TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK : Studi Kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.

(1)

Nomor Daftar FPIPS : 1494/UN.40.1.2/PL/2013 TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI

PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK

(Studi Kasus Terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

WINDA FEBRINA 0907476

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK

(Studi Kasus Terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak)

Oleh Winda Febrina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Winda Febrina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

WINDA FEBRINA 0907476

TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK (Studi Kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes

Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I,

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 198803 1 003

PEMBIMBING II,

Syaifullah, S.Pd. M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,

Syaifullah, S.Pd. M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001


(4)

ABSTRAK

WINDA FEBRINA (0907476), “TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA NEGARA YANG BAIK” (Studi Kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak).

Perwujudan masyarakat adat baduy sebagai warga Negara yang baik dilakukan melalui tradisi seba. Seba merupakan tradisi yang dilakukan setahun sekali dengan bentuk kunjungan resmi (sowan). Seba merupakan perwujudan ketaatan masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah, khusunya pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji tentang tradisi seba pada masyarakat adat baduy sebagai perwujudan warga negara yang baik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan studi literatur. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh adat kampung baduy, kepala desa kanekes, aparat pemerintah Disporabudpar Kabupaten Lebak dan masyarakat adat baduy.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa tradisi seba itu merupakan perwujudan dari warga Negara yang baik yang tercermin dalam sowan dengan tujuan menjalin tali silaturahim antara masyarakat adat baduy dengan pemerintah. Terdapat dua faktor dipertahankannya tradisi seba yakni warisan dari leluhur dan ajang silaturahim masyarakat baduy dengan pemerintah. Pada pelaksanaan tradisi seba terdapat nilai-nilai yang berkaitan dengan perwujudan warga Negara yang baik yakni nilai empiris, nilai estetis, nilai teologis, nilai teleologis, nilai logis dan nilai etis. Strategi yang dilakukan dalam pewarisan tradisi seba yakni melibatkan langsung generasi penerus, proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua sejak dini, proses habituasi melalui lingkungan sekitar sedangkan strategi yang dilakukan pemerintah dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat baduy. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba yakni koordinasi yang kurang baik antara warga Baduy dengan pemerintah, jarak tempuh yang jauh, fluktuasi hasil bumi yang diperoleh sedangkan kendala yang dihadapi pemerintah dalam pelaksanaan tradisi Seba yakni tidak menentunya waktu pelaksanaan Seba dan padatnya jadwal Bupati dengan Gubernur. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kendala tersebut yakni koordinasi yang maksimal dari jaro warga kepada pemerintah, waktu pemberangkatan yang berbeda antara baduy luar dengan baduy dalam, pemberian hasil panen yang tidak maksimal sedangkan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi kendala-kendala yang terjadi yakni dengan berkoordinasi yang lebih maksimal dengan jaro warga untuk waktu sampai masyarakat baduy di pendopo, mempersiapkan jadwal Bapa gede agar bisa menyambut dan memimpin langsung pelaksanaan tradisi seba.


(5)

ABSTRACT

WINDA FEBRINA (0907476), "SEBA TRADITION ON INDIGENOUS BADUY AS EMBODIMENT OF GOOD CITIZENS"(Case

Studies of the Indigenous Baduy Village Kanekes Subdistrict Leuwidamar Lebak Regency).

Embodiment of indigenous Baduy as good citizens conducted by Seba tradition. Seba is a tradition that is done once a year by official visit (sowan). Seba is embodiment of obedience of indigenous Baduy to government, especially government of Lebak Regency and Banten Province.

Generally, this study to identify and learn about the Seba traditions of the indigenous Baduy as the embodiment of a good citizen. The approach used in this study is a qualitative approach using case studies. Data collection was conducted by interview techniques, observation, documentation, field notes and literature. Subjects in this study were traditional leaders of Baduy Village, head of Kanekes Village, government officials of Disporabudpar Lebak regency and indigenous Baduy.

Based on the findings that the Seba tradition was a manifestation of the good citizens are reflected by sowan with the aim of establishing friendship rope between indigenous Baduy and the government. There are two factors about the maintenance of Seba tradition the first is the legacy of ancestors indigenous Baduy and the second Seba tradition is friendship event between indigenous Baduy and the government. On the implementation of Seba tradition there are the values associated with the embodiment of good citizens that is the emipirical value, aesthetic value, theological value, teleological value, logical value and ethical value. Strategies are taken in inheritance Seba tradition that directly involves the next generation, the learning process is done by the parents from an early age, habituation process through the neighborhood, while the government's strategy is giving donation to society of Baduy. Constraints faced by the Baduy community in the implementation of Seba tradition that less coordination between the governments and Baduy community, far distance, the fluctuations of the produce, while the constraints faced by the government in the implementation of the Seba tradition is uncertain the execution time of Seba and the tight schedule of Regents and the Governor. Efforts were made to overcome these obstacles there are maximum coordination of Jaro to the government, different departure times between Baduy outside the Baduy inside, giving maximum produce, while the efforts made by the government to overcome the obstacles that occur that is maximum coordination with Jaro residents to take up the Baduy in the hall, preparing schedules big Father to be greeted and led direct execution Seba tradition.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iv

ABSTRAK ...viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR BAGAN ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

E. Penjelasan Istilah ... 9

1. Masyarakat Adat ... 9

2. Suku Baduy ... 10

3. Kebudayaan ... 10

4. Warga Negara ... 11

5. Tradisi Seba ... 11

F. Teknik Pengumpulan Data ... 12

1. Wawancara ... 12

2. Observasi ... 12

3. Dokumentasi ... 13

4. Catatan Lapangan ... 13

5. Studi Literatur ... 13

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 14

1. Reduksi Data ... 14

2. Display Data ... 14

3. Kesimpulan/Verifikasi ... 15

H. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 15

1. Lokasi Penelitian ... 15

2. Subjek Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Pengertian, Unsur dan Ciri Masyarakat ... 16

1. Pengertian Masyarakat ... 15

2. Unsur Masyarakat ... 18


(7)

B. Pengertian, Unsur, Komponen, Wujud, Perkembangan

Kebudayaan ... 22

1. Pengertian Kebudayaan ... 22

2. Unsur Kebudayaan ... 25

3. Komponen Kebudayaan ... 28

4. Wujud Kebudayaan ... 29

5. Perkembangan Kebudayaan ... 32

C. Sejarah, Pengertian, Tujuan Seba ... 33

1. Sejarah Seba ... 33

2. Pengertian Seba ... 34

3. Tujuan Seba ... 35

D. Kaitan PKn dengan Budaya/Adat ... 36

1. Pengertian, Tujuan, Fungsi PKn ... 36

a. Pengertian PKn ... 36

b. Tujuan PKn ... 38

c. Fungsi PKn ... 40

2. Pengembangan Budaya dalam Konteks PKn ... 40

E. Tradisi Seba dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 45

1. Pendekatan Penelitian ... 45

2. Metode Penelitian... 46

B. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Wawancara ... 47

2. Observasi ... 48

3. Dokumentasi ... 49

4. Catatan Lapangan ... 49

5. Studi Literatur ... 50

C. Subjek Penelitian ... 50

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 51

1. Reduksi Data ... 52

2. Display Data ... 52

3. Kesimpulan/ Verifikasi ... 52

4. Pengujian Keabsahan Data ... 53

a. Credibility (Validitas Internal) ... 53

b. Transferability (Validitas Eksternal)... 55

c. Dependability (Reliabilitas) ... 56

d. Confirmability (Obyektivitas) ... 56

E. Tahap-tahap Penelitian ... 57

1. Tahap Pra Penelitian ... 57

2. Tahap Pelaksanaan ... 58


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 60

1. Profil Masyarakat Baduy... 60

2. Letak Geografis Kampung Adat Baduy ... 61

3. Asal Usul Masyarakat Baduy ... 63

4. Penduduk ... 65

5. Sistem Pemerintahan ... 68

6. Agama dan Kepercayaan... 71

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 76

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...123

A. Kesimpulan ...123

1. Kesimpulan Umum ...123

2. Kesimpulan Khusus ...123

B. Saran ...125 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat telah berhasil menarik perhatian baik masyarakat asing maupun masyarakat lokal. Ketertarikan para wisatawan kepada masyarakat adat Baduy membuat mereka ingin melihat dan berkunjung ke kampung adat Baduy. Tidak sedikit para wisatawan yang ingin meneliti mengenai kebudayaan yang dimiliki oleh masayarakat adat Baduy tersebut.

Hal di atas sesuai data dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Lebak, pada tahun 2011 tercatat 6.469 pengunjung yang menyambangi Baduy. Menurut Kapala Bidang Pariwisata Disporabudpar Kabupaten Lebak dari 6.469 pengunjung itu sekitar 120-an wisatawan mancanegara. Hal itu mengindikasikan daya tarik wisata Baduy masih diminati masyarakat.

Lokasi kampung adat Baduy terletak di Kabupaten Lebak. Mereka berdomisili di sekitar hutan yang tidak bisa ditempuh dengan waktu yang singkat. Hal tersebut sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Edi S. Ekadjati (2009: 52) yang menyatakan bahwa ”lokasi permukiman masyarakat adat Baduy yang terpencil, sikap hidup yang kukuh mempertahankan adat dari leluhur dan sikap


(10)

Sesuai pendapat di atas bahwa masyarakat adat Baduy memang berada di tempat yang jauh dari keramaian, karena menurut sejarah yang ada mereka merupakan pengasingan dari kerajaan sunda pajajaran. Hal tersebut diperkuat oleh catatan lain dari laporan R.A.A.A Djajadiningrat, yang diikuti Yudistira Garna yang dikutip oleh Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak (2004: 9) antara lain sebagai berikut:

Menurut adat dan kepercayaan, orang-orang baduy merupakan kelompok yang mewakili suatu jaman peradaban Pasundan yang telah silam. Meskipun kita telah jauh di pengetahuan yang pasti tentang satu dan lainnya mengenai pandangan mereka namun melihat keterasingannya yang ketat yang mereka lakukan, sejauh ini dapat disimpulkan bahwa mereka itu bukan penganut ajaran Ciwa atau Wisnu dan bukan pula penganut suatu sekte Hindu ataupun Budha.

Menurut pendapat di atas dapat dideskripsikan bahwa masyarakat adat Baduy telah ada sejak zaman kerajaan Pasundan. Kehidupan yang dianut oleh masyarakat adat Baduy sejak beberapa abad yang lalu dapat disimpulkan bahwa mereka memang telah terbiasa terisolir, jauh dari keramaian dan tidak menerima masuknya kebudayaan dari luar.

Masyarakat adat Baduy dapat bertahan dalam kurun waktu yang sangat lama dengan menolak budaya dari luar. Padahal, perubahan yang ditawarkan dari luar membuat yang sulit menjadi mudah, membuat segalanya menjadi instan. Namun itu semua tidak berpengaruh kepada pendirian masyarakat adat Baduy dalam mempertahankan budaya warisan nenek moyangnya.

Tidak dapat dipungkiri keunikan budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat Baduy memanglah sangat lazim untuk diteliti dan dibanggakan. Kekhasan budaya dan tradisi yang mereka yakini dan mereka jalani membuat mereka


(11)

menjadi unik dan berbeda dengan yang lain. Dengan kebudayaannya yang masih kental dari warisan nenek moyang mereka, maka sudah sepantasnya masyarakat adat Baduy menjadi kearifan lokal di Kabupaten Lebak.

Seiring dengan perkembangan zaman, dalam rangka menjalankan kehidupan dan memenuhi kebutuhan masyarakat adat Baduy diberlakukan toleransi terhadap perubahan yang berasal dari luar Baduy. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pasya (2005: 227) dalam disertasinya berpendapaat:

Perubahan sosial dalam kehidupan komunitas Baduy sebenarnya menurut Pikukuh tidak boleh terjadi, tetapi adanya toleransi terhadap pengobatan dari luar dan penanaman albazia akan mempercepat terjadinya perubahan dalam kehidupan mereka. Disamping itu perubahan sosial terjadi pada orang penamping yang keluar dari kehidupan dan budaya Baduy, karena adanya keinginan untuk mengubah kehidupan baik atas kehendak sendiri ataupun ajakan dan dorongan pihak lain, tetapi terlebih dahulu harus melakukan pertimbangan agar kelak tidak merugikan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial pada masyarakat adat Baduy seketika dapat terjadi. Perubahan tersebut bisa terjadi jika ada toleransi dari Pikukuh komunitas Baduy. Hal ini didasarkan pada keinginan komunitas Baduy untuk mengubah kehidupan mereka sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa sebuah masyarakat adat biasanya memiliki pemerintahan sendiri. Dimana pemerintahan tersebut di atur sesuai kehendak masyarakat adat yang terkait. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat adat Baduy, mereka telah memiliki sebuah pemerintahan, dan wilayah kampung adat Baduy yang dipimpin oleh seorang ketua adat.


(12)

Setelah mengadakan studi pendahuluan melalui observasi bahwa sistem pemerintahan yang ada disana tidak berbeda jauh dengan sistem pemerintahan yang ada di organisasi pemerintahan. Mereka mempunyai kewajiban yang harus di jalani sebagai pemimpin adat dalam mensejahterakan rakyatnya, ataupun untuk memimpin tradisi-tradisi adat yang selayaknya dilaksanakan. Seperti yang tercantum dalam buku membuka tabir kehidupan tradisi budaya Baduy yang dikeluarkan Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwista Kabupaten Lebak (2005: 13) menyebutkan bahwa:

Sistem pemerintahan masyarakat baduy dibagi menjadi 2 bagian yaitu: baduy jero yang meliputi kampung Cibeo, Kampung Cikeusik dan cikertawan dipimpin oleh seorang PUUN dan Baduy luar yang berada diluar ketiga perkampungan tersebut dengan istilah Baduy Penamping (Baduy Pasisian) dipimpin oleh JARO DANGKA.

Para pimpinan adat yang telah dibagi dalam wilayahnya masing-masing menjalankan tugas sesuai kewajiban yang mereka emban. Warga masyarakat Baduy pun patuh dan taat kepada pemimpinnya. Itulah yang dibanggakan dari masyarakat adat Baduy. Selain mereka taat dan patuh kepada pemerintah yang ada di wilayah mereka, mereka pun tidak lupa status mereka sebagai warga negara Republik Indonesia umumnya dan warga negara Kabupaten Lebak khususnya.

Terkadang kompleksitas yang terjadi pada masyarakat adat mereka merasa telah memiliki sistem pemerintahan tersendiri, maka tidak perlu lagi pengakuan bahwa mereka masih menjadi bagian dari Warga Negara di Indonesia. Namun berbeda dengan masyarakat adat Baduy, mereka tetap mempertahankan dan berusaha agar keberadaan mereka tetap diakui oleh pemerintah sekitar.


(13)

Perwujudan masyarakat adat Baduy untuk menjadi warga negara yang baik dapat dibuktikan dengan salah satu tradisi mereka yang dikenal dengan seba. Seba merupakan tradisi yang dilakukan setahun sekali dengan bentuk kunjungan resmi (sowan). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Senjaya (2004: 48) yang menyatakan bahwa:

Seba merupakan tradisi adat yang harus dilakukan setiap tahunnya bagi warga Baduy sebagai wujud nyata tanda kesetiaan dan ketaatan kepada pemerintah Republik Indonesia yang dilaksanakan kepada penguasa pemerintahan dimulai dari Bupati Lebak dan Gubernur Banten.

Senada dengan pernyataan di atas, hal serupa juga dikemukakan oleh Ajak Moeslim (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten) dalam artikelnya (http://bantenculturetourism.com) yang menyebutkan bahwa :

Seba Baduy berasal dari kata sabah berarti berpergian jauh untuk meningkatkan silaturahmi antara masyarakat Kanekes dengan pemerintah setempat. Ritual seba diadakan setahun sekali, sesuai peninggalan leluhur Baduy, ritual seba sendiri berarti mendatangi atau bersilaturahim kepada pemimpin mereka yang tidak lain adalah Gubernur Banten. Mereka akan memberikan persembahan hasil bumi kepada Gubernur sebagai bentuk rasa terima kasih warga Baduy terhadap pemimpinnya.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa seba merupakan perwujudan ketaatan masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah, khusunya pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten. Selain itu tradisi seba juga mengandung unsur-unsur nilai Pendidikan Kewarganegaraan (civic education value) yang ditandai dengan ketaatan masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah sebagai perwujudan warga negara yang baik (to be a good citizenship).

Tradisi seba terus bertahan hingga sekarang, karena tradisi seba merupakan sebuah warisan dari leluhur masyarakat Baduy yang bertujuan untuk


(14)

tradisi seba dipertahankan untuk menjaga dan merawat lingkungan. Dengan alasan tersebut, maka tradisi seba akan terus dipertahankan masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan kepatuhan masyarakat Baduy terhadap leluhur dan pemerintah.

Menurut Marsadi (Staff Humas Kampung Baduy) dalam wawancara pra penelitian menyatakan bahwa tradisi seba tahun ini berjalan dengan lancar. Mereka menyerahkan beragam hasil bumi, seperti beras, pisang, gula merah, dan talas kepada pemerintah setempat. Warga Baduy yang mengikuti tradisi seba sekitar 1.388 orang, dengan 50 orang berjalan kaki sejauh 80km dari Kanekes menuju Rangkasbitung dan Kota Serang, dibandingkan dengan tahun 2011 warga Baduy yang mengikuti tradisi seba sebanyak 1.482 dengan 99 orang yang berjalan kaki. Hal ini menggambarkan keikutsertaan warga Baduy dalam tradisi seba tahun ini mengalami penurunan.

Sesuai dengan pelaksanaan tradisi seba tersebut, terlihat adanya rasa cinta dan rasa taat masyarakat adat Baduy terhadap pemerintah setempat. Masyarakat adat Baduy tetap berupaya untuk mewujudkan harapan mereka sebagai warga negara yang baik melalui tradisi seba. Misi tradisi seba ini telah membuat mereka sama dengan warga negara yang di luar dari masyarakat adat Baduy, yang mana sama-sama memberi harapan yang di inginkan mereka agar dapat lebih baik lagi.

Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT ADAT BADUY SEBAGAI PERWUJUDAN WARGA


(15)

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis dapat mengidentifikasi masalah umum yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga negara yang baik.

Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka masalah umum tersebut dijabarkan sebagai masalah khusus yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu :

1. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi dipertahankannya tradisi seba ? 2. Nilai-nilai apa yang terkandung dalam tradisi seba kaitannya dengan

perwujudan warga negara yang baik ?

3. Strategi apa yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam pewarisan nilai-nilai tradisi seba ?

4. Kendala apa yang dihadapi masyarakat adat Baduy dalam pelaksanaan tradisi adat seba ?

5. Upaya apa yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam menanggulangi kendala-kendala dalam pelaksanaan tradisi seba ?

C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji tentang tradisi seba pada masyarakat adat baduy sebagai perwujudan warga negara yang baik.


(16)

2. Tujuan khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini pula memiliki tujuan khusus yakni untuk mengetahui dan mengidentifikasi :

a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi tradisi seba masih dipertahankan

b. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi seba kaitannya dengan perwujudan warga negara yang baik

c. Strategi apa yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam pewarisan nilai-nilai tradisi seba

d. Kendala yang dihadapi masyarakat adat Baduy dalam pelaksanaan tradisi adat seba

e. Upaya yang dilakukan masyarakat adat Baduy dalam menanggulangi kendala-kendala dalam pelaksanaan tradisi seba

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan baru dalam tataran teoritis bagi pengembangan keilmuan. Selain itu setelah melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam hal tradisi seba dan perwujudan sebagai warga negara yang baik.


(17)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat Baduy

1) Menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air dan meningkatkan rasa kebersamaan

2) Mempererat tali silaturahmi antar warga baduy dengan pemerintah 3) Dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam

tradisi seba pada kehidupan sehari-hari

b. Bagi Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata

1) Menjaga dan melestarikan kekayaan budaya yang ada di daerah, sebagai sebuah aset yang sangat berharga

2) Meningkatkan daya tarik kebiasaan asli masyarakat adat Baduy dalam bidang pariwisata

E.Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi pengertian dari setiap istilah tersebut sebagai berikut :

1. Masyarakat Adat

Sukanto (dalam Darwis 2008: 104) menyatakan bahwa:

Masyarakat–masyarakat hukum adat adalah kesatuan- kesatuan kemasyarakatan yang mempunyai kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya. Semua anggotanya sama dalam hak dan kewajibannya.


(18)

Melihat dari pengertian masyarakat adat di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adat adalah masyarakat yang memiliki kesamaan-kesamaan dalam hal keturunan, wilayah, dan hukum adat yang dipatuhinya, memiliki pula nilai nilai budaya asli dan kearifan lokal. Hal-hal inilah yang membuat suatu perbedaan antara masyarakat adat dengan masyarakat yang terdapat di kota-kota besar. 2. Suku Baduy

Merupakan salah satu suku di Indonesia yang hingga sekarang masih mempertahankan nilai-nilai kebudayaan dasar yang dimiliki dan di yakninya di tengah tengan peradaban yang modern di sekelilingnya.

Suku baduy terbagi menjadi dua, baduy luar dan baduy dalam. Kelompok terbesar disebut dengan Baduy Luar atau Urang Panamping yang tinggal disebelah utara Kanekes. Mereka berjumlah sekitar 7 ribuan yang menempati 28 kampung dan 8 anak kampung. Sementara di bagian selatannya dihuni masyarakat Baduy Dalam atau Urang Tangtu. Diperkirakan mereka berjumlah 800an orang yang tersebar di Kampung Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana.

3. Kebudayaan

Seorang antropolog yaitu E.B Tylor (dalam Ranjabar, 2006: 21) memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut

Kebudayaan adalah hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan–kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Sesuai dengan pernyataan di atas, kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari oleh perilaku-perilaku yang normatif,


(19)

artinya mencakup segala cara – cara atau pola berfikir, merasakan atau bertindak. 4. Warga Negara

Menurut Komalasari dan Syaifullah (2009: 1) berpendapat bahwa:

Warga Negara adalah anggota Negara. sebagai anggota suatu Negara seorang warga neggara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.

Sesuai dengan pernyataan di atas, warga Negara juga bisa disebut rakyat yang menetap pada suatu wilayah tertentu dengan rakyat tertentu dan mempunyai hubungan dengan suatu Negara. Warga Negara dengan Negara terdapat hubungan timbal balik di antara keduanya, yakni warga Negara mempunyai kewajiban kepada Negara begitupun sebaliknya.

5. Tradisi Seba

Berdasarkan artikel yang termuat dalam Kompas.com pada tanggal 3 Juli 2012 menyatakan bahwa: “Seba dapat diartikan sebagai kunjungan resmi yang merupakan peristiwa dalam untaian adat masyarakat Baduy yang dilakukan seusai Kawalu dengan rangkaian acara secara terperinci serta persiapan yang matang”.

Tradisi seba yang dimiliki oleh masyarakat adat baduy adalah perwujudan nyata sebagai warga Negara yang baik. Selain itu tradisi seba juga merupakan tanda kesetiaan dan ketaatan kepada Pemerintah Republik Indonesia yang dilaksanakan kepada penguasa pemerintahan mulai dari Bupati Lebak dan Gubernur Banten.


(20)

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya sebagai berikut:

1.Wawancara

Meleong (2010: 186) menjelaskan bahwa :

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu/ percakapn itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini tertuju kepada tokoh adat Baduy, kepala Desa Kanekes, masyarakat Baduy, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak.

Wawancara ini berfungsi untuk mengetahui hal-hal yang mendalam mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga Negara yang baik.

2. Observasi

Danial dan Wasriah (2009: 77) menyatakan bahwa:

Observasi merupakan alat yang digunakan untuk mengamati, dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/ merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pelaksanaan tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat Baduy yang sulit diperoleh dengan teknik lain.

Dengan melakukan observasi ini peneliti akan mendapatkan fakta-fakta mengenai pelaksanaan tradisi seba tersebut.


(21)

3. Dokumentasi

Arikunto (1998: 236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda dan sebagainya”.

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara. Data yang diperoleh dari dokumentasi, seperti footo-foto, peta, data penduduk, gambar, dan surat-surat dari pelaksanaan tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat Baduy ini dapat menjadi referensi bagi peneliti.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara mendalam dari hasil wawancara dan observasi. Catatan lapangan untuk penelitian ini diperoleh ketika peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada tokoh adat Baduy, masyarakat adat Baduy.

5. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai literatur baik berupa buku maupun artikel-artikel dari media masa yang berhubungan dengan tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat Baduy.


(22)

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan. Menurut Nasution (2003: 129) berpendapat bahwa:

“Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verifikasi”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.

2. Display Data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data


(23)

selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data yang terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi.

Melalui tahap-tahap tersebut di atas penulis memperoleh data secara lengkap mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga negara yang baik.

H.Lokasi dan Subjek Penelitian 1.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah kampung adat baduy, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Lokasi ini dipilih karena pada kampung adat Baduy memiliki keunikan tradisi yang tidak dimiliki oleh kampung adat lain.

2.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh Adat Baduy, Kepala Desa Kanekes, beberapa warga masyarakat kampung adat Baduy, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa:

penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.

Pendapat di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 9) yang menjelaskan bahwa:

dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti

adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat mendalami dan memahami makna interaksi antar-manusia secara menyeluruh.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat peneliti utama adalah peneliti itu sendiri, hal ini memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan memperoleh data secara akurat.

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif karena pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga negara yang baik membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya kontekstual dan aktual.


(25)

Maksudnya adalah peneliti membutuhkan sejumlah data lapangan yang berisi masalah-masalah yang nyata terjadi di lapangan dan mencari solusi dalam memecahkan masalah tersebut.

Kedua, pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, dalam pendekatan kualitatif yang menjadi instrument utama adalah peneliti itu sendiri, maka pendekatan kualitatif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi, sehingga memudahkan peneliti untuk menyesuaikan situasi yang berubah-ubah dalam penelitian ini.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat melakukan penelitian secara maksimal dan mendalam sehingga peneliti dapat memperoleh data yang valid dan akurat terhadap pelaksanaan tradisi seba.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut Arikunto (1998: 215) :

ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaflikasikannya dan menginterpretasikannya

Senada dengan pendapat di atas Danial (2009: 63) berpendapat bahwa : metode studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat tertentu. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang khas dari kajiannya.


(26)

Sesuai dengan pendapat di atas metode studi kasus dilakukan untuk penelitian yang meliputi subjek yang sangat sempit, dengan kata lain metode ini digunakan hanya untuk subjek penelitian yang belum tentu ada di tempat lain. Sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan mengenai pelaksanaan tradisi Seba masyarakat adat Baduy. Subjek dan objek penelitian ini hanya terdapat di kampung adat Baduy dan tidak terdapat di kampung adat lain. Sehingga metode penelitian yang paling cocok untuk penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus.

B. Teknik Pengumpulan Data

Supaya data yang diperoleh dari lapangan akurat dan valid, maka teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian di lapangan adalah:

1. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg (Sugiyono 2009: 317) adalah “pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Sedangkan menurut Nasution (2003: 73), tujuan wawancara untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi”. Jadi dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berupa


(27)

pertanyaan-pertanyaan garis besar yang memungkinkan responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban serta memungkinakan wawancara dilakukan secara mendalam.

Dalam implementasinya di lapangan peneliti melakukan wawancara kepada Tokoh Masyarakat Baduy, Masyarakat Baduy, dan Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Pemilihan responden berdasarkan tujuan dan pertimbangan bahwa mereka adalah sumber yang tepat karena responden tersebut mengetahui dan terlibat langsung dalam pelaksanaan tradisi seba.

2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Arikunto (1998:

129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan

menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”.

Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan yang dianut oleh para subjek pada keadaan waktu itu.

Data observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi kegiatan penelitian di lapangan. Oleh karena itu, keberadaan peneliti secara langsung di lapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk mendapatkan data yang lebih terinci dan akurat.


(28)

Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga Negara yang baik serta seluruh hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tradisi seba.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Arikunto (1998: 236) mengatakan

bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Data yang diperoleh dari studi

dokumentasi yang diambil oleh penulis yaitu berupa gambar-gambar kegiatan tradisi seba masyarakat adat baduy, rumah adat baduy dan data-data dari pemerintah desa kanekes seperti profil desa dan sejarah tradisi seba.

4. Catatan Lapangan

Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan atau wawancara dalam pengumpulan data di lapangan, pada waktu berbeda di lapangan peneliti membuat catatan, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan lapangan. Catatan itu berupa coret-coretan yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan.

Menurut Moleong (2010: 153) berpendapat bahwa :

catatan lapangan bisa diubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba dirumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan, wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas.


(29)

catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat, luas, dan mendalam dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti tentang aktor, aktivitas ataupun tempat berlangsungnya kegiatan tersebut. Adapun catatan lapangan yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah catatan yang peneliti liat secara langsung mengenai asal muasal tradisi adat seba, pelaksanaan tradisi adat seba dan berita dari tokoh masyarakat Baduy mengenai Baduy dan peradabannya.

5. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Hal ini dimaksukan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai literatur baik berupa buku maupun artikel-artikel dari media masa atau internet. Hal ini dimaksudkan untuk memperolah data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan dapat menunjang hasil dari penelitian tersebut.

Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis ini yaitu untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan pelaksanaan tradisi seba.

C. Subjek Penelitian

Menurut Arikunto (2009: 152) “Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variable penelitian yang dipermasalahkan melekat”.


(30)

Subjek penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian. Subjek penelitian harus ditentukan terlebih dahulu sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data. Berdasarkan uraian ahli di atas, maka yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Satu orang tokoh adat, sebagai yang dituakan dan banyak mengetahui sejarah kampung adat Baduy.

2. Satu orang Kepala Desa Kanekes, sebagai pimpinan di wilayah Baduy.

3. Satu orang staf/aparat Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak selaku pembuat kebijakan dalam melestarikan kearifan lokal. 4. Empat orang masyarakat Desa Kanekes, sebagai pelaksana tradisi adat seba.

Jadi dalam pengumpulan data dari responden didasarkan pada ketentuan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh hasil yang sama, maka sudah dianggap cukup untuk proses pengambilan data yang diperlukan sehingga tidak perlu lagi meminta keterangan dari responden berikut. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal proses penelitian serta pada akhir penelitian. Senada dengan hal tersebut Nasution (2003:

129) mengemukakan “dalam penelitian kualitatif analitis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk


(31)

Sugiyono (2009: 335) mengungkapkan analisis data sebagai berikut: analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.

2. Display Data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data dimulai dengan catatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam


(32)

bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data yang terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi.

Demikian prosedur pengolahan data dan yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini. Dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian yang dilakukan penulis dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian.

4. Pengujian Keabsahan Data

Sugiyono (2009: 366) mengatakan bahwa “untuk menetapkan keabasahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan tersebut meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas)”.

a. Credibility (validitas internal)

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak

memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal). Menurut Sugiyono (2009: 368) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara lain:

1). Perpanjangan Pengamatan

Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek ke lapangan benar atau tidak,


(33)

berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali kelapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan dapat diakhiri.

2). Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Menurut Sugiyono (2009: 371), “sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti”.

3). Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap informasi yang diberikan subjek penelitian.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data. Sugiyono (2009: 372), menyebutkan “ada berbagai sumber, berbagai cara,

dan berbagai waktu dalam pengujian kredibilitas”. 4). Analisis Kasus Negatif

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan, berarti data yang


(34)

ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data-data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.

5). Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, peneliti menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto, dokumen dan sebagainya. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga lebih dapat dipercaya.

6). Mengadakan Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercayai, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaanya tajam, maka peneliti harus merubah hasil temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

b. Transferability (Validitas Eksternal)

Transferability digunakan dalam pengujian hasil penelitian dengan mengacu kepada sejauh mana hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam


(35)

konteks sosial lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif yang peneliti lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian ini pada kesempatan yang berbeda, maka peneliti dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis.

Dengan demikian peneliti berharap pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya untuk mengplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

c. Dependability (Reliabilitas)

Berkaitan dengan uji reliabilitas, peneliti dibimbing dan diarahkan secara kontinyu oleh dua orang pembimbing dalam mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan tujuan supaya penulis dapat menunjukan hasil aktivitas di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

d. Confirmability (Obyektivitas)

Mengenai konfirmability peneliti menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan dan mengevaluasi hasil penelitiannya, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak.


(36)

E.Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian harus melalui beberapa tahapan-tahapan penelitian terlebih dahulu, berikut adalah tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh penulis:

1. Tahap Pra Penelitian

Dalam tahap pra penelitian peneliti melakukan persiapan yang diperlukan sebelum terjun ke dalam kegiatan penelitian. Penyusunan rancangan penelitian, pertimbangan masalah penelitian, lokasi penelitian dan pengurus perijinan merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.

Memilih masalah serta menentukan judul dan lokasi penelitian merupakan kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah masalah dan judul dinilai telah mencukupi dan disetujui oleh pembimbing maka peneliti melakukan studi lapangan untuk mendapat gambaran awal mengenai subjek yang akan diteliti. Setelah diperoleh gambaran awal mengenai kondisi subjek penelitian, langkah selanjutnya menyusun proposal penelitian dan pedoman wawancara serta format observasi sebagai alat pengumpul data yang disesuaikan dengan fokus penelitian.

Pedoman wawancara yang dibuat terdiri dari dua bagian yaitu pedoman wawancara untuk warga kampung adat Baduy dan pedoman wawancara untuk Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Langkah selanjutnya, proposal penelitian, pedoman wawancara, dan observasi tersebut dikonsultasikan dengan pembimbing, kemudian setelah disetujui dijadikan sebagai pedoman penulis dalam mengadakan penelitian dilapangan.


(37)

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu penulis menempuh proses perijinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan I atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan ijin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak.

d. Selanjutnya peneliti menyerahkan surat izin dari UPI kepada pihak Disporabudpar Kabupaten Lebak, kemudian meminta tembusan kepada Disporabudpar Kabupaten Lebak, setelah memperoleh rekomendasi dari Disporabudpar Kabupaten Lebak selanjutnya surat diserahkan kepada pihak Desa Kanekes, yang diwakili oleh Kepala Desa Kanekes sekaligus memberitahukan bahwa peneliti akan melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai instrumen utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara antara peneliti dengan responden. Pedoman wawancara yang penulis persiapkan untuk


(38)

tokoh masyarakat adat Baduy, Kepala Desa Kanekes, Staff Disporabudbar Kabupaten Lebak, dan masyarakat Desa Kanekes.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis ketahui. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan, dengan tujuan supaya dapat mengungkapkan data secara menditail dan lengkap.

3. Tahap Analisis Data

Tahap yang terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap ini peneliti berusaha mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi.

Demikian tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam mengolah dan menganalisis data serta informasi yang diperoleh dalam penelitian mengenai tradisi seba pada masyarakat adat Baduy sebagai perwujudan warga Negara yang baik.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi seba yang dilakukan oleh masyarakat adat baduy merupakan wujud dari warga Negara yang baik yang tercermin melalui sowan dengan tujuan menjalin tali silaturahim dengan pemerintah.

2. Kesimpulan Khusus

Disamping kesimpulan umum di atas, diuraikan kesimpulan khusus, yakni: a. Terdapat dua faktor dipertahankannya tradisi seba yakni (1) warisan dari

leluhur masyarakat baduy yang harus dipertahankan dan dilaksanakan terus menerus secara rutin pada bulan Sapar; (2) ajang silaturahim masyarakat adat baduy dengan pemerintah.

b. Nilai-nilai yang terkandung pada pelaksanaan tradisi seba yang kaitannya dengan perwujudan sebagai warga Negara yang baik yakni (1) nilai empiris yang tercermin dalam persiapan pelaksanaan tradisi seba; (2) nilai estetis terlihat dalam perjalanan pelaksanaan tradisi seba; (3) nilai teologis tertuang dalam seluruh rangkaian pelaksanaan tradisi seba; (4) nilai teleologis tergambar pada tujuan dilaksanakannya tradisi seba; (5) nilai logis tercermin dalam aturan adat pelaksanaan tradisi seba dan (6) nilai etis terlihat pada tata cara pelaksanaan tradisi seba.


(40)

c. Strategi yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pewarisan tradisi seba yakni (1) melibatkan langsung generasi penerus dalam pelaksanaan tradisi seba; (2) proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua sejak dini mengenai tradisi seba; (3) proses habituasi melalui lingkungan sekitar yang dapat disampaikan melalui teman sebaya sedangkan strategi yang dilakukan pemerintah dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat baduy untuk kebutuhan mereka selama perjalanan dalam pelaksanaan tradisi seba.

d. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba yakni (1) koordinasi yang kurang baik antara warga Baduy dengan pemerintah; (2) jarak tempuh yang jauh dari wilayah antara kampung Baduy sampai ke pendopo Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten; (3) fluktuasi hasil bumi yang diperoleh sedangkan kendala yang dihadapi pemerintah dalam pelaksanaan tradisi Seba yakni (1) tidak menentunya waktu pelaksanaan Seba yang disebabkan oleh jarak tempuh yang jauh; (2) padatnya jadwal Bupati dengan Gubernur sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat Baduy tidak disambut langsung oleh Bapak Bupati Lebak dan Ibu Gubernur Banten. e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba

yakni (1) koordinasi yang maksimal dari jaro warga kepada pemerintah; (2) waktu pemberangkatan yang berbeda antara baduy luar dengan baduy dalam; (3) pemberian hasil panen yang tidak maksimal sebagai rasa syukur dan terima kasih masyarakat baduy kepada pemerintah sedangkan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi kendala-kendala yang terjadi yakni (1) dengan berkoordinasi yang lebih maksimal dengan jaro


(41)

warga untuk waktu sampai masyarakat baduy di pendopo; (2) mempersiapkan jadwal Bapa gede agar bisa menyambut dan memimpin langsung pelaksanaan tradisi seba.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di ambil, maka peneliti mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagi pihak Disporabudpar Kabupaten Lebak, yaitu:

a. Pemerintah harus lebih mengintensifkan kunjungan ke kampung adat baduy ataupun mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat baduy.

b. Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam pewarisan nilai-nilai tradisi seba melalui publikasi ataupun promosi pada berbagai media tentang tradisi seba dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

c. Pemerintah khususnya bapa gede (Gubernur dan Bupati) hendaknya lebih mengutamakan pelaksanaan kegiatan tradisi seba sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap masyarakat adat baduy.

2. Bagi Masyarakat Adat Baduy

a. Masyarakat baduy diharapkan agar lebih terbuka kepada pemerintah perihal permasalahan yang terjadi di wilayah kampung adat baduy melalui jaro warga sebagai juru bicara.


(42)

b. Masyarakat baduy harus lebih berperan aktif untuk mewariskan nilai-nilai yang terkandung pada tradisi seba melalui pemberian masukan yang positif perihal pelaksanaan tradisi seba.

c. Masyarakat baduy harus lebih giat untuk memperoleh hasil bumi yang memuaskan agar dapat diberikan kepada bapa gede dalam tradisi seba secara maksimal.

d. Masyarakat baduy lebih meningkatkan esensi dari pelaksanaan tradisi seba itu sendiri untuk menjaga silaturahim dengan pemerintah, melalui bazar yang diadakan oleh pemerintah.

3. Bagi Jaro Warga (Kepala Desa Kanekes)

a. Harus lebih transparan kepada masyarakat baduy mengenai program-program yang diadakan pemerintah, ataupun segala hal yang berhubungan dengan pemerintah.

b. Dapat menampung aspirasi masyarakat baduy mengenai keluhan-keluhan yang terjadi di wilayah kampung adat baduy agar pada pelaksanaan tradisi seba, keluhan itu dapat disampaikan kepada pemerintah.

c. Lebih meningkatkan koordinasi dengan pemerintah, untuk menanggulangi kendala-kendala yang terjadi pada tradisi seba sehingga ada perbaikan untuk tradisi seba pada tahun berikutnya.

d. Jaro warga sebagai penghubung antara masyarakat baduy dengan pemerintah hendaknya dapat bekerja sama dengan pemerintah agar dapat memperkenalkan kebudayaan yang ada pada masyarakat adat baduy ke dunia luar.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Alo Liliweri. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogjakarta. PT. LKiS Pelangi Aksara

Arikunto, Suharsimi (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalis Indonesia

Budimansyah, Dasim dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Danial, Endang dan Wasriah. (2009). Metode Penelitian Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia Darwis Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung : Laboratorium PKn

Universitas Pendidikan Indonesia

Efendi Ferry dan Mahfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ekadjati Edi. S. (1995). Kebudayaan Sunda suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta : Pustaka Jaya

Idrus, M. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.

Ilyas Senjaya, Amin (2004). Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Rangkasbitung : Dinas INKOSBUDPAR Kabupaten Lebak

Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta


(44)

Komalasari, Kokom dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia, Konsep, Perkembangan dan Masalah Kontemporer. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Nasution, (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Noorkasiani dkk. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC

Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Plummer Ken. (2011). Sosiologi the Basics. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Poerwanto Hari. (2010). Kebudayaan dan lingkungan dalam perspektif Antropologi, cetakan kelima. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ranjabar Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor : Ghalia Indonesia

Setiadi, Elly M. dkk. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana Predana Media Group

Soelaeman, Munandar. (1989). Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Eresco

Soelaeman Munandar. (2010). Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT. Refika Aditama

Soerjono, Soekanto. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan Kualitatif dan R&D). Bandung: ALFABETA

Winataputra dan Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press

Wuryan Sri dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI


(45)

2. Disertasi, Internet, Artikel dan sumber lainnya

Dadi Miharja, Nong. (1993). Tatanan Masyarakat dan Upacara Adat Suku Baduy. Lebak: Tidak diterbitkan

Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. (2004). Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang serta peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Lebak:Dinas Inkosbudpar Pasha, Gurniwan Kamil. (2005). Strategi Hidup Komunitas Baduy di

Kabupaten Lebak Banten. Disertasi Doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran

Moeslim, Ajak, (2012). Tradisi Seba Baduy untuk Lestarikan Alam. Dalam Bantennculturetourism,[Online].Tersedia:http://bantenculturetourism. com/?author=1&paged=5. [31Mei 2012]

Sambas, (2012). Seba Baduy Ritual yang Dipertahankan. Dalam Kompas.com,[Online].Tersedia:http://oase.kompas.com/read/2012/05/ 01/14202278/Seba.Baduy..Ritual.yang.Dipertahankan. [31Mei 2012]


(1)

124

c. Strategi yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pewarisan tradisi seba yakni (1) melibatkan langsung generasi penerus dalam pelaksanaan tradisi seba; (2) proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua sejak dini mengenai tradisi seba; (3) proses habituasi melalui lingkungan sekitar yang dapat disampaikan melalui teman sebaya sedangkan strategi yang dilakukan pemerintah dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat baduy untuk kebutuhan mereka selama perjalanan dalam pelaksanaan tradisi seba.

d. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba yakni (1) koordinasi yang kurang baik antara warga Baduy dengan pemerintah; (2) jarak tempuh yang jauh dari wilayah antara kampung Baduy sampai ke pendopo Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten; (3) fluktuasi hasil bumi yang diperoleh sedangkan kendala yang dihadapi pemerintah dalam pelaksanaan tradisi Seba yakni (1) tidak menentunya waktu pelaksanaan Seba yang disebabkan oleh jarak tempuh yang jauh; (2) padatnya jadwal Bupati dengan Gubernur sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat Baduy tidak disambut langsung oleh Bapak Bupati Lebak dan Ibu Gubernur Banten. e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat baduy dalam pelaksanaan tradisi seba

yakni (1) koordinasi yang maksimal dari jaro warga kepada pemerintah; (2) waktu pemberangkatan yang berbeda antara baduy luar dengan baduy dalam; (3) pemberian hasil panen yang tidak maksimal sebagai rasa syukur dan terima kasih masyarakat baduy kepada pemerintah sedangkan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi kendala-kendala yang terjadi yakni (1) dengan berkoordinasi yang lebih maksimal dengan jaro


(2)

125

warga untuk waktu sampai masyarakat baduy di pendopo; (2) mempersiapkan jadwal Bapa gede agar bisa menyambut dan memimpin langsung pelaksanaan tradisi seba.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di ambil, maka peneliti mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagi pihak Disporabudpar Kabupaten Lebak, yaitu:

a. Pemerintah harus lebih mengintensifkan kunjungan ke kampung adat baduy ataupun mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat baduy.

b. Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam pewarisan nilai-nilai tradisi seba melalui publikasi ataupun promosi pada berbagai media tentang tradisi seba dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

c. Pemerintah khususnya bapa gede (Gubernur dan Bupati) hendaknya lebih

mengutamakan pelaksanaan kegiatan tradisi seba sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap masyarakat adat baduy.

2. Bagi Masyarakat Adat Baduy

a. Masyarakat baduy diharapkan agar lebih terbuka kepada pemerintah perihal permasalahan yang terjadi di wilayah kampung adat baduy melalui jaro warga sebagai juru bicara.


(3)

126

b. Masyarakat baduy harus lebih berperan aktif untuk mewariskan nilai-nilai yang terkandung pada tradisi seba melalui pemberian masukan yang positif perihal pelaksanaan tradisi seba.

c. Masyarakat baduy harus lebih giat untuk memperoleh hasil bumi yang memuaskan agar dapat diberikan kepada bapa gede dalam tradisi seba secara maksimal.

d. Masyarakat baduy lebih meningkatkan esensi dari pelaksanaan tradisi seba itu sendiri untuk menjaga silaturahim dengan pemerintah, melalui bazar yang diadakan oleh pemerintah.

3. Bagi Jaro Warga (Kepala Desa Kanekes)

a. Harus lebih transparan kepada masyarakat baduy mengenai program-program yang diadakan pemerintah, ataupun segala hal yang berhubungan dengan pemerintah.

b. Dapat menampung aspirasi masyarakat baduy mengenai keluhan-keluhan yang terjadi di wilayah kampung adat baduy agar pada pelaksanaan tradisi seba, keluhan itu dapat disampaikan kepada pemerintah.

c. Lebih meningkatkan koordinasi dengan pemerintah, untuk menanggulangi

kendala-kendala yang terjadi pada tradisi seba sehingga ada perbaikan untuk tradisi seba pada tahun berikutnya.

d. Jaro warga sebagai penghubung antara masyarakat baduy dengan

pemerintah hendaknya dapat bekerja sama dengan pemerintah agar dapat memperkenalkan kebudayaan yang ada pada masyarakat adat baduy ke dunia luar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Alo Liliweri. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogjakarta. PT. LKiS Pelangi Aksara

Arikunto, Suharsimi (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalis Indonesia

Budimansyah, Dasim dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Danial, Endang dan Wasriah. (2009). Metode Penelitian Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia Darwis Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung : Laboratorium PKn

Universitas Pendidikan Indonesia

Efendi Ferry dan Mahfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ekadjati Edi. S. (1995). Kebudayaan Sunda suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta : Pustaka Jaya

Idrus, M. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.

Ilyas Senjaya, Amin (2004). Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Rangkasbitung : Dinas INKOSBUDPAR Kabupaten Lebak

Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta


(5)

Komalasari, Kokom dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia, Konsep, Perkembangan dan Masalah Kontemporer. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Nasution, (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Noorkasiani dkk. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC

Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan

Kewarganegaraan UPI

Plummer Ken. (2011). Sosiologi the Basics. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Poerwanto Hari. (2010). Kebudayaan dan lingkungan dalam perspektif Antropologi, cetakan kelima. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ranjabar Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor : Ghalia Indonesia

Setiadi, Elly M. dkk. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana Predana Media Group

Soelaeman, Munandar. (1989). Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Eresco

Soelaeman Munandar. (2010). Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT. Refika Aditama

Soerjono, Soekanto. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan Kualitatif dan R&D). Bandung: ALFABETA

Winataputra dan Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press

Wuryan Sri dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI


(6)

2. Disertasi, Internet, Artikel dan sumber lainnya

Dadi Miharja, Nong. (1993). Tatanan Masyarakat dan Upacara Adat Suku Baduy. Lebak: Tidak diterbitkan

Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak. (2004). Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang serta peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug. Lebak:Dinas Inkosbudpar Pasha, Gurniwan Kamil. (2005). Strategi Hidup Komunitas Baduy di

Kabupaten Lebak Banten. Disertasi Doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran

Moeslim, Ajak, (2012). Tradisi Seba Baduy untuk Lestarikan Alam. Dalam Bantennculturetourism,[Online].Tersedia:http://bantenculturetourism. com/?author=1&paged=5. [31Mei 2012]

Sambas, (2012). Seba Baduy Ritual yang Dipertahankan. Dalam

Kompas.com,[Online].Tersedia:http://oase.kompas.com/read/2012/05/ 01/14202278/Seba.Baduy..Ritual.yang.Dipertahankan. [31Mei 2012]