Transkrip Wawancara dengan Guru SD Pagentan 2
LAMPIRAN 2. Transkrip Wawancara dengan Guru SD Pagentan 2
Tempat: Ruang Kepsek Jam: 9 – 10 pagi. Tanggal: 8 Mei 2014, Kamis Responden: Bu Novi, Pak Adi, Bu Zulaikah
Q: Bagaimana selama ini pendidkan karakter diajarkan di sekolah ini?
A: Kebiasaan menyapu di semua kelas. Setiap pagi menyapu halaman bersama2 untuk mengasah tanggung jawab dan kebersihan lingkuangn sekolah.
A: Pendidikan agama juga penting dalam pembentukan karakter. Upacara. Antar teman harus saling menghargai.
Q: Apakah pernah menggunakan muatan sastra lokal untuk mendidik karakter?
A: Kalau dari cerita-cerita ya pasti ada. Ini untuk membentuk anak itu harus bersikap bagaimana. Lalu ada juga tes psikologi yang juga merupakan bagian dari pendidikan karakter.
Q: Judul-judul apa yang pernah diceritakan? A: Cerita klasik seperti Malin Kundang, yang nilainya adalah bahwa anak tidak boleh durhaka kepada
ortu. Lalu biografi Thomas Alva Edison. Itu yang sering saya ceritakan kepada anak2 untuk menjadi teladan buat mereka.
A: Cerita daerah sini tentang Ken Dedes dan Ken Arok. Q: Bagaimana sebaiknya pendidikan karakter dilakukan di SD? A: Melalui pementasan-pementasan, sehingga anak-anak bisa mengenal daerahnya maupun watak
atau karakter dalam peran tersebut. Mereka akan tahu mana yang patut ditiru, mana yang tidak. Jadi dari pementasan atau bermain peran.
A: Melalui main peran. Q: Apakah main peran itu ada tercantum di silabus? A: Anak saya berikan kebebasan untuk memilih peran mana yang cocok. Kalau peran itu cocok, saya
ijinkan; kalau terlalu dewasa atau tidak cocok, tidak saya ijinkan. Kalau mereka memilih peran yang tidak cocok, saya arahkan untuk memilih yang cocok.
A: Anak-anak sering diajak ke candi Singosari, kelas 1 – kelas 6. Q: Apa saja yang diceritakan selama di candi? A: Tergantung kelasnya. Utk kelas yang bawah ya berkunjung dan hanya main-main. Utk kelas 5 –6
ada pelajaran sejarah kerajaan. [jadi tergantung pada usia anak]. Q: Apakah ada nilai-nilai yang diajarkan selama kunjungan ke candi?
A: Kita misalnya menanamkan kebiasaan tidak mencoret-coret situs candi atau membuang sampah sembarangan.
A: [B. Novi]: penanaman karakter lewat keteladanan guru dalam segala aspek. Lewat teguran langsung jika ada anak yang melakukan hal yang buruk, misalnya buang sampah sembarangan.
Q: Bagaimana dampaknya terhadap anak2?
A: Kalau pengukuran secara tertulis formal tidak dilakukan. Misalnya senam di lapangan sudah dilakukan berkali2 namun tidak bisa langsung membuat anak2 menjadi baik. Yang penting adalah teladan dari guru.
A: Setiap kali ada kesempatan di tengah pelajaran saya memberikan cerita-cerita yang berhubungan dengan nilai-nilai baik.
Q: Apakah ada cerita-cerita dari daerah sini yang diceritakan ? A: Ya tentang Ken Arok. Q: Di cerita Ken Arok dan Ken Dedes kan ada bagian tentang hubungan mereka. Bagaimana dengan
ini?
A: Yang seperti itu tidak diberikan ke anak-anak. Yang ditekankan adalah hal-hal lain yang lebih positif. Misalnya sejarah pendirinya siapa, sejarah terbentuknya Singosari itu bagaimana, pergantian generasinya, meskipun ada bagian saling membunuh tapi ya itu tidak diceritakan.
Q: Lalu nilai-nilai apa yang disampaikan?
A: Bahwa kerajaan itu kan dipimpin oleh pemimpinnya, dan yang dilakukan pemimpin ini menjadi teladan bagi keturunan-keturunannya. Yang lain adalah ajaran-ajaran agama yang ada di cerita itu, misalnya kerukunan sesama keluarga.
A: Anak-anak lebih kenal superhero asing daripada tokoh-tokoh lokalnya. Jadi cerita lokal disampaikan ke anak2 supaya mereka juga mengenal budaya sendiri daripada budaya lain. Sisi positif lain dari Ken Arok adalah kesaktiannya.
A: Kisah Coban Rondo juga diceritakan ke anak-anak. Q: Bagaimana mengaitkannya dengan mata pelajaran? A: Karena saya guru IPS dan B Indonesia, pelajaran itu saya sisipkan; atau di waktu senggang. Q: Apa sastra lokal Malang sendiri yang bisa digali? A: Selain Singosari, Coban Rondo.