Pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran berbalik) terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep protista (eksperimen di MAN 2 Bogor)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL
TEACHING (PENGAJARAN BERBALIK) TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP PROTISTA
(Eksperimen di MAN 2 Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
SANTI APRILIA
105016100524

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL
TEACHING (PENGAJARAN BERBALIK) TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP PROTISTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
SANTI APRILIA
NIM. 105016100524

Di bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd.
NIP. 19650115 198703 1 020


Eny S. Rosyidatun, S.Si.,M.A.
NIP. 19750924 200604 2 001

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
(Pengajaran Berbalik) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista”
( Eksperimen di MAN 2 Bogor) oleh Santi Aprilia, NIM 105016100524, diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 8 Maret 2010 di
hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana S.1 ( S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 11 Maret 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal

Tanda Tangan


Ketua Panitia ( Ketua Prodi Biologi)
Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd.
NIP. 150 299 933

……………

……………...

Sekretaris ( Sekretaris Jurusan )
Nengsih Juanengsih, M. Pd.
NIP. 19790510 200604 2 001

……………

..……………..

Penguji I
Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd.
NIP. 150 299 933


……………

.……………...

……………

.……………...

Penguji II
Dr. Zulfiani, M. Pd.
NIP. 19760309 200501 2 002

Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.
NIP. 19571005 198703 1 003

Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2010
Santi Aprilia

ABSTRACT
Santi Aprilia, “The Influence of Using Reciprocal Teaching Model to Students’
Biology achievement in Protista Concept (Experiment in Madrasah Aliyah
Negeri 2 Bogor)”. Undergraduate Thesis, Biology Education Program, Science
Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of Syarif
Hidayatullah State Islamic University.
The purpose of this research was to know the influence of using

reciprocal teaching model to students’ biology achievement in protista concept.
This research had been carried out in MAN 2 Bogor. This research was used
quasi experiment method with pretest-posttest control group design. The sample
was taken by using purposive sampling technique. The amount of the research
sample was 40 persons for the experiment class and 40 persons for the control
class. The data was taken using test instrument in essay form which had tested its
validity and reliability, questionnaire that also had tested its validity and
reliability, and observation sheet. The hypothesis in this research is there is
influence of using reciprocal teaching model to students’ biology achievement in
protista concept. The data analysis was used t-test, from the result of calculating
differentiation mean data between the two group, obtained the value of t-count
was equal to 2,67, while t-table at the level of significant 5% with degree of
freedom (df) = 78 that is equal to 1,99. So, it can be said that t-count > t-table
that meant the alternative hypothesis (Ha) was accepted and zero hypothesis (Ho)
was refused. It showed that there was influence of using reciprocal teaching
model to students’ biology achievement in protista concept.
Key Word : Reciprocal teaching, students’ biology achievement

i


ABSTRAK
Santi Aprilia, “ Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista (Eksperimen di
MAN 2 Bogor)”. Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista.
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Bogor. Metode penelitian yang digunakan
adalah eksperimen semu dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Sampel penelitian berjumlah 40 orang untuk kelas eksperimen dan 40 orang untuk
kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes essay yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya, angket yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya, serta lembar observasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap
hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. Analisis data menggunakan uji-t,
data hasil penghitungan perbedaan rata-rata postes kedua kelompok diperoleh
nilai t hitung sebesar 2,67, sedangkan t tabel dengan taraf signifikansi 5% dan
derajat kebebasan (dk) = 78 sebesar 1,99, maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t

tabel yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa.
Kata Kunci : Reciprocal teaching, hasil belajar biologi siswa.

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya
untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Saw, beserta
keluarga, para sahabat dan pengikutnya.
Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq


Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan,

Ibu Nengsih

Juanengsih, M. Pd, selaku Sekretaris Jurusan, dan Bapak Dr. Sujiyo Miranto,
M.Pd, selaku Ketua Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Eny S.
Rosyidatun, S.Si.,M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, nasehat, saran, motivasi, serta bimbingannya dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Pendidikan IPA khususnya Program Studi
Pendidikan Biologi, yang telah mencurahkan ilmu dan mendidik dengan tulus
ikhlas. Semoga ilmu yang penulis peroleh dapat bermanfaat.
5. Segenap Pimpinan dan Staf Karyawan / Karyawati Perpustakaan Utama UIN
dan Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
meminjamkan referensi.
6. Bapak H. Kosasih Ismatullah, M.Pd.I, selaku Kepala MAN 2 Bogor dan Ibu
Yani Maryani, S.Pd, selaku Wakil Bidang Kurikulum MAN 2 Bogor yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas X1 dan X-2.

iii

7. Ibu Retno Mujiarti, M.Si., selaku guru bidang studi Biologi yang telah
memberikan pengarahan, nasehat, saran, motivasi, serta bimbingannya dalam
pelaksanaan penelitian.
8. Seluruh staf dan guru MAN 2 Bogor yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi.
9. Siswa-siswi kelas X-1 dan X-2 MAN 2 Bogor yang berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran selama penelitian.
10. Novia, Lulu, dan Ratna selaku rekan observer dalam pelaksanaan penelitian.
11. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Rahmat Susanto dan Ibu Tuti Handayani, serta
Kakak dan Adik tersayang yang telah mencurahkan segala doa, kasih sayang,
dukungan, suport, dan jerih payahnya dengan penuh keikhlasan kepada
penulis. Semoga Allah SWT selalu mengasihi dan meridhoinya.
12. Teman-teman biologi angkatan 2005

yang telah membantu hingga


terselesaikannya skripsi ini, khususnya Seha, Ana, Vea, Huda, Icha, Risna,
Maya, Nia, Halimah, dan Gustini, terima kasih atas doa dan motivasinya.
Semoga kesuksesan selalu bersama kita.
13. Sahabat setia selama kuliah, Riri Purnama, SKM dan Nusra Arini, SHI,
terimakasih atas segala perhatian, persahabatan, motivasi, bantuan, dan
doanya selama ini.
14. Kakak Ita Rodiah M.S, terimakasih atas inspirasinya.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya. Semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan
mereka dengan pahala yang berlipat ganda serta rahmat dan barokah yang tiada
henti, Amin. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan dapat
dijadikan masukan bagi guru IPA dan mahasiswa lain untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
Jakarta, Januari 2010

Penulis

iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................i
KATA PENGANTAR .........................................................................................iii
DAFTAR ISI .............................………………………………………………....v
DAFTAR TABEL ....................………………………………………………..vii
DAFTAR GAMBAR ................……………………………………………….viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............………………………………………………ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………1
B. Identifikasi Masalah ….………………………………………………5
C. Pembatasan Masalah …………………………………………………6
D. Perumusan Masalah ….………………………………………………6
E. Manfaat Penelitian …...………………………………………………6

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis ……………………………………………………7
1. Pembelajaran Konstruktivisme ..…………………………………7
2. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching ...…………………...11
a. Reciprocal Teaching (Pengajaran Berbalik) ..…………..…....11
b. Tahapan kegiatan Reciprocal Teaching ...…………………....13
3. Hakikat Hasil Belajar .…………...……………………………....15
a. Definisi Belajar ……………………………………………..15
b. Hasil Belajar ………………………………………………...17
c. Hasil Belajar Biologi ………………………………………..20
4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar …………………………....22
5. Prinsip-Prinsip Belajar………………......……………………….24
6. Hasil Penelitian yang Relevan ..……………….……………..... 24
B. Kerangka Pikir ………..…………………………………………….26
C. Hipotesis Penelitian …..…………………………………………….30

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ……..…………………………………………….31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………31
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ..........................................31
D. Variabel Penelitian .............................................................................32
E. Populasi dan Sampel .………………………………………………..33
F. Instrumen Penelitian …..……………………………….…………...33
G. Prosedur Penelitian …....………….………………………………...35
H. Teknik Pengumpulan Data ..………………………………………..38
I. Teknik Analisis Data …...…………………………………………..39
J. Hipotesis Statistik …………………………………………………..43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Tes Essay ............................................…………………..……44
B. Hasil Observasi …………..…………….……………...……………55
C. Interpretasi Data ………......………………………………………...58
D. Pembahasan ……………..…………………………………………..60

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………65
B. Saran ……………………..……………………………..…………...65

DAFTAR PUSTAKA ……………...…………………………………………..66

LAMPIRAN ……………………………………………………………………70

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Desain Penelitian .................................................................................31
Tabel 3.2. Kategori Hasil Observasi ....................................................................43
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Eksperimen ...................................44
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol ..........................................45
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Eksperimen ..................................46
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Kontrol .........................................47
Tabel 4.5. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Pretes dan
Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ....…………...……………….48
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pretes .................................................................49
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Postes ................................................................49
Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretes ..……………………………………...50
Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas Postes …………………………………..…..50
Tabel 4.10. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretes .......................................51
Tabel 4.11. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Postes ......................................51
Tabel 4.12. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain .....................................52
Tabel 4.13. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Pretes,
Postes, dan Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol .............................53
Tabel 4.14. Kategorisasi kemampuan berkomunikasi
siswa selama pembelajaran ...............................................................55

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir .....................................................................29
Gambar 4.1. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Eksperimen .....................45
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Kontrol ............................46
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Eksperimen .....................47
Gambar 4.4. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Kontrol ...........................48
Gambar 4.5. Persentase Kategori N-gain Kelompok Eksperimen ……………..54
Gambar 4.6. Persentase Kategori N-gain Kelompok Kontrol ………………….54

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen ................ ............................................... ..70
Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ...................................................................... ..79
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Reciprocal Teaching ...............87
Lampiran 4. Lembar Wacana Protista ..................................................................90
Lampiran 5. Lembar Observasi Model Reciprocal Teaching ...………………...96
Lampiran 6. Instrumen Tes Essay ( Untuk Uji Validasi) .....................................97
Lampiran 7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes Essay (SPSS.12) ...………...101
Lampiran 8. Rekapitulasi Validasi Tes Essay ...……………………………...103
Lampiran 9. Instrumen Tes Essay ( Hasil Validasi) ..........................................104
Lampiran 10. Skor Penilaian Butir Soal Tes Essay ...........................................107
Lampiran 11. Data Skor Pretes (Tes Essay) Kelas Eksperimen ..……………. 108
Lampiran 12. Data Skor Postes (Tes Essay) Kelas Eksperimen ..…………… 109
Lampiran 13. Data Skor Pretes (Tes Essay) Kelas Kontrol ......……………... 110
Lampiran 14. Data Skor Postes (Tes Essay) Kelas Kontrol ...………………... 111
Lampiran 15. Perhitungan Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi .........112
Lampiran 16. Distribusi Frekuensi Pretes (Tes Essay) ......………………….. 113
Lampiran 17. Distribusi Frekuensi Postes (Tes Essay) ..…………………….. 117
Lampiran 18. Perhitungan Uji Normalitas ...................................................... 121
Lampiran 19. Tabel Perhitungan Uji Normalitas ...............................................122
Lampiran 20. Perhitungan Uji Homogenitas ....................................................125
Lampiran 21. Pengujian Hipotesis Data Pretes (Tes Essay) ..……………….. 127
Lampiran 22. Pengujian Hipotesis Data Postes (Tes Essay) ..……………….. 128
Lampiran 23. Uji N-Gain ................................................................................. 129
Lampiran 24. Rekapitulasi Observasi Pertemuan I (Kelas Eksperimen) ..…….134
Lampiran 25. Rekapitulasi Observasi Pertemuan II (Kelas Eksperimen) ..……136
Lampiran 26. Rekapitulasi Observasi Pertemuan III (Kelas Eksperimen) ..…..138

ix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia senantiasa mengalami pembelajaran dalam seluruh proses
kehidupannya. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak manusia sepanjang
hayat, tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan
terbelakang. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong
education) yang dicanangkan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan PBB (UNESCO).1
Pendidikan merupakan proses transfer ilmu pengetahuan dan nilai,
bertujuan untuk menyempurnakan kecerdasan-kecerdasan yang secara alamiah
telah dimiliki oleh setiap manusia sebagai potensi yang telah diberikan oleh Sang
Pencipta

agar

manusia

dapat

menjadi manusia

seutuhnya

dan dapat

mempertahankan kehidupannya. 2
Seutuhnya dalam artian keutuhan antara dua dimensi, jasmani dan rohani
sehingga proses pendidikan yang berlangsung harus berkesinambungan yang
meliputi keseluruhan aspek baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan
yang meliputi keseluruhan aspek akan menghasilkan manusia yang berkualitas
dan mampu bersaing, bukan hanya pintar tetapi juga memiliki budi pekerti luhur
dan moral yang baik.3
Makna pendidikan tidak hanya sekedar dalam lingkup sekolah. Dalam
arti yang luas pendidikan terjadi melalui tiga upaya utama, yaitu pembiasaan,
pembelajaran dan peneladanan.4 Hal ini sesuai dengan hakikat manusia sebagai
makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Sedangkan sekolah hanya
salah satu bentuk upaya pendidikan dan segala sesuatu yang terselenggara di
sekolah tidak sepenuhnya steril dari berbagai pengaruh luar sekolah.
1

Fuad Hassan, Pendidikan Adalah Pembudayaan, dalam Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta:
Kompas, 2004), h.53.
2
Abdurrahman, Meaningful Learning, Reinvensi Kebermaknaan Pembelajaran, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), h. 4.
3
Ibid, h. 74.
4
Fuad Hassan, Op. Cit, h.52.

1

2

Dunia pendidikan memiliki tanggung jawab dan kontribusi penuh
terhadap perkembangan manusia untuk menjadi manusia seutuhnya yang
kompeten dan berakhlak mulia. Karena itu perubahan dan rekonstruksi menuju
arah yang lebih baik senantiasa dilakukan dalam dunia pendidikan seiring dengan
perkembangan zaman yang terus berlangsung.
Sekolah sebagai salah satu lingkup pendidikan turut bertanggungjawab
mengadakan perubahan dan rekonstruksi, di antaranya dengan melaksanakan
berbagai program pembaharuan yang efektif dan efisien sesuai dengan
perkembangan zaman,

situasi,

kondisi dan

perkembangan anak didik.

Pembaharuan yang dilaksanakan dimulai dari pembaharuan pemikiran, sistem
pendidikan, kurikulum, struktur pendidikan, sampai pembaharuan dalam proses
transfer keilmuan/pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan.
Belajar memiliki peran utama dalam pendidikan, dengan belajar
seseorang mengalami pendidikan. Proses pembelajaran sebagai bagian dari proses
pendidikan pada pelaksanaannya cenderung masih monoton dan konvensional
dengan memusatkan guru sebagai sumber ilmu pengetahuan (teacher centered).
Siswa dianggap sebagai objek penerima wawasan guru yang tidak mempunyai
kreativitas dan pengetahuan awal.5
Dalam memperbaharui sistem transfer pengetahuan, salah satu langkah
empiris yang dilaksanakan adalah dengan memperbaharui sistem pembelajaran
konvensional ke arah yang lebih berkembang, yaitu dengan cara menggunakan
strategi-strategi baru, model maupun metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar.
Program pembaharuan yang efektif dapat diaplikasikan apabila semua
pemeran dalam dunia pendidikan turut bekerjasama, mulai dari pemerintah
sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai pada para pelaksana proses
pendidikan baik formal maupun informal. Salah satu faktor utama dalam

5

Zurinal, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 118.

3

pendidikan formal yang secara langsung turut menentukan keberhasilan
pendidikan adalah guru. Guru dapat mengarahkan dan membimbing peserta didik
sehingga terbentuk peserta didik yang berkualitas baik secara akademis,
keterampilan, moral, dan spiritual. Walaupun tidak semua tanggung jawab
dibebankan kepada guru (karena orang tua siswa dan lingkungannya pun turut
berperan membangun akademis, keterampilan, moral dan spiritual siswa), namun
guru sebagai pendidik hendaknya tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga turut
mendidik siswa meraih nilai-nilai kehidupan dan akhlak mulia sehingga siswa
dapat memiliki meaningfull life (kehidupan bermakna) dalam hidupnya.6 Siswa
diharapkan dapat menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang. Dalam
usaha pencapaian semua tujuan pendidikan tersebut, maka diperlukan sosok guru
yang terkualifikasi, berkompetensi, dan berdedikasi tinggi.
Guru yang memiliki profesionalisme tinggi memahami bagaimana
seharusnya mendidik sehingga kemampuan anak didik dari berbagai segi dapat
berkembang optimal. Peran lain yang diperankan guru adalah sebagai fasilitator
yang dapat memberi wadah untuk perkembangan kreativitas anak didik. Salah
satunya adalah dengan menyediakan model/pendekatan pembelajaran yang baik,
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Dengan pendekatan pembelajaran
yang sesuai, hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat.
“IPA adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang alam. Dalam
kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa IPA berhubungan
dengan alam. Menurut Hugerford dkk (1990) IPA dibagi menjadi dua
elemen yaitu proses dan produk. IPA sebagai proses difokuskan pada
cara yang digunakan untuk memperoleh produk IPA, prosesnya terdiri
dari mengamati, bereksperimen, menggolongkan, mengukur,
memprediksi,
mengkomunikasikan, dan sebagainya.
Dengan
menggunakan proses tersebut para ilmuan memperoleh penemuanpenemuan berupa fakta, konsep dan teori. Penemuan-penemuan inilah
yang disebut sebagai produk IPA, sedangkan proses yang dilakukan
ilmuan disebut keterampilan proses IPA.”7
“Memahami hakikat IPA secara utuh dalam pembelajaran biologi tidak
dapat dilakukan hanya dengan menginformasikan secara verbal atau
6

7

Abdurrahman, Op. Cit, h.26.
Ahmad Sofyan, “Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN” dalam Didaktika Islamika, jurnal
kependidikan, keislaman dan kebudayaan, Vol IV No.1 Juni 2003.

4

ceramah saja, melainkan juga dengan menyeimbangkan antara
pengembangan IPA sebagai proses maupun sebagai produk. Karena itu
menurut Driver (seperti dikutip Suparno, 1997) siswa dapat memahami
IPA bila terlibat aktif dalam dialog, diskusi dan melakukan percobaanpercobaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran aktif siswa itu
sendiri yang turut memberikan kontribusi dalam mencapai keberhasilan
memahami hakikat IPA.”8
Merujuk

pada

pandangan

Driver

tersebut,

pembelajaran

IPA

membutuhkan keaktifan siswa baik dalam berdialog, melakukan diskusi maupun
melakukan percobaan-percobaan. Dengan kata lain, kemampuan berkomunikasi
siswa turut mempengaruhi dan membantu tercapainya kreativitas siswa dalam
berpikir yang nantinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan
berkomunikasi itu sendiri merupakan salah satu keterampilan proses yang
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan atau menerima
gagasan, ide, secara efektif, baik melalui lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Nuryani R. bahwa kemampuan berkomunikasi memegang
peranan penting

karena

membantu

dalam

proses

penyusunan

pikiran,

menghubungkan gagasan satu dengan lainnya, sehingga dapat mengisi hal-hal
yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa.
Kenyataan di lapangan banyak yang menunjukkan kurangnya variasi
dalam pembelajaran sains, baik dari segi strategi pembelajaran, media atau alat
bantu pembelajaran, maupun kreativitas guru dalam menerapkan pembelajaran.
Hal tersebut dapat menghambat proses pembelajaran yang dapat berdampak pada
rendahnya hasil belajar siswa.
Peran guru menjadi faktor yang cukup menentukan hasil belajar siswa.
Guru dituntut kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, di antaranya
dengan memilih dan menentukan strategi, model, maupun metode pembelajaran
yang cocok untuk setiap materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Model-model pembelajaran terdapat beragam dan dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran di kelas. Pemanfaatan model pembelajaran yang beragam

8

Ibid.

5

dapat mengurangi kejenuhan siswa yang biasanya terjadi dalam pembelajaran
konvensional. 9
Model reciprocal teaching menuntut keaktifan siswa untuk memperoleh
pengetahuan. Model ini berlandaskan asas konstruktivisme dan beberapa
keterampilan proses dalam KPS. Model ini bertujuan memahami bagaimana anakanak berpikir, berkomunikasi, berdiskusi dan belajar mandiri. Melalui penerapan
model reciprocal teaching siswa diharapkan dapat belajar efektif dan bermakna
dengan mengkonstruk pemahamannya sendiri sehingga hasil belajarnya dapat
meningkat.
Berbagai asumsi teoretis di atas melandasi penulis menyusun dan
melaksanakan sebuah penelitian tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran
sains khususnya biologi. Dalam penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa dapat
meningkat. Oleh karena itu penulis menggunakan model pembelajaran yang
sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran
reciprocal teaching.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan,
penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar cenderung masih monoton dan konvensional
dengan metode ceramah yang menekankan aspek hafalan sehingga siswa
cenderung

terbatasi

dalam

mengembangkan

kemampuan

dan

kreativitasnya.
2. Kurangnya kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa masih rendah.
4. Masih kurangnya variasi dalam pembelajaran sains, baik dari segi strategi
pembelajaran, media atau alat bantu pembelajaran, maupun kreativitas
guru dalam menerapkan pembelajaran.

9

Yusri Panggabean, dkk., Strategi, Model, dan Evaluasi, Pembelajaran Kurikulum 2006,
(Bandung : Bina Media Informasi, 2007), h.71.

6

5. Metode pembelajaran konvensional membuat siswa menjadi kurang aktif
dan pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered).
6. Model pembelajaran yang dapat memfasilitasi pengembangan keaktifan
dan kreativitas siswa masih belum banyak digunakan dan kurang dikenal
oleh para pendidik.
7. Guru belum memposisikan dirinya sebagai model dan fasilitator bagi
siswa.
C. Pembatasan Masalah
Pembahasan dalam skripsi ini dibatasi pada pengaruh model pembelajaran
reciprocal teaching (pengajaran berbalik) terhadap hasil belajar biologi siswa
pada konsep Protista. Permasalahan difokuskan pada ranah kognitif yaitu hasil
belajar biologi siswa. Ranah psikomotorik pada kelas eksperimen turut
diperhatikan sebagai data sekunder atau data pendukung berupa kemampuan
berkomunikasi siswa selama pembelajaran.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut : “Apakah terdapat pengaruh model reciprocal teaching
terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista?”
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
khususnya dalam bidang pengajaran dan pembelajaran. Model pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
guru dalam mengembangkan proses pembelajaran di sekolah. Siswa diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan cara belajar mandiri. Siswa juga
diharapkan dapat berdiskusi, berkomunikasi maupun melakukan tanya jawab
dengan baik bila ada hal yang kurang dimengerti. Peneliti juga berharap penelitian
ini dapat memotivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan.

7

7

BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa
perkembangan kognitif merupakan suatu proses, anak secara aktif membangun
sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi
mereka. 1 Pemahaman konstruktivisme bertolak belakang dengan pandangan lama
yang menganggap siswa tidak tahu apa-apa atau tidak memiliki pengetahuan awal.
Konstruktivisme memandang siswa sebagai individu yang tengah mengalami fase
perkembangan kognitif dari mulai bayi telah memiliki suatu pemikiran atau
pengetahuan awal sebagai dasar pengetahuannya yang disebut prior knowledge.
Konstruktivis berasal dari kata construction yang berarti membentuk atau
membangun.2 Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan belajar yang
menekankan peran siswa dalam membentuk pengetahuan mereka, guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa sendiri
harus turut membangun pengetahuan dalam benaknya. Guru memberikan
kemudahan dalam proses ini dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, atau dengan kata lain
membangun

pemahaman

melalui

pengetahuan

yang

dimiliki.3

Karena

pengetahuan itu sendiri bukan hanya seperangkat konsep, fakta, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat, melainkan hasil konstruksi manusia melalui
interaksi dengan obyek, pengalaman, dan lingkungan. 4
Titik fokus yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah
penekanan pada siswa dalam proses belajar. Guru berperan sebagai mediator dan
1

2
3

4

Haris, Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching).
Tersedia On Line: http://man2barabai.blogspot.com/2008/02/makalah-kimia/ html. diakses 20
Januari 2009.
Ibid.
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta, Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), h. 13.
Suwarna, dkk., Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 120.

7

8

fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. 5
Konstruktrivisme, sebagai teori perkembangan dari berbagai teori psikologi
kognitif, memandang bahwa siswalah yang harus aktif mengembangkan
pengetahuannya, bukan guru atau orang lain. Pembelajaran harus dikemas
menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan
aktifnya.6
Siswa belajar dengan cara mengkonstruksi pengetahuan dan
pemahamannya melalui suatu pengalaman dan memikirkan kejadian
tersebut. Siswa memadukan antara yang telah diketahuinya dengan apa
yang baru di alaminya. Pemahaman dimaknai sebagai proses
pembentukan pengetahuan dengan memadukan apa yang telah
diketahuinya dan apa yang baru diterimanya. 7
Keaktifan dan kreativitas siswa akan membantunya untuk mandiri
membentuk pengetahuan, sedangkan guru berperan sebagai mediator dan
fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa dapat berjalan dengan baik.
Paradigma pembelajaran konstruktivisme memandang bahwa guru
menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) siswa untuk mengidentifikasi,
mengeksplorasi, berhipotesis, menggeneralisasi, dan inkuiri dengan cara mereka
sendiri

untuk

menyelesaikan

persoalan

yang

disajikan.8

Pembelajaran

konstruktivisme membuat jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa
lebih bersifat negosiasi sehingga peran guru sebagai fasilitator terwujud. Kondisi
tersebut membuat suasana menjadi kondusif, siswa belajar mengkonstruksi
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih
baik. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya,
tidak melalui pemberitahuan oleh guru sebelumnya. Siswa tidak lagi menerima
paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa
5

6
7

8

Djunaedatul Munawaroh dan Siti Khadijah, Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme, dalam
Jurnal Didaktika Islamika, Vol. IX No.2, Desember, 2008. h 191.
Suwarna, dkk., Op. Cit, h.121.
Retno Widyaningrum, Model Pembelajaran Konstruktivistik pada Matematika, dalam jurnal
Cendekia, Vol.6 No.2, 2008. h. 208.
Erman Suherman, Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Tersedia
on line: http://peta konsep anak bangsa.blogspot.com/2008/04.html. di akses 20 Januari 2009.

9

sendiri yang mengemasnya. Mungkin saja kemasannya tidak akurat, siswa yang
satu dengan siswa lainnya berbeda, atau mungkin terjadi kesalahan, di sini guru
memberikan bantuan dan arahan sebagai fasilitator dan pembimbing. Peran guru
sebagai fasilitator adalah memfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di
kelas. Guru membantu dan mengarahkan murid untuk melakukan sendiri aktivitas
pembelajaran.9Hal
pembelajaran,

dan

inilah

yang

memang

disebut

dengan

pembelajaran

konstruktivisme

pada

hakikatnya

dalam
adalah

konstruksivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnya
proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan.
Pendekatan belajar konstruktivis memiliki beberapa prinsip dasar
(Rustana, 2001) sebagai berikut:
1. Pengetahuan awal/dasar (Prior Knowledge)
Ausubel menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
proses belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. 10 Prior knowledge ini
juga dikenal sebagai konsepsi awal atau kerangka acuan alternatif siswa yang
memegang peran penting sebagai basis pengetahuan dalam proses perubahan
konseptual (conceptual-change process) dari konsepsi awal menjadi konsep yang
dapat diterima secara ilmiah. Dengan memiliki pengetahuan awal, siswa dapat
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasanya sendiri
dan dapat berbagi gagasan dengan temannya dalam proses pembelajaran. 11
2. Pembentukan pengetahuan (Knowledge construction)
Proses pembentukan pengetahuan (knowledge construction) dalam
perspektif konstruktivis diturunkan berdasarkan formula Piaget dari dua proses
kognitif (asimilasi dan akomodasi) yang berada di bawah kontrol pikiran. 12 Van
9

Adi W. Gunawan, Genius learning Strategy, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h.165.
Haris, Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching).
Tersedia On Line: http://man2barabai.blogspot.com/2008/02/makalah-kimia/ html. di akses 20
Januari 2009.
11
Nuryani Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang: Penerbit Universitas
Negeri Malang, 2005), h. 171.
12
Haris, Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching),
Op.Cit.
10

10

Glasserfeld lebih jauh mengemukakan bahwa dalam proses asimilasi suatu
organisme menyerap data dalam lingkungannya dan menggabungkannya dalam
struktur kognitif yang telah ada melalui aktivitas fisik ataupun mental. Struktur
kognitif ini kemudian secara efektif digunakan untuk berbagai tujuan penyesuaian
dan diintegrasi dengan akomodasi. Pada tahap ini, seleksi pengetahuan terjadi.
Pengetahuan ini akan terseleksi bila dipandang sesuai dengan pengalaman
individu tersebut, atau disebut juga sebagai viable.
3. Perubahan konseptual (Conceptual-change process)
Proses perubahan konseptual (conceptual-change process) merupakan
sebuah proses di mana siswa dituntut untuk mengemukakan pengetahuan awal
(konsepsi) yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman kesehariannya, memberi
alasan dan berargumentasi ketika dihadapkan pada konsep yang ditawarkan,
menganalisis konsep tersebut, serta menarik kesimpulan yang dijadikan sebagai
konsep akhir yang dapat diterima secara pribadi maupun ilmiah, meskipun tetap
bersifat tentatif atau dengan kata lain konsep tersebut masih dapat tergeser oleh
konsep lain yang lebih dapat diterima.13 Konsep yang baru tidak begitu saja
ditambahkan pada konsep yang telah ada untuk membangun perubahan
konseptual, melainkan saling berinteraksi terlebih dahulu dalam proses transmisi
yang melibatkan daya interpretasi siswa.14
Penjelasan tentang pembelajaran konstruktivisme memberikan gambaran
tentang proses pembelajaran bermakna (meaningful learning) di mana siswa
mengkonstruk sendiri pemahaman dari pengetahuan yang telah dimiliki dan yang
baru didapatkannya untuk kemudian diproses dalam pikirannya melalui daya
interpretasi siswa. Dari proses tersebut didapatkan perubahan konseptual yang
dapat diterima secara ilmiah. Proses untuk mendapatkan pemahaman beserta
perubahan konseptual tersebut tidak terlepas dari berbagai komponen terkait
seperti lingkungan belajar, kondisi siswa, pengarahan guru, interaksi dan
kerjasama antar siswa, serta daya interpretasi dan imajinatif siswa.

13
14

Ibid.
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta : Kanisius, 2007), h. 22.

11

2. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
a. Reciprocal Teaching (Pengajaran Berbalik)
Model pembelajaran reciprocal teaching dikembangkan oleh Anna Marie
Palincsar dan Ann Brown untuk mengajar siswa strategi-strategi kognitif serta
untuk

membantu

mereka

memahami

bacaan.

Palincsar

dan

Brown

mengidentifikasi empat strategi dalam reciprocal teaching untuk meningkatkan
kemampuan membaca siswa yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan,
memprediksi pemecahan masalah/soal, dan mengklarifikasikan istilah-istilah yang
sulit dipahami.15
Reciprocal teaching memiliki tiga komponen utama yaitu strategi
membaca, dialog antara guru dengan siswa maupun antara sesama siswa, dan
pengalihan tanggungjawab pembelajaran dari guru ke siswa. 16 Karena itu
pelaksanaan reciprocal teaching dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil.
Palincsar dan Brown menyatakan bahwa “Reciprocal teaching is an
instructional strategy based on modeling and guided practice, in which the
instructor first models a set of reading comprehension strategies and then
gradually cedes responsibility for these strategies to the students…”

17

Bila diterjemahkan berarti “Reciprocal teaching adalah aktivitas
pembelajaran berdasarkan pemodelan dan latihan terbimbing dengan guru yang
berperan sebagai model dan pembimbing pada awal pembelajaran lalu secara
berangsur-angsur tanggungjawab belajar diambil alih oleh siswa…”.
Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran yang mengharuskan
siswa belajar mandiri, memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri dan tidak
terlalu bergantung pada penjelasan guru.18 Pada dasarnya pembelajaran resiprokal

15

Daniel M. Rosyid dan Ibrahim Muslimin, Reciprocal Teaching. Tersedia on line: http://
supraptojielwongsolo. wordpress.com/ 2008_09_01_archive.html. di akses 20 Januari 2009.
16
Peter E. Doolittle, dkk., Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education:
A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts, International Journal of Teaching
and Learning in Higher Education, volume 17, 2006, h.106. Tersedia on line : http: //www.
isetl.org/. di akses 31 Desember 2009.
17
Ibid, h. 106.
18
Lidjin Aulia, Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung, 2008: Tidak
diterbitkan. h. 12.

12

menekankan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk
sedemikian rupa agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman
dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar
pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Dengan demikian kegiatan
pertukaran informasi materi terjadi antar sesama siswa dengan empat strategi yang
dilakukan dalam kelompok diskusi.
“Reciprocal teaching is characterized as a dialogue taking place
between the teacher and student that results in students learning how to construct
meaning when they are placed in must read situation…”19
Bila diterjemahkan berarti “Reciprocal teaching menekankan dialog
antara guru dengan siswa atau antara sesama siswa dalam kelompok belajar.
Dialog yang dilakukan bertujuan untuk mengkonstruksi pemahaman siswa…”
Salah satu dasar model pembelajaran reciprocal teaching adalah teori
sosial Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi sosial sebagai dasar pokok
dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut Vygotsky, berpikir keras dan
mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi
dalam berpikir pada saat belajar. 20
Pada saat dialog dalam kelompok siswa berperan sebagai “pengajar”
menggantikan peran guru untuk mengajar teman-temannya. Sementara itu guru
lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi
kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding.
Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu
kepada orang yang kurang atau belum tahu (misalnya guru kepada siswa atau
siswa yang pandai dengan siswa lain yang kurang pandai). Bimbingan yang
diberikan pada tahap awal dilakukan secara ketat, kemudian secara berangsurangsur tanggung jawab belajar diambil alih oleh siswa yang belajar. Dengan
scaffolding diharapkan kemampuan aktual siswa, yaitu kemampuan yang mampu

19

Carolyn J. Carter dan Diane F. Fekete, Reciprocal Teaching: The Aplication of a Reading
Improvement Strategy on Urban Students in Highland Park, Tersedia on line: http://unesdoc
.unesco.org/ images/ 0012/ 001247/124762e.pdf. di akses 31 Desember 2009.
20
Farida Nurhasanah, Reciprocal Teaching, Tersedia on line : http://digilib.unej.ac.id/print.php. di
akses 23 Mei 2009.

13

dicapai oleh siswa dengan belajar sendiri dapat berkembang lebih tinggi dan lebih
baik sehingga dicapai kemampuan potensialnya.
Dengan demikian proses pembelajaran reciprocal teaching mengubah
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered). Hal ini merupakan komponen
penting dalam proses reciprocal teaching.21
Dari berbagai definisi di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa
dengan

menggunakan

model

pembelajaran

reciprocal

teaching

proses

pembelajaran yang terjadi berpusat pada siswa (student centered), model ini
sesuai untuk melatih kemandirian siswa dalam menemukan dan mengembangkan
pengetahuannya, dan juga menuntut siswa untuk mampu menjelaskan wacana
yang dibaca secara mandiri kepada teman-temannya baik dalam bentuk
rangkuman, pertanyaan, atau prediksi wacana tersebut.
Prosedur pengajaran berbalik dilakukan pertama-tama dengan guru
menugaskan siswa membaca bacaan dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian
guru memodelkan empat keterampilan (merangkum bacaan, mengajukan
pertanyaan yang bisa diajukan, memprediksi pemecahan masalah/soal dan
mengklarifikasi hal-hal yang sulit, berat ataupun salah).22 Selanjutnya siswa
bergantian

menjadi

“pengajar”

dalam

kelompoknya,

menyampaikan

pemahamannya kepada teman kelompoknya, dan guru beralih peran sebagai
fasilitator, mediator, pelatih, pemberi dukungan serta umpan balik bagi siswa. 23
b. Tahapan kegiatan Pengajaran Berbalik (Reciprocal Teaching)
1) Prosedur Awal
Prosedur awal pengajaran berbalik adalah guru memperagakan semua
langkah pembelajaran berbalik, lalu membagi kelompok siswa sebanyak 5 orang
dalam satu kelompok. Siswa diminta melakukan langkah-langkah reciprocal
bersama teman-teman dalam kelompoknya.

21

Peter E. Doolittle, dkk., Op. Cit. h.107.
Mohamad Nur, Strategi-Strategi Belajar, (Surabaya : Unesa Press, 2000), h. 49.
23
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi
Pustaka, 2007), h.97.
22

14

Guru kelas melakukan scaffolding, di antaranya bertindak sebagai
anggota kelompok membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkahlangkah tertentu. Pendekatan dialogis antara guru dengan siswa ataupun siswa
dengan siswa perlu ditekankan. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog
yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati siswanya pada saat menjalani
proses pembelajaran reciprocal. Misalnya pada saat berlangsungnya pembelajaran
reciprocal ada saja siswa yang memiliki kecenderungan diam, maka guru harus
melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa, di antaranya
dengan cara mengarahkan, memberitahu, dan meyakinkan siswa tersebut untuk
turut aktif dalam diskusi kelompoknya, tidak perlu ragu dan takut untuk
mengungkapkan pendapatnya.
2) Prosedur Harian
Siswa tidak hanya dituntut menguasai keterampilan kognitif saja pada
saat pembelajaran Biologi sebagai sains, tetapi juga diharapkan dapat menerapkan
pembelajaran yang bermakna, terutama pada saat pelaksanaan proses IPA yang
akhirnya menghasilkan produk IPA. Melalui pendekatan reciprocal teaching,
dalam pembelajaran biologi siswa dituntut untuk bisa melakukan keterampilan
merangkum, menjelaskan, membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi,
memprediksi pemecahan masalah/soal yang diberikan, dan mengklarifikasi hal
yang sulit dipahami dari materi.
Reciprocal teaching sebagai model pembelajaran belum biasa dilakukan
guru, siswa juga belum akrab dengan model ini, karena itu bila guru ingin
menggunakan model ini dalam pembelajaran harus memperkenalkannya terlebih
dahulu kepada siswa. Guru perlu menjadi model terlebih dahulu dengan menjadi
“pengajar” pertama dengan tujuan memberikan contoh bagaimana melakukan
empat keterampilan dasar resiprokal. Setelah itu, pada saat diskusi kelompok tiba
giliran siswa untuk menjadi “pengajar” dalam kelompoknya. Pengajar di sini
maksudnya adalah yang menyampaikan pemahaman pada teman kelompoknya
saat diskusi, jadi siapapun dalam kelompok dapat bergiliran menjadi
guru/pengajar

dengan

cara

menyampaikan

pemahamannya

pada

teman

kelompoknya tentang materi yang sedang dibahas. Sebelumnya siswa telah dibagi

15

ke dalam kelompok-kelompok diskusi kecil, dibagikan LKS untuk dikerjakan, dan
rangkuman materi untuk dibahas guna menyelesaikan soal LKS. Masing-masing
anggota kelompok tersebut lalu mendiskusikan, merangkum, membuat pertanyaan
dan bergiliran berperan sebagai guru selama kegiatan membaca dalam kelompok
atau dengan kata lain berdiskusi untuk mencari pemecahan soal LKS.
3. Hakikat Hasil Belajar
a. Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku. Beberapa ahli
mendefinisikan belajar sesuai dengan aliran filsafat yang dianutnya. Menurut
Skinner belajar adalah suatu perilaku, sedangkan menurut Gagne belajar
merupakan suatu kegiatan yang kompleks, dengan belajar seseorang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.24
Ernest ER. Hilgrad mendefinisikan belajar sebagai suatu tindakan yang
dilakukan seseorang dengan cara latihan-latihan sehingga seseorang tersebut
mengalami perubahan.25
Menurut Reber definisi belajar dibatasi dengan dua macam definisi.
Pertama, belajar adalah The Process of Acquiring Knowledge, yakni proses
memperoleh pengetahuan. Kedua, A relatively permanent change in respons
potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. 26
Jadi menurut Reber belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan,
memperoleh kemampuan yang bersifat tetap sebagai hasil dari latihan-latihan
yang berkesinambungan.
Belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang selama
menjalani kehidupan, kompleks, berkesinambungan dan saling terkait antar
pengalaman satu dengan pengalaman lainnya.
24

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 9-10.
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), h. 4.
26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2008), h. 91.
25

16

Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach belajar yang baik melibatkan
seluruh panca indra, dengan kata lain belajar adalah suatu proses mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.27
Menurut Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology: A
Realistic Approaach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata “Learning is
the development of new associations as a result of experience” yang berarti
belajar adalah suatu proses internal, tidak dapat dilihat secara empiris, dan terjadi
dalam diri seseorang yang sedang mengalami proses belajar. 28
Menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dal