Pengaruh Aktivitas Komunikasi Kelompok terhadap Keberdayaan Kelompok Miskin di Sulawesi Tengah

PENGARUH AKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK
TERHADAP KEBERDAYAAN KELOMPOK MISKIN
DI SULAWESI TENGAH

ENI KARDI WIYATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pengaruh Aktivitas
Komunikasi Kelompok terhadap Keberdayaan Kelompok Miskin di Sulawesi
Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Eni Kardi Wiyati
NRP I362090051

RINGKASAN
ENI KARDI WIYATI. Pengaruh Aktivitas Komunikasi Kelompok terhadap
Keberdayaan Kelompok Miskin di Sulawesi Tengah. Komisi pembimbing
AMIRUDDIN SALEH (ketua), SARWITITI S. AGUNG dan AIDA VITAYALA
S.HUBEIS (masing-masing sebagai anggota).
Kementerian Pertanian bekerja sama dengan IFAD (International Fund
Agricultural Development) melakukan Program Pemberdayaan Masyarakat di
Provinsi Sulawesi Tengah. Upaya yang dilakukan pemerintah tersebut untuk
meningkatkan akses masyarakat miskin perdesaan dalam program Rural
Empowerment and Agricultural Development (READ), atau pemberdayaan
masyarakat perdesaan dan pembangunan pertanian. Provinsi Sulawesi Tengah
merupakan salah satu provinsi miskin di Indonesia, di mana terdapat daerahdaerah perdesaan yang memiliki sejumlah besar rumah tangga miskin. Kegiatan
pemberdayaan dilakukan dengan pendekatan kelompok berbasis komoditas, di
mana setiap anggota kelompok memilih jenis kelompok sesuai dengan usaha

yang dikelolanya.
Pendekatan kelompok berbasis komoditas yang digunakan dalam
pemberdayaan masyarakat miskin bertujuan untuk meningkatkan mata
pencaharian masyarakat miskin. Pendekatan kelompok dilakukan dalam bentuk
pertemuan/diskusi kelompok.
Pertemuan/diskusi kelompok dalam ilmu
komunikasi termasuk jenis komunikasi kelompok. Penelitian tentang komunikasi
kelompok ini dimaksudkan untuk mengkaji bagaimanakah pengaruh aktivitas
komunikasi kelompok terhadap keberdayaan kelompok miskin.
Secara khusus penelitian bertujuan; 1) menganalisis tingkat keragaan
karakteristik, faktor eksternal dan aktivitas komunikasi kelompok serta
keberdayaan kelompok miskin, 2) menganalisis hubungan aktivitas komunikasi
kelompok dengan keberdayaan kelompok miskin, 3) menganalisis pengaruh
karakteristik, faktor eksternal terhadap aktivitas komunikasi kelompok dan
keberdayaan kelompok miskin.
Desain penelitian menggunakan metode penelitian survai eksplanatif yang
bersifat deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian ini dilakukan secara purposive di dua kabupaten (Parimo dan Poso)
Provinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan penelitian dimulai dari survai
pendahuluan, uji coba kuesioner, penyempurnaan kuesioner, pengumpulan data

primer (kuesioner, wawancara mendalam serta diskusi kelompok) dan
pengumpulan data dilaksanakan selama enam bulan yaitu dari September 2013
sampai dengan Februari 2014. Pengambilan sampel penelitian dilakukan melalui
teknik pengambilan sampel gugus bertahap (multistage random sampling),
sehingga terpilih delapan desa (masing-masing empat desa lokasi dekat dan lokasi
jauh dari ibu kota kabupaten) dengan responden sebanyak 200 anggota kelompok.
Data penelitian yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Hasil
uji instrumen dari 30 responden di mana diperoleh nilai koefisien validitas
product moment Pearson berkisar 0,518-0,843. Nilai koefisien validitas hitung
tersebut lebih besar dari nilai koefisien validitas tabel (0,361), yang berarti semua

parameter pertanyaan dan/atau peryataan di kuesioner tergolong valid. Nilai
koefisien reliabilitas alpha Cronbach untuk karakteristik kelompok, faktor
eksternal, aktivitas komunikasi dan keberdayaan kelompok masing-masing
menunjukkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,659 (reliabel), 0,629 (reliabel),
0,867 (sangat reliabel) dan 0,789 (reliabel). Analisis data dilakukan dengan
analisis statistik deskriptif berupa frekuensi, persentase, rataan skor dan tabulasi
silang; dan analisis statistik inferensial menggunakan uji t, korelasi rank
Spearman dan path analysis.
Secara konseptual bahwa ukuran kelompok berdampak pada kepuasan

anggota-anggotanya, dimana sebagai batas optimal ukuran kelompok sebanyak
lima orang. Kelompok READ memiliki jumlah anggota kelompok cukup besar
dengan kisaran 10-25 orang. Ini berarti, meskipun jumlah anggota kelompok
cukup besar, akan tetapi selama proses pertemuan/diskusi kelompok berjalan
efektif dan anggota kelompok merasa puas dalam berkelompok. Kondisi ini
tentunya didukung dengan keanggotan kelompok yang masih memiliki tingkat
kekerabatan cukup tinggi. Selain itu, meskipun ukuran kelompok cukup besar
diikuti dengan adanya seseorang dalam kelompok terutama pengurus yang
menjadi panutan kelompok dan berpengaruh di desa. Secara konseptual juga
rentang usia antar anggota kelompok dapat mendorong mengancam integrasi
kelompok. Hal ini tidak sejalan di dalam kelompok READ, dimana meskipun
terdapat rentang usia antar anggota kelompok, tidak menjadikan ancaman bagi
keberadaan kelompok. Hal ini karena antar anggota saling mengenal dan dengan
adanya kelompok, merasakan peningkatan kedekatan dalam kelompok. Kondisi
ini yang mendorong iklim komunikasi kelompok yang cukup baik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata karakteristik, faktor
eksternal dan aktivitas komunikasi kelompok serta keberdayaan kelompok miskin
berdasarkan antar lokasi. Peubah yang memiliki perbedaan nyata adalah jenis
usaha, tujuan diskusi, keputusan diskusi dan kemampuan kelompok berjejaring.
Berdasarkan analisis korelasi, terdapat hubungan nyata antara aktivitas

komunikasi dan keberdayaan kelompok mikin. Analisis faktor menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang berkorelasi nyata dengan aktivitas komunikasi
kelompok adalah peran kelompok, motif berkelompok, akses informasi, dan peran
pendamping. Faktor yang berpengaruh langsung terhadap keberdayaan kelompok
miskin adalah tujuan kelompok, peran kelompok, kebijakan pemerintah dan peran
pendamping serta aktivitas komunikasi kelompok. Berdasarkan analisis faktor
tersebut, diperlukan strategi komunikasi kelompok untuk meningkatkan
keberdayaan kelompok miskin. Strategi tersebut di antaranya adalah penguatan
manfaat pertemuan/diskusi kelompok dengan memberikan muatan pengetahuan
dan keterampilan dalam pengembangan usaha berdasarkan komoditas dan
pengembangan kelompok. Selain itu, perlunya peningkatan peran pendamping
dan kebijakan pemerintah yang mendukung kelompok dalam melakukan aktivitas
komunikasi kelompok, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan
kelompok miskin.

Kata kunci: karakteristik, keberdayaan dan komunikasi kelompok

SUMMARY
ENI KARDI Wiyati. The Influence of Group Communication Activity Towards
The Empowerment of the Poor in Central Sulawesi. The Commission of

Supervising, AMIRUDDIN SALEH (chairman), SARWITITI S. AGUNG and
AIDA VITALAYA S.HUBEIS (members).
The Ministry of Agriculture in collaboration with IFAD (International Fund
of Agricultural Development) carries out the Program of Community
Empowerment in the Province of Central Sulawesi. The efforts, Rural
Empowerment and Agricultural Development (READ) Program, performed by
the government is to increase the access for the poor in rural communities, or the
empowerment of rural communities and agricultural development. Central
Sulawesi is one of the poor provinces in Indonesia where there are rural areas that
have a large number of poor households. The empowerment activity was
performed by using groups of commodity-based approach in which each member
selects the group according to the type of business managed.
Commodity-based group approach used in the empowerment of the poor
aims to improve the livelihoods of the poor. The approach is performed in the
form of group meeting/discussion group. Meeting/discussion groups in science
communication belong to the type of group communication. Research on group
communication is intended to study the influence of the communication activities
toward the empowerment of the poor group.
Specific aims of the research were; 1) to analyze the level of characteristic
performance, external factors and group communication activities as well as the

empowerment of the poor, 2) to analyze the relationship between the group
communication activities and the empowerment of the poor, 3) to analyze the
characteristic influence, external factors toward the activity of group
communication and empowerment of the poor.
The research design used the method of explanative survey research, that
was, correlational descriptive with qualitative and quantitative approaches. This
study was conducted in two regencies purposively (Parimo and Poso), the
Province of Central Sulawesi. The research began with preliminary survey,
questionnaire testing, questionnaire refinement, and primary data collection
(questionnaires, in-depth interviews and group discussions). The collection of data
was carried out during six months from September 2013 to February 2014. The
sampling of study was conducted through sampling techniques of group stages
(multistage random sampling). Therefore, there were selected eight villages (four
villages with close location and far location from the location of the district
capital) with respondents as many as 200 members of the group. The collected
research data consisted of primary and secondary data. The test results of 30
respondents instruments in which the obtained value of validity coefficient ranged
from 0.518 to 0.843. the value of the counting validity coefficient was greater than
the value of the validity coefficient table (0.361), which meant that all parameters
of the question and/or statement in the questionnaire were valid. The reliability

coefficient value, alpha Cronbach, for the group characteristics, external factors,
communication and empowerment activities of each group showed a reliability
coefficient of 0.659 (reliable), 0.629 (realiabel), 0.867 (very reliable) and 0.789

(reliable). The data analysis was performed by analysis of descriptive statistics
such as frequency, percentage, mean scores and cross tabulation and inferential
statistical analysis used the t test, the correlation of Spearman rank and path
analysis.
Conceptually that group size affects the satisfaction of its members, where
the optimal limit the size of the group of five people. READ group has a large
enough number of group members with a range of 10-25 people. This means that,
although the number of group members is quite large, but during the process of
meeting/discussion groups are effective and satisfied group members in the group.
This condition must be supported by the membership of the group who still have a
fairly high degree of kinship. In addition, although the size of a fairly large group
followed by the presence of someone in the group, especially administrators who
become role models and influential groups in the village. Conceptually also range
in age between group members can encourage the integration of groups
threatening. It is not consistent in the group READ, where even though there is an
age range between group members, not making a threat to the existence of the

group. This is because among the members know each other and with the group,
feel an increase closeness within the group. This condition drives the climate is
pretty good group communication. The results showed that there were significant
different characteristics, external factors and group communication activities as
well as the empowerment of the poor based on among locations. Variables that
had a real difference were the type of business, the purpose of discussion, the
discussion decision, and the networking group capability. Based on the correlation
analysis, there was a real connection between communication and empowerment
activity for the poor. Factor analysis showed that the factors that significantly
correlated with the activity of the group communicationis were goup role, group
motives, information access, and the role of escort. Factors that directly
influenced the empowerment of the poor were the purpose of the group, the role
of groups, government policy and the role of chaperone and group communication
activities. Based on the analysis of these factors, the strategies of group
communication are needed to increase the empowerment of the poor. The
strategies mentioned are the strengthening benefits of meeting/ discussion group
by giving the knowledge and skills in the business development and the
development of commodity group. In addition, it is needed to increase the role of
companion and government policy that supports the group in conducting the
group communication activity, consequently, it is expected to increase the

empowerment of the poor.
Key words: characteristics, communication and empowerment group

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH AKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK
TERHADAP KEBERDAYAAN KELOMPOK MISKIN
DI SULAWESI TENGAH

ENI KARDI WIYATI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi

:

Penguji pada Ujian Tertutup :1. Prof (R) Dr Ign DJoko Susanto, SKM
(Dosen Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB)
2. Dr Ir Basita Ginting Sugihen, MA
(Dosen Program Studi Mayor Ilmu Penyuluhan
Pembangunan, Fakultas Ekologi IPB)

Penguji pada Ujian Terbuka :1. Prof (R) Dr Ign DJoko Susanto, SKM
(Dosen Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB)
2. Dr Ir Syahyuti, M.Si
(Peneliti pada Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, Kementerian Pertanian)

Judul Disertasi
Nama
NIM

: Pengaruh Aktivitas Komunikasi Kelompok terhadap
Keberdayaan Kelompok Miskin di Sulawesi Tengah
: Eni Kardi Wiyati
: I362090051

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Amiruddin Saleh, MS
Ketua

Dr Ir Sarwititi S.Agung, MS
Anggota

Prof Dr Ir Aida Vitayala S. Hubeis
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Djuara P.Lubis, MS

Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 18 Juli 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ialah komunikasi kelompok, dengan judul Pengaruh
Aktivitas Komunikasi Kelompok terhadap Keberdayaan Kelompok Miskin di
Sulawesi Tengah.
Selesainya karya ilmiah ini tak lepas dari bimbingan dan motivasi bapak
dan ibu dosen pembimbing. Kepada Bapak Dr Ir Amiruddin Saleh, MS selaku
ketua komisi pembimbing, Ibu Dr Ir Sarwititi S Agung dan Ibu Prof Dr Ir Aida
Vitayala S.Hubeis selaku anggota komisi pembimbing, terima kasih atas nasehat
dan kesabaran selama membimbing. Penghormatan kepada Bapak (Almarhum)
Prof Dr Ir Sjafri Mangkuprawira terima kasih atas segala ilmu dan inspirasinya
dalam menentukan topik penelitian. Disamping itu, ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Dr Ir Djuara P Lubis, selaku ketua Mayor Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Perdesaan dan Bapak Dr Ir Arif Satria, M.Si, selaku
Dekan Fema yang telah memfasilitasi dan memberi pelayanan yang sangat baik
selama penulis menjadi mahasiswa di KMP.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr H.Sunarto, M.Si
selaku rektor Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) yang telah memberikan
izin penulis untuk melanjutkan sekolah dan kepada keluarga besar Universitas
Prof.Dr.Moestopo (Beragama). Kepada bapak dan ibu di lingkungan Badan
Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Jakarta, Bapak
Ir Asep Suryaman, M.Ed, Bapak Drs Diding Hardedi, MM, Ibu Ir Yeti N, Ibu Ir.
Shalimar Andaya Nia Tamimi beserta Tim READ di Sulawesi Tengah, terima
kasih atas izin dalam melakukan penelitian dan diskusinya. Kepada Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten Parimo dan Poso yang telah memberikan kemudahan kepada
penulis selama di lapangan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang telah memberikan dukungan
bantuan dana disertasi.
Penghargaan sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta (Bapak Sukardi
dan Ibu Widji Triasih), suami (Tamharuddin) yang sabar dan selalu memberikan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan sekolah serta ananda (Tio Zaki
Nugraha dan Bagas Muhammad Wicaksana) tercinta, kakak-kakak dan keponakan
tercinta, keluarga besar Mardjono, keluarga besar Tjimat (Alm) di Palembang,
teman-teman KMP dan Dr.Ir.Rimun Wibowo, M.Si dan teman-teman LPM
Equator yang telah membantu baik moril maupun materiil dalam penulisan karya
ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014

Eni Kardi Wiyati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xix

DAFTAR GAMBAR

xix

DAFTAR LAMPIRAN

xx

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kebaruan (Novelty)

1
1
4
5
5
5
6

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Kelompok
Komunikasi Kelompok
Keberdayaan Kelompok
Hasil Penelitian yang telah Dilakukan dan State of the Art

7
7
8
16
19

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

23
23
24

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Lokasi Penelitian
Populasi dan Sampel
Data dan Instrumentasi
Data
Instrumentasi
Operasionalisasi Variabel
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas Instrumen
Reliabilitas Instrumen
Analisis Data

25
25
25
25
27
27
27
27
31
31
31
32

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Karakteristik Kelompok, Aktivitas Komunikasi Kelompok dan
Keberdayaan Masyarakat Miskin
Gambaran Kabupaten Poso
Desa Penelitian di Kabupaten Poso
Gambaran Kabupaten Parimo
Desa Penelitian di Kabupaten Parimo
Profil Kelompok READ
Tingkat Perbedaan Karakteristik Kelompok, Faktor Eksternal Kelompok,
Aktivitas Komunikasi Kelompok dan Keberdayaan Kelompok Miskin
Hubungan Aktivitas Komunikasi Kelompok Miskin
dengan Keberdayaan Masyarakat Miskin

33
33
33
33
34
35
37
41
49

Hubungan Antar Peubah Karakteristik Kelompok dengan Aktivitas
Komunikasi Kelompok
Hubungan Antar Peubah Faktor Eksternal dengan
Aktivitas Komunikasi Kelompok
Hubungan Antar Peubah Aktivitas Komunikasi Kelompok dengan
Keberdayaan Kelompok
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberdayaan Masyarakat Miskin
Pengaruh Aktivitas Komunikasi Kelompok terhadap Keberdayaan
Kelompok Miskin
Pengaruh Peubah-Peubah yang Mempengaruhi Keberdayaan
Kelompok Miskin
Pengaruh Peubah-Peubah yang Mempengaruhi Aktivitas
Komunikasi Kelompok
Implikasi Teoritik Penerapan Konsep Komunikasi Kelompok dalam
Meningkatkan Keberdayaan Kelompok Miskin
Strategi Komunikasi Kelompok dalam Meningkatkan
Keberdayaan Kelompok Miskin

49
53
55
62
62
65
67
71
73

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

81
81
81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

83
88
94

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Norma-norma yang diharapkan dalam suatu kelompok
Peran fungsional dari anggota kelompok
Sampel penelitian pada kelompok miskin
Indikator dan definisi operasional peubah karakteristik kelompok
Indikator dan definisi operasional peubah faktor eksternal
Indikator dan definisi operasional peubah aktivitas komunikasi
kelompok
Indikator dan definisi operasional peubah keberdayaan kelompok
Nilai uji reliabelitas instrumen penelitian
Tipologi rumah tangga menurut mata pencaharian
Tipelogi anggota kelompok di setiap desa
Jumlah kelompok dan anggota kelompok di setiap desa
Rataan skor dan hasil uji beda karakteristik kelompok miskin
berdasarkan antar lokasi, 2014
Rataan skor dan hasil uji beda faktor eksternal kelompok miskin
berdasarkan antar lokasi, 2014
Rataan skor dan hasil uji beda aktivitas komunikasi kelompok
berdasarkan antar lokasi, 2014
Rataan skor dan hasil uji beda keberdayaan kelompok miskin
berdasarkan antar lokasi, 2014
Rataan skor dan hasil uji beda variabel berdasarkan antar lokasi, 2014
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik dan aktivitas komunikasi
kelompok, 2014
Nilai koefisien korelasi antara faktor eksternal dan aktivitas komunikasi
kelompok, 2014
Nilai koefisien korelasi antara aktivitas komunikasi kelompok dan
keberdayaan kelompok, 2014
Koefisien pengaruh langsung dan tak langsung peubah-peubah yang
mempengaruhi keberdayaan kelompok miskin, 2014
Koefisien pengaruh langsung dan tak langsung peubah-peubah yang
mempengaruhi komunikasi kelompok, 2014

15
15
26
28
29
29
30
32
38
39
40
41
44
46
48
49
50
53
55
65
68

DAFTAR GAMBAR
1. Model umum proses pengambilan keputusan kelompok
2. Kerangka berpikir hubungan antar peubah yang diuji dalam
penelitian
3. Komposisi anggota kelompok berdasarkan jenis kelamin, 2014
4. Diagram antar peubah yang mempengaruhi keberdayaan kelompok,
2014
5. Faktor yang mempengaruhi keberdayaan kelompok, 2014
6. Strategi keberdayaan kelompok melalui komunikasi kelompok,
2014

14
24
40
64
70
79

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil uji regresi karakteritik kelompok dengan keberdayaan
kelompok miskin
2. Hasil uji regresi karakteritik kelompok dengan aktivitas
komunikasi kelompok
3. Hasil uji regresi aktivitas komunikasi kelompok dengan
keberdayaan kelompok miskin
4. Hasil nilai koefisien korelasi rank Spearman

88
89
91
92

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah utama dan sangat mendesak
untuk ditangani. Khususnya di wilayah perdesaan, di mana kondisi fisik
masyarakat miskin yang tidak memiliki akses di berbagai bidang serta memiliki
mata pencaharian yang tidak menetap. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen, atau turun 890.000
orang dibandingkan bulan yang sama 2011 (BPS 2012). Berdasarkan rilis data
BPS Provinsi Sulawesi Tengah, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Tengah
pada Maret 2012 mencapai 15,4% atau berada di atas nasional sebesar 11,96%
(BPS 2012).
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat miskin, berbagai upaya
telah dilakukan oleh pemerintah. Kementerian Pertanian bekerja sama dengan
IFAD (International Fund Agricultural Developmenti) melakukan Program
Pemberdayaan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah. Program pemberdayaan
tersebut dalam bentuk Rural Empowerment and Agricultural Development
(READ), atau pemberdayaan masyarakat pedesaan dan pembangunan pertanian,
yang berlokasi di Sulawesi Tengah. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah
satu provinsi miskin di Indonesia di mana terdapat daerah-daerah perdesaan yang
memiliki sejumlah besar rumah tangga miskin.
Program READ secara umum bertujuan meningkatkan mata pencaharian
masyarakat miskin perdesaan di 150 desa sasaran di lima kabupaten secara
berkelanjutan. Secara khusus tujuannya adalah (a) terjadinya pertumbuhan
berkelanjutan dari kegiatan ekonomi dan pengelolaan sumber daya alam di desadesa target. Output yang diharapkan adalah: kelembagaan desa dan kegiatan
kelompok-kelompok berfungsi secara efektif; (b) petani kelompok sasaran
mengadopsi sistem peningkatkan produksi dan sistem pemasaran serta sistem
pengelolaan sumber daya alam dan melaksanakan usaha baru non budidaya
dan/atau mengembangkan yang sudah ada lebih lanjut; (c) ketersediaan prasarana
yang lebih baik di desa-desa sasaran dengan masyarakat berpartisipasi dalam
operasi dan pemeliharaannya; dan (d) Departemen Pertanian memiliki kapasitas
yang meningkat dalam analisis kebijakan dan formulasi kebijakan sektor yang
pro-masyarakat miskin di perdesaan dan untuk pengarusutamaan gender dalam
sektor tersebut.
Program READ merupakan program pemerintah yang secara substansi
berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan
masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah
dan kelompok peduli setempat. Upaya pelaksanaan program READ tersebut
pemerintah
melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai
pendamping masyarakat. Peran LSM dalam pendekatan pembangunan khususnya
sektor pertanian menjadi sangat penting. Di mana diperlukan sinergitas berbagai
stakeholder baik masyarakat, pemerintah, swasta dan LSM sejak awal program
pemberdayaan dicanangkan. Oleh karena itu, sinergi seluruh pemangku
kepentingan sangat diperlukan, baik pemerintah, swasta dan LSM. Pelibatan
stakeholder terkait agar tujuan utama kegiatan tercapai, yaitu untuk meningkatkan

2
keberdayaan masyarakat dan masyarakat peduli untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.
Keselarasan antara masyarakat dengan pemerintah ataupun LSM dalam
menjalankan program pembangunan lebih mudah direalisasikan apabila terdapat
kehadiran komunikasi pembangunan. Paradigma komunikasi pembangunan saat
ini yang partisipatif-horisontal dapat dimunculkan kembali (revitalisasi), yaitu
konsep komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), media rakyat
(folk media), komunikasi kelompok (group communication) dan model
komunikasi dua tahap (two-step flow communication). Selain itu, ikatan kultural
di banyak daerah, masyarakat Indonesia masih mengakui kharisma agen
perubahan atau opinion leader (pemuka pendapat dalam masyarakat seperti kyai,
guru, kadus, pemuka adat) sebagai aktor penting dalam proses komunikasi
masyarakat (Oepen 1988). Kegiatan komunikasi bukan kegiatan memberi, dan
menerima melainkan “berbagi” atau “berdialog.” Isi komunikasi bukan lagi
“pesan” yang dirancang oleh sumber dari atas, melainkan fakta, kejadian, masalah,
kebutuhan yang dimodifikasikan menjadi “tema.” Tema inilah yang disoroti,
dibicarakan dan dianalisa. Semua suara didengar dan diperhatikan untuk dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Menurut Oepen (1988), kegiatan
komunikasi dalam pembangunan tidak saja bertujuan untuk menyampaikan dan
memenuhi pesan kepada khalayak. Tetapi yang penting harus merangsang dan
memotivasi mereka untuk berbuat positif sesuai isi pesan. Selain itu motivasi
masyarakat dapat ditimbulkan dengan memberi pengertian tentang keadaan
permasalahan dan kebijaksanaan serta cara penyampaian pesan yang disesuaikan
dengan daya tangkap khalayak. Orang-orang yang terlibat dalam model
komunikasi ini bukan lagi “sumber dan penerima” melainkan partisipan yang satu
dengan yang lain saling mempengaruhi (Wibowo 1994).
Partisipatif masyarakat dalam pembangunan dibutuhkan strategi program
pembangunan yang lebih mandiri dan adil bagi masyarakat lapisan bawah secara
terdesentralisasi yang sama sekali berbeda dengan model top-down (Oepen 1988).
Sejalan dengan itu, Soedjatmoko (1987), menyatakan bahwa seharusnya menjadi
prioritas perhatian dalam penyusunan kebijakan pembangunan di Indonesia adalah
kemampuan untuk berkembang baik secara sosial, ekonomis maupun politis, di
semua tingkat dan dalam semua komponen masyarakat, sehingga memungkinkan
bangsa yang bersangkutan untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran dan
ketimpangan, lalu survive di tengah-tengah perekonomian dunia yang tidak stabil.
Salah satu bentuk partisipasif masyarakat adalah keterlibatan langsung
masyarakat dalam program READ, baik dalam kelompok ataupun di luar
kelompok. Keberadan kelompok sebagai modal sosial di masyarakat yang dapat
tumbuh dan berkembang. Selain itu bertujuan untuk penguatan kelembagaan
masyarakat yang ada ataupun telah dibentuk, terutama juga dititikberatkan pada
upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam „melembagakan' dan
„membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan, yaitu
modal sosial yang ada di masyarakat. Melalui kelembagaan inilah nantinya
melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat.
Kelembagaan yang dibangun dalam program READ di antaranya Unit Pengelola
Dana Desa (UPDD) dan kelompok tani berdasarkan komoditas. Kelompok
komoditas tersebut dalam pelaksanaan dapat lebih meningkatkan komoditas
masyarakat dan lebih berpartisipatif dalam kelompok.

3
Partisipasi masyarakat dalam kelompok dapat terlihat dalam aktivitas
komunikasi kelompok. Dalam teori pembangunan partisipatif dari Chambers
(1992), yakni, “pelaku pembangunan dilibatkan dalam seluruh proses
pembangunan mulai dari identifikasi kebutuhan serta analisis masalah,
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.” Untuk mewujudkannya
perlu menempatkan berbagai pihak di tengah masyarakat sebagai sarana
mengakomodasi aspirasi sekaligus mendukung upaya pemberdayaan masyarakat
sebagai bagian dari aktor pembangunan melalui komunikasi dialogis antara
masyarakat dengan pengambil keputusan dalam proses pembangunan tersebut.
Proses komunikasi dialogis dapat dilakukan dalam pertemuan/diskusi kelompok.
Komunikasi kelompok komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang
dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Arifin 1984). Michael Burgoon (Wiryanto 2008) mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
Hasil-hasil penelitian dengan tema pemberdayaan masyarakat dan
komunikasi kelompok menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh secara
langsung terhadap tingkat keberdayaan petani menurut Utama (2010) adalah (a)
kurang kondusifnya dukungan lingkungan kehidupan petani (b) kurang
dinamisnya kelompok tani (c) rendahnya potensi sumber daya petani dan (d)
kurang tepatnya proses pemberdayan yang dilakukan terhadap petani. Sementara
itu, menurut Carmelita (2002) bahwa karakteristik kelompok terutama dinamika
kelompok berhubungan nyata positif dengan tingkat konvergensi komunikasi pada
awal-awal pengambilan keputusan inovasi. Hal ini sejalan dengan Indra (2011)
bahwa komunikasi dalam kelompok tani berhubungan nyata positif dengan
efektivitas komunikasi. Ditambahkan oleh Indra (2011) bahwa proses komunikasi
dalam kelompok tidak akan efektif jika kualitas pemimpin, kedinamisan diskusi,
isi pesan yang dibangun, dan keterikatan anggota dengan kelompok tidak berjalan
baik, sehingga pada akhirnya efektivitas komunikasi berhubungan nyata positif
dengan keberdayaan petani.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut proses komunikasi dalam kelompok
dipengaruhi kedinamisan diskusi. Pertemuan/diskusi kelompok menjadi proses
pembelajaran bagi kelompok. Mulyasa (2006) mengatakan bahwa diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan
masalah. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan, terdapat aspek
komunikasi kelompok yang belum digali lebih jauh. Sehingga pelaksanakan
diskusi kelompok menjadi suatu aktivitas komunikasi kelompok dalam
meningkatkan keberdayaan kelompok miskin. Untuk itu, perlu diteliti lebih jauh
pendekatan komunikasi kelompok yang dilakukan oleh masyarakat dalam
program READ. Diharapkan melalui pendekatan komunikasi kelompok dapat
meningkatkan keberdayaan kelompok miskin. Lebih lanjut, sejauh mana prosesproses komunikasi yang terjadi dalam kelompok miskin tersebut merupakan
cerminan dari proses komunikasi kelompok. Kajian difokuskan pada dua

4
kabupetan terpilih, yaitu kabupaten dengan urutan tertinggi rumah tangga miskin,
yaitu Kabupaten Parimo dan Kabupaten Poso.

Rumusan Masalah
Program READ dilakukan oleh Kementerian Pertanian bekerja sama
dengan LSM selaku lembaga pendamping yang diharapkan menjadikan
masyarakat berdaya. Keberdayaan masyarakat dapat terlihat dari adanya
peningkatan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat serta adanya peningkatan
pendapatan. Tujuan program READ adalah untuk memperkuat kapasitas
masyarakat desa pada umumnya, dan kaum miskin perdesaan khususnya, untuk
dapat merencanakan dan mengelola pembangunan mereka sendiri dan
meningkatkan mata pencaharian mereka secara berkelanjutan. Tujuan program
READ dapat dicapai melalui pendampingan dengan proses perencanaan dan
pelaksanaan program yang didukung pada perbaikan mata pencaharian dan
kegiatan pembangunan infrastruktur, serta penguatan kelompok miskin.
Proses-proses pendampingan yang dilakukan oleh pendamping tidak
terlepas dari keberadaan kelompok READ. Kelompok READ dipandang sebagai
salah satu unsur yang penting dalam pelaksanaan program. Menurut Cartwright
(1968) bahwa keberadaan kelompok yang diharapkan dinamis amat penting untuk
berlangsungnya masyarakat yang lebih demokratis. Ini berarti kelompok
merupakan media atau wadah dalam peningkatan kualitas petani (anggota
kelompok). Yunasaf (2008) bahwa strategi yang dapat digunakan agar kelompok
dapat berperan sebagai wadah pemberdaya adalah dengan adanya penerapan
strategi yang mendorong agar kelompok menjadi dinamis, yaitu peran koperasi
dan penyuluh pertanian sebagai fasilitator, motivator dan katalisator.
Dalam pelaksanaan program, proses-proses tersebut dilakukan oleh LSM
selaku fasilitator desa (FD) sebagai aktor untuk kedinamisan kelompok serta
penyuluh lapangan sebagai aktor teknis yang memahami tentang pertanian dan
peternakan di wilayah program. Anantanyu (2009) menyebutkan tingkat
dukungan penyuluhan pertanian baik langsung ataupun tidak langsung
memberikan pengaruh terhadap kapasitas petani, peningkatan partisipasi petani
dalam kelembagaan kelompok petani serta mendorong kapasitas kelembagaan
kelompok petani. Di sisi lain ditambahkan bahwa strategi komunikasi yang efektif
dapat meningkatkan kapasitas dan partisipasi petani dalam kelembagaan
kelompok petani.
Kapasitas dan partisipasi yang berbeda di setiap kelompok, menjadikan
kelompok memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik kelompok yang
berbeda dapat dikategorikan pada kelompok sangat baik, baik, sedang dan kurang
baik. Untuk itu perlunya menciptakan aktivitas komunikasi kelompok agar terjadi
proses penguatan kelompok. Meskipun demikian proses penguatan kelompok
dapat dilakukan melalui komunikasi langsung, baik oleh pemerintah dan
pendamping kepada anggota kelompok READ serta proses komunikasi antar
partisipan di dalam kelompok READ sendiri. Berdasarkan permasalahan tersebut,
terdapat pertanyaan penelitian, yaitu;

5
1.
2.
3.

Bagaimana analisis keragaan karakteristik, faktor eksternal dan aktivitas
komunikasi kelompok serta keberdayaan kelompok miskin.
Bagaimana analisis hubungan aktivitas komunikasi kelompok dengan
keberdayaan kelompok miskin.
Bagaimana analisis pengaruh karakteristik, faktor eksternal kelompok
terhadap aktivitas komunikasi kelompok dan keberdayaan kelompok miskin.

Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimanakah pengaruh
aktivitas komunikasi kelompok terhadap keberdayaan kelompok miskin. Secara
khusus bertujuan untuk:
1. Menganalisis keragaan karakteristik, faktor eksternal dan aktivitas
komunikasi kelompok serta keberdayaan kelompok miskin.
2. Menganalisis hubungan aktivitas komunikasi kelompok dengan keberdayaan
kelompok miskin.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik, faktor eksternal kelompok terhadap
aktivitas komunikasi kelompok dan keberdayaan kelompok miskin.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak baik dalam
lingkup akademis ataupun dalam lingkup praktis. Manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Secara teoritis memberikan pemahaman dalam menjelaskan teori dari aspek
komunikasi kelompok dalam konteks komunikasi pembangunan.
2. Memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam usaha
pendamping kelompok masyarakat berbasis komunikasi kelompok yang
partisipatif.
3. Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu komunikasi pembangunan,
sehingga dapat memberikan informasi bagi penelitian yang serupa agar dapat
melakukan penyempurnaan untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
4. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam hal ini Kementerian
Pertanian untuk menyusun kebijakan pertanian yang berorentasi pada
peningkatan kapasitas kelompok untuk peningkatan keberdayaan kelompok.
5. Sebagai bahan masukan bagi pelaku pendamping masyarakat dalam hal ini
LSM dalam menyusun strategi pendampingan melalui komunikasi kelompok
untuk peningkatan keberdayaan kelompok.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang komunikasi kelompok ini dimaksudkan untuk
mengetahui dan menganalisis karakteristik kelompok, aktivitas komunikasi
kelompok yang berhubungan dengan keberdayaan kelompok miskin dan faktorfaktor yang berpengaruh serta seberapa besar komunikasi kelompok berpengaruh

6
terhadap keberdayaan kelompok miskin. Teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah aplikasi teori komunikasi kelompok dan teori struktural fungsional
dengan mengkaitkan data kuantitatif dan kualitatif.

Kebaruan (Novelty)
Hasil penelitian terkait dengan komunikasi kelompok dan keberdayaan
kelompok miskin banyak dilakukan dengan melihat karakteristik kelompok
berdasarkan karakteristik individu. Selain itu, penelitian komunikasi kelompok
banyak dilakukan dari sisi interaksi anggota kelompok. Berkaitan dengan
keberdayaan kelompok penelitian ini melihat lebih jauh keberdayaan kelompok
berdasarkan proses yang melekat dalam penguatan kapasitas kelompok.
Penelitian ini mensinergikan karakteristik kelompok dan komunikasi kelompok
dalam meningkatkan keberdayaan kelompok miskin. Proses-proses dalam
komunikasi kelompok dilihat lebih jauh dalam bentuk aktivitas komunikasi
kelompok dengan harapan menghasilkan kebaruan (novelty) dari hasil penelitian,
diantranya;
1. Mengangkat isu karakteristik kelompok sebagai dasar objek penelitian untuk
meningkatkan keberdayaan kelompok miskin
2. Mengangkat isu komunikasi kelompok dari sisi aktivitas kelompok selama
proses pertemuan/diskusi kelompok sebagai media untuk meningkatkan
keberdayaan kelompok miskin

7

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Kelompok
Sebuah kelompok menurut Solomon (1992) dapat berfungsi sebagai
kelompok rujukan positif atau dapat pula disebut kelompok rujukan negatif.
Menurut Frey (1999) hal ini mengarah pada kebutuhan anggota individu dapat
dipenuhi oleh kelompok. Kepuasan anggota perlu pada akhirnya terkait dengan
pelestarian kelompok.
Cartwright dan Zander (1968) beranggapan bahwa interaksi adalah salah
satu bentuk aktual dari saling ketergantungan dan merupakan unsur utama
terwujudnya kelompok. Ini menunjukkan perlunya sebuah interaksi di dalam
keberlanjutan kelompok. Proses pembentukan dan strukturnya, Mardikanto (1996)
membedakan menjadi dua yaitu (a) kelompok formal dan (b) kelompok informal.
Makna dari konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kelompok formal dibentuk dengan mengikuti pedoman atau aturan-aturan
tertentu, serta memiliki struktur jelas yang menggambarkan kedudukan, dan
peran masing-masing individu yang menjadi angotanya, dan pembentukan
kelompok tersebut sering dinyatakan dengan tegas secara tertulis.
b. Kelompok informal dibentuk tanpa melalui ketentuan tertentu, struktur dan
pembagian tugas pada para anggota tidak pernah diatur secara jelas.
Kelompok yang demikian biasanya terbentuk karena adanya pertemuanpertemuan yang terjadi berulangkali, dan berdasar pengalaman yang sama,
dan kepentingan yang sama pula.
Terdapat tiga daya tarik yang mendorong seseorang untuk bergabung
dalam kelompok, yakni (1) daya tarik pribadi, (2) daya tarik terhadap tugas, dan
(3) daya tarik untuk mendapatkan prestise. Mosher (1983) mengemukakan bahwa
salah satu syarat pelancar dalam pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama
kelompok tani.
Beberapa teori-teori yang mengungkapkan proses terbentuknya kelompok.
Diantaranya menurut Gibson (1984) ada beberapa alasan terbentuknya kelompok,
yaitu: (1) pemuasan kebutuhan (the sotisfisfaction of need) akan keamanan, sosial,
penghargaan dan realisasi dari; (2) kedekatan dan daya tarik (proximity and
attraction) karena persamaan presepsi, sikap, hasil karya dan motivasi; (3) tujuan
ekonomi (groupgoal) yaitu seseorang berkeinginan menjadi anggota suatu
kelompok karena tertarik pada tujuan kelompok; (4) alasan ekonomi (economic
reason) artinya bahwa dengan kelompok akan diperoleh keuntungan yang lebih
besar.
Petani berhubungan dengan kualitas karakteristik individu, faktor eksternal
(kebijakan publik, intensitas penyuluhan, ketersediaan sarana produksi dan
informasi) dan efektivitas kelompok (Indra 2011). Yunasaf (2008) dinamika
kelompok peternak masih tergolong rendah, karena secara internal kelompok
belum memiliki kepemimpinan kelompok yang efektif, tidak adanya tujuan yang
spesifik yang muncul dari kelompok, terbatasnya struktur kekuasaan atau
kewenangan dari kelompok, pelaksanaan fungsi tugas kelompok yang bersumber
langsung dari inisiatif kelompok relatif jarang, belum adanya usaha-usaha spesifik
di dalam menjaga kehidupan kelompok, rasa ketertarikan anggota kelompok

8
hanya sebatas sebagai bagian dari keanggotaan di koperasi, interaksi antar anggota
kelompok belum merupakan bagian dari interaksi yang bersifat substantif,
lemahnya usaha kelompok di dalam menjawab tantangan yang dihadapi dan
kelompok hanya efektif berjalan sebatas sebagai penyalur sarana produksi dan
penghimpun produksi susu anggota. Sedangkan secara eksternal faktor utama
yang mempengaruhi dinamika kelompok yang rendah tersebut adalah fungsifungsi koperasi khususnya fungsi pengembangan keanggotaan, fungsi
pengembangan kelompok dan fungsi pengembangan partisipasi. Adapun faktor
pendukungnya adalah peranan penyuluh yang tergolong rendah, baik dalam
perannya sebagai fasilitator, motivator, dan katalisator.

Komunikasi Kelompok
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar
“gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat
dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy 2005).
Komunikasi yang efektif adalah sejauh mana komunikator mampu berorientasi
kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan memahami pesan
yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan, cara penyajian
pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh komunikator
(Vardiansyah 2004). Komunikasi kelompok adalah diskusi di mana komunikasi
lisan – apa yang kita katakan dan bagaimana kita mengatakan – ialah proses
melalui mana hubungan-hubungan ini diciptakan dan dipertahankan (Beebe dan
Masterson 2003).
Dalam ragam komunikasi salah satunya adalah komunikasi kelompok
(group communication). Komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari
tiga individu atau lebih dengan tujuan yang sudah diketahui sebelumnya, seperti
berbagai informasi, pemecahan masalah yang anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi angota lainnya (Riyono 1987). Komunikasi
kelompok adalah suatu bidang penelitian dan penerapannya tidak menitikberatkan
perhatian pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu
dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil (Goldberg dan Larson 2006).
Ditambahkannya apabila sekelompok orang berkumpul dan berkomunikasi ini
untuk memenuhi tujuan bersama serta untuk mencapai sasaran kelompok
(Goldberg dan Larson 2006). Menurut Effendy (1985) komunikasi kelompok
(group communications) adalah komunikasi antara seseorang (komunikator)
dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul secara bersama-sama dalam
bentuk kelompok. Wiryanto (2008) komunikasi kelompok adalah interaksi tatap
muka dari tiga individu atau lebih dengan tujuan yang sudah diketahui
sebelumnya seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri, pemecahan masalah
yang anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota
kelompok lainnya dengan tepat.

9
Keberhasilan komunikasi kelompok disebabkan oleh keterbukaan anggota
menanggapi, anggota dengan senang hati menerima informasi, kemauan anggota
merasakan apa yang dirasakan anggota lain, situasi kelompok yang mendukung
komunikasi berlangsung efektif, perasaan positif terhadap diri anggota kelompok,
dorongan terhadap orang lain agar lebih aktif berpartisipasi, dan kesetaraan, yakni
bahwa semua anggota kelompok memiliki gagasan yang penting untuk
disumbangkan kepada kelompok (Wiryanto 2008). Selain itu, anggota-anggota
kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan; (a) melaksanakan tugas
kelompok dan (b) memelihara moral anggota-anggotanya (Rakhmat 2000).
Adapun tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok disebut prestasi
(performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfaction). Jadi,
bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok
belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang
diperoleh anggota kelompok dan sejauh anggota dapat memuaskan kebutuhannya
dalam kegiatan kelompok (Arifin 1984).
Curtis et al. (2005) menyatakan komunikasi kelompok terjadi ketika tiga
orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin
untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain.
Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi
kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota
kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana
emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja
(yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal et al. dalam Rakhmat
(2000) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan
sebagai berikut:
1. Peranan tugas kelompok, adalah memecahkan masalah atau melahirkan
gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya
memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya
tujuan kelompok.
2. Peranan pemeliharaan kelompok, berkenaan dengan usaha-usaha untuk
memelihara emosional anggota-anggota kelompok.
3. Peranan individual, berkenaan dengan usaha anggota kelompok untuk
memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok.
Selain itu untuk membedakan kelompok berdasarkan karakteristik
komunikasinya (Rakhmat 2000) adalah:
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

10
2.

Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
3. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.
4. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder non-personal.
5. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
Lebih lanjut, Goldberg dan Larson (2006) memberikan rangkuman
mengenai komunikasi kelompok sebagai berikut:
1. Titik berat perhatian komunikasi kelompok yaitu pada gejala komunikasi
dalam kelompok kecil tentang bagaimana caranya untuk dapat lebih mengerti
proses komunikasi kelompok, memperkirakan hasil serta meningkatkan
proses komunikasi kelompok.
2. Komunikasi kelompok memusatkan pada proses komunikasi kelompok kecil.
3. Komunikasi kelompok menitikberatkan pada deskripsi dan analisis, keduaduanya mempunyai kepentingan terhadap efektivitas dan perkembangan
keterampilan kelompok dalam jangka panjang.
4. Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang diatur, di mana
pesertanya mengidentifikasi dirinya sebagai kelompok dan lebih menyadari
sasaran-sasaran bersama.
5. Komunikasi kelompok lebih cenderung terjadi secara langsung dalam
pertemuan tatap muka.
Dalam kegiatan komunikasi kelompok terdapat salah satu peranan penting,
yaitu kepemimpinan. Seorang pemimpin harus dapat melakukan sesuatu bagi
anggotanya sesuai dengan jenis kelompok yang dipimpinnya. Menurut Frey
(1999) pada tingkat kelompok, diferensiasi peran individu kompleksitas
organisasi, yang memberikan keuntungan potensi adaptasi kelompok tetapi juga
masalah potensi konflik dan kurangnya pemahaman yang dihasilkan dari
perspektif yang berbeda. Ditambahkannya keberadaan kelompok dengan
perbedaan usia dalam anggota dapat mengancam integrasi kelompok. Untuk itu
menurut Frey (1999) salah satu cara adalah dengan mengembangkan struktur
peran, dan mengkategorikan peran fungsional yang sering muncul dan
berkembang dalam kelompok. Mungkin peran yang paling menarik dalam
kelompok adalah pemimpin.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemimpin untuk dapat
mendinamiskan kelompok yaitu; (1) mengidentifikasi dan
menganalisis
kelompok beserta tujuannya, (2) membangun struktur kelompok, (3) inisiatif, (4)
usaha pencapaian tujuan, (5) mempermudah komunikasi dalam kelompok,
(6) mempersatukan anggota kelompok, dan (7) mengimplementasikan filosofi.
(Slamet 2002). Melihat tugas-tugas tersebut maka, dapat dikatakan pemimpin juga
memiliki peran penting dalam diskusi kelompok.

Dokumen yang terkait

Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra

1 51 68

Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)

6 89 163

Peranan Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar (Studi Kasus Pada LSM Yayasan Abdi Satya di Kecamatan Pantai Cermin)”

2 77 107

Komunikasi Kelompok Pemulung untuk Bertahan Hidup (Studi Kasus Tentang Komunikasi Kelompok Dikalangan Pemulung Dalam Bertahan Hidup)

8 129 111

Pengaruh Pengerukan Pasir Terhadap Kualitas Perairan Di Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara

5 58 81

Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Likuiditas pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 43 81

Pengaruh Komunikasi Pemasaran Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Nasabah (Studi Deskriptif Pada Bank Bri Perbaungan)

6 94 167

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL KLIEN Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Menarik Diri Di RSJD Surakarta.

0 1 17

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL KLIEN Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Menarik Diri Di RSJD Surakarta.

1 4 14

Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Kelompok terhadap Kohesivitas Kelompok pada Supporter Persebaya Korwil Suramadu

0 0 21