Perenungan Tentang Sangha
38 Kisah Inspiratif Puteri Buddha
Ketiga, karena pengalaman (serta pemahaman) akan Nibbana inilah yang menjadikan mereka pantas disebut “Mulia”.
Mulai dari baris berikutnya, Rohini secara khusus berbicara tentang sikap biksu dan biksuni. Mereka mengembara berpindapatta sepanjang jalan dengan mata mereka terlatih untuk terfokus pada beberapa langkah ke depan. “Mereka tidak melihat ke belakang” karena mereka tidak memiliki ketertarikan (yang tidak berguna) pada kejadian yang terjadi di sekeliling mereka. Mereka tidak memegang uang dan merasa puas dengan kesederhanaan — apapun yang umat awam persembahkan untuk mereka. Murid-murid Dhamma yang tidak hidup di biara juga akan memperoleh manfaat jika mereka meniru sikap Biksu yang kurang tertarik terhadap lingkungan sekitar. Biksu yang baik tidak akan membiarkan pandangannya berkeliaran tidak terkontrol, terutama ketika dia sedang berpindapatta, karena ketika pergi ke desa setiap pagi dia akan mengalami banyak hal yang dapat memikatnya jika dia tidak menjaga inderanya dan mempertahankan perhatian murninya. Dengan penuh perhatian, seorang Biksu yang baik berjalan dari rumah ke rumah dengan sunyi dan meninggalkan desa setelah mangkuknya terisi cukup makanan, tanpa membiarkan nafsu keinginan mengganggu keseimbangan pikirannya. Biksu yang demikian tidak tertarik
Ajaran dari Puisi
pada kehidupan samsara di sekelilingnya. Fokusnya selalu pada sifat sesungguhnya dari segala sesuatu — ketidakekalan, kesedihan, dan ketidakberintian dari segalanya. Sebagai umat awam yang mempraktekkan meditasi kita juga perlu melatih diri kita seperti biksu, untuk tetap damai dan tidak melekat walau dikelilingi hiruk pikuk dunia dan gangguan hidup dengan terus mengingatkan diri kita bahwa tidak ada satupun dari hal ini yang pantas untuk dikejar.
Rohini juga menyatakan bahwa biksu yang mulia tidak serakah akan uang dan harta benda apapun. Mereka tidak menyimpan barang kebutuhan karena takut akan masa depan. Sebaliknya, mereka percaya bahwa karma baik mereka akan memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Walaupun, sebagai umat awam, kita harus bekerja untuk penghidupan kita, kita sebaiknya mencontoh sikap ini dan tidak terikat pada kekayaan. K ita bekerja untuk mempertahankan tubuh kita dan untuk orang-orang yang bergantung pada kita. Tapi jika kita dapat belajar melakukan hal ini tanpa terikat pada “perasaan aman” yang tampaknya diberikan uang, kita dapat melihat bagaimana hukum karma bekerja.
Baris terakhir menyatakan bahwa di dalam Sangha, keluarga, kelas sosial, atau latar belakang negara tidak mempengaruhi
40 Kisah Inspiratif Puteri Buddha
hubungan erat satu sama lainnya. Niat baik seperti ini pasti sangat berguna bagi umat awam untuk dijadikan latihan dalam kehidupan mereka. K arena hanya melalui pentahbisan , seseorang dapat sepenuhnya mendedikasikan hidupnya untuk Dhamma, maka biksu dan biksuni memberikan banyak contoh kepada umat awam tentang bagaimana kita harus mencoba untuk mengaplikasikan ajaran dalam batas-batas “(debu-debu) kehidupan berumah tangga”. Puisi Rohini menunjukkan pada kita beberapa contoh aplikasi hal ini.