Mekanisme Penyaluran Dana Bank Syari’ah

23 Mudharabah Al-Muthlaqah . Investasi umum ini sering disebut juga sebagai investasi tidak terikat. e. Rekening Investasi Khusus: Rekening investasi khusus biasanya ditujukan kepada para nasabahinvestor besar dan institusi. Investasi khusus ini sering disebut juga sebagai investasi terikat. f. Obligasi Syari’ah: Bank syari’ah dapat pula melakukan pengerahan dana dengan menerbitkan obligasi syari’ah. Dengan obligasi syari’ah, bank mendapatkan alternatif sumber dana berjangka panjang lima tahun atau lebih sehingga dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan berjangka panjang.

2.1.3.2 Mekanisme Penyaluran Dana Bank Syari’ah

Dalam menyalurkan dana, bank syari’ah dapat memberikan berbagai bentuk skema pembiayaan yaitu Skema Jual Beli, Skema Bagi Hasil dan Skema Sewa. 1. Skema Jual Beli Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank untuk melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan margin. Tingkat keuntungan bank ditentukan pada saat akad dan menjadi bagian 24 harga jual barang kepada nasabah. Dalam skema ini terdiri atas tiga, yaitu Murabahah , Salam dan Istishna . a. Murabahah , menurut Nurhayati dkk., 2009:160 ―Transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai Bai’naqdan atau tangguh Bai’muajjalBa’i Bi’tsaman Ajil ‖. b. Salam , menurut Nurhayati dkk., 2009:188 ―Transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari‖. c. Istishna , menurut Nurhayati dkk., 2009:202 ―Transaksi atau akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan Pembeli Mustashni’ dan penjual Pembuat Shani ’‖. 2. Skema Bagi Hasil Skema Bagi hasil dalam pembiayaan oleh bank syari’ah terdiri atas skema bagi hasil Mudha rabah dan Musyarakah. a. Mudharabah , menurut Rifai dkk., 2007:772 menyatakan bahwa 25 Pembiayaan bagi hasil ketika bank sebagai pemilik danamodal Shahibul Mal , menyediakan modal 100 kepada pengusaha sebagai pengelola Mudharib untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad. Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha dan bukan karena kelalaian atau kecurangan pengelola kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Apabila terjadi kerugian karena kelalaian dan kecurangan pengelola, maka pengelola bertanggungjawab sepenuhnya. b. Musyarakah , menurut Rifai dkk., 2007:772 menyatakan bahwa Pembiayaan bagi hasil ketika bank sebagai pemilik danamodal turut serta sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha pihak lain. Pembiayaan tambahan diberikan kepada mitra usaha yang memiliki sebagian pembiayaan investasi. Proporsi keuntungan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad yang dapat berbeda dari proporsi modal yang mereka sertakan. Apabila terjadi kerugian, akan ditanggung bersama sesuai dengan proporsi penyertaan modal masing-masing. 3. Skema Sewa Dalam syariat islam , Skema sewa dibedakan berdasarkan akad yaitu terdiri atas, skema Ijarah dan skema Ijarah muntahiya bittamlik . a. Ijarah , menurut Nurhayati dkk., 2009:216 adalah ―Akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa ujrah , tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri‖. 26 b. Ijarah muntahiya bittamlik , menurut Nurhayati dkk., 2009:218 ―Merupakan ijarah dengan wa’ad janji dari pemberi sewa berupa perpindahan kepemilikan objek ijarah pada saat tertentu yang dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali kepada pemberi sewa‖. 2.1.4 Profit Distribution Management PDM Menurut Bank Indonesia Profit Distribution PD adalah pembagian keuntungan bank syari’ah kepada deposan berdasarkan nisbah yang disepakati setiap bulannya. Pihak manajemen bank syari’ah harus memperhatikan betul tingkat Profit Distribution melalui pengelolaannya Profit Distribution Management . Profit Distribution Management PDM merupakan aktivitas yang dilakukan manajer dalam mengelola pendistribusian laba untuk memenuhi kewajiban bagi hasil bank syari’ah kepada nasabahnya. Profit Distribution diatur berdasarkan produk yang menjadi pilihan deposan terhadap bank, serta persetujuan nisbahnya. Menurut Iqbal dan Mirakhor 2007 ―Laba didistribusikan antara deposan dan bank berdasarkan rasio yang telah ditentukan sebelumnya‖ Muhammad 2005 dalam Saputra 2013 menyatakan bahwa ―Pada mekanisme distribusi bagi hasil, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian atau bentuk bisnis korporasi kerjasama. Pihak-pihak yang 27 terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebut tadi harus melakukan tra nsparansi dan kemitraan secara baik dan ideal‖. Sundararajan 2005 dalam Farook dkk., 2009 menyatakan ―Bank Syari’ah melakukan PDM berdasarkan hubungan yang kuat antara suku bunga pasar dan distribusi bagi hasil deposannya dalam sampel penelitiannya‖. Untuk menghitung PDM yang mengacu pada suku bunga dapat digunakan Asset Spread . Asset Spread adalah Absolute Spread antara Return On Asset ROA dan average Return On Investment Account Holder ROIAH yang merupakan rata-rata return bagi hasil bagi nasabah .

2.1.5 Kecukupan Modal