Strategi Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Sosialisasi

A. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Sosialisasi

Sosialisasi dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk membangkitkan kesadaran dan sikap positif terhadap pembangunan karakter bangsa guna mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan

kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kunci utama pembentukan karakter dan bangsa adalah budaya yang lahir dari kebiasaan dan disosialisasikan berulang-ulang. Sosialisasi sebagai salah satu strategi pembangunan karakter bangsa dimaksudkan untuk membangun kesadaran masyarakat atau kelompok masyarakat tentang kondisi negara dan bangsa, terutama yang terkait dengan karakter bangsa. Dalam sosialisasi, akan terjadi proses penanaman, transfer nilai, dan pembakuan kebaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara umum, sosialisasi diartikan sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung maupun tidak langsung. Di samping itu, sosialisasi juga bermakna interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam bentuk ekspresi seni dan teknologi. Fungsi sosialisasi dalam hal ini adalah untuk menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.

Manusia pada hakikatnya memiliki daya cipta, rasa dan karsa dalam kehidupannya. Untuk menjaga eksistensi dan identitas jatidiri, manusia dengan daya cipta rasa dan karsa mampu menghasilkan karya baik yang berdimensi

materiil maupun non materiil (spiritual). Dimensi materiil mengandung karya,

yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan sesuatu yang bersifat kebendaan. Dimensi spiritual mengandung cipta dan rasa yang menghasilkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Manusia berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan melalui logika, menyerasikan perilaku terhadap kaidah-kaidah melalui etika, dan mendapatkan keindahan melalui estetika. Hal itu semuanya merupakan kebudayaan.

Kebudayaan sebenarnya dimiliki oleh setiap masyarakat. Namun, sejalan dengan perkembangan masyarakat, berkembang pula pola-pola perilaku baru yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai normatif kebudayaan setempat sehingga menjadi pembiasaan. Padahal dapat saja nilai-nilai baru tersebut bertentangan dengan nilai luhur yang telah ada dan akibatnya justru membawa arah kebudayaan itu kepada kehancuran, bahkan mampu menghilangkan karakter dan jati diri bangsa.

Pada tahap inilah diperlukan rambu-rambu atau aturan terhadap unsur-unsur normatif kebudayaan, yakni penilaian apa yang seharusnya dan kepercayaan agar tidak terjadi pembiasaan-pembiasaan terhadap tata kelakuan yang menyimpang sehingga arah pembangunan kebudayaan menuju ke arah yang lebih baik.

Memperhatikan hal tersebut, proses sosialisasi terkait karakter bangsa menjadi sangat penting. Tanpa sosialisasi, proses penyadaran akan terabaikan dan selanjutnya dapat berujung pada hilangnya tradisi dan kebiasaan baik, yakni hilangnya nilai-nilai sosial budaya dan lunturnya karakter dari sebuah bangsa.

Agar sosialisasi dapat berlangsung efektif dan efisien, maka pemilihan media dan target sasaran menjadi sangat penting. Disadari atau tidak perkembangan teknologi informasi dengan media sebagai piranti utama, berimplikasi pada tatanan kehidupan umat manusia dalam berbagai dimensinya, baik dalam dimensi politik, ekonomi, sosial budaya, maupun agama. Kondisi ini patut diwaspadai sehingga masyarakat tidak terjebak pada kemajuan teknologi informasi semata tanpa berupaya. Dengan demikian, unsur media (cetak, elektronik, tradisional) harus diposisikan sebagai mitra strategis dalam upaya pembangunan karakter bangsa utamanya dalam hal sosialisasi.

Di samping unsur media, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah penentuan kelompok-kelompok sasaran sehingga dampak sosialisasi segera merambah pada setiap anak bangsa, terutama generasi muda. Pada dasarnya kelompok sasaran adalah seluruh warga negara Indonesia, yang lebih difokuskan pada generasi muda. Adapun sasaran adalah pemerintah, dunia usaha dan industri, satuan pendidikan, organisasi sosial kemasyarakatan/ profesi, organisasi sosial politik, dan media massa.