubahan anggaran dasar perseroan yang telah dinyatakan pailit tidak dapat dilakukan, kecuali dengan persetujuan kurator. Persetujuan kurator sebagaimana dimaksud dilampirkan dalam permohonan persetujuan atau pemberitahuan persetujuan anggaran dasar kepada Menteri (pasal 20). Persetujuan kurator dilaksanakan sebelum pengambilan keputusan perubahan anggaran dasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya penolakan oleh kurator sehingga berakibat keputusan perubahan anggaran dasar menjadi batal.

A.2. a. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang harus mendapat persetujuan Menteri

Perubahan anggaran dasar perseroan yang harus mendapat persetujuan Menteri diatur dalam pasal 21 (ayat 2). Perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut meliputi :

a. Nama perseroan dan/atau tempat kedudukan perseroan;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;

c. Jangka waktu berdirinya perseroan;

d. Besarnya modal dasar;

e. Pengurangan modal ditempatkan dandisetor; dan/atau

f. Status perseroan yag tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya.

Hal-hal yang disebut di ataslah yang dikategori perubahan anggaran dasar “tertentu” yang mesti mendapat “keputusan persetujuan” dari Menteri, barulah perubahan itu sah dan efektif berlaku.

Perubahan anggaran dasar ini dimuat atau dinyatakan dalam akta Notaris dalam bahasa Indonesia. Perubahan yang dimaksud diatas mulai berlaku sejak tanggal terbitnya keputusan Menteri mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar.

A.2. b. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan yang cukup dengan pemberitahuan Menteri

Dalam pasal 21 (ayat 3) disebutkan bahwa perubahan anggaran dasar selain yang dimaksud dalam 21 (ayat 2) di atas, cukup diberitahukan kepada Menteri. Oleh karena itu, tidak disyaratkan harus mendapat Keputusan persetujuan Menteri, cukup “ diberitahukan” kepada Menteri.

Dengan demikian, untuk memperoleh keabsahan atas perubahan anggaran dasar dari Menteri ada yang berbentuk “persetujuan” untuk perubahan anggaran dasar tertentu,

dan yang berbentuk “pemberitahuan” untuk pemberitahuan lainnya di luar anggaran dasar tertentu. Selanjutnya sama halnya dengan perubahan anggaran dasar tertentu, perubahan anggaran dasar yang dimaksud dalam ayat (3) ini pun wajib dimuat dalam akta Notaris dalam bahasa Indonesia. Dan perubahan anggaran dasar ini mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri.

Dalam aspek legalitas perusahaan ini yang perlu diperhatikan, disamping mengenai status badan hukum perseroan tersebut juga perlu diperhatikan mengenai pajak (NPWP), ijin-ijin dan jaminan yang berhubungan perusahaan (perseroan terbatas) tersebut.

B. Aspek Manajemen dan Organisasi

Sistem manajerial berkembang sebagai kebutuhan untuk mengatur dan mengkoordinasikan pekerjaan dalam organisasi perusahaan. Dalam UUPT kita kenal 3 (tiga) organ, yaitu Direksi, Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dan pada perseroan terbatas, perusahaan dipimpin oleh sekelompok pimpinan yang disebut Direksi. Direksi terdiri dari Presiden Direktur atau Direktur Utama dan beberapa orang Direktur yang memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman dari berbagai displin ilmu dan praktek yang berbeda-beda.

Jadi Direksi yang menjalankan manajemen perusahaan dan Dewan Komisaris yang bertugas mengawasi jalannya manajemen (pengurusan) perusahaan oleh Direksi. Sedangkan RUPS merupakan persekutuan modal dari para pendiri perseroan terbatas dan sekaligus sebagai pemegang saham perseroan terbatas yang telah memberikan konstribusi modal (kapital) awal (initial capital) untuk menjalankan kegiatan usaha serta seyogianya setiap keputusan yang menyangkut tujuan awal (original objective) para pendiri dalam mendirikan perseroan terbatas berada di tangan mereka melalui RUPS. Disamping itu pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris bukan dari Rapat Direksi atau Dewan Komisaris namun diangkat dan diberhentikan oleh RUPS, dan ini memperlihatkan kekuasaan yang besar yang tidak dipunyai oleh organ perseroan terbatas

lainnya, yaitu Direksi dan Dewan Komisaris. 68

Undang Undang Perseroan Terbatas dengan tepat menggambarkan kedudukan RUPS tersebut sebagaimana dalam pasal 1 ayat (4) yang berbunyi:

“ Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

dan Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.”

Organisasi pada dasarnya merupakan suatu tempat atau alat yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pada proyek aspek atau usaha yang akan dibiayai kredit bank sangat perlu dilakukan penilaian aspek manajemen dan organisasinya. Simpulan penilaian aspek ini harus dapat menentukan tentang kecukupan manajemen ketrampilan teknis (technical and managerial skill). Penyaluran kredit hendaknya lebih didasarkan pada prinsip saling menguntungkan (win-win solution). Pada keadaan seperti ini, pihak perbankan melakukan pemilihan secara selektif dari usaha/proyek yang prospektif dan dikelola secara potensial. Tindakan ini sebagai cermin operasi bank yang hati hati (prudent

banking operation). 69

Oleh karena itu di dalam suatu perusahaan perseroan terbatas, pimpinan dan kepemimpinan mempunyai peran yang sangat menentukan maju mundurnya perusahaan. Pemimpin merupakan orang-orang yang memimpin serta bertanggung jawab atas

68 Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) halaman 2

69 H.Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Op.cit, halaman 309

terselenggaranya proses penggerakan orang-orang atau karyawan dan pengarahan fasilitas dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan perusahaan. Betapapun besarnya modal yang dimilikinya, namun bila pimpinan perusahaan tersebut tidak mampu mengelolanya, maka pada waktu yang tidak lama perusahaan itu akan terancam kesulitan (kebangkrutan). Oleh karena itu, karena begitu pentingnya peranan pimpinan perusahaan, pimpinan perusahaan disamping mempunyai status kedudukan pimpinan, haruslah benar-benar memiliki kualitas yang memadai sebagai pemimpin. Penilaian aspek manajemen meliputi pengamatan /penilaian terhadap kualitas orang-orang yang menduduki posisi penting, sampai berapa jauh mampu menerapkan fungsi manajemen dan menjalankan perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, hendaknya ditelaah pula apakah struktur organisasi dalam perusahaan tersebut cukup menunjang keberhasilan pimpinan perusahaan tersebut dalam menjalankan perusahaannya.

B.1. Direksi

Dalam UUPT pasal 1 ayat (5) dijelaskan bahwa yang dimaksud daripada Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Jadi tugas dan fungsi utama Direksi, menjalankan dan melaksanakan pengurusan Perseroan atau dengan kata lain Perseroan diurus, dikelola atau dimanage oleh Direksi. Lebih lanjut mengenai hal ini diatur dalam pasal 92 ayat (1) dan (2) yang menyebutkan:

(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. (2) Direksi berwenang menjalankan kepengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar perseroan.

Dan dalam penjelasannya ini dijelaskan : ayat (1) Ketentuan ini menugaskan Direksi untuk mengurus perseroan yang

antara lain, meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan. ayat (2) Yang dimaksud dengan kebijakan yang dipandang tepat adalah kebijakan yang, antara lain, didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis.

Pengertian umum pengurusan Direksi dalam konteks Perseroan meliputi tugas atau fungsi melaksanakan kekuasaan pengadministrasian dan pemeliharaan harta kekayaan Perseroan. Dengan kata lain melaksanakan pengelolaan atau menangani bisnis Perseroan dalam arti sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan Perseroan dalam batas-batas kekuasaan atau kapasitas yang diberikan undang-undang dan anggaran dasar

kepadanya. 70 Tugas dan tanggung jawab Direksi serta wewenangnya ditetapkan oleh Undang-

Undang. Dengan demikian keberadaan Direksi dalam suatu perseroan juga diatur berdasarkan Undang-Undang. Dengan demikian dari tugas Direksi yang harus mengelola perseroan, wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya di RUPS, bahwa Direksi telah menjalankan perseroan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan ketentuan anggaran dasar perseroan.

70 Achmad Ichsan, dalam, Op.cit M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Halaman 364

Melihat tanggung jawab Direksi yang demikian itu maka untuk menjadi Direksi dalam pasal 93 ayat (1) menentukan syaratnya sebagai berikut: Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbutan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah :

a. Dinyatakan pailit;

b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau

c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Ketentuan persyaratan dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkankan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundangan-undangan.

Dalam Perseroan Terbatas, Direksi perseroan dapat terdiri atas 1 (satu) anggota Direksi atau lebih (ayat 3). Sedangkan dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS (ayat 5). Dan dan dalam hal RUPS sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (5) tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi (ayat 6). Direksi sebagai organ Perseroan yang melakukan pengurusan Perseroan memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan perseroan. Oleh karena itu, apabila RUPS tidak Dalam Perseroan Terbatas, Direksi perseroan dapat terdiri atas 1 (satu) anggota Direksi atau lebih (ayat 3). Sedangkan dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS (ayat 5). Dan dan dalam hal RUPS sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (5) tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi (ayat 6). Direksi sebagai organ Perseroan yang melakukan pengurusan Perseroan memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan perseroan. Oleh karena itu, apabila RUPS tidak

Mengenai pengaturan pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi dalam Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 dijelaskan dalam pasal 94, yang menyebutkan :

(1) Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. (2) Untuk pertama kali pengangkatan anggota Direksi dilakukan pendiri dalam akta

pendirian sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf b. (3) Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. (4) Anggaran Dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan

pemberhentian anggota Direksi dan dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Direksi.

(5) Keputusan RUPS mengenai pengangkatan , penggantin dan pemberhentian anggota Direksi juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian dan pemberhentian tersebut.

(6) Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Direksi, pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi, pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Direksi tersebut mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.

(7) Dalam hal terjadi, pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Direksi, Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.

(8) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum dilakukan, Menteri menolak setiap pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi yang belum tercatat dalam daftar perseroan.

(9) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak termasuk pemberitahuan yang disampaikan oleh Direksi atas pengangkatan dirinya sendiri.

Selanjutnya apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas maka pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi tersebut batal karena hukum sejak Selanjutnya apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas maka pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi tersebut batal karena hukum sejak

B.2. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris dalam pasal 108 ayat (1) bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Berbeda dengan Direksi, dalam hal perseroan yang mempunyai Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. Hal ini secara tegas disebutkan dalam pasal 108 ayat (4).

Sama hal dengan anggota Direksi, maka anggota Dewan Komisaris dalam pasal 110 Undang-Undang Perseroan Terbatas, disebutkan: Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbutan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah: Sama hal dengan anggota Direksi, maka anggota Dewan Komisaris dalam pasal 110 Undang-Undang Perseroan Terbatas, disebutkan: Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbutan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:

b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau

c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Ketentuan persyaratan dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkankan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundangan-undangan

Mengenai pengaturan pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dijelaskan dalam pasal 111, yang menyebutkan:

(1) Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS. (2) Untuk pertama kali pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan pendiri

dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf b. (3) Anggota Dewan Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat

kembali. (4) Anggaran Dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan

pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Dewan Komisaris.

(5) Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantin dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian dan pemberhentian tersebut.

(6) Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris, pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris tersebut mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.

(7) Dalam hal terjadi, pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris,Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada Menteri (7) Dalam hal terjadi, pengangkatan, penggantiaan, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris,Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada Menteri

(8) Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum dilakukan, Menteri menolak setiap pemberitahuan tentang perubahan susunan Dewan Komisaris selanjutnya yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi.

Selanjutnya apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas maka pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris tersebut batal karena hukum sejak saat anggota Komisaris lainnya atau Direksi mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. Hal ini diatur dalam pasal 112 ayat (1) Undang-Undang tersebut dan dalam ayat (2) nya di disebutkan bahwa dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diketahui, Direksi harus harus mengumumkan batalnya pengangkatan anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan dalam surat kabar dan pemberitahuannya kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan.

B.3. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Secara umum, menurut pasal 1 ayat (4), RUPS sebagai organ Perseroan mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, namun dengan batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau Anggaran Dasar Perseroan. Kemudian kewenangan RUPS tersebut, dikemukakan ulang lagi pada pasal 75 ayat (1) yang berbunyi :

“ RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang inidan/atau anggaran dasar”.

Jadi secara umum, kewenangan apa saja yang tidak diberikan kepada Direksi dan/atau Dewan Komisaris, menjadi kewenangan RUPS. Oleh karena itu, dapat dikatakan RUPS merupakan organ tertinggi perseroan. Namun itu tidak persis demikian, karena pada dasarnya ketiga organ perseroan itu sejajar dan berdampingan sesuai dengan pemisahan kewenangan (separation of power) yang diatur dalam undang-undang dan anggaran dasar. Dengan demikian, tidak dapat dikatakan RUPS lebih tinggi dari Direksi dan Dewan Komisaris. Masing-masing mempunyai posisi dan kewenangan sesuai dengan fungsi dan

tanggung jawab yang dimiliki. 71

Diantara kewenangan yang dimiliki RUPS adalah mengangkat anggota Direksi sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 94 ayat (1) dan memberhentikan anggota Direksi dalam pasal 105 ayat (2) serta mengangkat anggota Dewan Komisaris dalam pasal 111 ayat (1).

RUPS terdiri atas RUPS tahunan atau RUPS lainnya. Hal ini diatur dalam pasal 78 ayat (1). Dan dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan RUPS lainnya dalam praktek sering dikenal sebagai RUPS luar biasa.

Pada dasarnya yang berfungsi dan berwenang menyelenggarakan RUPS tahunan maupun luar biasa adalah Direksi. Hal itu ditegaskan dalam pasal 79 ayat (1). Penyelenggaraan diadakan RUPS, sepenuhnya merupakan inisiatif dari Direksi. Akan tetapi ketentuan itu, tidak menutup kemungkinan penyelenggaran RUPS tahun atau RUPS luar biasa dilakukan atas permintaan sebagaimana yang diatur pasal 79 ayat (2) yaitu :

a. 1(satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah yang lebih kecil, atau

b. Dewan Komisaris

71 M. Yahya Harahap, Op.cit, halaman 306.

Sedangkan kuorum dan keputusan RUPS untuk perubahan anggaran dasar undang-undang mengaturnya sebagai berikut:

1. Pada RUPS pertama, rapat dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarakan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar (Pasal 88 ayat 1).

2. Selanjutnya dalam hal kuorum tidak tercapai, dapat diselenggarakan RUPS kedua (pasal 88 ayat 2). RUPS kedua sah dan berhak mengambil Keputusan jika dalam dalam rapat paling sedikit 3/5 (tiga perlima) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan /atau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar (Pasal 88 ayat 3).

3. Sedangkan RUPS ketiga ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri (pasal 88 ayat 4).

Sehubungan dengan aspek manajemen dan organisasi ini, perseroan terbatas sebagai badan hukum dalam mengajukan pinjaman kepada Bank, maka Bank wajib melakukan proses yang disebut BI-Checking sebelum persetujuan kredit dilakukan.

Secara garis besar informasi yang saya dapat dari Pihak Bank, dapat jelaskan, BI- Checking adalah suatu proses pengecekan yang dilakukan oleh lembaga keuangan baik Bank maupun non-Bank, melalui suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Debitur (SID) yang dikelola oleh Bank Indonesia.

Sistem Informasi Debitur (SID) adalah sistem yang menyediakan informasi Debitur yang merupakan hasil olahan dari Laporan Debitur yang diterima oleh Bank Indonesia. 72

Jadi dalam SID merupakan suatu sistem yang didalamnya berisi data debitur dari seluruh anggotanya yang terdiri dari Bank Umum, BPR, dan beberapa Perusahaan Pembiayaan. Hasil keluaran atau output yang diperoleh dari pengecekan disebut Informasi Debitur Individual (IDI). Dan didalam IDI dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan kondisi pembayaran debitur, digambarkan dengan informasi hari tunggakan dan kualitas kredit, seperti apakah status pembayarannya lancar, kurang lancar, dalam perhati khusus, diragukan atau macet.

Contohnya apabila debitur pernah menunggak pembayaran kredit dan dikategorikan macet dalam waktu 2 (dua) tahun terakhir, maka data tersebut akan terlihat di BI-Checking yang di akses.

Yang perlu juga diketahui adalah bahwa input data yang berisi informasi kualitas kredit ini bersumber dari bank atau perusahaan pembiayaan yang menjadi anggota SID, dan bukan dari BI. Jadi pihak yang bertanggung jawab terhadap kebenaran data yang disampaikan kepada BI adalah pemilik data, yaitu lembaga keuangan anggota SID. Tentunya BI sebagai pengelola data sangat “concern” dengan akurasi data yang ditampilkan dalam BI-Checking, oleh karena itu BI mengeluarkan ketentuan yang berlaku untuk anggota SID agar menyampaikan data yang urat, termasuk pengenaan sanksi

apabila mereka tidak menyampaikan data yang benar. 73

72 Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/14/PBI/2007, pasal 1 angka 9. 73 http://amiek-myworld.blogspot.com

Jadi tujuan daripada BI-Checking ini bagi bank dan lembaga keuangan lainnya adalah diharapkan bisa membantu proses persetujuan kredit serta menjadi alat untuk pelaksanaan manajemen resiko khususnya resiko kredit. Penggunaan BI-Checking juga diharapkan bisa signifikan menekan angka kredit bermasalah, sehingga proses intenmediaasi perbankan dapat berjalan. Dalam prakteknya kalangan Bank dalam melakukan BI-Checking terhadap Debitur perseroan terbatas, selain melakukan BI- Checking terhadap perusahaannya juga terhadap pengurusnya yaitu anggota Direksi dan anggota Komisaris perseroan bahkan juga para pemegang sahamnya jika pemegang sahamnya bukan merupakan anggota Direksi dan anggota Komisaris. Hal ini agar Bank sebagai pemberi kredit (kreditur) dapat mengetahui profil calon debiturnya atas fasilitas kredit yang pernah diperoleh atau sedang dimiliki oleh perusaahan, anggota Direksi, anggota Komisaris bahkan para pemegang saham. Semua infomasi dan data yang didapatkan menjadi masukkan bagi Bank sebagai pemberi kredit untuk menindaklanjuti

permohonan kredit oleh perusahaan Perseroan Terbatas. 74 Disamping itu Bank juga menganalisa terhadap kelayakan usaha perusahaaan

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63