Asep Saeful Ulum, 2013 Study Ethomathematic: Pengungkapan Karakteristik Kultural Matematiika Pada Aktivitas Bertenun
Masyaraka Adat Baduy Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Depenability  dan  Uji  Confirmability,  peneliti  melakukannya  hampir  bersamaan dengan  melaporkan  semacam  “jejak  langkah  aktivitas”  kepada  pembimbing  dalam
penelitian ini. Jejak langkah aktivitas tersebut diaudit oleh pembimbing pada Februari 2013 sekaligus hasil penelitian ini diuji dengan dikaitkan terhadap setiap proses yang
dilakukan.
K. Road Map Penelitian Ethnomathematics
Road  map  penelitian  ethnomathematics  perlu  untuk  peneliti  kemukakan dengan  pertimbangan  agar  dapat  dilihat  posisi  penelitian  ini  terhadap  penelitian-
penelitian  perkembangan-perkembangan  sebelumnya  pada  area  penelitian ethnomathematics.  Untuk  menggambarkan  road  map  penelitian  ini,  peneliti
menggunakan Causal Loop Diagrams dan Fishbone Diagrams. Causal  Loop  Diagrams  adalah  sebuah  diagram  yang  memperlihatkan
hubungan  sebab  akibat  dari  apa  yang  sedang  terjadi.  Ada  feedback  negatif,  dan feedback  positif  untuk  menyatakan  keterhubungan  sebab  akibat  dari  dua  kejadian
yang  sedang  terjadi.  Jika  dengan  meningkatnya  suatu  kejadian  misal  A menyebabkan  meningkatnya  pula  kejadian  yang  lain  B,  maka  hal  tersebut
dipandang sebagai feedback positif. Tidak hanya itu, feedback positif juga dilabelkan ketika menurunnya kejadian A menyebabkan menurunnya pula kejadian B. Feedback
negatif adalah sebaliknya;  jika dengan meningkatnya kejadian  A justru  menurunkan kejadian B, atau dengan menurunnya kejadian A justru meningkatkan kejadian B.
Langkah-langkah pembuatan Causal Loop Diagrams Kim, 1992: 1.
Pikirkan  elemen-elemen  yang  nanti  akan  terdapat  pada  casual  loop diagrams  sebagai  variabel-variabel  yang  bisa  meningkat  ataupun
menurun. a.
Prioritaskan  untuk  menggunakan  frase  kata  benda  untuk merepresentasikan elemen-elemen daripada frase kata kerja. Ini karena
Asep Saeful Ulum, 2013 Study Ethomathematic: Pengungkapan Karakteristik Kultural Matematiika Pada Aktivitas Bertenun
Masyaraka Adat Baduy Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
kejadian-kejadian  yang  terjadi  pada  casual  loop  diagrams  ditentukan oleh arah panah, bukan oleh elemennya.
b. Meskipun begitu, pastikan bahwa istilah yang dijadikan elemen adalah
sesuatu yang jelas apakah variabel elemen itu meningkat atau tidak. Contoh,  gunakanlah  kata  “Toleransi  untuk  kriminal”  daripada  kata
“Sikap terhadap aksi kriminal.”
c. Secara umum, akan menjadi jelas  apabila frase kata  yang digunakan
sebagai  elemen  adalah  frase  yang  memiliki  nilai  positif.  Contoh, gunakanlah kata “Tumbuh” daripada kata “Kontraksi”.
d. Link-link  pada  casual  loop  diagrams  harus  berimplikasi  pada  arah
sebab-akibat,  dan  bukan  berupa  plot  waktu  yang  sederhana.  Oleh karena  itu,  apabila  ada  link  positif  dari  elemen  A  ke  elemen  B,
tidaklah  dibaca  sebagai  “jika  A  terjadi  maka  B  terjadi”,  melainkan di
baca sebagai “jika A meningkat maka B meningkat.” 2.
Ketika mengkonstruksi link-link pada casual loop diagrams, pikirkanlah kemungkinan-kemungkinan  lain  yang  sebelumnya  tidak  pernah  diduga
memiliki efek terhadap elemen-elemen yang disambungkan. 3.
Untuk loop yang bernilai feedback negatif, biasanya disanalah tujuan yang harus dicapai itu berada.
4. Perbedaan  antara  apa  yang  telah  terjadi  dengan  apa  yang  dirasakan
terhadap  suatu  proses  bisa  sering  menjadi  hal  yang  penting  dalam menjelaskan  suatu  kebiasaan.  Maka  dari  itu  penting  untuk  membuat
causal  loop  antar  2  dua  elemen  untuk  menilai  yang  mana  yang  sudah terjadi  dan  yang  mana  yang  menjadi  persepsi  yang  dirasakan.  Pada
banyak  kasus,  ketika  persepsi  muncul  terhadap  apa  yang  telah  terjadi,
Asep Saeful Ulum, 2013 Study Ethomathematic: Pengungkapan Karakteristik Kultural Matematiika Pada Aktivitas Bertenun
Masyaraka Adat Baduy Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
biasanya ada sesuatu yang menundamenghalangi. Penundaanpenghalang itu pun perlu untuk digambarkan causal loop-nya.
5. Terdapat  perbedaan  antara  konsekuensi  yang  panjang  dirasakannya
lama  dengan  konsekuensi  yang  pendek  dirasakan  seketika,  dan  hal tersebut  sangat  mungkin  membedakan  pula  dalam  penggambaran  loop-
nya. 6.
Jika link antara dua elemen dipandang memiliki penjelasan yang panjang, pikirkanlah kemungkinan dibuatnya elemen perantara yang menjembatani
kedua  elemen  tersebut  untuk  lebih  memperjelas  apa  sebenarnya  yang sedang terjadi.
7. Usahakan  diagram  yang  dibuat  adalah  diagram  yang  sesederhana
mungkin. Tujuan  dari
causal  loop diagram
bukanlah  untuk menggambarkan  secara  detail  proses-proses  yang  terjadi,  tetapi  untuk
menggambarkan  feedback  dari  setiap  aspek  pada  proses-proses  tersebut sehingga mampu untuk mengobservasi pola dari apa yang sedang terjadi.
Berikut ini adalah causal loop diagram yang menggambarkan apa yang telah terjadi, dan persepsi-persepsi yang muncul di sekitar study ethnomathematics.
Asep Saeful Ulum, 2013 Study Ethomathematic: Pengungkapan Karakteristik Kultural Matematiika Pada Aktivitas Bertenun
Masyaraka Adat Baduy Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Gambar 3.1. Causal loop diagrams study ethnomathematics
Dari  gambar  causal  loop  diagrams  di  atas,  misalkan  kita  ambil  dua  elemen, yaitu  “study  ethnomathematics”  dan  elemen  “tidak  mengetahui  timbal  balik
matematika  dengan  budaya.”  Gambar  tersebut  menjelaskan  bahwa  jika  study
ethnomathematics  meningkat  berarti  ada  gerakan  yang  masif  dalam  kajian-kajian ethnomathematics  maka  hal  tersebut  akan  mengakibatkan  turunnya  level  ketidak
tahuan hubungan antara matematika dengan budaya. Namun,  apabila ketidak tahuan adanya hubungan yang timbal balik antara matemaika dengan budaya meningkat, hal
tersebut akan mengakibatkan tingginya study ethnomathematics. Penggambaran  yang  lain  yang  dapat  digunakan  untuk  memperlihatkan
perkembangan terkini dari penelitian study ethnomathematics adalah penggambaran
Asep Saeful Ulum, 2013 Study Ethomathematic: Pengungkapan Karakteristik Kultural Matematiika Pada Aktivitas Bertenun
Masyaraka Adat Baduy Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
menggunakan  Fishbone  Diagrams  diagram  tulang ikan.  Fishbone Diagrams  WBI Evaluation Group, 2007 adalah sebuah diagram  sebab-akibat  yang dapat  digunakan
untuk  mengidentifikasi  potensi  apa  yang  aktual  yang  dapat  menjadi  penyebab lahirnya  sua  tu  kebutuhan  masalah.  Fishbone  Diagrams  menyediakan  sebuah
struktur  kelompok-kelompok  diskusi  di  sekitar  potensi  aktual  penyebab  lahirnya kebutuhan  masalah.  Beberapa  keuntungan  yang  diperoleh  dengan  dibuatnya
Fishbone  Diagrams  adalah:  1  Diagram  ini  memungkinkan  lahirnya  analisis  yang peka  sehingga  terhindar  dari  pengamatan  yang  tidak  perlu  terhadap  kemungkinan-
kemungkinan  akar  masalah  yang  harus  diselesaikan;  2  Teknik  Fishbone  ini  mudah untuk diimplementasikan dan menciptakan kemudahan untuk memahami representasi
penyebab  masalah  lahirnya  kebutuhan  secara  visual,  bahkan  hingga  kepada kategori-kategori  penyebab,  dan  apa  yang  harus  diselesaikan;  3  Dengan
menggunakan Fishbone Diagrams, di dalam sebuah “gambar yang besar” kita masih
bisa fokus terhadap kemungkinan penyebab lahirnya kebutuhan masalah atau fokus kepada  faktor-faktor  apa  saja  yang  mempengaruhi  lahirnya  suatu  kebutuhan
masalah;  4  Bahkan  setelah  dipetakan  dengan  jelas  bagaimana  kondisi  kebutuhan masalah,  Fishbone  Diagrams  tetap  akan  memperlihatkan  area  of  weakness  area
yang  masih  lemah,  yang  sekalinya  area  tersebut  ditunjukkan,  akan  sangat  mungkin menarik  pihak-pihak  lain  melakukan  revisi-revisi  dan  membentuk  diagram  baru
sehingga kesulitan-kesulitan lanjutan yang mungkin muncul akan dapat diantisipasi. Prosedur  umum  pembuatan  Fishbone  Diagrams  dijelaskan  pada  delapan
tahapan di bawah ini WBI Evaluation Group, 2007: 1.
Lakukan  identifikasi  kesenjangan  celah,  gap  yang  perlu  untuk  dicapai dengan sempurna melalui hasil project program yang sedang dijalani.
2. Perjelaslah, dengan menggunakan kalimat yang singkat tentang apa yang
menjadi  kebutuhan  masalah.  Pastikan  bahwa  setiap  orang  di  dalam
Asep Saeful Ulum, 2013 Study Ethomathematic: Pengungkapan Karakteristik Kultural Matematiika Pada Aktivitas Bertenun
Masyaraka Adat Baduy Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
kelompok project program setuju dengan kalimat yang menggambarkan kebutuhan masalah tersebut.
3. Menggunakan  selembar  kertas  yang  panjang,  gambar  garis  horizontal
sepanjang  kertas.  Garis  tersebut  akan  menjadi  “tulang  belakang  ikan”. Tuliskanlah  kalimat  singkat  yang  menjadi  kebutuhan  masalah  di
sepanjang “tulang belakang ikan” di sebelah kiri tangan. 4.
Identifikasi  hal-hal  yang  melenceng  sebagai  kategori  penyebab  lahirnya suatu
kebutuhan masalah.
Teknik yang
efektif untuk
bisa mengidentifikasi  kategori  penyebab  lahirnya  kebutuhan  masalah  adalah
dengan teknik brainstorming. Untuk setiap kategori penyebab, gambarlah sebuah “tulang” berupa garis yang membentuk sudut 45 derajat terhadap
“tulang belakang ikan”. Beri label pada setiap “tulang” tersebut.
5. Bentuk  kelompok-kelompok  brainstorm  untuk  mengidentifikasi  faktor-
faktor  yang  menjadi  pengaruh  lahirnya  penyebab  dan  kebutuhan masalah. Untuk setiap kategori penyebab, kelompok-kelompok itu harus
bertanya:  “Mengapa  hal  ini  dapat  terjadi?”  Tambahkan  pula  “alasan mengapa” di dalam diagram.
6. Ulangi  prosedur  bertanya  “Mengapa  hal  ini  dapat  terjadi”  untuk  setiap
jawaban  yang  telah  ditemukan,  hingga  pertanyaan  yang  diajukan  sudah tidak lagi berarti untuk dijawab.
7. Ketika  kelompok  telah  sepakat  dengan  isi  diagram  yang  telah  cukup
memuat  informasi,  analisislah diagram.  Khususnya, temukanlihat bagian penyebab yang muncul lebih dari satu kali pada bagian diagram.
8. Lingkari apapun yang terlihat menjadi akar penyebab lahirnya kebutuhan
masalah.  Prioritaskan  akar  penyebab  tersebut  dan  tentukan  sikap  apa
Asep Saeful Ulum, 2013 Study Ethomathematic: Pengungkapan Karakteristik Kultural Matematiika Pada Aktivitas Bertenun
Masyaraka Adat Baduy Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
yang  harus  diambil.  Pengambilan  sikap  tersebut  mungkin  akan menyangkut  kepada  investigasi  selanjutnya  terhadap  akar-akar  penyebab
yang lain. Berdasarkan kepada penjelasan,  dan  pedoman membuat  Fishbone Diagrams,
serta kajian
pustaka yang
menggambarkan perkembangan
penelitian ethnomathematics, maka peneliti kemudian menyusun Fishbone Diagrams penelitian
ethnomathematics seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.2. Fishbone diagrams penelitian ethnomathematics
Diagram di atas digunakan pula untuk menggambarkan bagaimana road map penelitian ethnomathematics.
Asep Saeful Ulum, 2013 Study Ethomathematic: Pengungkapan Karakteristik Kultural Matematiika Pada Aktivitas Bertenun
Masyaraka Adat Baduy Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
176
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Untuk  menjawab  pertanyaan  deskriptif  pada  rumusan  masalah,  yaitu “Bagaimanakah  karakteristik  kultural  matematika  pada  aktivitas  bertenun
masyarakat  Kampung  Gajeboh  di  Baduy?”  kesimpulan  penelitian  ini  dibagi
berdasarkan  proses  awal  bertenun,  proses  inti  bertenun,  dan  motif  tenunan  Baduy. Karakteristik  kultural  matematika  diungkap  melalui  study  ethnomathematics  dengan
prinsip  mutual  interrogation  yang  memandang  pengetahuan  matematika  dan pengetahuan budaya sebagai dua pengetahuan yang sejajar.
Pada  proses  awal  bertenun,  karakteristik  kultural  matematika  diungkap dengan  menggunakan  matematika  sebagai  kerangka  acuan.  Penggunaan  matematika
sebagai kerangka acuan berarti proses interogasi dimulai dari elemen-elemen budaya pada proses tersebut.
Karakteristik  kultural  matematika  yang  terungkap  pada  proses  persiapan bertenun masyarakat adat Baduy adalah:
1 Ada kesejajaran yang menarik antara penenun dengan matematikawan dalam
hal  bagaimana  keduanya  dipandang  oleh  komunitas  atau  perkumpulannya masing-masing.
2 Para  penenun  Baduy  sama  sekali  tidak  menciptakan  bangunan  pengetahuan
matematika  dalam  proses  awal  bertenun  yang  mereka  lakukan.  Namun  cara mereka  berpikir,  cara  mereka  memperbincangkan,  hingga  mempraktikkan
dalam  konteks  proses  awal  bertenun,  di  beberapa  hal  terlihat  paralel