PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA DRAMA WAISAK DI VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI KECAMATAN SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA DRAMA WAISAK DI

VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI

KECAMATAN SEKAMPUNG

KABUPATEN LAMPUNG

TIMUR

Oleh: Yunita Susilawati 0813033053

Desa Sumbersari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Umat Buddha desa ini selalu merayakan malam Tri Suci Waisak dengan melaksanakan pementasan drama waisak.

Drama waisak bertujuan untuk memperluas pangetahuan dharma untuk umat Buddha sendiri dan sebagai hiburan untuk masyaakat umum. Drama waisak selalu dilaksanakan setiap tahun sehingga umat Buddha memiliki pengalaman yang menyebabkan umat Buddha memiliki persepsi pada drama waisak.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan mengerti? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan mengerti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui angket atau kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

Berdasarkan angket yang disebar kepada 52 responden dapat disimpulkan bahwa persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu adalah baik, bahwa mereka mengetahui dengan baik pelaksanaan pementasan drama waisak dari hasil pengalaman panca inderanya mulai dari proses pementasan, waktu pelaksanaan pementasan, dan lakon yang ditampilkan pada drama waisak, sedangkan dilihat dari mengerti adalah baik, bahwa mereka mengerti dengan baik sebab-sebab dilaksanakannya drama waisak yaitu untuk memperluas dan memperdalam ajaran agama Buddha kepada umat Buddha. Hal tersebut ditunjukkan dari perolehan hasil skor rata-rata item tahu sebesar 48,9 yang berada pada kategori baik dan hasil skor item mengerti sebesar 48,5 yang berada pada kategori baik.


(2)

PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA DRAMA WAISAK DI

VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI

KECAMATAN SEKAMPUNG

KABUPATEN LAMPUNG

TIMUR

(Skripsi)

Oleh

YUNITA SUSILAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(3)

PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA DRAMA WAISAK DI

VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI

KECAMATAN SEKAMPUNG

KABUPATEN LAMPUNG

TIMUR

Oleh

YUNITA SUSILAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Ruan Lingkup Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 7

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Konsep Persepsi... 9

2. Konsep Umat Buddha... 16

3. Konsep Drama Waisak ... 16

4. Konsep Vihara ... 18

B. Kerangka Pikir ... 19

C. Paradigma ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan... 23

B. Variabel Penelitian... 24

C. Populasi dan Sampel... 25

1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 26

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data... 27

F. Teknik Analisis Data... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 36

1. Sejarah Singkat Desa Sumber Sari ... 36

2. Letak dan Batas-Batas Wilayah Desa Sumber Sari ... 39

3. Kependudukan ... 40

4. Sejarah Vihara Manggala Ratna ... 43

5. Sejarah drama waisak ... 45


(5)

7. Makna drama waisak ... 47 8. Karakteristik responden ... 48 9. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala

Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur ... 50 10. Analisis Data Hasil Penelitian ... 56 B. Pembahasan ... 62

1. Persepsi Umat Buddha pada Drama Waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumber Sari Kec. Sekampung Kab. Lampung

Timur ... 62 a. Persepsi Umat Buddha pada Drama Waisak di Vihara

Manggala Ratna Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur Dilihat dari Tahu ... 62 b. Persepsi Umat Buddha Drama Waisak di Vihara

Manggala Ratna Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur Dilihat dari Mengerti... 64

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 67 B. Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi).Jakarta: Rineka Cipta. 340 Halaman.

Azwar, Saifuddin.2010.Penyusunan Skala Psikologi.Pustaka Pelajar:Yogyakarta. 204Halaman.

Husani Usman dan PurnomEndraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 234 Halaman Kayam, Umar dkk.1999.Ketika Orang Jawa Nyeni.Yogyakarta:Galang Press. 432

Halaman.

Hasyim, Mohammad. 1982.Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat. Bina Ilmu. Surabaya. 89 Halaman

Koenjaraningrat.2002.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta. 391 Halaman.

.1997.Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: Gramedia. 218 Halaman.

Labovitz, Sanford.1982.Metode Riset Sosial. Jakarta: Erlangga. 150 Halaman. Sikap Manusia Perubahan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.149 Halaman

Musa, Muhammad.1988.Metodologi Penelitian.Jakarta: Fajar agung. 123 Halaman.

Nadjib, Emha Ainun.1995.Terus Mencoba Budaya Tanding.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 290 Halaman.

Nasution, S.2004.Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara. 156 Halaman.

Nawawi, Hadari.1983.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 250 Halaman.

Panjika.2004.Kamus Umum Buddha Dharma.Jakarta: Tri Sattva Buddhist Center. 398 Halaman.


(7)

Ranjabar, Jacobus.2006.Sistem Budaya Indonesia.Bandung: Ghalia Indonesia. 512 Halaman.

Salam, Burhanuddin.1984.Pengantar Filsafat.Bandung:Bumi Aksara. 231 Halaman.

Sayuti, Husin.1989.Pengantar Metodologi Riset.Jakarta: Fajar Agung. 150 Halaman.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. 336 Halaman

Soedarsono, R.M.1992.Pengantar Apresiasi Seni.Jakarta:Balai Pustaka. 193 Halaman.

Sudharma, Budiman.2007.Buku Pedoman Umat Buddha.Jakarta: Forum Komunikasi Umat Buddha. 286 Halaman.

Suprapto.1992.Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta. 201 Halaman.

Suratmo, Gunawan.2002.Panduan Penelitian Multidisiplin.Bogor: Institut Pertanian Bogor.127 Halaman.

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta. 334 Halaman.

Suwarno, Wiji.2009.Psikologi Perpustakaan.Jakarta:Sagung Seto. 185 Halaman Swarnasanti.1999.Riwayat Hidup Buddha Gautama.Jakarta:Karaniya.50

Halaman.

Usman, Husani dan Purnomo Setiadi Akbar.2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:Bumi Aksara. 170 Halaman.

Virana.2008.Ensiklopedia Buddha Dhamma: Keyakinan Umat Buddha (Menjadi Buddhis Sejati).Jakarta: CV. Santusita. 163 Halaman.

Walgito, Bimo.2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi. 268 Halaman. Widodo, Erna dan Mukhtar.2000.Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif.

Yogyakarta: Avyrouz. 210 Halaman.

Widya, K. Dharma.2002.Buku Pelajaran Agama Buddha.Jakarta:CV. Felita Nursatama Lestari. 82 Halaman.

Website :

http://teknologipendidikan15.wordpress.com http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya


(8)

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi Penelitian... 26

2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin ... 40

3. Jumlah Penduduk berdasarkan kepala kelurga ... 41

4. Jumlah penduduk dilihat dari agama ... 41

5. Jumlah penduduk dilihat dari pendidikan ... 42

6. Jumlah penduduk dilihat dari mata pencaharian... 43

7. Karakteristik responden menurut usia ... 48

8. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan ... 48

9. Karakteristik responden menurut pekerjaan ... 49

10.Karakteristik responden menurut domisili di Desa Sumbersari ... 50

11. Jumlah responden yang menjawab soal pada tahu ... 51

12. Jumlah responden yang menjawab soal pada item mengerti ... 53


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama yang tersebar dari Sabang hingga Marauke. Keanekaragaman tersebut menghasilkan berbagai macam kebudayaan di setiap suku bangsa di negara ini. Kebudayaan yang ada tidak terlepas dari kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap suatu agama atau suatu kepercayaan baik secara animism maupun dinamisme.

Sansekertabuddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhiyang berarti budi atau -hal yang

san, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan

kebutuhan-kebutuhan biologis, kebudayaan juga merupakan hasil dan sarana

Ranjabar


(11)

lingkungan, baik Ranjabar 2006:147).

adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana jugabudaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-(http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)

Waisak adalah hari besar umat beragama Buddha yang biasa disebut dengan hari Tri Suci Waisak yang artinya tiga peristiwa suci pada bulan Mei yang jatuh pada bulan purnama. Hari besar ini diperingati dan dirayakan oleh seluruh umat Buddha dari berbagai sekte yang secara nasional dipusatkan di Candi Borobudur Magelang Jawa Tengah, namun bagi umat Buddha di daerah-daerah memperingati hari raya waisak di vihara-vihara. Umat Buddha juga memperingati waisak di vihara dengan kebaktian waisak diikuti dengan prosesi mengelilingi vihara tiga kali (pradagsina) pada malam harinya serta kebaktian dengan persembahan (amisa puja) pada pagi harinya atau pada saat detik-detik waisak.

Perayaan waisak juga diwujudkan dengan berbagai perayaan, kreasi, dan tradisi di berbagai vihara. Pada malam hari setelah pradagsina, biasanya vihara mengadakan pertunjukan teater tradisional dan pada pagi harinya dilaksanakan tradisi makan bersama dengan takiran.

Desa Sumbersari adalah salah satu desa di Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Di Desa Sumbersari peringatan hari waisak dilaksanakan


(12)

dengan kebaktian waisak dan setelahnya dilakukan tradisi pertunjukkan seni drama waisak dan takiran (kendurian dengan nasi pincuk) dengan lauk vegetarian. Drama waisak adalah budaya yang berupa teater tradisional yang dilaksanakan di Vihara Manggala Ratna.

Drama waisak sebagai kebudayaan teater tradisional masyarakat Desa Sumbersari dilaksanakan untuk memperingati Malam Tri Suci Waisak di Vihara Manggala Ratna. Tradisi ini dilaksanakan bertujuan untuk menambah pengetahuan agama untuk umat Buddha sendiri melalui kisah-kisah Buddhis yang ditampilkan. Serta sebagai hiburan untuk masyarakat luas yang non-Buddhis baik di Desa Sumbersari maupun desa lain. Sehingga tercipta toleransi dan kerukunan yang kuat antara umat beragama karena dengan saling mengenal, menghargai dan saling menghormati satu sama lain. Selain itu, pelaksanaan kesenian ini memiliki makna kehidupan yang berdasarkan cinta kasih, kejujuran, pikiran benar, usaha benar, serta membangun jati diri sendiri dengan perilaku yang benar.

Dalam proses pelaksanaan drama waisak didukung oleh para orang tua agar anak-anaknya memiliki mental kuat untuk tampil di atas panggung yang disaksikan oleh banyak orang, dukungan dari masyarakat Buddhis khususnya yaitu berupa dukungan dana yang dikenakan untuk tiap-tiap kepala keluarga demi keberlangsungan drama ini, juga dukungan dari muda-mudi sehingga pemain drama waisak menjadi bertambah. Dalam prosesnya muda-mudi dilatih oleh pelatih yang berperan dalam memilih cerita, dialog, gerakan-gerakan pemain drama dan pementasan.


(13)

Menurut Bapak Siswanto selaku pelatih drama, keistimewaan tradisi ini adalah hanya dapat dilaksanakan satu tahun sekali sehingga ditunggu-tunggu oleh masyarakat untuk menyaksikan drama yang ceritanya selalu berbeda dan pemainnya juga menantikan untuk mengikuti kesenian ini karena jika tidak menjadi tokoh utama maka kesempatan itu akan ada lagi di tahun depan. Cerita yang digunakan untuk drama ini adalah kisah riwayat hidup Buddha Gautama dengan jumlah pemain dan penari dalam setiap pementasan adalah sekitar 50 orang.

Daya tarik dalam tradisi ini adalah penarinya yang tidak hanya dari anak-anak Buddhis tetapi juga banyak anak-anak yang non-Buddhis bersedia untuk ikut pementasan drama waisak dengan suka rela serta tidak hanya umat Buddha saja yang menyaksikan pementasan ini tetapi juga masyarakat masyarakat baik di Desa Sumbersari maupun desa lain yang terdiri dari berbagai agama dan suku bangsa yang berbaur untuk menyaksikan pertunjukan drama waisak.

Umat Buddha yang menyaksikan pementasan drama waisak memiliki persepsi

merupakan proses informasi dalam diri kita untuk mengenali atau membuat kita menjadi tahu dan mengerti

hal-2009:52). Kemudian menurut Ma

berasal dari komponen kognitifnya, persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, faktor proses belajar, faktor cakrawala, faktor pengetahuan dan

lain-diartikan sebagai proses informasi dalam diri untuk mengenali atau membuat seseorang menjadi tahu, dan mengerti yang dipengaruhi oleh pengalaman,


(14)

faktor proses belajar, faktor cakrawala, dan lain-lain.. Untuk itu peneliti ingin mengetahui persepsi umat buddha yang timbul pementasan drama waisak yang dilihat dari tahu, dan mengerti.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu, dan mengerti.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa

Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan mengerti

2. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dipengaruhi oleh pengalaman

3. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dipengaruhi oleh faktor proses belajar

4. Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dipengaruhi oleh faktor cakrawala


(15)

Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi masalahnya pada persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan mengerti

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu : apakah persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan mengerti ?

E. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan mengerti

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna :

1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang warisan budaya dalam perayaan hari besar umat Buddha yaitu Hari Raya Waisak


(16)

2. Bagi generasi umat Buddha, untuk tetap menjalankan tradisi drama waisak agar tidak punah.

3. Bagi umat Buddha di Desa Sumbersari untuk tetap menerima dan menjaga kelangsungan pementasan drama waisak agar tetap memberikan pengetahuan dan mengerti yang baik bagi umat Buddha khususnya di Desa Sumbersari

4. Bagi umat Buddha untuk tetap menyaksikan drama waisak agar tidak hanya tahu dan mengerti dengan baik saja tentang drama waisak melainkan juga dapat mencapai tingkat pemahaman yang baik juga

3. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian : Umat Buddha di Desa Sumbersari

2. Objek Penelitian : Pelaksanaan Drama Waisak di Desa Sumbersari 3. Tempat Penelitian : Desa Sumbersari, Kecamatan Sekampung,

Kabupaten Lampung Timur 4. Waktu Penelitian : Tahun 2012

5. Disiplin Ilmu : Antropologi Budaya


(17)

Koentjaraningrat.2002.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta. Halaman 181.

Ibid. Halaman 180.

Jacobus Ranjabar.2006.Sistem Budaya Indonesia.Bandung:Ghalia Indonesia. Halaman 147.

Wiji Suwarno.2009.Psikologi Perpustakaan.Jakarta:Sagung Seto. Halaman 52. Sikap Manusia Perubahan Pengukurannya.Yogyakarta:Liberty. Halaman 22

Website:


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Persepsi

untuk mengenali atau membuat kita menjadi tahu dan mengerti hal-hal yang menurut Ma

adalah suatu pengamatan yang berasal dari komponen kognitifnya, persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, faktor proses belajar, faktor cakrawala, faktor pengetahuan dan

lain-Men

proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga yang disebut proses sensoris (Bimo Walgito, 2010:99). Lebih lanjut Bimo Walg

mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu (1) objek atau stimulus yang dipersepsi; (2) alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan (3) perhatian, yang merupakan syarat psikologis (Bimo Walgito, 2010:101). . Sedangkan menurut Wertheimer dalam Bimo Walgito dalam buku yang berjudul Pengantar Psikologi Umum mengemukakan bahwa leh stimulus secara objektif, tetapi juga akan ditentukan atau dipengaruhi oleh keadaan diri orang yang mempersepsi (Bimo Walgito, 2010:109).


(19)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu pengamatan yang didahului melalui proses menginderaan yang membuat menjadi tahu dan mengerti hal-hal yang dihadapi dengan dipengaruhi oleh stimulus, alat indera, perhatian, dan keadaan diri orang yang mempersepsi.

Menurut Bimo Walgito jenis-jenis persepsi berdasarkan panca indera yaitu sebagai berikut :

1. Persepsi melalui indera penglihatan

Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihatnya Persepsi melalui indera pendengaran. Dalam pendengaran individu dapat mendengar apa yang mengenai reseptor sebagai suatu respons terhadap stimulus tersebut. Kalau individu dapat menyadari apa yang didengar, dan terjadilah suatu pengamatan atau perepsi.

2. Persepsi melalui indera pencium

Stimulusnya berwujud benda-bendayang bersifak khemis atau gas yang menguap, dan mengenai alat-alat penerima yang ada dalam hidung, kemudian oleh syaraf sensoris ke otak, dan sebagai respon dari stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya yaitu bau yang diciumnya

3. Persepsi melalui indera pencecap

Stimulusnya merupakan benda cair. Zat cair itu mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang dicecapnya itu

4. Persepsi melalui indera kulit

Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan, dan temepratur. Rasa-rasa tersebut di atas merupakan rasa-rasa kulit yang primer, sedangkan disamping itu masih terdapat variasi yang bermacam-macam (Bimo Walgito, 2010:135-146)

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan persepsi umat Buddha ke dalam dua item yaitu tahu dan mengerti, serta persepsi umat Buddha pada drama waisak adalah melalui indera penglihatan dan indera pendengaran yaitu umat Buddha yang memiliki pengalaman menyaksikan drama waisak dengan melihat pementasan drama waisak secara langsung dan mendengar suara dialog serta musik yang terdapat pada tarian anak-anak.


(20)

Menurut Sidi Gazalba dalam Burhanuddin Salam dalam buku yang berjudul

diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil daripada: kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan antara pengetahuan dan kebenaran (antara

Salam, 1984:5). Menurut Burhanuddin Salam atau dalam filsafat dikatakan dengan istilah dan sering diartikan dengan , karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan pana

(Burhanuddin Salam, 1984:6). Menurut Burhanuddin Salam mengemukakan

(Burhanuddin Salam, 1984:54). Lebih lanjut Burhannudin Salam me (the act of knowing)subjek dan objek menjadi satu, tidaklah secara fisis (seperti halnya -fisis)

gambaran batin yang dibentuk oleh pikiran (pengertian) berdasarkan bahan-bahan dari

penca-Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahu adalah hasil dari kebenaran panca indera manusia, sedangkan mengerti adalah hasil dari


(21)

menyatunya subjek dengan objek secara batiniah yang dibentuk oleh pikiran berdasarkan bahan-bahan panca indera.

Menurut Burhanuddin Salam beberapa pengetahuan yang dimiliki manusia yaitu:

1. Pengetahuan biasa ataucommon sense

2. Pengetahuan ilmu, secara singkat orang menyebutnya yaitu ilmu sebagai terjemahan dariscience

3. Pengetahuan filsafat, atau dengan singkat saja disebut filsafat

4. Pengetahuan religi (pengetahuan agama), pengetahuan atau kebenaran yang bersumber dari agama (Burhanuddin Salam, 1984:5).

Persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur adalah berupa pengetahuan biasa dan pengetahuan religi.

1. Pengetahuan biasa (knowledge/commom sense), tidak memandang betul-betul sebab-sebabnya, tidak mencari rumusan yang seobyetif-obyektifnya, tidak menyelidiki obyeknya sampai habis-habisan, tak ada sintesis, tak bermetode dan tak bersistem (Burhanuddin Salam, 1984:8). Dengan common sense, semua orang sampai kepada keyakinan secara umum tentang sesuatu, dimana mereka akan berpendapat sama semuanya.

Menurut Harold H. Titus dalam buku Burhanuddin Salam mengemukakan beberapa ciri khusus daripadacommon sense, sebagai berikut:

a. Common sense cenderung menjadi biasa dan tetap, atau bersifat peniruan, serta pewarisan dari masa lampau (ingat folkways pada masyarakat tradisional)

b. Common sense sering kabur atau samar dan memiliki arti ganda (ambiguous)

c. Common sense merupakan suatu kebenaran atau kepercayaan yang tidak teruji, atau tidak pernah diuji kebenarannya (Burhanuddin Salam, 1984:6)

2. Pengetahuan religi (pengetahuan agama), ciri-ciri umum dari semua agama itu adalah sebagai berikut :

a. Agama merupakan suatu sistem tauhid atau sistem keimanan/ keyakinan terhadap eksistensi sesuatu Yang Absolut (Mutlak) di luar


(22)

diri manusia yang merupakan Causa-Prima atau Penyebab Pertama daripada segala sesuatu termasuk dunia itu dengan segala isinya. b. Agama merupakan satu sistem ritual atau peribadatan/penyembahan

dari manusia kepada sesuatu yang diberi predikat Yang Absolut atau Causa-Primaitu.

c. Agama merupakan satu sistem nilai(value)sistem atau sistem norma/ kaidah yang menjadi pola hubungan manusiawi antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnya dari Yang Absolut (Mutlak) atau Causa-Prima itu yang seirama dengan sistem tauhid dan sistem ritual tersebut (Burhanuddin Salam, 1984:181)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan biasa adalah pengetahuan tentang drama waisak yang secara umum apa adanya dari hasil panca indera manusia tanpa mengetahui sebab-sebabnya, tetap, hasil pewarisan masa lampau, ambigu dan tidak teruji secara ilmiah, sedangkan pengetahuan religi adalah pengetahuan yang diperoleh dari pementasan drama waisak yang bersumber dari ajaran agama Buddha. Pengetahuan biasa dan pengetahuan religi pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang dapat diambil sebagai indikator yaitu sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pementasan drama waisak melibatkan banyak orang

2. Pada pelaksanaan drama waisak juga turut ditampilkan tarian anak-anak 3. Penari adalah percampuran antara anak-anak buddhis dan non buddhis 4. Pementasan drama waisak juga menampilkan adegan silat

5. Latihan drama dan tarian dilaksanakan tiga bulan sebelum pementasan 6. Adegan drama juga diiringi dengan musik

7. Seting cerita pada pementasan drama waisak disesuaikan dengan kondisi pada zaman kerajaan di masa Buddha Gautama

8. Untuk memperingati malam Tri Suci Waisak, pementasan drama waisak dilaksanakan setelahpuja bhaktidanpradagsina


(23)

9. Tujuan drama waisak adalah untuk memperluas pengetahuan dharma kepada umat Buddha

10. Dari lakon yang ditampilkan dapat diambil makna cinta kasih dan perjuangan Buddha Gautama

Menurut Burhanuddin Salam, mengerti dalam arti sepenuhnya ialah: 1. Mengerti dengan kepastian(certainity)dan

2. Mengerti sebab-sebab suatu hal(causes) (Burhanuddin Salam, 1994:56)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil indikator mengerti yaitu mengerti mengerti sebab-sebab drama waisak. Mengerti sebab-sebab drama waisak berarti mengerti sebab dari segala sesuatu mengenai drama waisak yang sesuai dengan pengetahuan biasa dan pengetahuan religi. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti dapat mengambil indikator mengerti yaitu sebagai berikut: 1. Pelaksanaan adegan drama membutuhkan keterlibatan banyak orang agar

pementasan berjalan dengan sukses

2. Agar penonton tidak merasa bosan maka turut ditampilkan tarian anak-anak 3. Keterlibatan anak-anak non buddhis dikarenakan atas inisiatif mereka

sendiri

4. Adegan silat yang ditampilkan adalah sebagai wujud emosi manusia

5. Untuk mencapai pementasan yang baik dan tidak terjadi kesalahan, maka latihan dilaksanakan tiga bulan sebelum pementasan

6. Agar pementasan drama tampak semakin menarik dan meriah maka dalam setiap adegan juga diringi dengan musik


(24)

7. Cerita buddhis yang ditampilkan berasal dari zaman kerajaan di India yaitu maka situasi tempat dan kostum yang dikenakan pemain disesuaikan pada zaman tersebut

8. Setelah upacara puja bhakti dan pradagsina, drama waisak dilaksanakan untuk memperingati tiga peristiwa penting umat Buddha yaitu lahirnya Pengeran Siddhartha Gautama, Pertapa Gautama berhasil mencapai penerangan sempurna atau menjadi Buddha, dan Buddha Gautama parinnibana

9. Kisah yang ditampilkan berupa cerita-cerita buddhis yang berisi dan bermakna tentang ajaran Buddha sehingga dapat memambah pengetahuan agama kepada umat Buddha

10. Lakon yang ditampilkan selalu mengandung makna cinta kasih kepada semua makhluk sehingga mengingatkan umat Buddha untuk tidak saling menyakiti dan tidak mengganggu satu sama lain, dan perjuangan Buddha Gautama untuk membebaskan mahkluk dari samsara dengan jalan utama berunsur delapan untuk mencapainirvana


(25)

Buddha adalah seseorang yang menyatakan berlindung kepada Buddha,

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa umat Buddha adalah sekumpulan atau golongan besar manusia yang meyakini ajaran Buddha dan berinteraksi yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu.

3. Konsep Drama Waisak

mewakili masa silam dan dibawa oleh pemerintah serta oleh strategi kebudayaan makro kita untuk

upacara-upacara atau kegiatan yang menyangkut mental dan dapat pula dikembangkan menjadi media penyalur kritik sosial terhadap

kepincangan-Menurut Budiman Sudharma mengemukakan Waisak adalah Tiga Peristiwa Agung yang terjadi pada diri kehidupan Sang Buddha Gotama lebih dari 2500 tahun lalu. Peristiwa tersebut adalah: 1. Bodhisattva (Calon Buddha) yang bernama Pangeran Siddharta

Gotama dilahirkan di Taman Lumbini, Nepal pada tahun 623 SM 2. Pangeran Siddharta Gotama, yang kemudian menjadi pertapa, di

bawah Pohon Bodhi (pohon Asetha), di Buddha Gaya, India dengan kekuatan sendiri mencapai Peneranga Sempurna dan menjadi Buddha pada tahun 529 SM

3. Sesudah 45 tahun lamanya mengembara dan memberi pelantunan Dharma kepada umat manusia dan para Dewa, Sang Buddha mencapai Parinibbana di bawah pohon sala kembar, Kusinara, India pada tahun


(26)

ma siddhi di bulan Mei Juni, untuk memperingati kejadian penting yang

Gautama, saat Petapa Gautama mencapai penerangan sempurna, dan saat Buddha Gautamaparinirvana, pada hari suci waisak, tepat pada bulan waisaka purnamasidhi 999:48).

memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha, maka hari suci

Resolusi Kongres Persaudaraan Sangha Sedunia Keempat No. RES/5, tanggal 10 Januari 1986 menyatakan bahwa hari bulan purnama di bulan Indonesia ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 09/1983 tanggal 19 Januari

adalah kesenian yang bisa sebagai sumber semangat kemajuan Buddha Dharma kususnya di Desa Sumbersari, sekaligus pentas drama bisa jadi sarana hiburan untuk masyarakat sekitar, sehingga bisa mendekatkan hubungan sosial dengan masyarakat luat serta drama waisak memiliki makna yang bagus bisa sebagai tambahan inspirasi orang untuk tidak menjadi jahat dan sombong serta n

kesenian yang bagus dimana hasil dari keberagaman agama dan budaya di desa ini yang tujuannya untuk melestarikan kebudayaan negara kita agar tidak


(27)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa drama waisak adalah kesenian teater tradisional yang dipentaskan oleh muda-mudi vihara yang isinya diambil dari cerita-cerita Buddhis dengan tujuan untuk memajukan Buddha Dharma di Desa Sumbersari dan melestarikan teater buddhis tersebut.

5. Konsep Vihara

1. Tempat tinggal bikhu dan bikhuni 2. Tempat pujabhakti

3. Sebagai tempat konsultasi Dharma 4. Sebagai tempat kegiatan sosial 5. Sebagai tempat pembinaan umat 6.

(http://teknologipendidikan15.wordpress.com/)

yang lengkap terdiri dari :

3. Uposathagara, yaitu gedung uposatha (pesamuan para bhikkhu). Di dalam gedung ini dilakukan penabhisan para bikkhu, pembacaan 227 peraturan kebhikkhuan, penyelesaian pelanggaran para bhikkhu, dan penentuan hak Khatina

4. Dharmasala, yaitu tempat puja bakti, pembabaran Dharma, dan sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan sosial keagamaan.

5. Kuti, yaitu tempat tinggal para bhikkhu, bhikkhuni, samanera atau samaneri

6. Perpustakaan, yaitu tempat buku-buku agama atau buku yang isinya ada hubungannya dengan pengetahuan agama dan pengetahuan

-2)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa selain untuk tempat ibadah, tempat tinggal para bhikhu, dan perpustakaan, vihara juga berfungsi sebagai tempat kegiatan sosial budaya termasuk perayaan hari waisak yang


(28)

diwujudkan dengan berbagai kreasi dan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat sesuai dengan kebudayaan masing-masing daerah.

B. Kerangka Pikir

Salah satu cara untuk memperingati Hari Waisak di Desa Sumbersari adalah pementasan drama waisak yang dilaksanakan pada malam Tri Suci Waisak. Malam Tri Suci Waisak diperingati untuk mengenang tiga peristiwa penting umat Buddha yaitu lahirnya Pangeran Siddharta Gautama, Pangeran Siddharta menjadi Buddha, dan Buddha Gautama mencapainirvana/nibanna.

Pada pementasan drama waisak ini terdapat proses pelaksanaannya mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Untuk itu umat Buddha memiliki persepsi terhadap pementasan ini yang ada di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

Persepsi umat Buddha yang ada di desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang berdasarkan hasil panca indera melalui pengalaman terhadap drama waisak tersebut. Dengan pengalaman tersebut maka umat Buddha menjadi tahu dan mengerti tentang pelaksanaan drama waisak. Namun apabila dari hasil panca indera mereka menjadi tidak tahu dan tidak mengerti tentang drama waisak maka pelaksanaan pementasan drama tersebut tidak mencapai keberhasilan dalam hal menjadikan umat Buddha tahu dan mengerti tentang drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur


(29)

: Garis Akibat

REFERENSI

Wiji Suwarno.2009.Psikologi Perpustakaan.Jakarta:Sagung Seto. Halaman 52. Sikap Manusia Perubahan Pengukurannya.Yogyakarta:Liberty. Halaman 22

Bimo Walgito.2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:Andi. Halaman 99.

Tahu Mengerti

Persepsi Umat Buddha Pada Drama Waisak Di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur


(30)

Ibid.Halaman 101. Ibid.Halaman 109. Ibid. Halaman 135-146

Burhanuddin Salam.1984.Pengantar Filsafat.Bandung:Bumi Aksara. Halaman 5. Ibid. halaman 6

Ibid. halaman 54 Loc. Cit

Ibid. halaman 5 Ibid. halaman 8 Ibid. halaman 6 Ibid. halaman 181 Ibid.Halaman 56

Koentjaraningrat.2002.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta. Halaman 144.

Virana.2008.Enslikopedia Buddha Dhamma: Keyakinan Umat Buddha (Menjadi Buddhis Sejati).Jakarta:CV.Santusita. Halaman 110.

R.M Soedarsono.1992.Pengantar Apresiasi Seni.Jakarta:Balai Pustaka. Halaman 131.

Emha Ainun Nadjib. 1995.Terus Mencoba Budaya Tanding.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Halaman 251.

Umar Kayam dkk. 1999.Ketika Orang Jawa Nyeni.Yogyakarta:Galang Press. Halaman 47.

Budiman Sudharma.2007.Buku Pedoman Umat Buddha.Jakarta: Forum Komunikasi Umat Buddha. Halaman 81

Virana.Op.Cit. Halaman 101.

Swarnasanti.1999.Riwayat Hidup Buddha Gautama.Jakarta:Karaniya.Halaman 48 Budiman Sudharma.Op.Cit. Halaman 81.

Panjika.2004.Kamus Umum Buddha Dharma.Jakarta: Tri Sattva Buddhist Center. Halaman 379.


(31)

Dharma K. Widya.2002.Buku Pelajaran Agama Buddha.Jakarta:CV. Felita Nursatama Lestari. Halaman 1-2.

Website


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan Menurut Koentjaraningrat

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

disimpulkan bahwa metode adalah cara kerja untuk memperoleh data tujuan tertentu sesuai dengan ilmu yang bersangkutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskript

deskriptif adalah suatu metode yang memberikan gambaran yang secermat

Sayuti,1989:41).

Definisi metode deskriptif menurut Hadari Nawawi diartikan sebagai pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan/obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Ciri-ciri pokok metode deskriptif adalah memusatkan pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual, menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang

Menurut Guna


(33)

hubungan, atau suatu sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi obyek i Nawawi dan Mimi

1. Survei(survey studies)

2. Studi hubungan(interrelationship studies) 3. Studi perkembangan(developmental studies) (Hadari Nawawi, 1993:64)

Adapaun penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang digunakan untuk menjelaskan berupa gambaran cermat fakta-fakta mengenai persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

B. Variabel Penelitian

(Koentjaraningrat, 1997:188). Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas variabel penelitian merupakan semua objek penelitian yang akan diteliti dan memiliki unsur sehingga berpengaruh pada objek penelitian di dalam suatu penelitian.

Variabel yang digunakan pada penelitian adalah variabel tunggal. Menurut variabel tunggal adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau koloni di dalamnya yang berfungsi mendominasi


(34)

dalam kondisi atau masalah tanpa dihubungkan dengan yang lainny (Hadari Nawawi, 1996:58).

Berdasarkan pendapat di atas maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumber Sari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu dan mengerti.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

-

orang-atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

(Sugiyono, 2008:215). Sesuai dengan judul penelitian ini tentang persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumber Sari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu umat Buddha yang berusia 12-70 tahun di Desa Sumber Sari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Hasil sebaran populasi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.Populasi Penelitian

No Jenis Kelamin Jumlah populasi (jiwa)

1 Laki-laki 65 Jiwa

2 Perempuan 66 Jiwa


(35)

Sumber: Daftar Umat Buddha Vihara Manggala Ratna

2. Sampel

Sugiyono mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2008:215). Dalam menentukan sampel, berpedoman pada pendapat

menentukan jumlah sampel dalam penelitian apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, selanjutnya jika subjeknya lebih besar dari 100 maka dapat diambil sampel antara 10-15% atau

20-(Suharsimi Arikunto, 2002:112).

Berdasarkan pendapat di atas maka pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 131 x 35% = 52. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 orang.

D. Teknik Pengambilan Sampel

(Sugiyono, 2008:217). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling dengan menggunakan simple random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) Simple Random Sampling atau sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Sampel diambil dengan cara mengundi unsur-unsur penelitian atau


(36)

satuan-(Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:156). Berdasarkan pendapat tersebut, cara peneliti dalam pengambilan sampel adalah dengan cara pengundian yaitu dengan menulis nama-nama populasi pada kertas kecil yang kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam kotak untuk selanjutnya diundi, nama-nama yang keluar diambil dan terpilih sebagai responden. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut maka sampel dalam penelitian ini adalah laki-laki 27 orang dan perempuan 25 orang yang kesemuanya berjumlah 52 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data utama dengan menggunakan angket atau kuesioner.

ngumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

2008:142). Menuruut Hadari N

informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab

digunakan dalam membuat angket. Namun, pada bab ini dikenalkan kedelapan macam skala, yaitu borgadus, sosiometrik, penilaian (rating scale), rangking, konsistensi internal (thurstone), likert, guttman, dan semantic differential ( Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008:60).


(37)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis yang akan dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini angket yang akan digunakan adalah angket jenis skala likert.

Sugiyono, 2008:93). Menurut Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar juga kala ini dikembangkan oleh Rensis Likert (1932) yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden terhadap suatu objek. (Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008:65).

kur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif .

Sangat Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5 Setuju/sering/positif diberi skor 4 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 Sangat Tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1 (Sugiyono, 2007:94).


(38)

yang diinginkan dengan antara jenjang-jenjang termaksud. Lagi pula, responden tidak akan cukup peka dengan perbedaan jenjang yang lebih dari

(Syaifuddin Azwar, 2010:33).

Menurut Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan dengan skala Likert adalah sebagai berikut:

1. Bentuk standar skala Likert adalah 1 sampai 5;

2. Sebaiknya jumlah item dibuat berkisar 25-30 pernyataan atau pertanyaan

3. Buatlah item dalam bentuk positif dan negatif dengan proporsi yang seimbang serta ditempatkan secara acak (Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008:65)

-aitem skala yang berupa pernyataan memang dapat ditulis dalam salah-satu dari kedua arah. Aitem disebut berarah favorabel bila isinya mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur. Sebaliknya, aitem yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut aitem tidak favorabel. Dalam pemberian skor, setiap respon positif (ya, setuju, selalu, dan semacamnya) terhadap aitem favorabel akan diberi bobot yang lebih tinggi daripada respon negatif (tidak, tidak setuju, tidak pernah, dan semacamnya). Sebaliknya untuk item tak favorabel, respon positif akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah daripada respon

-27).

Berdasarkan pendapat di atas skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi terhadap fenomena sosial. Dalam persepsi umat Buddha pada drama waisak variabel yang akan diukur adalah tahu dan mengerti yang telah dijabarkan menjadi indikator yang terdapat pada bab sebelumnya untuk menjadi titik tolak dalam menyusun pernyataan pada skala likert. Skala persepsi umat Buddha pada drama waisak dibagikan kepada responden yang berisikan pernyataan dalam bentuk mendukung (favorabel) atau positif dan tidak mendukung (tidak favorabel) atau negatif dengan proporsi seimbang yang ditempatkan secara acak serta memiliki gradasi jawaban dari sangat positif sampai sangat negatif yaitu berupa alternatif jawaban sangat setuju,


(39)

setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Kelima alternatif jawaban tersebut memiliki masing-masing skor yang berbeda, apabila pernyataan positif maka jawaban sangat setuju skornya 5, jawaban setuju skornya 4, jawaban ragu-ragu skornya 3, jawaban tidak setuju skornya 2, dan sangat tidak setuju skornya 1, sebaliknya apabila pernyataan negatif jawaban sangat tidak setuju skornya 5, jawaban tidak setuju skornya 4, jawaban ragu-ragu skornya 3, jawaban setuju skornya 2 dan jawaban sangat setuju skornya 1.

Angket model skala likert ini akan diberikan kepada responden yang berjumlah 52 orang untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

F. Teknik Analisis Data

paling penting dalam penelitian, karena melakukan analisis maka data tersebut menjadi bermakna dan berguna dalam memecahkan masalah dan dapat digunakan dalam menjawab hipotesis

Menurut

mengolah data yang telah dikumpulkan dari lapangan menjadi seperangkat hasil baik dalam bentuk penemuan-penemuan baru maupun dalam bentuk

kebenaran hi dasarkan pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data adalah rangkaian mengolah data yang telah dipeoleh untuk memecahkan masalah penelitian.


(40)

Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah teknik analisis data ta kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

(Sugiyono, 2008:245). Dalam penelitian ini analisis data kualitatif yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh dan memberikan arti pada data hasil analisis sesuai dengan fakta yang terdapat di lapangan.

Setelah data-data telah terkumpul selanjutnya data tersebut dianalisis sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumber Sari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

diberikan kepada responden, maka sebelum dianalisis, data dapat ditabulasikan ).

-mentah (raw score) yang dihasilkan suatu skala merupakan penjumlahan dari skor aitem-aitem dalam skala itu. Dalam kasus skor komposit, penjumlahan itu dilakukan dengan memperhitungkan bobot relatif masing-masing komponen skala. Berdiri sendiri, skor mentah belum dapat bercerita banyak mengenai individu yang di ukur. Untuk memberikan makna yang memiliki nilai diagnosis skor mentah perlu dideriv

2010:106).

psikologis yang ditentukan lewat prosedur penskalaan akan menghasilkan angka-angka pada level pengukuran interval namun dalam interpretasinya hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor yang berada pada level ordinal. Sebagai contoh,

respons-memperoleh skor interval bila ditetapkan lewat prosedur penskalaan summated ratings, namun makna skor pada keseluruhan skala yang dijawab dengan respons tersebut tidak dapat diletakkan pada kontinum interval melainkan berada pada kategori- in Azwar, 2010:105).


(41)

Berdasarkan pendapat di atas, sebelum dianalisis maka data ditabulasikan dalam bentuk tabel dan dihitung skor akhir atau skor mentah. Setelah skor mentah dihasilkan maka untuk interpretasinya peneliti menggunakan kategorisasi jenjang

ini bersifat relatif, maka kita boleh menetapkan secara subjektif luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang kita inginkan selama penetapan itu berada dalam batas kewajaran dan dapat diterim

ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling baik, dari

Berdasarkan pendapat di atas untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak, maka peneliti membagi menjadi 3 kategori yaitu kurang baik, cukup baik, dan baik. Kategori jenjang (ordinal) dengan rumus sebagai berikut:

Keteraangan:

X = Jumlah skor yang diperoleh µ = Mean teoritis

= Besarnya satuan standar deviasi

( )

(Azwar, 2010:109)


(42)

(µ-- = Kategori Kurang Baik [µ- = Kategori Cukup Baik

= Kategori Baik

Berdasarkan teori di atas dapat diterjemahkan bahwa:

1. Jumlah skor yang diperoleh adalah jumlah skor akhir dari rekapitulasi nilai responden yang telah di hitung rata-ratanya

2. Mean teoritis adalah jumlah soal dikali nilai rata-rata skor jawaban

3. Besarnya satuan deviasi adalah skor maksimal dihitung dari nilai tertinggi tiap soal dikali jumlah soal, hasilnya dikurangi skor minimal dihitung dari nilai terendah tiap soal dikali jumlah soal, kemudian dibagi enam

REFERENSI

Koentjaraningrat.1997.Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: Gramedia. 218 Halaman 16.

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta. Halaman 2

Husin Sayuti.1989.Pengantar Metodologi Riset.Jakarta: Fajar Agung.Halaman 41. Hadari Nawawi. 1983.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Halaman 63.

Gunawan Suratmo. 2002.Panduan Penelitian Multidisiplin. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 16.


(43)

Hadari Nawawi.Op.Cit.Halaman 64

Muhammad Musa.1988.Metodologi Penelitian.Jakarta: Fajar agung. Halaman 20 Koenjaraningrat.Op.Cit.Halaman 188.

Hadari Nawawi.Op.Cit.Halaman 58

Suprapto.1992.Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 8.

Sanford Labovitz.1982.Metode Riset Sosial. Jakarta: Erlangga. Halaman 57. Sugiyono.Op.Cit. Halaman 215.

S. Nasution.2004.Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 86.

Sugiyono.Loc.Cit.

Suharsimi Arikunto.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi).Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 112.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 217. Ibid.Halaman 82

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989.Metode Penelitian Survei.Jakarta: LP3ES. Halaman 156.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 142. Hadari Nawawi.Op.Cit. Halaman 117.

Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar.2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:Bumi Aksara. Halaman 60.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 93.

Husani Usman dan Purnomo Setiadi Akbar.Op.Cit. Halaman 65. Sugiyono.Loc. Cit

Ibid.Halaman 94.

Saifuddin Azwar.2010.Penyusunan Skala Psikologi.Pustaka Pelajar:Yogyakarta. Halaman 33.


(44)

Saifuddin Azwar.Op.Cit. Halaman 26-27

Erna Widodo dan Mukhtar 2000. Konstruksi Kearah Penelitian Deskriptif. Avyrouz:Yogyakarta. Halaman 96.

Mohammad Hasyim. 1982.Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat. Bina Ilmu. Surabaya. Halaman 41.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 245. Ibid.Halaman 99.

Suwardi Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Halaman 81.

Sugiyono.Op.Cit. Halaman 95.

Saifuddin Azwar.Op.Cit. Halaman 106. Ibid.Halaman 105

Ibid.Halaman 108. Ibid.Halaman 107. Ibid.Halaman 109.


(45)

57

Tabel 13. Data jawaban 52 responden tentang drama waisak

N om or R e sp on d e

n Jawaban Responden untuk item nomor

S

k

or

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0 11 12 13

sk o r 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6

1 5 5 4 4 1 5 4 4 5 1 1 5 1 45 5 4 1 5 5 5 1 1 5 5 5 3 4 50 2 4 4 4 4 2 4 5 5 3 4 2 5 5 51 4 4 2 4 1 4 2 3 4 4 2 4 5 43 3 5 4 3 4 2 4 4 5 4 2 3 4 2 46 4 2 2 4 5 4 4 3 5 4 4 2 1 44 4 4 5 4 4 2 5 1 4 5 4 1 4 1 44 3 4 2 5 5 4 1 2 5 4 4 2 1 42 5 4 4 3 1 1 4 3 5 5 1 3 5 2 41 5 2 2 4 5 5 3 2 5 5 5 3 2 48

6 5 5 4 5 1 4 4 3 4 5 3 4 5 52 4 4 1 5 3 5 2 2 5 4 5 5 5 50 7 4 5 4 4 1 5 5 4 3 4 4 4 5 52 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 51 8 4 5 4 4 1 5 5 4 3 4 4 4 5 52 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 51 9 5 5 4 4 1 5 4 4 5 2 4 5 5 53 2 4 1 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 50 10 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 1 4 1 51 5 2 4 4 4 5 4 3 5 4 4 3 4 51 11 4 4 2 2 2 5 1 4 4 1 2 4 4 39 4 2 2 4 4 5 2 2 4 4 4 2 4 43 12 4 4 3 4 3 2 4 5 4 4 4 4 4 49 3 3 2 3 4 4 4 4 5 5 5 3 1 46 13 4 5 4 4 2 5 4 4 4 5 4 5 5 55 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 51 14 5 4 3 2 2 5 3 5 4 4 2 5 2 46 4 2 1 4 4 4 2 1 5 4 4 4 1 40 15 4 4 4 5 1 3 1 5 5 1 2 5 5 45 4 4 3 4 4 4 5 3 5 5 5 5 5 56 16 5 4 2 4 4 4 4 3 4 2 4 4 5 49 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 50 17 5 5 3 4 1 5 4 5 5 4 1 5 3 50 5 3 1 5 2 5 1 1 5 5 5 1 2 41 18 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 1 5 5 57 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 53 19 5 5 1 4 1 5 5 5 5 4 3 5 5 53 4 2 1 4 4 4 4 2 5 5 4 4 5 48 20 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 1 49 4 2 2 4 5 5 4 3 4 4 4 4 5 50 21 5 4 4 4 2 2 4 5 5 4 2 4 4 49 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 46 22 4 5 4 4 3 5 4 4 3 1 3 4 4 48 4 2 4 4 5 5 2 4 4 4 4 4 5 51 23 4 5 3 4 2 5 1 4 5 4 2 4 1 44 4 2 1 4 4 5 2 2 5 2 5 2 1 39 24 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 46 3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 47 25 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 52 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 50 26 5 5 4 4 2 4 4 5 5 4 2 5 1 50 5 1 1 5 5 5 1 1 5 5 5 1 1 41 27 5 5 5 4 2 4 4 4 4 2 2 4 5 50 4 4 4 3 4 4 5 2 5 4 4 4 4 51 28 4 4 4 4 1 4 4 5 4 1 2 5 5 47 5 2 2 4 4 4 4 2 5 5 4 4 1 46 29 4 4 4 4 2 4 4 5 3 4 4 5 4 51 4 2 4 5 5 5 2 4 4 4 4 4 5 52

30 4 2 4 4 1 4 5 4 4 5 2 4 5 48 2 5 5 1 1 4 4 4 4 4 4 5 5 48 31 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 47 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 51 32 5 4 4 4 2 4 2 5 5 4 2 5 5 51 5 1 5 4 5 5 1 1 5 4 5 5 5 51 33 3 4 4 4 2 4 4 4 3 5 2 2 5 46 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 47


(46)

58

Sumber: Angket

Berdasarkan hasil jawaban untuk item tahu yang memiliki skor 5 dan 4 adalah termasuk tahu dengan baik karena responden mengetahui pengalaman dari hasil panca inderanya, dan skor 3 adalah termasuk tahu dengan cukup baik karena responden cukup memiliki pengalaman panca inderanya pada pementasan drama waisak, dan skor 2, dan 1 adalah termasuk tahu dengan kurang baik karena responden kurang memiliki pengalaman panca inderanya pada pementasan drama waisak. Jadi jumlah jawaban yang tahu dengan baik adalah sebanyak 369 dibagi 13 diperoleh 28 orang atau 53,9% yang menjawab tahu dengan baik, jumlah jawaban yang tahu dengan cukup baik adalah 76 dibagi 13 diperoleh 6 orang atau 11,5% yang menjawab tahu dengan cukup

34 4 4 2 4 1 4 4 4 4 2 2 4 4 43 4 1 4 4 5 5 2 2 4 4 4 4 4 47 35 4 5 2 5 1 4 4 5 4 4 2 5 5 50 4 4 2 5 5 5 4 2 4 5 4 5 5 54 36 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 5 47 4 2 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 53 37 5 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 38 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 5 47 4 2 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 55 39 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 46 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 48 40 5 4 4 4 2 4 4 5 3 5 4 4 5 53 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 5 5 50 41 5 5 4 4 1 5 4 5 5 4 4 5 4 55 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 55 42 4 5 4 1 2 4 1 5 4 4 3 4 4 45 4 4 2 4 1 5 1 3 5 4 4 3 2 42 43 5 4 3 4 2 5 2 5 4 4 2 5 1 46 3 2 1 4 3 4 1 2 4 5 4 1 2 36 44 5 5 4 4 1 5 4 4 5 2 4 5 5 53 2 4 1 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 50 45 5 5 5 1 2 2 3 4 1 3 1 1 5 38 4 5 1 5 3 5 2 2 5 4 5 5 5 51 46 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 49 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 51 47 4 5 4 4 2 5 5 4 3 5 2 4 5 52 2 4 2 4 4 4 5 3 5 5 4 5 5 52 48 5 5 4 4 1 5 4 4 5 2 4 5 5 53 2 4 1 4 2 5 4 4 5 5 5 5 5 51 49 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 1 4 1 51 5 2 4 4 4 5 4 3 5 4 3 4 5 52 50 4 4 4 4 2 4 4 5 3 4 2 5 5 50 4 4 2 4 5 4 1 2 4 5 4 4 5 48 51 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 61 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 53 52 5 4 3 4 2 4 4 5 4 2 3 4 1 45 5 2 2 4 5 5 4 3 5 4 3 3 1 46

Jumlah

2546

Jumlah

252 4


(47)

59

baik, dan jumlah jawaban yang tahu dengan kurang baik adalah 231 dibagi 13 diperoleh sebanyak 18 orang atau 34,6% yang menjawab tahu dengan kurang baik.

Sedangkan jawaban untuk item mengerti yang memiliki skor 5 dan 4 adalah termasuk mengerti dengan baik karena responden mengetahui penyebab pengalaman dari panca inderanya, sedangkan skor 3 adalah termasuk mengerti dengan cukup baik karena responden cukup mengetahui sebab penyebab pengalaman dari panca inderanya. Dan skor 2, dan 1 adalah termasuk mengerti dengan kurang baik karena responden kurang mengetahui penyebab pengalaman yang didapat dari panca inderanya pada pementasan drama waisak. Jadi jumlah jawaban yang mengerti dengan baik adalah 316 dibagi 13 diperoleh 24 orang atau 46,1% yang menjawab mengerti dengan baik, jumlah jawaban yang mengerti dengan cukup baik adalah 126 dibagi 13 diperoleh 10 orang atau 19,3% yang menjawab mengerti dengan cukup baik, dan jumlah jawaban yang mengerti dengan kurang baik adalah 234 dibagi 13 diperoleh 18 orang atau 34,6% yang menjawab mengerti dengan kurang baik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 52 responden di Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak dilihat dari tahu dan mengerti diperoleh hasil analisis data angket sebagai berikut:


(48)

(µ-60

X<[µ- = Kategori Kurang Baik [µ- = Kategori Cukup Baik

= Kategori Baik

Keteraangan:

X = Jumlah skor yang diperoleh µ = Mean teoritis

= Besarnya satuan standar deviasi

( )

Perhitungan analisis data untuk item tahu : X= 2.546:52= 48,9

µ = 13 x 3 = 39

( × ) ( × )

=

8,6

(µ- + 1,0 x (8,6)]

= 30 = 30

X< 30 = Kategori Kurang Baik 30 = Kategori Cukup Baik 4 = Kategori Baik

10 20 30 40 4850 60 70

X Kurang Cukup Baik

Baik Baik

Jumlah rata-rata skor hasil pengumpulan angket dari 52 responden adalah 48,9. Dengan demikian diketahui jumlah skor yang diperoleh berjumlah 48,9 lebih


(49)

61

besar dari nilai 48. Maka skor yang diperoleh dari perhitungan tersebut berada pada ketegori baik.

Sedangkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 52 responden di Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur untuk mengetahui persepsi umat Buddha pada drama waisak dilihat dari mengerti adalah dengan perhitungan analisis data sebagai berikut:

X= 2.524:52= 48,5 µ = 13 x 3 = 39

( × ) ( × )

=

8,6

(µ- 39 39+ 1,0 x (8,6)]

X< 30 = Kategori Kurang Baik = Kategori Cukup Baik = Kategori Baik

10 20 30 40 4850 60 70

X Kurang Cukup Baik

Baik Baik

Jumlah rata-rata skor hasil pengumpulan angket dari 52 responden adalah 48,5. Dengan demikian diketahui jumlah skor yang diperoleh berjumlah 48,5 lebih besar dari nilai 48. Maka skor yang diperoleh dari perhitungan tersebut berada pada ketegori baik.


(50)

62

B. Pembahasan

1. Persepsi Umat Buddha pada Drama Waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur a. Persepsi umat Buddha Pada Drama Waisak Di Vihara Manggala Ratna

Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari tahu

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diketahui bahwa umat Buddha di Desa Seumbersari Kecamatan Sekampung tahu dengan baik pelaksanaan drama waisak di Vihara Manggala Ratna hal ini ditunjukan dari hasil perolehan skor rata-rata adalah 48,9 yang berada pada kategori baik dengan jumlah responden yang menjawab tahu dengan baik sebanyak 28 orang atau 53,9 %, responden yang menjawab tahu dengan cukup baik sebanyak 6 orang atau 11,5%, dan responden yang menjawab tahu dengan kurang baik sebanyak 18 orang atau 34,6%. Artinya sebagian besar umat Buddha di Desa Sumbersari tahu dengan baik tentang proses pementasan drama waisak dari hasil pengalaman panca inderanya.

Dengan pengalaman melalui panca indera berupa menyaksikan dan mendengar pementasan drama, umat Buddha menjadi tahu tentang proses pementasan drama waisak mulai dari latihan drama yang dilaksanakan tiga bulan sebelum pementasan, waktu pelaksanaan pementasan yaitu pada malam Tri Suci Waisak yang hanya dilaksanakan satu tahun sekali, adanya penampilan tarian anak-anak buddhis dan non buddhis, dan adanya adegan sehingga mereka memiliki pengetahuan biasa berupa apa yang dilihat dan didengarnya, dan pengetahuan religi berupa pengetahuan agama Buddha yang dapat diambil dari pementasan drama waisak. Pengetahuan religi yang dapat diambil dari pementasan drama


(51)

63

waisak adalah silat lakon cerita yang dipentaskan berupa rangkaian perjalanan hidup Buddha Gautama, cerita yang dipentaskan memiliki makna cinta kasih dan perjuangan Buddha Gautama yang berpesan yaitu agar orang menjadi tidak sombong dan tidak berbuat jahat.

Namun di sisi lain terdapat umat Buddha yang tahu dengan cukup baik tentang drama waisak yaitu sebanyak 6 orang atau 11,5% artinya umat Buddha cukup memiliki pengalaman panca inderanya tentang pementasan drama waisak, dan umat Buddha yang tahu dengan kurang baik tentang drama waisak yaitu sebanyak 18 orang atau 34,6%. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat umat Buddha yang kurang memiliki pengalaman panca inderanya mengenai proses pementasan drama waisak. Karena kurang berpengalaman maka pengetahuan yang mereka miliki masih kurang disebabkan mereka belum lama menyaksikan pementasan drama waisak. Umat Buddha yang pengetahuan drama waisaknya masih kurang disebabkan mereka belum lama berdomisili di Desa Sumbersari sehingga belum banyak pengalaman yang mereka miliki mengenai pementasan drama waisak.

b. Persepsi umat Buddha Pada Drama Waisak Di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dilihat dari mengerti

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diketahui bahwa umat Buddha di Desa Seumbersari Kecamatan Sekampung mengerti dengan baik tentang pelaksanaan drama waisak di Vihara Manggala Ratna hal ini ditunjukan dari hasil perolahan skor rata-rata 48,5 yang berada pada kategori baik dengan jumlah responden yang menjawab mengerti dengan baik sebanyak 24 orang


(52)

64

atau 46,1%, responden yang menjawab mengerti dengan cukup baik sebanyak 10 orang atau 19,3% dan responden yang menjawab mengerti dengan kurang baik sebanyak 18 orang atau 34,6%. Artinya sebagian besar umat Buddha di Desa Sumbersari mengerti dengan baik tentang pementasan drama waisak bahwa mereka mengerti dengan baik sebab-sebab dilaksanakannya drama waisak yaitu untuk memperluas dan memperdalam ajaran agama Buddha kepada umat Buddha di Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur

Dengan pengalaman melalui panca inderanya berupa menyaksikan dan mendengar drama waisak, umat Buddha menjadi mengerti sebab dilaksanakannya drama waisak yaitu untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan agama Buddha kepada umat Buddha di Desa Sumbersari. Selain itu, umat Buddha juga mengerti sebab banyaknya orang yang terlibat pada drama waisak yaitu membutuhkan kerja sama dari banyak orang untuk mensukseskan pementasan mulai dari pemain, penari, dan panitia yang mengurusi konsumsi, keamanan, peralatan, dan perlengkapan. Alasan adanya tarian anak-anak adalah untuk selingan bagi penonton agar tidak merasa bosan. Sebab keterkibatan anak-anak non buddhis sebagai penari adalah karena adanya inisiatif dari diri mereka sendiri untuk ikut serta dalam pementasan drama waisak. Sebab ditampilkannya adegan silat adalah sebagai wujud emosi manusia yang seharusnya dapat dikendalikan agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sebab diperingatinya hari Tri Suci Waisak adalah untuk memperingati tiga peristiwa penting yaitu lahirnya Pangeran Siddhartha Gautama, Pertapa Gautama mencapai penerangan sempurna, dan Buddha Gautama parinnibana. Sebab kisah yang ditampilkan selalu berupa cerita


(53)

65

buddhis dari perjalanan hidup Buddha Gautama adalah cerita buddhis memiliki makna tentang ajaran Buddha sehingga dapat menambah pengetahuan agama Buddha kepada umat Buddha di Desa Sumbersari. Umat Buddha juga mengerti sebab lakon drama selalu bermakna cinta kasih karena untuk mengingatkan umat Buddha untuk tidak saling menyakiti dan tidak mengganggu satu sama lain, dan perjuangan Buddha Gautama untuk membebaskan semua makhluk darisamasaradengan jalan utama berunsur delapan.

Namun di sisi lain terdapat umat Buddha yang mengerti dengan cukup baik tentang drama waisak sebanyak 10 orang atau 19,3%, artinya umat Buddha cukup mengerti sebab-sebab dilaksanakannya drama waisak yaitu untuk memperluas dan memperdalam ajaran agama Buddha kepada umat Buddha di Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur, dan umat Buddha yang mengerti dengan kurang baik tentang drama waisak yaitu sebanyak 18 orang atau 34,6%. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat umat Buddha yang kurang mengerti sebab dilaksanakanya pementasan drama waisak dan mereka kurang mengerti tujuan pementasan drama waisak. Umat Buddha yang kurang mengerti pementasan drama dikarenakan mereka belum banyak berpengalaman dalam menyaksikan pementasan drama sehingga mereka hanya beranggapan pementasan drama adalah untuk acara hiburan di malam Tri Suci Waisak tanpa mengerti sebab, tujuan, dan makna yang dapat diambil dari pementasan drama waisak.


(54)

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh umat Buddha yang tahu dengan baik sebanyak 28 orang atau 53,9 %, yang tahu dengan cukup baik sebanyak 6 orang atau 11,5%, dan yang tahu dengan kurang baik sebanyak 18 orang atau 34,6%. Karena sebagian besar umat Buddha tahu dengan baik dan perolehan skor rata-rata sebanyak 48,9 yang berada pada


(55)

67

kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur, dilihat dari tahu adalah baik, bahwa mereka mengetahui dengan baik pelaksanaan pementasan drama waisak dari hasil pengalaman panca inderanya mulai dari proses pementasan, waktu pelaksanaan pementasan, dan lakon yang ditampilkan pada drama waisak.

Umat Buddha yang mengerti dengan baik sebanyak 24 orang atau 46,1%, yang mengerti dengan cukup baik sebanyak 10 orang atau 19,3%, dan yang mengerti dengan kurang baik sebanyak 18 orang atau 34,6%. Karena sebagian besar umat Buddha tahu dengan baik dan perolehan skor rata-rata sebanyak 48,5 yang berada pada kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi umat Buddha pada drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur, dilihat dari mengerti adalah baik, bahwa umat Buddha mengerti dengan baik sebab-sebab dilaksanakannya drama waisak yaitu untuk memperluas dan memperdalam ajaran agama Buddha kepada umat Buddha di Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis terkait dengan hasil akhir penulisan mengenai persepsi umat Buddha drama waisak di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupeten Lampung Timur ini antara lain:


(56)

68

1. Sebagai anak muda dan generasi penerus, kita harus dapat melestarikan tradisi pementasan drama waisak di Desa Sumbersari ini agar tidak memudar

2. Untuk umat Buddha di Desa Sumbersari agar menerima, menjaga, dan tetap menyaksikan pementasan drama waisak karena telah memperoleh tingkat tahu dan mengerti umat Buddha adalah baik sehingga pementasan ini mencapai keberhasilannya maka tradisi ini harus tetap dilestarikan 3. Untuk pelatih dan pemain drama waisak untuk dapat meningkatkan

kualitas pementasan drama waisak baik dari segi cerita, latihan, adegan silat, tarian, tata panggung, sound sistem, dan kostum agar persepsi umat Buddha yang berada pada kategori kurang baik menjadi meningkat pada kategori baik.


(57)

MOTTO

Uttitthe nappamajjeyya

Dhammam suciratam care

Dhammacari sukham seti

Asmim loke paramho ca

(Dhammapada, XII:168)

Artinya:

Bangun ! Jangan lengah ! Tempuhlah kehidupan benar.

Barangsiapa menempuh kehidupan benar, maka akan

hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia berikutnya.

Segala sesuatu harus dikerjakan dengan sepenuh hati dan

sekuat tenaga, mengikuti sebab dan kondisi yang ada, ketika

semua kondisi telah matang maka usaha kita akan

membuahkan hasil


(58)

Judul Skripsi : PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA

DRAMAWAISAK DI VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI

KECAMATAN SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Nama Mahasiswa :

Yunita Susilawati

No. Pokok Mahasiswa : 0813033053

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Maskun, M.H Yustina Sri Ekwandari S.Pd M.Hum NIP. 19591228 198503 1 005 NIP. 19700913 200812 2002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Maskun, M.H


(59)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua :Drs. Maskun, M.H

Sekretaris :Yustina Sri Ekwandari S.Pd M.Hum Penguji

Bukan Pembimbing :Drs. Ali Imron, M.Hum

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(60)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Sang Hyang Adhi

Buddha

Tuhan Yang Maha Esa yang tak

terhingga ku

persembahkan karyaku ini

kepada:

1.Mama dan Bapaku tercinta (Sukarmi dan

Sumulyadi)

yang

telah

membesarkan,

mendidik, memberi semangat dan tak

henti-hentinya berdo a untuk keberhasilanku

2.Keluarga besarku terkasih yang selalu

mendukungku

3.Para pendidik


(61)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 22 Mei 1990 sebagai anak pertama dan anak tunggal dari pasangan Sumulyadi dan Sukarmi.

Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah :

1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Kibang Tri Jaya Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun 2002.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Lambu Kibang Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2005.

3. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Banjar Agung Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang 2008

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rumbih Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2011, serta penulis juga melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Pakuan Ratu pada tahun 2011. Dalam kegiatan organisasi Universitas Lampung, penulis pernah tercatat sebagai anggota Devisi Kerohanian Unit Kegiatan Mahasiswa Buddha masa bhakti 2009-2010 dan anggota organisasi FOKMA Sejarah periode 2009-2010.


(62)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, adalah : Nama : Yunita Susilawati

NPM : 0813033053

Program Sudi : Pendidikan Sejarah Jurusan/ Fakultas : Pedidikan IPS/ FKIP

Alamat : Jln. Ethanol Desa Kibang Tri Jaya Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat

Persepsi Umat Buddha Pada Drama Waisak Di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur

penjiplakan dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012

Yunita Susilawati NPM. 08813033053


(1)

MOTTO

Uttitthe nappamajjeyya

Dhammam suciratam care

Dhammacari sukham seti

Asmim loke paramho ca

(Dhammapada, XII:168)

Artinya:

Bangun ! Jangan lengah ! Tempuhlah kehidupan benar.

Barangsiapa menempuh kehidupan benar, maka akan

hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia berikutnya.

Segala sesuatu harus dikerjakan dengan sepenuh hati dan

sekuat tenaga, mengikuti sebab dan kondisi yang ada, ketika

semua kondisi telah matang maka usaha kita akan

membuahkan hasil


(2)

Judul Skripsi : PERSEPSI UMAT BUDDHA PADA

DRAMAWAISAK DI VIHARA MANGGALA RATNA DESA SUMBERSARI

KECAMATAN SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Nama Mahasiswa :

Yunita Susilawati

No. Pokok Mahasiswa : 0813033053

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Maskun, M.H Yustina Sri Ekwandari S.Pd M.Hum NIP. 19591228 198503 1 005 NIP. 19700913 200812 2002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Maskun, M.H


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Drs. Maskun, M.H

Sekretaris :Yustina Sri Ekwandari S.Pd M.Hum

Penguji

Bukan Pembimbing :Drs. Ali Imron, M.Hum

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(4)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Sang Hyang Adhi

Buddha

Tuhan Yang Maha Esa yang tak

terhingga ku

persembahkan karyaku ini

kepada:

1.Mama dan Bapaku tercinta (Sukarmi dan

Sumulyadi)

yang

telah

membesarkan,

mendidik, memberi semangat dan tak

henti-hentinya berdo a untuk keberhasilanku

2.Keluarga besarku terkasih yang selalu

mendukungku

3.Para pendidik


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 22 Mei 1990 sebagai anak pertama dan anak tunggal dari pasangan Sumulyadi dan Sukarmi.

Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah :

1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Kibang Tri Jaya Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun 2002.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Lambu Kibang Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2005.

3. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Banjar Agung Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang 2008

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rumbih Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2011, serta penulis juga melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Pakuan Ratu pada tahun 2011. Dalam kegiatan organisasi Universitas Lampung, penulis pernah tercatat sebagai anggota Devisi Kerohanian Unit Kegiatan Mahasiswa Buddha masa bhakti 2009-2010 dan anggota organisasi FOKMA Sejarah periode 2009-2010.


(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, adalah : Nama : Yunita Susilawati

NPM : 0813033053

Program Sudi : Pendidikan Sejarah Jurusan/ Fakultas : Pedidikan IPS/ FKIP

Alamat : Jln. Ethanol Desa Kibang Tri Jaya Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat

Persepsi Umat Buddha Pada Drama Waisak Di Vihara Manggala Ratna Desa Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur

penjiplakan dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012

Yunita Susilawati NPM. 08813033053


Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Ant

1 91 173

DESKRIPSI TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA RATNA DAYA KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

1 12 42

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 7 66

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI SAPTA USAHATANI JAGUNG DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

3 34 73

PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENETAPAN PERATURAN DESA (PERDES) TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDES) (Studi Perbandingan pada Tiga Desa di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur)

2 34 80

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

4 19 69

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG GADAI TANPA BATAS WAKTU (Studi di Desa Girikarto Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur)

0 1 80

RITUS VIVAHA PADA UMAT BUDDHA THERAVADA DI VIHARA SUVANNA DIPA TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 2 201

DOKTRIN BUDDHISME TENTANG KEMATIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRILAKU SOSIAL KEAGAMAAN UMAT BUDDHA DI VIHARA DHARMA BHAKTI (Studi di Desa Kubu Liku Jaya Kecamatan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat) - Raden Intan Repository

0 1 121

PEMBERDAYAAN EKONOMI KOMUNITAS MELALUI KELOMPOK TANI DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR - Raden Intan Repository

0 1 100