12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Agency theory merupakan bidang yang populer akhir-akhir ini. “Teori ini menyebutkan bahwa perusahaan adalah tempat atau intersection
point bagi hubungan kontrak yang terjadi antara manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah Harahap, 2013:532”. Teori ini bercerita tentang
monitoring berbagai macam biaya dan memaksakan hubungan diantara kelompok ini. Audit misalnya dianggap sebagai alat meyakinkan diri
bahwa laporan keuangan harus tergantung pada pemeriksaan dari aspek pengawasan intern. Seandainya laporan hasil pemeriksaan akuntan adalah
wajar, ini berarti bahwa penyajiannya telah sesuai dengan prinsip akuntansi. Dalam hal ini audit memberikan keyakinan pada pihak luar,
pemilik, dan kreditor tentang pengelolaan perusahaan oleh manajemen sebagai agen.
Salah satu hipotesis dalam teori agency ini adalah bahwa manajemen akan mencoba memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan
cara meminimalisasi berbagai biaya agency. Hipotesis ini tidak sama artinya
dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa manajemen mencoba memaksimalkan nilai perusahaan value of the firm. Oleh karena itu,
Universitas Sumatera Utara
13
manajemen diasumsikan akan memilih prinsip akuntansi yang sesuai dengan tujuannya memaksimalkan kepentingannya.
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham stakeholder sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka
pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.
Menurut Anthony dan Govindarajan 1995 dalam Suranggane 2007:80 “teori keagenan adalah economic rational man dan kontrak antar prinsipal
dan agen dibuat berdasarkan angka akuntansi sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen
”. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau
lebih orang prinsipal memerintah orang lain agen untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen
membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai
perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Masalah keagenan potensial terjadi apabila
kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen. Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan
membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan
Universitas Sumatera Utara
14
bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya menyebabkan biaya keagenan agency cost.
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran
kas excess cash flow. Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Ini
menyebabkan perbedaan kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai
investasi yang
berisiko tinggi
yang juga
menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima
kepuasaan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlibat dari hubungan suatu agensi, seperti waktu luang
yang banyak, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub dan jam kerja yang fleksibel. Prinsipal pemegang saham, dipihak lain diasumsikan
hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka disuatu perusahaan.
Agen biasanya memiliki sebagian besar dari kekayaan mereka terikat dengan kekayaan perusahaan. Kekayaan ini terdiri baik dari
kekayaan keuangan maupun modal manusia mereka. Modal manusia merupakan nilai manajer sebagaimana dipandang oleh pasar dan
dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Karena semakin menurunnya utilitas
Universitas Sumatera Utara
15
atas kekayaan dan besarnya jumlah modal agen yang bergantung pada perusahaan, agen diasumsikan akan bersikap enggan menghadapi risiko
risk averse. Sedangkan, prinsipal termotivasi untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya.
Teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan oleh agen dengan prinsipal
yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Prinsipal tidak
memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen, maka prinsipal tidak pernah merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan
kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Dengan demikian prinsipal berada sebagai asimetri informasi karena agen lebih mengetahui kinerja dan
aktivitas perusahaan dibandingkan prinsipal. Adanya perbedaan kepentingan dan informasi antara prinsipal dan
agen memacu agen untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi yang dihasilkan dapat lebih memaksimalkan kepentingannya. Cara yang dapat
dilakukan agen untuk mempengaruhi angka-angka akuntansi dapat berupa rekayasa laba atau manajemen laba dalam laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
16
2.1.2 Manajemen Laba Earning Management