Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)

(1)

TINJAUAN KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL MENGENAI

SIKAP TAAT AKAN NORMA

(Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas

Hukum)

SKRIPSI

NINCE RERE JULIANSA SIHOMBING

100904051

   

   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2014


(2)

TINJAUAN KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL MENGENAI

SIKAP TAAT AKAN NORMA

(Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas

Hukum)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NINCE RERE JULIANSA SIHOMBING

100904051

   

   

   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN

2014


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEM BAR PERSET U J U AN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : NINCE RERE JULIANSA SIHOMBING

NIM : 100904051

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul :

TINJAUAN KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL

MENGENAI SIKAP TAAT AKAN NORMA

(Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Dra. Dayana M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP.196007281987032002 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : NINCE RERE JULIANSA SIHOMBING

NIM : 100904051

Tanda Tangan : ………. Tanggal : 13 Juni 2014


(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : NINCE RERE JULIANSA SIHOMBING

NIM : 100904051

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi :

TINJAUAN KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL

MENGENAI SIKAP TAAT AKAN NORMA

(Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ... (………..)

Penguji : ... (………..)

Penguji Utama : ... (………..)

Ditetapkan di : Medan


(6)

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur ke hadirat Allah Bapa di Surga yang selalu menyertai, membimbing, dan memberkati saya setiap saat selama proses penulisan skripsi ini. Atas berkat dan kasih-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih juga saya persembahkan secara khusus kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi yaitu Bapak T. Sihombing dan Ibu H. Sinaga serta ketiga saudara kandung saya, Abang Rein Try Jhois, Adek-adek saya Erna Erdina dan Krisna Yanti Sihombing atas doa, dukungan materi dan moril yang diberikan untuk memotivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta seluruh jajarannya.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang juga selaku dosen pembimbing saya, terima kasih atas waktu, tenaga dan semua pikiran serta masukan yang telah diberikan dengan sabar untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Abdi Sitepu, selaku Dosen Wali saya yang banyak memberikan masukan, nasehat, bimbingan, dan dorongan selama saya menjalani perkuliahan di Universitas Sumatera Utara.


(7)

5. Para dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya dari Departemen Ilmu Komunikasi atas ilmu dan pengalaman hidup yang dibagikan selama masa perkuliahaan.

6. Seluruh staff Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan yang telah membantu dalam proses administrasi.

7. Para informan dalam penelitian ini, Monica Hendrika H.B, Betari Karlina, Ginting, Erni Armidi Sitorus, Ibreina Saulisa Agitha Pandia, Margaretha O. Sianturi dan Yosua Sinuhaji yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

8. Sahabat-sahabat saya, Debby, Dewi, Sari, Indra CM, Laura, Dora, Artha, Bawana, Yuanita, dan seluruh teman-teman komunikasi terkhusus angkatan 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya untuk mengajari dan memberi dorongan semangat kepada saya.

9. Sahabat-sahabat rohani saya bang Tritoguna Silitonga, Delfitra, Laura dan seluruh teman-teman yang tergabung dalam persekutuan NHKBP Padang Bulan Medan, terima kasih atas doa serta dorongan semangat yang telah diberikan kepada saya.

10.Semua pihak yang secara tidak sadar juga telah ikut membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan banyak terima kasih.

Saya menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati saya berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta memperdalam pengetahuan dan pengalaman saya. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, 13 Juni 2014 Peneliti,


(8)

Nince Rere Juliansa Sihombing HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : NINCE RERE JULIANSA SIHOMBING NIM : 100904051

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non exclusive Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

TINJAUAN KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL MENGENAI SIKAP TAAT AKAN NORMA (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada tanggal : 13 Juni 2014 Yang Menyatakan,


(9)

NINCE RERE JULIANSA SIHOMBING ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui norma-norma dalam kelompok, mengetahui proses komunikasi kelompok dalam menanamkan sikap taat akan norma dan untuk mengetahui sikap anggota kelompok Re’uwel akan norma tersebut. Teori yang relevan peneliti gunakan untuk membahas penelitian ini adalah teori Komunikasi, Komunikasi kelompok kecil, Sikap, Teori Integrasi Informasi, Analisis Proses Interaksi. Metode penelitian yang dipilih adalah metode studi kasus kualitatif yang dapat menggambarkan proses komunikasi kelompok kecil Re’uwel dalam menanamkan sikap taat akan norma-norma yang berlaku dalam kelompok yang merupakan tujuan dalam penelitian ini dan dinarasikan secara interpretatif. Informasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap

3 orang anggota kelompok Re’uwel dan 1 orang pemimpin kelompok sebagai

informan serta 2 orang anggota kelompok Re’uwel yang secara terstruktur tidak aktif menjadi anggota. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa norma-norma dalam kelompok kecil Re’uwel dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum adalah jika terlambat konsekuensinya adalah membawa gorengan, memenuhi saat teduh setiap hari, memiliki jam doa pribadi, tidak mempraktekkan aktifitas contek mencontek saat ujian, tidak melakukan titip absen, dan disiplin waktu. Perubahan sikap yang terjadi dalam diri setiap anggota adalah sebagai hasil interaksi dalam kelompok. Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma kelompok adalah berusaha untuk taat dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri. Dibutuhkan waktu kurang lebih satu tahun bagi setiap anggota untuk mengadopsi setiap norma tersebut menjadi norma pribadinya. Hal ini sebagai dampak dari efektifitas proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil.

         


(10)

 

ABSTRACT

This reasearch titled Overview of Small Group Communication Instilling obedient attitude of Norms (Case Study in Re'uwel Small Groups Unit Devotional Christian Student University of North Sumatra Services Unit Faculty of Law). This research aimed to find out the norms of the group, the process of group communication in instilling an obedient attitude of norms and the attitude of the group members. Relevant theory is used to discuss this research is Communication, Small Group Communication, Attitude, Information Integration Theory, Interaction Process Analysis. This research used a quallitatif case study was to expalin the role of the process of Re'uwel small group communication in instilling an attitude of obedience to the norms prevailing in the group which is the purpose of this research and narrated in an interpretative. Information acquired through observation and in-depth interviews to three members and one leader of Re'uwel group as an informant and two members of the Re'uwel group that is structured inactive member as an additional informan. Based on this research found that the nomrs of the Re'uwel group and Unit Devotional Christian Student University of North Sumatra Services Unit Faculty of Law are obligated to come late the meeting, reed daily musing, have a personal prayer time, not practicing activities cheating during the exam, do not do illegal absent, and the discipline of time. Attitude changes within each member as a result of group interaction. Attitudes and responses of group members to norms is obeyed consciously, so that the norm group used as personal norms. It takes approximately one year for each member to adopt any of these norms into personal norm. This is as a result of the effectiveness of the communication process that occurs in small groups.


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian ... 8

2.2 Kajian Teoritis ... 9

2.2.1 Komunikasi ... 9

2.2.2 Komunikasi Kelompok Kecil ... 12

2.2.3 Norma Kelompok Kecil ... 18

2.2.4 Sikap ... 19

2.2.5 Teori Integrasi Informasi ... 25

2.2.6 Analisis Proses Interaksi ... 26

2.2.7 Kelompok Kecil Re’uwel ... 28

2.3 Model Teoretik ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 33


(12)

3.2 Objek Penelitian ... 35

3.3 Subjek Penelitian ... 35

3.4 Kerangka Analisis ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5.1 Penentuan Informan ... 37

3.5.2 Keabsahan Data ... 37

3.6 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 41

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 41

4.1.2 Profil Informan ... 50

4.1.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara ... 57

4.1.4 Klasifikasi Tabel komunikasi Kelompok Kecil Re’uwel...112

4.2 Pembahasan ... 120

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 130

5.2 Saran ... 131

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Tipe Jaringan Komunikasi...16 2.2 Kategori Analisis Proses Interaksi...27


(14)

DAFTARTABEL

Nomor Judul Halaman


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

- Surat Izin Penelitian - Pedoman wawancara - Dokumentasi penelitian - Biodata peneliti


(16)

NINCE RERE JULIANSA SIHOMBING ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui norma-norma dalam kelompok, mengetahui proses komunikasi kelompok dalam menanamkan sikap taat akan norma dan untuk mengetahui sikap anggota kelompok Re’uwel akan norma tersebut. Teori yang relevan peneliti gunakan untuk membahas penelitian ini adalah teori Komunikasi, Komunikasi kelompok kecil, Sikap, Teori Integrasi Informasi, Analisis Proses Interaksi. Metode penelitian yang dipilih adalah metode studi kasus kualitatif yang dapat menggambarkan proses komunikasi kelompok kecil Re’uwel dalam menanamkan sikap taat akan norma-norma yang berlaku dalam kelompok yang merupakan tujuan dalam penelitian ini dan dinarasikan secara interpretatif. Informasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap

3 orang anggota kelompok Re’uwel dan 1 orang pemimpin kelompok sebagai

informan serta 2 orang anggota kelompok Re’uwel yang secara terstruktur tidak aktif menjadi anggota. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa norma-norma dalam kelompok kecil Re’uwel dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum adalah jika terlambat konsekuensinya adalah membawa gorengan, memenuhi saat teduh setiap hari, memiliki jam doa pribadi, tidak mempraktekkan aktifitas contek mencontek saat ujian, tidak melakukan titip absen, dan disiplin waktu. Perubahan sikap yang terjadi dalam diri setiap anggota adalah sebagai hasil interaksi dalam kelompok. Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma kelompok adalah berusaha untuk taat dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri. Dibutuhkan waktu kurang lebih satu tahun bagi setiap anggota untuk mengadopsi setiap norma tersebut menjadi norma pribadinya. Hal ini sebagai dampak dari efektifitas proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil.

         


(17)

 

ABSTRACT

This reasearch titled Overview of Small Group Communication Instilling obedient attitude of Norms (Case Study in Re'uwel Small Groups Unit Devotional Christian Student University of North Sumatra Services Unit Faculty of Law). This research aimed to find out the norms of the group, the process of group communication in instilling an obedient attitude of norms and the attitude of the group members. Relevant theory is used to discuss this research is Communication, Small Group Communication, Attitude, Information Integration Theory, Interaction Process Analysis. This research used a quallitatif case study was to expalin the role of the process of Re'uwel small group communication in instilling an attitude of obedience to the norms prevailing in the group which is the purpose of this research and narrated in an interpretative. Information acquired through observation and in-depth interviews to three members and one leader of Re'uwel group as an informant and two members of the Re'uwel group that is structured inactive member as an additional informan. Based on this research found that the nomrs of the Re'uwel group and Unit Devotional Christian Student University of North Sumatra Services Unit Faculty of Law are obligated to come late the meeting, reed daily musing, have a personal prayer time, not practicing activities cheating during the exam, do not do illegal absent, and the discipline of time. Attitude changes within each member as a result of group interaction. Attitudes and responses of group members to norms is obeyed consciously, so that the norm group used as personal norms. It takes approximately one year for each member to adopt any of these norms into personal norm. This is as a result of the effectiveness of the communication process that occurs in small groups.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Manusia secara hakiki adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya senantiasa membutuhkan bantuan atau pertolongan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan mampu bertahan hidup sendiri sehingga manusia perlu berinteraksi, hidup saling ketergantungan dengan orang lain serta membutuhkan orang lain dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Interaksi yang dilakukan manusia untuk bertahan hidup ialah melalui komunikasi.

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin yakni communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa interpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut (Amir, dkk, 2010:1).

Lebih lanjut lagi sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa: “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu” (Book dalam Cangara, 2004:18).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka komunikasi sebagai usaha untuk mendapatkan kesamaan makna yang disampaikan melalui rangsangan dan dapat mengubah sikap serta tingkah laku setiap individu. Seperti yang dinyatakan Mednick, Higgins & Kirschenbaum dalam Psikologi Sosial Tri Dayakisni bahwa salah satu faktor pembentukan sikap individu adalah informasi yang diterima oleh individu dalam kegiatan komunikasinya.

Sikap adalah evaluasi terhadap objek, isu, atau orang yang timbul dari interelasi afektif, kognitif dan behavioral. Pada dasarnya sikap bukan merupakan


(19)

suatu bawaan, malainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Interaksi komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil biasanya memiliki peranan besar dalam proses perubahan sikap.

Salah satu kesimpulan penelitian kelompok kecil yang tercatat secara baik adalah bahwa para anggota kelompok cenderung mempunyai penilaian yang sama tentang suatu masalah apabila mereka dihadapkan pada penilaian lain. Utterback telah mengadakan serangkaian evaluasi tentang perubahan sikap yang terjadi dalam konferensi-konferensi antar perguruan tinggi mengenai berbagai masalah yang menonjol dalam masyarakat. Beberapa hal yang acapkali ditemui dalam berbagai penelitian ini adalah: (1) Pendapat para individu cenderung bergeser mengikuti pendapat mayoritas (Pada saat belum mengadakan diskusi). Pergeseran ini terjadi pada hampir lebih separuh masalah yang didiskusikan. (2) Hampir semua pergeseran pendapat terjadi pada mereka yang mengikuti konferensi tanpa mempunyai ikatan sebelumnya pada suatu pendapat. (3) Diskusi mengakibatkan terjadinya posisi proses yang sama sekali baru dan diterima oleh kelompok sesering penerimaan kelompok pada posisi yang dianut mayoritas. Selain itu Utterback juga menemukan bahwa sikap mahasiswa lebih banyak berubah melalui ketikutsertaan mereka dalam diskusi tentang masalah yang kompleks dan singkat daripada mendengarkan diskusi panel radio tentang masalah yang sama (Golberg dan Larson, 1985:38).

Berbeda dengan Utterback, Robert Gales pencetus teori Analisis Proses Interaksi mengemukakan teori terpadu dikembangkan dengan baik dari komunikasi kelompok kecil yang bertujuan untuk menjelaskan jenis pesan yang manusia tukar dalam kelompok, dari yang semua membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok. Dalam kelompok, setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau gabungan dengan (1) menjadi ramah; (2) mendramatisasi (suka bercerita/bebicara); atau (3) menyetujui. Sebaliknya, mereka juga dapat menunjukkan sikap negatif atau sikap campur aduk dengan (1) penolakan; (2) memperlihatkan ketegangan, (3) menjadi tidak ramah. (Littlejohn, 2009;326).

Penelitian Utterback akan perubahan sikap dalam konferensi-konferensi antar perguruan tinggi tersebut melibatkan kelompok sekunder yang hubungannya


(20)

tak perlu berdasarkan kenal-mengenal secara pribadi, dan sifatnya juga tidak begitu langgeng namun formal. Bagaimana dengan komunikasi kelompok kecil primer dalam merubah sikap?

Kelompok primer disebut juga “face to face group” yang berperan penting dalam mengembangkan sifat-sifat sosial individu, antara lain mengindahkan norma-norma, melepaskan kepentingan dirinya demi kepentingan kelompok sosialnya, belajar bekerja sama dengan individu-individu lainnya dan mengembangkan kecakapannya guna kepentingan kelompok. Contoh-contoh dari kelompok primer misalnya: keluarga, rukun tetangga, kelompok kawan sepermainan disekolah, kelompok belajar, kelompok agama dan sebagainya.

Kelompok agama Re’uwel merupakan contoh kelompok kecil bersifat primer yang ada ditengah mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Kelompok ini terbentuk pada bulan maret 2012 secara permanen dengan

nama Re’uwel (bahasa Ibrani) yang memiliki arti “Sahabat Allah”. Kelompok

Re’uwel dipimpin oleh Monica Hendrika H.B dari stambuk 2009 yang

beranggotakan 3 orang dari stambuk 2011 yaitu: Ibreina Saulisa Agitha Pandia, Margaretha O. Sianturi dan Yosua Sinuhaji.

Kelompok kecil ini memiliki Visi dan Misi berdasarkan Pelayanan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara. Salah satu misi dari kelompok kecil Re’uwel adalah pembinaan. Dimana dalam kelompok terjadi pembinaan anggota agar setiap anggota mengenal Tuhan Yesus Kristus dalam iman dan pengetahuan sehingga memiliki karakter seorang murid kristus yang memegang teguh firman Tuhan (Alkitab). Setiap anggota dibina untuk meyakini lahir barunya (pertobatan), memiliki sikap taat disiplin rohani dan memiliki perubahan nilai-nilai hidup menjadi lebih baik sehingga memiliki karakter Allah seperti yang tertulis dalam Kitab :

Kejadian 1: 27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-gambar-Nya mereka”. I Petrus 1 : 14-15 (Hiduplah sebagai anak-anak Taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus didalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang memanggil kamu). Efesus 5:1 (Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih).


(21)

Kolose 3 : 8-10 (Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Janganlah lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya)

Maksudnya ialah sebagai manusia yang mengenal Allah haruslah menjadi pribadi yang segambar dengan-Nya, menjadi kudus di dalam seluruh aspek hidup dengan keadilan, kesetiaan, kasih dan damai. Hidup sebagai anak-anak terang yang taat akan firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab dan terus-menerus akan diperbaharui dalam pengetahuan yang benar.

Memilki nilai yang benar terhadap cara hidup baik secara pribadi maupun dikampus haruslah sesuai integritas sebagai anak Tuhan. Sebagai contoh, mengerjakan tugas serta ujian kuliah secara pribadi tanpa mencontek dan bersikap kontra terhadap “titip absen” ketika jam kuliah berlangsung. Nilai hidup terhadap cara menggunakan waktu dengan baik adalah melalui disiplin waktu terhadap setiap kegiatan seperti yang tertulis dalam kitab Efesus 5:16 “dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”. Untuk berpakaian haruslah sopan dan rapi yang tidak membangkitkan hawa nafsu lawan jenis. Dalam konteks pacaran haruslah memiliki hubungan pacaran sesuai dengan pasangan yang dikehenaki Allah yaitu pasangan yang sepadan berdasarkan iman kepercayaan seperti tertulis dalam kitab 2 Korintus 6:14 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau

bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap”. Berkarakter dengan penuh

integritas sebagai anak Tuhan yang menjaga kekudusan.

Nilai-nilai hidup dalam norma umum yang universal seperti yang tertulis diatas menjadi kewajiban untuk ditaati setiap anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Norma umum universal yang menjadi kewajiban tersebut terbentuk berlandaskan master plan pelayanan dalam Dasar dan Pedoman Pelayanan UKM KMK USU yang menyatakan Alkitab sebagai dasar kepercayaan secara mutlak berotoritas. Selain norma umum universal tersebut, terdapat juga norma khusus


(22)

kelompok yang harus ditaati. Norma khusus dalam kelompok Re’uwel diantaranya adalah : membawa Alkitab dalam setiap pertemuan, mempersiapkan diri untuk bahan diskusi setiap pertemuan kelompok, menghapal ayat hafalan yang ditentukan dan program ketaatan.

Norma-norma khusus ini terbentuk melalui arahan pemimpin kelompok yang kemudian didiskusikan dan disepakati bersama. Seiring berkembangnya kelompok norma khusus tersebut juga akan mengalami perkembangan serta perubahan. Program ketaatan merupakan norma jangka pendek yang terbentuk berdasarkan bahan ajaran yang didiskusikan dalam kelompok setiap minggunya.

Pemimpin Kelompok berdasarkan kurikulum pelayanan akan membina setiap anggotanya untuk hidup dengan nilai yang lebih baik sesuai norma kelompok dan norma umum yang universal berlandaskan Alkitab. Secara komunikatif pemimpin kelompok memberikan pemahaman firman Tuhan (Alkitab) dengan tujuan menanamkan sikap taat akan norma kelompok dan norma umum yang universal yang lebih lagi dapat mengubah tingkahlaku setiap anggotanya.

Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma-norma tersebut dapat bermacam-macam. Ada anggota yang tunduk pada norma kelompok dengan terpaksa karena ia termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, tetapi ada pula yang tunduk pada norma kelompok dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri. Pada faktanya menanamkan sikap taat akan norma terhadap anggota kelompok tidaklah mudah. Terlebih lagi norma tersebut menanamkan nilai-nilai hidup baru yang terkadang bertentangan dengan gaya hidup anggota. Dibutuhkan strategi komunikasi yang baik dalam setiap penyampain pesan norma-norma tersebut. Melalui komunikasi kelompok kecil yang efektif sehingga para anggota kelompok akan mau memperhatikan pesan, memahami pesan, terpengaruh dengan pesan dan akan bersikap dan berperilaku sesuai pesan yang disampaikan. Adapun interaksi yang digunakan untuk menanamkan norma-norma tersebut melalui pertemuan kelompok (komunikasi kelompok) dan sharing pribadi (komunikasi antarpribadi). Karena pada dasarnya baik komunikasi kelompok maupun komunikasi antar pribadi melibatkan dua atau lebih individu secara fisik berdekatan dan yang


(23)

menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun nonverbal. Akan tetapi komunikasi antar pribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan antara dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur, sedangkan komunikasi kelompok terjadi dalam suasana yang lebih berstruktur di mana para pesertanya lebih cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama (Golberg dan Larson, 1985:38). Kadar spontanitas, strukturalisasi, kesadaran akan sasaran kelompok, ukuran kelompok, relativitas sifat permanen dari kelompok serta identitas diri menjadi perhatian khusus.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti peran komunikasi Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen Mahasiswa Kebaktian Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum dalam menanamkan sikap taat akan norma.

Penelitian ini juga berangkat dari kesadaran peneliti terhadap fenomena sosial berupa penanaman sikap taat terhadap nilai-nilai hidup yang menjadi lebih baik yang terjadi dalam kelompok keagamaan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara. Penelitian mengenai penanaman sikap taat sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Sari yolanda mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2005 dengan judul penelitian “Komunikasi Kelompok Kecil Murabbi dan Binaannya dalam menanamkan sikap taat (Studi Kasus Tentang Peranan Komunikasi Kelompok Kecil Murrabbi dan Binaanya dalam menanamkan sikap taat pada anggota kelompok Halaqoh Kader Partai Keadilan Sejahtera). Penelitian ini berfokus pada setiap proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil murabbi (Pemimpin Kelompok) dengan binaannya dalam menanamkan sikap taat kepada murabbi (Pemimpin Kelompok). Adapun yang menjadi objek sikap taat adalah murabbi (pemimpin kelompok).

Berbeda dengan penelitian Sri Yolanda, penelitian “Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil

Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas

Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)” yang akan peneliti teliti berfokus hanya pada komunikasi kelompok kecil yang terjadi diantara pemimpin kelompok dan anggotanya dalam menanamkan sikap taat akan norma. Objek


(24)

sikap taat dalam penelitian ini adalah norma-norma kelompok kecil yang bersangkutan serta norma umum yang universal sesuai dengan pedoman dasar pelayanan.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, maka peneliti memfokuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah proses Komunikasi Kelompok Kecil

Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas

Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum dalam menanamkan sikap taat akan norma?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui norma-norma dalam kelompok kecil Re’uwel dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum

2. Mengetahui proses Komunikasi Kelompok Kecil Re’uwel dalam menanamkan sikap taat akan norma.

3. Mengetahui sikap taat pemimpin kelompok dan anggota kelompok Re’uwel akan norma.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi penelitian di bidang Komunikasi Kelompok pada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pikiran dan masukan bagi pemimpin dan anggota kelompok Re’uwel terhadap perkembangan komunikasi dalam kelompok.


(25)

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Paradigma Kajian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu kebenaran atau untuk lebih mudah membenarkan kebenaran. Usaha untuk mencari kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun para praktisi melalui model-model tertentu. Model-model tertentu biasanya disebut dengan paradigma (Moleong, 2009).

Paradigma bukanlah teori-teori, namun lebih merupakan cara pandang atau pola-pola untuk penelitian yang diperluas dan dapat menuju pembentukan suatu teori. Setiap penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai dasar dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Sandjaya (2007:5) “Paradigma adalah pandangan dalam kepercayaan yang telah diterima dan disepakati bersama oleh masyarakat ilmuwan berkaitan dengan suatu keilmuan”.

Sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan data yang diangkat dalam penelitian ini, maka paradigma yang relevan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretatif pendekatan kualitatif. Adapun pada tradisi kualitatif-interpretatif, manusia lebih dipandang sebagai makhkuk rohaniah alamiah (natural). Dalam pandangan ini, manusia sebagai makhluk sosial sehari-hari bukan “berperilaku” berkonotasi mekanistik alias bersifat otomatis seperti hewan, melainkan “bertindak” mempunyai konotasi tidak otomatis/mekanistik, melainkan humanistik alamiah : melibatkan niat, kesadaran, motif-motif, atau alasan-alasan tertentu, yang disebut Weber sebagai social action (tindakan sosial) dan bukan sosial behavior (perilaku sosial) karena ia bersifat intensional; melibatkan makna dan interpretasi yang tersimpan di dalam diri pelakunya. Dunia makna itulah yang perlu dibuka, dilacak, dan dipahami untuk bisa memahami fenomena sosial apa pun, kapan pun, dan dimana pun. (Vardiansyah 2008 : 67).

Paradigma interpretatif digunakan karena paradigma ini menyatakan bahwa pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari. Sehingga melalui paradigma interpretatif, dalam penelitian ini peneliti dapat memahami bagaimana komunikasi kelompok kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian


(26)

Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum dalam menanamkan sikap taat akan norma.

2.2 Kajian Teoritis 2.2.1 Komunikasi

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan, orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek yaitu isi pesan dan simbol. Secara konkret isi pesan adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin yakni communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut (Amir, dkk, 2010:1).

Berdasarkan perkembangan komunikasi banyak disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap defenisinya, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistik, matematika, ilmu elektronika dan lain sebagainya. Defenisi ilmu komunikasi yang tercipta diantarannya:

Menurut Harold D. Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function

of Communication in Society adalah: Who Says What In Which Channel to Whom

With What Effect. Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi

meliputi lima unsur yaitu komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel), komunikan (communicatee, communicant, receiver, recipient), dan efek (effect, impact, influence).


(27)

Sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa: “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu” (Cangara, 2004:18). Sedangkan Carl I. Hovland beranggapan Ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

Defenisi lain namun juga selaras dengan defenisi sebelumnya diungkapkan oleh Everett M. Rogers bahwa “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan untuk mendapatkan kesamaan makna yang disampaikan bertujuan menguatkan serta mengubah sikap dan tingkah laku.

Dalam proses penyampaian pesan tersebut, komunikasi melewati beberapa proses yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar individu yang bersifat interaktif, relasional, dan transaksional di dalamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan pesan-pesan melalui media tertentu kepada penerima dengan maksud dan tujuan dalam sebuah konteks tertentu. Proses komunikasi diatas dapat dirinci dalam beberapa unsur sebagai berikut :

1. Komunikator/Pengirim 2. Encoding/Penyandian 3. Saluran

4. Pesan/Simbol

5. Decoding/Penafsiran 6. Komunikan

7. Umpan balik 8. Gangguan (noise)

Proses komunikasi dijelaskan melalui pemahaman unsur-unsur komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan yang


(28)

dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi, dan gangguan saat terjadi komunikasi, serta pihak yang menerima pesan, umpan balik dan dampak pada pengirim pesan. Pengirim atau sender merupakan pihak yang mengawali proses komunikasi. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim harus mengemas idea atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami. Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding. Pesan yang akan dikirimkan harus berisifat informatif artinya mengandung peristiwa, data, fakta, dan penjelasan. Pesan harus bisa menghibur, memberi inspirasi, memberi informasi, meyakinkan, dan mengajak untuk berbuat sesuatu. Pesan yang telah dikemas disampaikan melalui media baik melalui media lisan: (dengan menyampaikan sendiri, melalui telepon, mesin dikte atau videotape) maupun dengan media tertulis : (surat, memo, laporan, hand out, selebaran, catatan, grafik, dan gambar), maupun media elektronik yaitu : (faksimili, email, radio, televisi).

Penggunaan media untuk menyampaikan pesan dapat mengalami gangguan (noise) yang dapat menghambat atau mengurangi kemampuan dalam mengirim dan menerima pesan. Gangguan komunikasi dapat berupa faktor pribadi (prasangka, lamunan, perasaan tidak cakap) dan pengacau indra (suara yang terlalu keras atau lemah, bau menyengat, udara panas).

Setelah pesan disampaikan, pihak yang menerima pesan (receiver) harus dapat menafsirkan dan menerjemahkan pesan yang diterima. Penafsiran pesan mungkin akan sama atau berbeda dengan pengirim pesan. Apabila penafsiran sama, maka penafsiran dan penerjemahahn penerima benar dan maksud pengirim tercapai. Sebaliknya jika penafsiran berbeda maka penafsiran dan penerjemahan salah dan maksud tidak tercapai. Penafsiran pesan ini sangat dipengaruhi oleh ingatan dan mutu serta kedekatan hubungan antara pengirim dan penerima.

Unsur terakhir dalam komunikasi adalah umpan balik, merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Umpan balik bisa berupa tanggapan verbal maupun non verbal dan bisa bersifat positif maupun bersifat negatif. Umpan balik positif terjadi apabila penerima menunjukkan kesediaan untuk menerima dan mengerti pesan dengan baik serta memberikan tanggapan sebagaimana dinginkan oleh pengirim. Sedangkan umpan balik negatif dapat benar juga dapat salah. Umpan balik negatif dikatakan salah jika isi dan cara


(29)

penyampaian pesan dilakukan secara benar tetapi penafsiran pesan salah. Dalam komunikasi secara bergantian pera penerima pesan bisa berubah menjadi pengirim pesan dan pengirim pesan berubah menjadi penerima pesan.

2.2.2KomunikasiKelompokKecil 2.2.2.1 Pengertian dan Karakteristik

Komunikasi kelompok kecil berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang (Effendy, 2003:75). Apabila jumlah orang dalam kelompok itu sedikit, kurang dari dua puluh orang berarti komunikasi tersebut disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication).

Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka (Arni, 2002 : 182).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua orang hingga kurang dari dua puluh orang yang terikat satu sama lain dan saling mempengaruhi demi beberapa tujuan. Melihat dari jumlah orang yang terlibat, maka komunikasi yang terjadi dalam kelompok Re’uwel dapat dikategorikan sebagai komunikasi kelompok kecil. Dimana kelompok ini terdiri dari tiga orang anggota kelompok dan dipimpin oleh seorang pemimpin kelompok.

Anggota-anggota dalam kelompok Re’uwel dapat berkomunikasi dengan mudah. Sumber dan penerima informasi dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama. Kelompok tersebut mempunyai alasan yang sama bagi anggotanya untuk berinteraksi. Mereka mempunyai derajat organisasi tertentu yang mengatur kelompok itu. Komunikasi dalam kelompok ini menitikberatkan pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok.

Terdapat beberapa karakteristik komunikasi kelompok kecil yang dapat diamati dari kelompok ini diantaranya memiliki tujuan, mengambil peranan, berkomunikasi tatap muka, kekompakan, komitmen terhadap tugas, adanya norma kelompok dan saling bergantung satu sama lain.


(30)

Selain beberapa karakteristik diatas, terdapat beberapa karakteristik yang ada dalam komunikasi kelompok. Menurut Marhaeni Fajar dalam bukunya Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktik adapun karakteristik dari komunikasi kelompok, antara lain:

1. Komunikasi dalam komunikasi kelompok bersifat homogen.

2. Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam melakukan tindakan pada saat itu juga.

3. Arus balik didalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang berlangsung.

4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi komuniasi kelompok besar).

5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti komunikasi interpersonal.

6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Penelitian ini pada dasarnya melihat proses komunikasi kelompok kecil dalam menanamkan sikap taat pemimpin dan anggotanya akan norma. Perhatian khusus penelitian ini adalah pada proses komunikasi yang ada dalam kelompok kecil dan unsur-unsur apakah yang mempengaruhi proses itu sehingga tercipta komunikasi kelompok yang efektif dalam menanamkan sikap taat akan norma.

2.2.2.2 Faktor-faktor Efektivitas Komunikasi Kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan yaitu melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya


(31)

dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok. Jalanuddin Rahmat dalam Marhaeni 2004 menyatakan 4 karakteristik kelompok yang mempengaruhi keefektifan kelompok, yaitu:

1. Ukuran Kelompok

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok bergantung pada tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti menghasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar. Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater dalam Rakmat (2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.

2. Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi kelompok merupakan perangkat yang menunjukkan lingkaran pergaulan antara individu satu dengan yang lainnya, atau anggota-anggota kelompok dalam membicarakan isu-isu tertentu. Hubungan diantara individu-individu dan klik-klik (clique) mengenai isu-isu dapat ditelusuri dari pertanyaan “siapa berinteraksi dengan siapa?” Individu berdiskusi mengenai isu-isu itu dengan siapa, dan sesering apakah mereka mendiskusikan isu-isu tersebut? (Wiryanto, 2004:47)

Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi dalam buku Psikologi Sosial oleh Peplau dkk diantaranya:


(32)

   

Gambar 2.1Tipe Jaringan Komunikasi

 Pola Melingkar

Dalam struktur jaringan komunikasi melingkar semua anggota sama dapat berkomunikasi dengan anggota disebelahnya. Pola ini memberikan kepuasan kelompok yang tertinggi, dimana setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi.

 Pola Berantai

Dua anggota masing-masing hanya dapat berbicara dengan satu orang anggota lain. Dipandang dari sudut komunikasi, pola ini kurang baik bagi orang yang berada di ujung rantai. Tiga anggota yang lain memiliki teman bicara dalam jumlah yang sama, tetapi orang yang berada di tengah lebih menjadi pusat. Pola ini mendapatkan bentuk yang satu tahap lebih maju pada struktur berbentuk Y.

 Pola Y

Terdapat tiga orang di ujung, hanya satu anggota diantara anggota lain yang dapat berbicara dengan dua anggota, dan anggota kelima dapat berbicara dengan tiga anggota yang lain.


(33)

Salah seorang anggota dapat berbicara dengan anggota lain, tetapi anggota yang lain hanya berbicara dengan anggota yang berada di pusat roda.

Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.

3. Kohesi Kelompok

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari dalam Jalaluddin (2004) menyarankan bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal. Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.

4. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Ada beberapa bentuk kepemimpinan yang timbul dalam kelompok. Sifat pokok dari kepemimpinan adalah pengaruh sosial. Pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku dan keyakinan kelompok. Dia adalah orang yang mengawali tindakan, memberi perintah, mengambil keputusan, menangani peselisihan di antara anggota kelompok, memberi dorongan, bertindak sebagai teladan, dan selalu berada di muka dalam setiap aktivitas kelompok. Contoh-contoh


(34)

ini menggambarkan bagaimana pemimpin mempengaruhi suatu kelompok; mungkin pemimpin tertentu tidak melakukan semua itu (Peplau dkk, Psikologi Sosial Edisi Kelima: 120)

Bennis dan Nanus dalam Komunikasi Antarmanusia oleh Devito mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan yaitu: pemimpin lepas-kendali, pemimpin demokratis dan pemimpin otoriter. Sedangkan Fred Fiedler meneliti gaya kepemimpinan dari situasi saling berinteraksi dalam menentukan efektivitas pemimpin. Klasifikasi gaya kepemimpinan dianalisisnya melalui model kontinguensi untuk efektivitas kepemimpinan

(Contingency model of leadership effectiveness). Model ini

mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan, yang berkorespondensi dengan perbedaan antara kepemimpinan tugas dan sosial.

a. Pemimpin berorientasi tugas

Pemimpin ini lebih memprioritaskan penyelesaian kelompok dan kurang mementingkan relasi antar-anggota kelompok. Sebagai contoh adalah pemimpin yang mengatakan bahwa “kemenangan tak bisa ditawar-tawar” dan mengabaikan perasaan anggota tim. b. Pemimpin berorientasi hubungan

Pemimpin ini lebih mengutamakan relasi dan kemudian pencapaian tugas.

Secara umum, pemimpin harus melakukan dua jenis kegiatan. Task leadership (kepemimpinan tugas) berhubungan dengan kegiatan untuk mencapai tujuan kelompok-menyelesaikan tugas kelompok. Tugas pimpinan adalah memberi saran, opini, dan informasi kepada kelompok. Dia mengontrol, membentuk, mengarahkan dan menata kelompok dalam rangka menjalankan tugas spesifik. Sebaliknya, social leadership (kepemimpinan sosial) berfokus pada aspek emosional dan interpersonal dari interaksi kelompok. Pemimpin sosial berusaha menjaga kelompok tetap harmonis dan berjalan lancar, menjaga perasaan anggota, menggunakan humor untuk meredakan ketegangan, dan berusaha memperkuat kepaduan kelompok.


(35)

2.2.3 Norma Kelompok Kecil

Pada umumnya kelompok mengembangkan norma, atau peraturan mengenai perilaku yang diinginkan. Norma adalah aturan, kaidah bagi pertimbangan dan penilaian. Nilai yang menjadi milik bersama di dalam satu masyarakat dan telah tertanam dengan emosi yang mendalam akan menjadi norma yang disepakati bersama (Surajiyo, 2008: 90). Ada banyak macam norma. Ada norma khusus, yaitu norma yang hanya berlaku dalam bidang khusus dan norma umum yang terbagi menjadi : norma sopan santun, hukum dan moral.

Norma kelompok adalah salah satu norma khusus yang hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Norma kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur sikap dan perilaku atau perbuatan anggota kelompok. Golberg dan Larson menjelaskan bahwa norma-norma mengatur tingakah laku anggota kelompok. Norma terdiri dari gambaran tentang bagaimana seharusnya mereka bertingkah laku. Norma terbagi dalam pola-pola dan aspek-aspek yang dapat dapat diperkirakan dari kegiatan maupun dari segi pandangan kelompok.

Beberapa norma mengatur perilaku kelompok secara keseluruhan: Semua anggota keluarga harus berkontribusi membantu anggota keluarga yang mengalami kesulitan; kelompok akan menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin.

Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma kelompok dapat bermacam-macam. Ada anggota yang tunduk pada norma kelompok dengan terpaksa karena ia termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, tetapi ada pula yang tunduk pada norma kelompok dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri.

Menurut Napier dan Gershenfeld (1987), para anggota kelompok akan menerima norma tersebut apabila:

 Anggota menginginkan keanggotaan yang kontinyu dalam kelompok

 Pentingnya keanggotaan kelompok seseorang semakin tinggi

 Kelompok bersifat kohesif, dan para anggota berhubungan sangat erat, terikat satu sama lain, dan saling tergantung satu sama lain dan kelompok memenuhi kebutuhan mereka


(36)

 Pelanggaran norma dihukum dengan reaksi yang negatif atau dikucilkan dari kelompok.

Arni Muhammad (2000:193-194) menyebutkan bahwa individu biasanya mematuhi norma-norma kelompok yang mempengaruhi mereka. Ada variabel-variabel kunci yang mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam norma kelompok, di antaranya yaitu:

1. Sifat kepribadian yang mungkin mempengaruhi anggota kelompok untuk patuh, yakni tingkat sifat yang suka menerima, tingkat kepercayaan akan diri menerima, sifat otoriter, intelegensi, kebutuhan untuk mencapai hasil, dan kebutuhan akan persetujuan sosial.

2. Variabel dalam kelompok yang mempengaruhi kepatuhan yakni kekompakan, daya tarik kelompok, pentingnya kelompok, dan jumlah interaksi.

3. Tekanan luar yang mempengaruhi kepatuhan yakni, besarnya kelompok, struktur kelompok, tingkat kesulitan masalah atau tugas yang dihadapi, kebaruan situasi, tekanan untuk konsensus, tingkatan krisis atau keadaan darurat, dan tingkat situasi yang meragukan.

2.2.4 Sikap 2.2.4.1 Pengertian

Sikap adalah evaluasi terhadap objek, isu, atau orang. Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang sikap, diantaranya (dalam Dayakisni, 2003) :

1. Thurstone

Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afek, baik itu sifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologis.

2. Kimball Young (1945)

Menyatakan bahwa sikap merupakan suatu predisposisi mental untuk melakukan suatu tindakan.


(37)

Menyebutkan bahwa sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan obyek tertentu.

4. Sherif & Sherif (1956)

Sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat ditemukan unsur yang hampir sama pada sikap, yaitu sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap rangsang. Oleh karena itu manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup.

Sikap cenderung kompleks secara kognitif tetapi relatif sederhana secara evaluatif. Aspek penting lain dari sikap adalah hubungannya dengan pengambilan keputusan dan perilaku. Sikap memungkinkan kita mengakses informasi yang relevan dengan cepat, sebab sikap memberikan link yang penting ke informasi-informasi yang tersimpan didalam memori. Konsekuensinya, sikap memampukan orang untuk membuat keputusan dengan cepat karena sikap memberi informasi untuk mengambil keputusan (Taylor, Peplau & David O, 2009)

2.2.4.2Komponen sikap

Dalam buku Komunikasi Serba Ada Serba Makna oleh Prof. Dr.Alo Liliweri, M.S. sikap manusia tersusun oleh tiga komponen utama, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif atau perilaku (kadang-kadang ahli psikologi menambahakan evaluasi)

- Kognitif

Aspek Kognitif berisi apa yang diketahui mengenai suatu objek, bagaimana pengalaman tentang objek, bagaimana pendapat atau pandangan tentang objek. Aspek kognitif berkaitan dengan kepercayaan kita, teori, harapan, sebab dan akibat dari suatu kepercayaan, dan persepsi relatif terhadap objek tertentu.


(38)

- Afektif

Afektif berisi apa yang Anda rasakan mengenai suatu objek, jadi komponen afektif berisi emosi. Afeksi sebagai komponen afektif menunjukkan perasaan, respek atau perhatian kita terhadap objek tertentu, seperti ketakutan, kesukaan, atau kemarahan.

- Konatif/Behavioral

Konatif berisi predisposisi Anda untuk bertindak terhadap objek. Jadi berisi kecendrungan untuk bertindak terhadap objek, atau mengimplementasikan perilaku sebagai tujuan terhadap objek.

- Evaluatif

Evaluasi acap kali dipertimbangkan sebagai inti dari tiga komponen sikap tersebut di atas. Evaluasi dapat dibayangkan sebagai suatu rentangan meggambarkan derajat sikap kita terhadap objek

Dengan demikian sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari konstelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut.

Disamping pendapat tersebut diatas, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa sikap melibatkan satu komponen yaitu komponen afek seperti yang dikemukakan Thrustone. Komponen afek atau perasaan tersebut memiliki dua sifat, yaitu positif atau negatif. Individu yang mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan menyukai obyek tersebut atau mempunyai sikap yang favorable terhadap obyek itu. Sedangkan individu yang mempunyai perasaan negatif terhadap suatu obyek psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavorable terhadap obyek tersebut. Dalam sikap yang positif reaksi seseorang cenderung untuk mendekati atau menyenangi obyek tersebut, sedangkan dalam sikap yang negatif orang cenderung untuk menjauhi atau menghindari obyek tersebut.


(39)

2.2.4.3 Karakter sikap

Menurut Brigham (1991) ada beberapa ciri sifat (karakteristik) dasar dari sikap, yaitu :

1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku;

2. Sikap ditunjukan mengarah kepada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengkategorisasikan target object dimana sikap diarahkan; 3. Sikap dipelajari;

4. Sikap mempengaruhi perilaku. Mengukuhi suatu sikap yang mengarah pada suatu obyek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada obyek itu dengan suatu cara tertentu.

2.2.4.4 Fungsi sikap

Menurut Katz (1960) dalam Dayakisni 2003, ada empat fungsi sikap diantaranya:

1. Utilitarian function: sikap memungkinkan seseorang untuk memperoleh

atau memaksimalkan ganjaran (reward) atau persetujuan dan meminimalkan hukuman. Dengan kata lain, sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian sosial, misal seseorang dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap sesuatu objek tertentu untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan.

2. Knowledge function: sikap membantu dalam memahami lingkungan

(sebagai skema) dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang obyek dan kelompok atau segala sesuatu yang dijumpai di dunia ini.

3. Value-expressive function: sikap kadang-kadang mengkomunikasikan nilai dan identitas yang dimiliki seseorang terhadap orang lain.

4. Ego defensive function: sikap melindungi diri, menutupi kesalahan, agresi, dan sebagainya dalam rangka mempertahankan diri. Sikap ini mencerminkan kepribadian individu yang bersangkutan dan masalah-masalah yang belum mendapatkan penyelesaian secara tuntas, sehingga individu berusaha mempertahankan dirinya secara tidak wajar karena ia merasa takut kehilangan statusnya.


(40)

2.2.4.5 Pembentukan dan Perubahan Sikap

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu bawaan, malainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor pengalaman besar peranannya dalam pembentukan sikap.

Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sherif & Sherif (1956) bahwa sikap dapat berubah karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan obyek tertentu.

Lebih tegas, menurut Bimo Walgito (1980) dalam Dayakisni 2003 bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

1.Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.

2.Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

Sementara itu Mednick, Higgins & Kirschenbaum (1975) menyebutkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a.Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan b.Karakter kepribadian individu

c.Informasi yang selama ini diterima individu.

Keitga faktor ini akan berinteraksi dalam pembentukan sikap. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri individu dan faktor di luar diri individu yang keduanya saling berinteraksi. Proses ini akan berlangsung selama perkembangan individu. Menurut Kelman (1991) dalam Dayakisni 2003, secara umum ada tiga proses perubahan:

1. Kesediaan. Terjadinya proses yang disebut kesediaan adalah ketika

individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari sekelompok lain dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan


(41)

positif dari pihak lain tersebut. Kesediaan menerima pengaruh pihak lain itu biasanya tidak berasal dari hati kecil seseorang akan tetapi lebih merupakan cara untuk sekedar memperoleh reaksi positif seperti pujian, dukungan, simpati dan semacamnya sambil menghindari hal-hal yang dianggap negatif. Tentu saja perubahan prilaku yang terjadi dengan cara seperti itu tidak akan dapat bertahan lama dan biasanya hanya tampak selama pihak lain diperkirakan masih menyadari akan perubahan sikap yang akan ditunjukan.

2. Identifikasi. Terjadi apabila individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap kelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara dia dengan pihak lain termasuk. Pada dasarnya proses indentifikasi merupakan sarana atau untuk memelihara hubungan yang diinginkan dengan orang atau kelompok lain dan cara untuk menopang pengertiannya sendiri mengenai hubungan tersebut. Bentuk identifikasi yang lain adalah identifikasi dalam usaha memelihara hubungan individu dengan kelompok yang mengharapkannya agar bersikap sama. Dalam ini indivindu bersikap sesuai dengan harapan kelompok dan sesuai dengan peranannya dalam hubungan sosial dengan kelompok tersebut.

3. Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia

bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang di anut. Dalam hal ini, maka isi dan hakikatnya sikap yang diterima itu sendiri dianggap oleh indivindu sebagai memuaskan. Sikap sedemikian itulah yang biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan.

Demikianlah tiga proses yang merupakan mekanisme perubahan sikap sebagaimana konsepsi Kelman. Lebih lanjut, dalam teori ini kelman menerangkan bahwa proses mana yang akan terjadi banyak bergantung pada sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi, berbagai kondisi yang mengendalikan masing- masing proses terjadi pengaruh, dan implikasinya terhadap permanensi perubahan sikap.


(42)

2.2.5 Teori Integrasi Informasi

Teori integrasi informasi memusatkan perhatian pada cara komunikator mengumpulkan dan mengatur informasi mengenai orang lain, benda-benda, situasi serta ide-ide untuk membentuk sikap (attitudes). Sikap adalah predispositions to act in a positive or negative way toward some object (kecendrungan untuk bertindak secara positif maupun negatif terhadap suatu objek). Pendekatan yang diajukan teori integrasi informasi merupakan salah satu model pendekatan yang paling populer yang menjelaskan bagaimana pembentukan dan perubahan sikap dapat terjadi.

Peneliti menggunakan teori ini sebagai arahan penelitian mengingat teori ini berasumsi bahwa kognisi sebagai suatu proses untuk mengetahui, memahami dan mempelajari sesuatu merupakan suatu sistem interaksi yang mana informasi memiliki potensi memengaruhi kepercayaan atau sikap individu. Suatu sikap merupakan kumpulan informasi mengenai suatu objek, orang, situasi, atau pengalaman. Perubahan sikap terjadi karena informasi baru memberikan tambahan terhadap sikap, atau informasi tersebut mampu mengubah penilaian bobot (weight) atau arah informasi lainnya. Setiap satu informasi biasanya tidak akan langsung memberikan pengaruh pada sikap karena sikap terdiri atas sejumlah kepercayaan yang dapat menolak informasi baru (Morisson, 2013: 90)

Perubahan sikap dipengaruhi oleh dua variabel penting. Pertama, adalah “valen” (valance) atau arah yang mengacu pada apakah informasi yang diterima itu memiliki valensi positif. Sebaliknya, jika informasi itu bertentangan dengan kepercayaan Anda maka informasi itu memiliki valensi negatif. Kedua, bobot yang di berikan dalam informasi yang merupakan sebuah kegunaan dari kredibilitas. Jika kita berpikir bahwa informasi tersebut adalah benar, maka kita memberikan bobot yang lebih tinggi pada informasi tersebut; jika tidak, maka kita akan memberikan bobot yang rendah. Jelasnya, semakin besar bobotnya, semakin besar pula dampak dari informasi tersebut pada sistem keyakinan kita.

Melalui teori ini peneliti ingin melihat bagaimana komunikator (dalam kasus ini adalah pemimpin dan anggota kelompok Re’uwel) mengumpulkan dan mengatur informasi mengenai norma khusus dan norma umum universal untuk membentuk sikap. Bagaimana valence dan bobot yang terjadi dalam interaksi


(43)

komunika terbentuk. 2.2.6 Ana Teor besar pada disampaik dan keprib Rob process an hasil riset mengenai pesan yan itu membe tersebut m asi kelompok alisis Proses ri analisis p a teori komu kan orang da badian kelom bert Bales m

nalysis) yan tnya selam komunikas ng saling dip entuk peran mempengaru

G

a = Masal b = Masa c = Masal d = Masa e = Masal

k kecil mer

s Interaksi proses intera unikasi kelo alam kelom mpok. menyusun te

ng saat ini s ma bertahun

si kelompo pertukarkan n dan kepri uhi karakter Gambar 2.2 lah komunik lah Evaluas lah pengaw lah keputus lah pengura reka sehingg aksi merup ompok. Teo mpok dan ba

eori mengen sudah menja n-tahun seb ok kecil unt n orang dala ibadian ang r atau sifat k

2 Kategori A

kasi si wasan

san

angan keteg

ga sikap taa

akan teori y ori ini memb agaimana pe

nai analisis p adi karya kl bagai fonda tuk menjela am kelomp ggota kelom kelompok se Analisis Pro gangan

at akan norm

yang memb bahas jenis-j esan itu mem

proses inter asik. Denga asi, Bales

askan meng ok, bagaim mpok, dan b ecara keselu oses Interaks ma tersebut berikan peng -jenis pesan mengaruhi

raksi (intera an menggun menyusun genai jenis mana pesan-p

bagaimana p uruhan. ksi dapat garuh n yang peran action nakan teori -jenis pesan pesan


(44)

f = Masalah reintegrasi

Melalui skema diatas, Bales menyatakan terdapat 12 jenis pesan dalam komunikasi kelompok yang dapat disederhanakan menjadi empat kelompok yaitu: tindakan positif, jawaban, pertanyaan, dan tindakan negatif. Jenis-jenis perilaku dalam kotak bersifat berpasangan, dan setiap pasangan perilaku memiliki wilayah masalah tertentu bagi kelompok bersangkutan. Misalnya, “memberikan informasi” dipasangkan dengan “meminta informasi”, “memberikan pendapat” dipasangkan dengan “meminta pendapat”, dan “memberikan saran” dipasangkan dengan “meminta saran”.

Menurut Bales, analisis proses interaksi terdiri atas enam kategori, yaitu: 1. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan

cukup informasi, maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah komunikasi”.

2. Jika masing-masing anggota kelompok tidak memberikan pendapat maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah evaluasi”. 3. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan

memberikan saran maka kelompok akan mengalami “masalah pengawasan”.

4. Jika masing-masing anggota kelompok tidak mencapai kesepakatan maka mereka akan mendapatkan “masalah keputusan”.

5. Jika tidak terdapat cukup dramatisasi maka akan muncul “masalah ketegangan”.

6. Jika anggota kelompok tidak ramah dan bersahabat maka akan terdapat “masalah reintegrasi”, yang berarti kelompok itu tidak mampu membangun kembali suatu “perasaan kita” atau kesatuan (cohesiveness) dalam kelompok bersangkutan.

Kategori “dramatisasi” (dramatizing) berperan penting dalam teori ini. Dramatisasi berarti melepaskan ketegangan dengan cara menyampaikan cerita dan pengalaman dengan orang lain. Cerita dan pengalaman tidak perlu selalu berhubungan secara langsung dengan tugas kelompok bersangkutan. Bentuk komunikasi ini penting tidak hanya untuk mengurangi ketegangan tetapi juga untuk memengaruhi kualitas diskusi dalam kelompok secara umum. Cerita sering


(45)

sekali disampaikan berulang-ulang dalam kelompok. Cerita ini terdiri atas tema fantasi, atau pengetahuan bersama, yang membangun identitas bersama di dalam kelompok. Tema fantasi membentuk atau menghasilkan suatu mekanisme di mana kesatuan atau rasa kebersamaan (sense of community) berkembang dalam kelompok.

2.2.7 Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum

Re’uwel merupakan salah kelompok kecil agama bersifat primer yang ada

ditengah mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Kelompok ini terbentuk pada bulan maret 2012 secara permanen dengan nama Re’uwel (bahasa Ibrani) yang memiliki arti “Sahabat Allah”. Pembentukan kelompok hingga menjadi kelompok permanen melewati beberapa proses yang disebut dengan penjangkauan. Penjangkauan diawali dengan pendataan setiap mahasiswa/i baru angkatan 2011 Fakultas Hukum USU oleh pemimpin kelompok. Pendekatan yang dilakukan adalah secara pribadi melalui kegiatan ospek yang berlanjut dengan kegiatan kebaktian fakultas dan universitas.

Setelah melalui beberapa tahap tersebut terkumpullah 9 orang yang menjadi bakal calon anggota yang kemudian akan melalui tahapan selanjutnya sebelum akhirnya dijadikan kelompok permanen. Tahap akhir ialah evaluasi, dimana setiap bakal calon anggota dievaluasi dengan angket hingga akhirnya secara evaluatif terpilihlah 6 orang yang menjadi anggota permanen kelompok kecil Re’uwel. Selain melalui kegiatan kebaktian, informan juga melakukan pendekatan melalui komunikasi antarpersonal yang dikenal dengan istilah sharing pribadi. Seiring berjalannya waktu, anggota kelompok Re’uwel yang terdaftar secara struktur hanya tinggal tiga orang yaitu Ibreina Saulisa Agitha Pandia, Margaretha O. Sianturi dan Frans Yosua Sinuhaji.

Kelompok ini terbentuk dibawah naungan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum atau yang disingkat dengan UKM KMK USU UP FH. Kelompok agama Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas


(46)

Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum (UKM KMK USU UP FH) terbentuk pada tahun 1981. Kelompok agama ini bersifat pelayanan rohani yang berporos pada dasar dan pedoman pelayanan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara yang dikenal dengan UKM KMK USU.

UKM KMK USU adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang terstruktur dibawah Rektorat USU dan Pembina (SK Mendikbud no 0457/0/1990 dan SK Rektorat No. 603/PT.05/SK/0.92 pasal 3 ayat 3)

2.2.7.1 Visi dan Misi

Re’uwel memiliki Visi dan Misi berdasarkan Pelayanan Unit Kegiatan

Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara. Visi Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum adalah menciptakan alumni yang berkualitas dan menjadi garam dan terang dimanapun berada. Adapun misi kelompok ini adalah :

1. Penginjilan

Memberikan keselamatan kepada mahasiwa Fakultas Hukum sehingga mereka menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat Pribadinya.

2. Pembinaan

Melakukan pembinaan kepada mahasiwa Fakultas Hukum yang telah menerima Yesus Kristus supaya mereka semakin mengenal Tuhan dalam iman dan pengetahuan sehingga memiliki karakter murid Kristus.

3. Pelipatgandaan

Suatu proses yang berkesinambungan dalam melatih dan mendorong mahasiswa Fakultas Hukum sehingga bertambah jumlah mereka yang melayani Tuhan.

4. Pengutusan

Melakukan pembinaan dan pelayanan mahasiswa untuk mempersiapkan mahasiswa Fakultas Hukum menjadi alumni yang mempunyai visi dan misi, strategi hidup alumni, kehidupan bekerja


(47)

(etika/bisnis), berkeluarga, bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menghasilkan alumni yang dapat menjadi garam dan terang. (Dokumen Evaluasi Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum).

2.2.7.2 Dasar dan Pedoman Pelayanan

Dasar dan Pedoman Pelayanan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara berisi hal-hal yang menjadi dasar pelayanan (visi, misi, ciri, dasar kepercayaan, dll) dan pedoman pelayanan (kurikulum pelayanan) yang terus-menerus digunakan setiap tahunnya (tanpa batas waktu).

1. Dasar Kepercayaan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara.

a. Alkitab adalah firman Allah yang dipercaya secara mutlak berotoritas. b. Allah tritunggal: Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam satu kesatuan.

c. Semua orang telah berdosa dan berada dalam murka Allah sehingga mendapat hukuman akibat dosa yaitu maut.

d. Penebusan dari hukuman akibat dosa hanya digenapi oleh kematian Yesus Kristus, Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia.

e. Orang berdosa dibenarkan Allah hanya karena kasih karunia oleh iman kepada Yesus Kristus.

f. Yesus Kristus dikandung dari pada Roh Kudus dan lahir dari anak dara Maria.

g. Yesus kristus mati dikayu salib, dikuburkan, turun kedalam kerajaan maut, bangkit dari antara orang mati dan naik kesurga.

h. Roh kudus tinggal dan bekerja di dalam orang-orang percaya.

i. Ada satu Gereja yang kudus dan am, yaitu tubuh Kristus yang terdiri dari semua orang percaya.

j. Pengharapan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dengan penuh kemuliaan.


(48)

2. Kebijakan Pelayanan

a. Setiap Unit Pelayanan memiliki tertib administrasi yang baik dalam pelayan. Tertib administrasi mencakup:

- Penyimpanan LPJ dan dokumen pelayanan lainnya (soft dan hard).

- Data base AKK dan PKK dilanjutkan.

- Bahan seminar, kebaktian, pengisian, training, retreat, kamp, dll (teks atau audio).

b. Program-program yang dibuat harus realistis berdasarkan analisa (mis: SWOT) dan mengacu kepada dasar dan pedoman pelayanan UKM KMK USU.

c. Adanya komunikasi yang baik dengan semua Unit pelayanan dalam penyusunan dan pelaksanaan program pelayanan.

d. Kriteria pengurus dan pemimpin kelompok kecil, antara lain: - Lahir baru dan meyakini dasar kepercayaan UKM KMK USU - Sudah melewati bahan KK MHB 4

- Pemahaman doktrin dasar yang baik

- Pemahaman Filosofi Pelayanan Mahasiswa yang baik - Hubungan pribadi dengan Tuhan baik

- Kesaksian hidup baik - Studi (IPK≥2,75)

- Komitmen memimpin minimal 2 tahun (untuk PKK)


(49)

2.3 Model Teoritik

Dalam penelitian ini, peneliti membuat model teoritik dengan memahami keterkaitan anatara beberapa teori, yaitu pengolahan informasi dalam teori komunikasi kelompok.

 

                   

Faktor-faktor Efektivitas Komunikasi Kelompok : 1. Ukuran Kelompok

2. Jaringan Kelompok 3. Kohesi Kelompok 4. Kepemimpinan

Teori Integrasi Informasi: - Valance (arahan) - Bobot terhadap

informasi Analisis Proses Interaksi: -Tindakan Positif

- Jawaban - Pertanyaan

Sikap taat akan Norma : - Kesediaan

- Intrenalisasi - Identifikasi

Norma-norma dalam kelompok kecil Re’uwel dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara

Unit Pelayanan Fakultas Hukum Komunikasi Kelompok Kecil Re’uwel


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu pogram, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Kriyantono, 2007: 66)  

Pengertian lain dari studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial (Mulyana, 2001: 201).

Pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan prinsip umum terhadap situasi-situasi spesifik dan contoh-contoh, yang disebut kasus-kasus. Analisis menunjukkan kombinasi pandangan, pengetahuan dan kreativitas dalam mengidentifikasi dan membahas isu-isu yang relevan dalam kasus yang dianalisisnya, dalam menganalisis isu-isu ini dari sudut pandang teori dan riset yang relevan dan dalam merancang strategi yang realistik dan layak untuk mengatasi situasi problematik yang teridentifikasi dalam kasus.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi yang nyata dalam berbagai konteks. Dalam hal ini, kasus yang diteliti adalah proses komunikasi kelompok kecil dalam menanamkan sikap taat akan norma. Pertanyaan tentang pesan-pesan apa saja yang dipertukarkan dalam komunikasi kelompok kecil pemimpin dan anggota-anggotanya dan bagaimana pesan-pesan itu bisa menanamkan sikap taat menjadi agenda penting mengapa peneliti memilih metode studi kasus.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti melakukannya dengan cara (Daymon, 2008: 162)

1. Melakukan analisis mendetail mengenai kasus dan situasi tertentu. Dalam hal ini peneliti akan menganalisis komunikasi kelompok kecil yang terjadi dan bagaimana pesan-pesan dalam komunikasi tersebut dapat menanamkan sikap taat.


(51)

2. Berusaha memahaminya dari sudut pandang orang-orang yang terlibat di sana. Peneliti memahami subjek penelitian tidak hanya dari subjek penelitian secara psikologis dan mengumpulkan informasi dari subjek penelitian sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.

3. Mencatat bermacam-macam pengaruh dan aspek hubungan komunikasi dan pengalaman yang akan ditemui pada saat melakukan penelitian ini dilakukan di lapangan.

Dalam studi kasus, peneliti berupaya secara seksama dan dengan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variabel yang berhubungan dengan kasus. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, variabel yang ingin dikaji adalah variabel tentang komunikasi kelompok kecil Re’uwel dan variabel tentang sikap taat akan norma. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti (Mulyana, 2001: 201).

Peneliti menginginkan data yang benar-benar akurat yang diperoleh dari subjek penelitian untuk dapat mengkaji lebih dalam mengenai proses komunikasi kelompok kecil dalam menanamkan sikap taat akan norma. Dengan mengenal dan mempelajari karakteristik subjek penelitian, peneliti optimis data yang diperoleh dapat membantu tercapainya tujuan penelitian.

Adapun karakteristik studi kasus yakni sebagai berikut: (Daymon, 2008: 164)

1. Eksplorasi mendalam dan menyempit

2. Berfokus pada peristiwa nyata dalam konteks kehidupan sesungguhnya 3. Dibatasi oleh ruang dan waktu.

4. Bisa hanya merupakan kilasan atau riset longitudinal tentang peristiwa yang sudah maupun yang sedang terjadi

5. Dari berbagai sumber informasi dan sudut pandang 6. Mendetail

7. Pandangan menyeluruh, menyelidiki hubungan dan keterpautan

8. Fokus pada realitas yang diterima apa adanya, maupun realitas yang penting dan tidak biasa

9. Bermanfaat untuk membangun, sekaligus menguji teori 3.2 Objek Penelitian


(52)

Objek dari penelitian ini adalah Komunikasi Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Fakultas Hukumdalam menanamkan sikap taat akan norma.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan Pemimpin Kelompok Kecil dan Anggota Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Fakultas Hukum yang berperan sebagai informan dan berhubungan dengan kasus penelitian yang akan diteliti.

3.4 Kerangka Analisis

Kerangka analisis mempermudah analisa mengenai penelitian. Kerangka analisis yang digunakan oleh penulis adalah paradigma pendekatan. Dimana yang dianalisiskan adalah proses komunikasi kelompok kecil Re’uwel dalam menanamkan sikap taat akan norma.

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari informan di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sampai data jenuh. Kemudian dengan menggunakan teknik analisis data selama dilapangan model Miles and Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Peneliti melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2005 : 92).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian Lapangan adalah pengumpulan data dilapangan yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian. Pengumpulan data dari informan melalui wawancara mendalam (depth interview), observasi partisipan, serta analisis


(53)

1. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Wawancara mendalam secara umum adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian wawancara mendalam adalah keterlibatan dalam kehidupan informan (Bungin, 2006:108). Dalam teknik ini wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan menggunakan pedoman daftar pertanyaan yang kemudian akan dikembangkan selama proses wawancara.

2. Observasi partisipan (Pengamatan terlibat)

Pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti (Idrus, 2009:101). Peneliti akan melakukan observasi langsung ke lapangan seperti mengikuti aktivitas kelompok kecil Pemimpin Kelompok dan Anggotanya.

b. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara memperoleh dan mengumpulkan data sekunder yang dibutuhkan oleh peneliti, sebagai landasan teori yang menjadi dasar bagi penelitian serta berguna untuk memecahkan masalah-masalah dalam penelitian. Data sekunder diperoleh melalui kajian literatur dari buku-buku, artikel, jurnal, serta situs di internet yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.


(1)

52.Apakah kamu mengawasi sikap ketaatan anggotas akan norma-norma tersebut?


(2)

BIODATA

IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Nince Rere Juliansa Sihombing Nama Panggilan : Rere

Tempat, tanggal lahir : Pangkalan Susu, 22 Juli 1991

Umur : 22 Tahun

Golongan Darah : B

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Kebangsaan : Indonesia

Status Marital : Mahasiswi

Alamat : Jalan Harmonika, Pasar 1 Padang Bulan No. 30

Kecamatan Medan Baru Medan

Telepon / No. HP : 08992878772

Email / Facebook : rey_joelee@yahoo.co.id / Nince Rere Juliansa S.

RIWAYAT PENDIDIKAN

(1997-2003) SD Negeri Bukit Jengkol Pangkalan Susu (2003-2006) SMP Negeri 1 Pangkalan Susu

(2006-2009) SMA Negeri 1 Pangkalan Susu

(2010-Sekarang) S-1 Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara


(3)

1. Osis SMA Negeri 1 Pangkalan Susu sebagai ketua divisi Paskibraka

2. Talkshow Pengenalan Jurnalistik dan Public Relation 2011 di FISIP USU sebagai koordinator sie. Dana

3. Panitia Kunjungan Media dan Perusahaan 2012 di FISIP USU sebagai Bendahara

4. Panitia Natal Departemen Ilmu Komunikasi 2012 di FISIP USU sebagai Koordinator sie. Acara

5. Anggota Divisi Humas Ikatan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) 2011-2012

6. Panitia INISIASI IMAJINASI di FISIP USU sebagai anggota divisi Humas


(4)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No.1 Telp (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA

: Nince Rere Juliansa Sihombing

NIM

:

100904051

PEMBIMBING

: Dra. Dayana M.Si

No

Tanggal Pertemuan

Pembahasan

Paraf

Pembimbing

1

8 Januari 2014

ACC Seminar Proposal

2

11 Maret 2014

Penyerahan BAB I

3

18 Maret 2014

Penyerahan Revisi BAB I

4

20 Maret 2014

ACC BAB I

Penyerahan BAB II-III

5

27 Maret 2014

Penyerahan Revisi BAB

II-III


(5)

6

28 Maret 2014

ACC BAB II-III

7

8 April 2014

Penyerahan Pedoman

Wawancara

8

15 April 2014

Penyerahan Revisi

Pedoman Wawancara

9

26 Mei 2014

Penyerahan BAB IV-V

10

2 Juni 2014

Penyerahan Revisi BAB

IV-V

11

9 Juni 2014

Penyerahan Revisi BAB

IV-V


(6)

DOKUMENTASI  

 

     


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Mahasiswa Memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

10 84 90

Komunikasi Kelompok Pemulung untuk Bertahan Hidup (Studi Kasus Tentang Komunikasi Kelompok Dikalangan Pemulung Dalam Bertahan Hidup)

8 129 111

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai Vaksin HPV.

3 47 75

Komunikasi Kelompok Kecil Murabbi dan Binaannya dalam Menanamkan Sikap Taat (Studi Kasus tentang Peranan Komunikasi Kelompok Kecil Murabbi dan Binaannya dalam Menanamkan Sikap Taat pada Anggota Kelompok Halaqoh Kader Partai Keadilan Sejahtera).

8 66 142

Pengaruh Radio Terhadap Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Program Acara Akustar di Radio Star FM Terhadap Sikap Bermusik Mahasiswa Fakultas Sastra USU)

2 74 125

Studi Deskriptif Mengenai Stage of Integrity Mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas "X" Bandung.

0 0 39

Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)

0 0 12

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Paradigma Kajian - Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Huku

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)

0 0 7

Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum)

0 1 15