Pengaruh pembelajaran model advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista : Eksperimen di SMAN 9 Kota Tangerang

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nuri Shabania NIM. 1110016100046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

Hasil Belajar Biologi

Kota Tangerang) disusun oleh

Nuri

Shabania,

NIM

1110016100046, diajukan

kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 4 Juni 2015

di hadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana

S-1 (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, Juni 2015

Panitia Uj ian Munaqosah

Tanggal Ketua Panitia (Ketua Prodi Pendidikan Biologi)

Dr. Zulfiani. M.Pd.

NIP. 19760309 200501 2002

Penguji I

Nenssih Juanenssih. M.Pd.

NIP. 19790510 200604 2 001

Penguji

II

Meiry Fadilah Noor, M.Si.

NIP. 19800516 200710 2 001

Dekan F

9./-t.tls..

b-L-i,

t -

] -Totf

Mengetahui,

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN S Hidayatullah J


(3)

PADA KONSEP PROTISTA (Eksperimen di SNIAN 9 Kota Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nuri Shabania NIM. 1110016100046

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing

II

I

(d----9:.=F

Yuke Mardiati. M.Si.


(4)

Nama : Nuri Shabania

NIM : 1110016100046

Jurusan : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi

Alamat : Komplek Setneg blok E5/26 Kec. Pinang, Kota Tangerang.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Model Advance

Organizer terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista adalah

benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing I : Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd.

NIP : 19650115 198703 1 020

Nama Pembimbing II : Yuke Mardiati, M.Si.

NIP : 19760117 200701 2 013

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Juni 2015 Yang Menyatakan


(5)

19lt

Dosen Pembimbing

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benarhasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya lulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh LljianMunaqasah.

Jakafta,

...

Me(

)sl6

Nqir

Shbcri


(6)

i

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 9 Kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian berjumlah 40 orang untuk kelas eksperimen dan 40 orang untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes pilihan ganda dan angket. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata posttest kedua kelompok diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,087, sedangkan t-tabel dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) = 78 sebesar 1,67, maka dapat dikatakan bahwa t-hitung > t-tabel yang berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model

advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista.


(7)

ii

Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

This research purposed to know the influence of using advance organizer model to students’ biology achievement in protists concept. This research had been carried out in SMAN 9 Tangerang. This research was used quasi experiment method with pretest-posttest control group design. The sample was taken by using cluster random sampling technique. The amount of research sample was 40 persons for the experiment class and 40 persons for the control class. The data was taken by using multiple choice test instrument and questionnaire instrument. The data analysis was used t-test, from the result of calculating mean differentiation of posttest both groups, obtained the value of t-count was equal to 3,087, while t-table at the level of significant 5% with degree of freedom (df) = 78 that was equal to 1,67. So, it can be said that t-count > t-table that means the alternative hypothesis (Ha) was accepted and the zero hypothesis (H0) was

refused. It showed that there was influence of using advance organizer model to students’ biology achievement in protists concept.


(8)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT untuk segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pembelajaran Model Advance Organizer terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista”. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi yang telah disusun penulis ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para staf jajarannya.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Yuke Mardiati, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Pendidikan IPA yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalankan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Hj. Chuzaimah HS, S.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 9 Kota Tangerang beserta para guru dan staf jajarannya yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam penelitian.

7. Ibu Siti Rodiah, S.Pd. selaku Guru Biologi di SMA Negeri 9 Kota Tangerang yang telah membimbing dan memberikan arahan serta motivasinya kepada penulis selama penelitian.


(9)

iv

9. Kedua orang tua tercinta, Bapak M. Soleh Lubis dan Ibu Neneng, serta kakak dan adik-adik tersayang, Bang Nendy, Nia, dan Tasha, yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Para sahabat seperjuangan, Hilda, Meriza, Ani, Vira, Ninta, Ara, yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya selama masa-masa perkuliahan serta rekan-rekan seperjuangan lainnya khususnya pada Program Studi Pendidikan Biologi 2010.

11.Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga Alloh SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan untuk keberhasilan penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Jakarta, Mei 2015


(10)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teoritik ... 9

1. Belajar dan Pembelajaran ... 9

a. Pengertian dan Hakikat Belajar ... 9

b. Ciri-Ciri Belajar ... 13

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 14

d. Pembelajaran ... 18

2. Hasil Belajar Biologi Siswa ... 20

3. Model Pembelajaran Advance Organizer ... 21

a. Model Pembelajaran ... 21

b. Advance Organizer (Pengatur Awal) ... 23

4. Peta Konsep ... 27

B.Hasil Penelitan yang Relevan ... 30

C.Kerangka Berpikir ... 32

D.Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B.Variabel Penelitian ... 34

C.Metode dan Desain Penelitian ... 34


(11)

vi

I. Hipotesis Statistik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 49

1. Deskripsi Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 50

2. Deskripsi Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 50

3. Deskripsi Normal Gain (N-Gain) ... 51

B.Analisis Data ... 53

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 53

a. Uji Normalitas ... 53

b. Uji Homogenitas ... 54

2. Pengujian Hipotesis ... 55

3. Analisis Data Angket ... 56

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Aktivitas Pembelajaran ... 58

2. Interpretasi Data Penelitian ... 60

3. Pembelajaran Advance Organizer dan Hasil Belajar Biologi ... 62

D.Keterbatasan Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 65

B.Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(12)

vii

2.2. Langkah-langkah membuat peta konsep ... 28

3.1. Desain Penelitian ... 35

3.2. Kisi-kisi soal pilihan ganda setelah validasi ... 37

3.3. Kisi-kisi angket respon siswa ... 38

4.1. Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest ... 50

4.2. Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil posttest ... 51

4.3. Rekapitulasi hasil perhitungan n-gain ... 52

4.4. Rekapitulasi hasil pengujian normalitas dengan uji Liliefors ... 53

4.5. Rekapitulasi hasil pengujian homogenitas dengan uji Fisher ... 54


(13)

viii

2.2. Bagan kerangka pikir ... 33

4.1. Grafik kategori n-gain kelompok eksperimen dan kontrol ... 52

4.2. Grafik persentase indikator ARCS ... 56


(14)

ix

2. Perhitungan Statistik Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 73

3. Perhitungan Uji Normalitas ... 86

4. Perhitungan Uji Homogenitas ... 89

5. Perhitungan Uji Hipotesis ... 91

6. Perhitungan Data Angket ... 94

7. Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba ... 96

8. Soal Instrumen Uji Coba ... 113

9. Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 121

10. RPP Kelas Eksperimen ... 138

11. RPP Kelas Kontrol ... 151

12. Instrumen Penilaian Afektif, Psikomotor, dan Kognitif ... 162

13. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 173

14. Instrumen Tes Pilihan Ganda ... 194

15. Instrumen Angket ... 198

16. Lembar Observasi Guru dan Siswa ... 201


(15)

Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.1 Pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi dewasa atau mencapai penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.2 Dengan demikian, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena di dalamnya terjadi proses perubahan menuju kedewasaan sebagai penunjang kemajuan bangsa di masa depan.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Potensi-potensi tersebut merupakan ciri manusia dewasa dari hasil belajar dalam hidupnya. Peserta didik atau siswa dalam hal ini merupakan objek utama dari pendidikan yang diselenggarakan baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Belajar adalah proses berkesinambungan untuk membentuk konsep atau pengetahuan baru berdasarkan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya.4 Belajar merupakan istilah yang sangat penting dalam setiap usaha pendidikan, di mana jika tanpa adanya belajar maka tidak akan ada pendidikan.

Belajar dalam perspektif agama Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat

1

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 1.

2

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 1.

3

Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 92.

4

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 118.


(16)

kehidupannya meningkat.5 Hal ini dinyatakan dalam potongan ayat Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11:

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11)6

Studi pendahuluan menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa kelas X di SMAN 9 Kota Tangerang dapat dikategorikan cenderung masih rendah. Siswa yang tidak mencapai nilai 76 sebagai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berjumlah lebih dari 50% dari total seluruh siswa kelas X pada tahun ajaran 2013/2014. Selain itu, beberapa siswa mengungkapkan sulit mengingat istilah-istilah dalam ilmu biologi yang telah dipelajarinya.

Hasil belajar biologi yang rendah dapat disebabkan oleh kesulitan siswa dalam memahami materi biologi. Kesulitan dalam memahami materi tersebut secara umum dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu siswa sebagai peserta didik, guru sebagai pendidik, dan materi yang dipelajari.7 Sebagian besar siswa menganggap materi biologi bersifat hafalan dan adanya ketidaknyamanan dalam proses pembelajaran karena fasilitas belajar mengajar yang kurang memadai seperti laboratorium dan buku cetak. Kekeliruan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran serta materi biologi yang memiliki kajian cukup padat juga dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa. Dalam pelajaran biologi juga banyak mengandung istilah-istilah asing yang sebagian besar siswa mengeluhkannya karena sulit untuk diingat.

5

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 94.

6 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath

-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 801.

7

Liza Yulia Sari, “Analisis Proses Pembelajaran Biologi pada Materi Protista di Kelas X SMA Negeri 1 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman”, Semirata 2013 FMIPA Unila, 2013, h. 54.


(17)

Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa sebagai peserta didik dengan guru sebagai pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.8 Interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran memegang peranan penting dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan suatu pokok bahasan disebabkan pada saat proses pembelajaran guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

Kegiatan belajar-mengajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Strategi maupun metode belajar yang digunakan guru sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran biologi. Keberhasilan yang dicapai siswa dalam hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam tahap pembelajaran selanjutnya. Akan tetapi, metode konvensional seperti ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang berpusat pada guru masih cukup mendominasi pembelajaran di sekolah saat ini. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa menjadi pasif dan lebih banyak menghafal materi biologi yang diberikan guru maupun yang tersedia di buku paket.

Guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional agar tidak menghabiskan waktu terlalu banyak dan tidak menggunakan media pembelajaran. Penggunaan laboratorium sekolah pun masih terbatas yang disebabkan kurang lengkapnya peralatan laboratorium, kondisi alat yang tersedia tidak dapat berfungsi dengan baik, bahkan penggunaan laboratorium sebagai ruang kelas akibat kekurangan ruangan di sekolah yang bersangkutan.

Data The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menyebutkan siswa Indonesia hanya mampu menjawab konsep dasar atau hafalan dan tidak mampu menjawab soal yang memerlukan nalar dan analisis. Pada tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 49 negara. Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah.9

8

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2013, h. 3. (http://www.dikti.go.id/files/atur/UU20 2003Sisdiknas.pdf).

9

Deo Demonta Panggabean dan Retno Dwi Suyanti, “Analisis Pemahaman Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction”, Jurnal Online Pendidikan Fisika, Vol. 1, No. 2, 2012, h. 14.


(18)

Karena itu, pembelajaran di sekolah harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini di mana siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, baik dalam menalar maupun menganalisis, bukan menghafal materi pelajaran saja.

Pendidikan modern yang diiringi dengan perubahan kurikulum yang baru tidak lagi memiliki sistem pembelajaran pada guru yang aktif, tetapi siswa sebagai objek maupun subjek pendidikan yang dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang komunikasinya dua arah, guru dan siswa harus ikut serta dalam proses pembelajaran di kelas, laboratorium, maupun di lingkungan sekitar sekolah. Semua itu dilakukan agar tujuan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu dan menimbulkan belajar biologi yang terpusat pada siswa. Tetapi, berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara langsung dengan guru diperoleh data bahwa padatnya materi ajar biologi tidak diimbangi dengan alokasi waktu yang tersedia.

Protista merupakan salah satu dari materi biologi kelas X yang sulit dipahami siswa. Konsep-konsep pada materi protista sebagian besar bersifat abstrak sehingga siswa hanya dapat membayangkannya saja setelah melihat gambar. Materi kajian protista pun cukup padat sehingga saat menerima informasi ada kemungkinan siswa lebih cenderung menghafalkan informasi yang didapat tanpa mencoba mengaitkan dengan konsep yang pernah dimiliki sebelumnya.

Berbagai hambatan akan timbul akibat ketidakpahaman siswa terhadap materi biologi seperti sulit memahami materi selanjutnya dan miskonsepsi pada konsep lain yang memiliki keterkaitan sehingga mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai serta rendahnya hasil belajar siswa.10 Pemahaman yang kurang terhadap konsep menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih dilandasi dengan metode transfer informasi yang hanya menyentuh ingatan siswa saja. Kondisi ini akan menyebabkan siswa tidak dapat melihat hubungan antara materi pelajaran yang telah dipelajarinya dengan materi yang sedang atau akan dipelajarinya sehingga pembelajaran tidak akan bermakna dan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa.

10


(19)

Siswa harus mengulangi pembelajaran sebelumnya yang berhubungan dengan pembelajaran baru yang akan dipelajarinya. Hal tersebut berlaku terutama pada mata pelajaran eksakta seperti ilmu pengetahuan alam (IPA).11 Pengetahuan yang telah dimiliki individu selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan bagi masing-masing individu. Semakin baik cara penataan pengetahuan di dalam dasar pengetahuan, semakin mudah pengetahuan itu ditelusuri dan dimunculkan kembali pada saat diperlukan.12 Maka itu, dengan modal pengetahuan awal yang telah dimiliki, siswa akan lebih mudah memahami pengetahuan-pengetahuan selanjutnya yang berkaitan.

Proses pembelajaran memiliki faktor yang sangat penting, yaitu apa yang telah diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya.13 Hal tersebut dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Tetapi sering terjadi siswa tidak mampu melakukannya. Dalam kegiatan seperti inilah sangat diperlukan adanya alat penghubung yang dapat menjembatani informasi atau ide baru dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung yang dimaksud dapat menggunakan pengatur awal atau advanceorganizer.

Advance organizer mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajarinya dan memudahkan untuk mengingat kembali informasi yang berkaitan sehingga membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap semacam pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru.14 Tujuan dari pengatur awal tersebut adalah untuk menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari serta untuk membantu peserta didik dalam membedakan materi baru dengan

11

Purwanto, loc. cit. 12

C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 45-46.

13

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 100.

14 Ibid.


(20)

materi lama yang telah dipelajarinya.15 Advance organizer dapat dideskripsikan sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi daripada tugas pembelajaran itu sendiri.

Usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan penyajian materi dengan metode ceramah antara lain menggunakan model pembelajaran yang berbentuk advance organizer untuk membantu siswa belajar lebih aktif. Alat atau cara yang dapat digunakan sebagai pengatur awal tersebut salah satunya dengan peta konsep. Peta konsep dikembangkan untuk menggali struktur kognitif siswa dan untuk mengetahui apa yang telah diketahui pelajar.16

Seorang guru dituntut untuk dapat kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Usaha ini harus dilakukannya dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut tidaklah mudah. Tetapi, hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab guru agar siswa mudah memahami materi yang disampaikan, dan apa yang diperolehnya merupakan sesuatu yang bermakna dalam hidupnya.

Siswa yang menganggap biologi sebagai pelajaran berbentuk hafalan yang sulit diingat dan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa dapat mengakibatkan hasil belajar siswa yang rendah. Dalam ilmu biologi, terdapat banyak istilah-istilah asing yang harus diingat dan dipahami siswa. Dengan menerapkan model

advance organizer ini diharapkan pandangan negatif siswa terhadap pelajaran biologi akan berubah menjadi positif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

Metode dan model pembelajaran yang beraneka macam telah banyak diterapkan sebagai upaya memperbaiki mutu pendidikan biologi. Model pembelajaran advance organizer yang berbantukan peta konsep ini dapat memperkuat struktur kognitif siswa sehingga diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari materi protista yang padat dan kaya akan istilah asing. Model pembelajaran advance organizer perlu diterapkan guna mengetahui pengaruhnya

15

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 94.

16


(21)

terhadap hasil belajar siswa pada konsep protista. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pembelajaran Model Advance Organizer terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar biologi siswa yang rata-rata masih rendah.

2. Siswa menganggap biologi sebagai pelajaran berbentuk hafalan yang sulit diingat dan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa.

3. Metode transfer informasi yang diterapkan pada pembelajaran umumnya hanya menyentuh ingatan saja, sehingga dianggap kurang bermakna.

4. Materi kajian protista yang padat tidak diimbangi dengan alokasi waktu yang tersedia di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian yang dilaksanakan ini dibatasi pada hal-hal berikut, seperti: 1. Variabel X dalam penelitian ini adalah model pembelajaran advance

organizer dan variabel Y adalah hasil belajar biologi siswa.

2. Ranah kognitif yang digunakan pada soal tes pilihan ganda meliputi aspek C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

3. Materi SMA yang dipilih adalah kingdom protista yang meliputi protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan, dan protista mirip jamur.


(22)

D. Perumusan Masalah

Masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh pembelajaran model advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh model pembelajaran advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista.

2. Respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran advance organizer.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Guru, sebagai pertimbangan dalam menggunakan model pembelajaran

advance organizer sebagai salah satu cara belajar siswa aktif dan bermakna. 2. Siswa, sebagai sarana latihan untuk berperilaku rajin dan membiasakan diri

aktif dalam pembelajaran.

3. Peneliti, sebagai pengalaman peneliti di bidang pendidikan serta bekal untuk menjadi pendidik di dunia sekolah.


(23)

1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian dan Hakikat Belajar

“Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”.1 Ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik saat siswa berada di sekolah maupun di lingkungan sosial lain khususnya saat bersama keluarganya. Belajar memiliki beberapa pengertian di antaranya sebagai berikut:

1) “Belajar merupakan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”.2

2) “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor”.3

3) “Belajar adalah modification of behavior through experience and training, artinya perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan”.4

4) “Belajar adalah setiap perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.5

Berdasarkan uraian mengenai pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses atau tahapan perubahan seluruh atau sebagian

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 87.

2

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 157.

3

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 13.

4

Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993). h. 99.

5

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 84.


(24)

tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor.

Hasil pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang menetap pada tingkah laku merupakan faktor yang penting dalam belajar. Pengalaman dan latihan dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati berupa gejala mental, maupun yang tidak dapat diamati berupa proses mental. Belajar dapat terjadi akibat interaksi secara terus menerus antara peserta didik dan lingkungannya, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tadi.6 Perubahan dalam belajar dapat berupa suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada, penambahan dari informasi atau pengetahuan atau keterampilan yang telah ada, dan menghilangkan sifat atau prilaku tertentu yang tidak dikehendaki.7 Perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.8

Belajar memiliki tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. (1) Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa. (2) Secara institusional (ditinjau dari kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui setelah proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. (3) Secara kualitatif (ditinjau dari mutu), belajar ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.9

6

Ibid. 7

Makmun, op. cit., h. 158.

8

Syah, op. cit., h. 90.

9 Ibid.


(25)

Belajar memiliki beberapa elemen penting yang tersusun sehingga suatu kegiatan atau pekerjaan dapat dikatakan sebagai belajar. Elemen-elemen tersebut antara lain:

1) Belajar terdiri dari suatu perubahan dalam tingkah laku, yang dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik dan bahkan kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2) Perubahan yang terjadi dalam belajar terjadi melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi, orang yang mabuk karena meminum minuman keras, orang yang merasa jenuh saat berkegiatan, dan sebagainya.

3) Belajar dapat menyebabkan perubahan yang relatif menetap dan harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi merupakan proses yang cukup panjang yang berlangsung hingga berhari-hari, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Hal-hal yang berlangsung sementara harus dikesampingkan seperti perubahan-perubahan tingkah laku akibat motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, karena perubahan yang terjadi tidak dalam periode yang cukup panjang.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar meliputi aspek fisik maupun aspek psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan berpikir atau analisis, kebiasaan, ataupun sikap.10

Arti penting belajar dalam Al-Qur’an yaitu: (1) Orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan di dunia. (2) Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Alloh sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggung jawabannya. (3) Dengan ilmu yang dimiliki, orang mampu mengangkat derajatnya di mata Alloh.11

10

Purwanto, op. cit., h. 84-85.

11

Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 55.


(26)

Belajar merupakan proses yang terjadi dengan adanya perubahan atau penambahan informasi maupun keterampilan yang telah dimiliki. Unsur yang penting dalam belajar meliputi perubahan-perubahan dalam diri individu seperti perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman dan relatif menetap pada diri individu tersebut. Belajar merupakan proses yang berkesinambungan sehingga memerlukan waktu agar tujuan dari belajar tersebut dapat tercapai.

Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat, mengucapkan.12 Belajar yang dimaksud merupakan koordinasi dari beberapa fungsi yang ada dalam diri manusia seperti pada ranah kognitif, psikomotor dan afektif, sehingga fungsi-fungsi tersebut saling berkoordinasi dan bekerja sama dalam melakukan proses belajar dalam diri seseorang.

Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.13 Hakikat belajar sangat penting diketahui untuk dijadikan pegangan dalam memahami secara mendalam masalah belajar. Seseorang dikatakan belajar jika melakukan aktivitas belajar dan di akhir aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memiliki pengalaman baru.14

Hal terpenting dalam belajar adalah proses belajar, bukan hasil yang diperolehnya.15 Perubahan yang terjadi akibat aktivitas belajar adalah perubahan yang berhubungan dengan aspek kejiwaan (psikis) dan mempengaruhi tingkah laku, bukan sebagai hasil dari kematangan atau pertumbuhan seseorang.

12

Syah, op. cit., h. 92.

13

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 6.

14

Djamarah, op. cit., h. 14.

15


(27)

b. Ciri-Ciri Belajar

Belajar dapat dicirikan dengan beberapa perubahan tertentu yang diuraikan sebagai berikut:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar, di mana individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan pada dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, yaitu perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan-perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan dan proses belajar berikutnya. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perbuatan belajar akan

mengakibatkan perubahan-perubahan yang selalu bertambah untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Karena itu, makin aktif usaha belajar yang dilakukan akan menghasilkan perubahan-perubahan yang makin baik (positif).

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan-perubahan yang bersifat sementara (temporer) hanya terjadi beberapa saat saja, seperti menangis, berkeringat, lelah, jenuh, dan sebaginya tidak dapat dikategorikan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan dalam belajar adalah perubahan yang relatif menetap pada individu, seperti kecakapan individu dalam memainkan piano setelah belajar. Hal tersebut akan terus dimiliki individu tersebut bahkan makin berkembang dengan adanya latihan secara terus menerus.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, di mana terjadinya perubahan tingkah laku disebabkan adanya tujuan yang ingin dicapai, seperti individu yang bertujuan ingin mahir bermain piano, maka dilakukannya latihan piano sebagai proses belajar menuju kemahirannya.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Jika individu belajar tentang sesuatu maka individu tersebut akan mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasilnya. Perubahan tingkah laku tersebut dapat terjadi secara


(28)

menyeluruh seperti dalam kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.16

Belajar dicirikan dengan adanya perubahan-perubahan dalam diri individu. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku yang berkelanjutan, terarah, dan tidak bersifat sementara. Perubahan tingkah laku tersebut dapat bersifat positif maupun negatif akibat pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal dari individu yang bersangkutan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Perubahan yang terjadi akibat kegiatan belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu proses belajar. Hasil belajar tersebut diperoleh dengan adanya pengaruh-pengaruh dari dalam individu maupun dari luar individu. Proses belajar yang terjadi secara psikis pada individu hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan/atau kecakapannya. Berhasil tidaknya belajar dapat tergantung kepada bermacam-macam faktor, yaitu: (1) faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri (faktor individu), yaitu kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan/inteligensi, latihan dan ulangan, motivasi, dan sifat pribadi seseorang, dan (2) faktor yang berasal dari luar individu (faktor sosial), yaitu keadaan keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat pelajaran, motivasi sosial, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia.17

Belajar terjadi akibat adanya unsur-unsur lain yang terlibat langsung di dalamnya. Masukan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman tertentu yang dimiliki seseorang sebagai bekal dalam proses belajar mengajar (learning teaching process). Proses tersebut diharapkan dapat berubah menjadi keluaran (output) dengan perubahan-perubahan yang diinginkan atau kualifikasi tertentu. Di dalam proses belajar mengajar tersebut ikut berpengaruh beberapa masukan,

16

Djamarah, op. cit., h. 15-17.

17


(29)

yaitu dari faktor lingkungan (environmental input) dan faktor instrumental (instrumental input) yang sengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang tercapainya hasil belajar mengajar yang dikehendaki18 (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Proses belajar mengajar dan unsur-unsurnya

Belajar adalah suatu proses yang kompleks. Karena itu, suksesnya belajar tergantung pada banyak faktor.19 Faktor yang mempengaruhi belajar terbagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), dan faktor masyarakat (keadaan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). 20

Pendapat lain mengenai faktor yang mempengaruhi belajar dikemukakan oleh Syah yang membagi faktor-faktor tersebut menjadi tiga macam, yaitu: (1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan jasmani dan

18

Djamarah, op. cit., h. 175-176.

19

Thonthowi, op. cit., h. 103.

20

Slameto , Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 54-71.


(30)

rohani siswa. (2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. (3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.21

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terbagi menjadi faktor internal (aspek fisiologis dan aspek psikologis), faktor eksternal (lingkungan sosial dan nonsosial), dan faktor pendekatan belajar dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Aspek Fisiologis

Faktor fisiologis yang dimaksud bersifat jasmiah seperti kondisi tonus atau tegangan otot dan organ-organ khusus seperti indera pendengar dan indera penglihat. Kemungkinan timbulnya masalah pada kondisi jasmani tersebut perlu diatasi dengan langkah bijaksana guru dan pihak terkait untuk mempertahankan self-esteem dan self confidence siswa. Kemerosotan self-esteem dan self confidence seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang cepat atau lambat mengakibatkan siswa tersebut menjadi underachiever atau mungkin gagal, walaupun kapasitas kognitifnya normal atau lebih tinggi dari pada siswa yang lain.

2) Aspek Psikologis

Faktor psikologis (bersifat rohaniah) yang umumnya dipandang lebih esensial di antaranya tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi.

3) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial dapat mencakup guru, tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya), teman sekelas siswa, masyarakat, tetangga, teman sepermainan di sekitar lingkungan tempat tinggal, orang tua, dan keluarga siswa.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Dampak negatif yang dipengaruhi oleh faktor orang tua dan keluarga dapat menimbulkan dampak tidak mau

21


(31)

belajar bahkan siswa cenderung berperilaku menyimpang yang berat seperti antisosial.

4) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

5) Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan tinggi (speculative dan achieving), pendekatan sedang (analytical dan deep) dan pendekatan rendah (reproductive dan surface).22

Uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat diperjelas dengan Tabel 2.1 sebagai berikut:23

Tabel 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Ragam Faktor dan Elemennya

Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar Siswa

1. Aspek Fisiologis - tonus jasmani - mata dan telinga

2. Aspek Psikologis - inteligensi

- sikap - minat - bakat - motivasi

1. Lingkungan Sosial - keluarga

- guru dan staf - masyarakat - teman

2. Lingkungan Nonsosial - rumah

- sekolah - peralatan - alarm

1. Pendekatan Tinggi - speculative

- achieving

2. Pendekatan Sedang - analytical

- deep

3. Pendekatan Rendah - reproductive

- surface

22

Ibid., h. 130-136.

23


(32)

Faktor-faktor yang disebutkan di atas dapat menyebabkan munculnya siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan underachievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.24 Karena itu, seorang guru harus kompeten dan profesional dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar siswa.

d. Pembelajaran

“Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.25 Kegiatan pembelajaran adalah satu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.26

Pembelajaran dalam maknanya yang lebih kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna tersebut terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah antara guru dan peserta didik yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.27

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara sistematik dan terarah untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Interaksi yang terjadi berupa interaksi dua arah dan merupakan interaksi yang dilakukan secara berkesinambungan. Pembelajaran yang efektif dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu: (1) Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap kegiatan

24

Ibid., h. 129-130.

25

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2013, h. 3. (http://www.dikti.go.id/files/atur/UU20 2003Sisdiknas.pdf).

26

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 117.

27

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 17.


(33)

belajar mengajar (KBM); (2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa; (3) Ketepatan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan (4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2) tanpa mengabaikan butir (4).28

Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Tetapi dalam implementasinya masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan kreativitas peserta didik tersebut.29 Hal tersebut diakibatkan karena pembelajaran yang hanya terfokus pada kemampuan intelektualnya saja, sehingga mengabaikan aspek dan kemampuan siswa yang lain dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran memiliki ciri-ciri, di antaranya: (1) merupakan upaya sadar dan disengaja, (2) pembelajaran harus membuat siswa belajar, (3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, (4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.30 Pembelajaran juga memerlukan peran guru sebagai pendidik maupun fasilitator untuk menunjang terjadinya proses belajar siswa yang terarah dan memotivasi siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi beberapa faktor, di antanya:

1) Tujuan, yaitu pedoman arah yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar.

2) Guru, baik dari performance-nya, pandangan terhadap murid, serta latar belakang pendidikan dan pengalaman belajar.

3) Peserta didik dengan segala macam perbedaannya, seperti motivasi, minat, bakat, perhatian, latar belakang sosio-kultural, tradisi keluarga, dan sebagainya.

28

Ibid., h. 20.

29

Zurinal, op. cit., h. 117-118.

30


(34)

4) Kegiatan Pengajaran di mana gaya mengajar guru akan mempengaruhi gaya dan cara belajar siswa.

5) Evaluasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan, bahan yang diajarkan, dan proses yang dilakukan.31

2. Hasil Belajar Biologi Siswa

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.32 Dalam sistem pendidikan nasional, pengklasifikasikasian hasil belajar menggunakan sistem klasifikasi dari Benjamin S. Bloom yang membaginya menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berikut jenjang-jenjang pada setiap ranah: (1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. (2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. (3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaitu derakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif.33

Hasil belajar sebagai hasil pengorganisasian struktur kognitif yang baru, merupakan integrasi antara pengetahuan yang lama dengan yang baru.34 Untuk mencapai hasil belajar yang ideal yang ditandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman psikologis baru yang positif, kemampuan para pendidik dalam membimbing belajar siswanya sangat dituntut.35

Biologi merupakan bagian dari sains yang memiliki dua dimensi yang bersifat mendasar, yakni dimensi produk dan dimensi proses. Biologi sebagai

31

Fathurrohman, op. cit., h. 115-117.

32

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22.

33

Ibid., h. 22-23.

34

C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 47.

35


(35)

dimensi produk merupakan sumber fakta, sumber teori, sumber prinsip, dan sumber konsep. Biologi sebagai dimensi proses mengandung keterampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki seseorang atau siswa untuk mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan biologi.36

Hasil belajar biologi dapat diperoleh setelah siswa mengalami proses pembelajaran biologi. Siswa akan mengalami proses pengintegrasian pengetahuan hasil pengalaman hidupnya sehingga terorganisir untuk memperoleh hasil belajar yang akan dicapai. Hasil belajar biologi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar. Baik dan buruknya hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi. Jika proses pembelajaran yang diikuti siswa semakin baik, maka seharusnya hasi belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan menentukan tujuan pembelajaran. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

3. Model Pembelajaran Advance Organizer

a. Model Pembelajaran

“Model adalah suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang”.37 Model bermakna sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal, sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.38

“Model pembelajaran merupakan salah satu cara untuk menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada kecerdasan (intelligence-oriented education),

36 Nur Efendi, “Pendekatan Pengajaran

Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan

Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA”. Pedagogia,Vol. 2, No. 1, 2013, h. 85.

37

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 13.

38


(36)

dan memberikan keluasan pada siswa untuk mendidik dirinya sendiri”.39 Model pembelajaran mengarahkan seorang guru dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.40

Suatu model pembelajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku guru saat model tersebut diterapkan.41 Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.42

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu 2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas 4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan urutan langkah-langkah

pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran (dampak pembelajaran dan dampak pengiring)

6) Membuat persiapan mengajar atau desain instruksional dengan model pembelajaran yang dipilihnya.43

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran sehingga terjadi perubahan atau perkembangan dalam diri siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran yang ingin dicapai. Model pembelajaran yang ada saat ini sangat bervariasi sehingga guru harus pintar dalam memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu materi pembelajaran.

39

Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun, Models of Teaching, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 1.

40

Trianto, op. cit., h. 22. 41

Joyce, op. cit., h. 30.

42

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 52.

43

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 136.


(37)

b. Advance Organizer (Pengatur Awal)

Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif sehingga belajar bermakna pun terjadi, tidak hanya menekankan pada belajar menghafal.44

Struktur kognitif yang ada dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang baru itu dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik.45 Upaya memperbaiki struktur kognitif dapat memudahkan peserta belajar memperoleh dan menguasai informasi baru yang merupakan salah satu tujuan utama model pembelajaran.46

Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.47 Jadi, struktur kognitif merupakan struktur terorganisir dalam ingatan seseorang yang mengorganisasi pengetahuan-pengetahuan yang diterima sehingga dapat tersusun dalam suatu unit konseptual.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang tertentu dan pada waktu tertentu. Jika struktur kognitif itu stabil, jelas, dan diatur dengan baik maka informasi baru akan timbul dan cenderung bertahan sehingga belajar bermakna terjadi.48

Terdapat dua prinsip dalam memprogramkan isi bidang studi sehingga konsep itu dapat menjadi bagian yang stabil dalam struktur kognitif peserta belajar dan materi tersebut mempunyai makna psikologis. Prinsip-prinsip

44

Budiningsih, op. cit., h. 43.

45

Joyce, op. cit., h. 281.

46

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 90.

47

Budiningsih, op. cit., h. 44.

48


(38)

tersebut adalah: (1) Diferensiasi progresif, yang berarti bahwa gagasan dan disiplin paling umum disajikan lebih dahulu, kemudian didiferensiasikan secara progresif dari segi perincian dan kekhususan. (2) Rekonsiliasi integratif, yang berarti bahwa gagasan baru direkonsiliasikan dan diintegrasikan dengan isi yang telah dipelajari terdahulu.49

Belajar bermakna merupakan inti dari teori Ausubel tentang belajar. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.50 Belajar bermakna berarti apa yang telah dipelajari, dihubungkan secara intelektual dan dipahami dalam konteks yang telah diketahui. Belajar bermakna dapat terjadi jika informasi yang baru diterima dapat dipertahankan dengan baik dalam struktur kognitif dalam diri seseorang.

Hal-hal yang bersifat hafalan (subtansial-material) mudah dilupakan dibandingkan hasil proses mental (fungsional-struktural) yang lebih tinggi, atau hasil-hasil pengalaman praktik yang berarti (meaningful).51 Belajar dengan menghafal sebagai hasil belajar yang tidak bermakna, karena hasil itu tidak dikaitkan dengan isi dalam kerangka kognitif yang tersusun secara hierarkis.52 Belajar hafalan berciri kurangnya pendekatan kritis dan konseptual terhadap informasi yang diperoleh. Biasanya hal itu tidak dipersiapkan untuk mentransformasikan pengetahuan atau menerapkannya dalam konteks yang baru sehingga materi belajar hafalan mudah terlupakan.53

Belajar hafalan dapat terjadi jika siswa tidak dapat menggunakan konsep-konsep yang relevan dalam struktur kognitif untuk mengasimilasikannya dengan informasi atau pengetahuan yang baru diterimanya. Belajar hafalan dianggap tidak efektif karena materi yang diajarkan dalam pembelajaran tersebut mudah dilupakan.

Pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hierarkis, yang berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan abstrak

49

Basleman, op. cit., h. 93.

50

Dahar, op. cit., h. 95.

51

Makmun, op. cit., h. 169.

52

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 405.

53


(39)

membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkret.54 Cara mengorganisasikan materi pelajaran dan cara pengorganisasian pengetahuan dalam ingatan seseorang tersebut memiliki kesamaan dalam struktur hierarkisnya.

Tugas pokok dari guru pengampu bidang studi adalah membantu siswa untuk mengaitkan pengetahuan dan pemahaman baru (hal-hal yang akan dipelajari) dengan kerangka kognitif yang sudah dimiliki siswa.55 Faktor terpenting yang mempengaruhi belajar siswa adalah apa yang telah diketahui siswa itu sendiri. Agar terjadi belajar bermakna, konsep atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.56 Informasi baru dapat dikaitkan dengan informasi yang sudah ada dalam ingatan seseorang dengan menggunakan suatu pengatur awal atau advance organizer.

Advance organizer merupakan materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya (dan juga membantu pembelajar membedakan materi baru dari materi yang telah dipelajari sebelumnya).57

Model advance organizer dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa, yaitu pengetahuan tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik.58 Advance organizer dapat mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan menolong untuk mengingatkan kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru.59 Model advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan, yaitu:

1) Presentasi advance organizer, yang terdiri dari mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, menyajikan organizer, mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang jelas atau konklusif, memberi contoh atau ilustrasi yang

54

Budiningsih, loc. cit. 55

Winkel, loc. cit. 56

Dahar, op. cit., h. 100.

57

Joyce, op. cit., h. 286.

58

Ibid., h. 281.

59


(40)

sesuai, menyajikan konteks, mengulang, dan mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa.

2) Presentasi tugas atau materi pembelajaran, yang terdiri dari menyajikan materi, mempertahankan perhatian, memperjelas pengolahan, dan memperjelas aturan materi pembelajaran yang masuk akal.

3) Memperkuat pengolahan kognitif, yang terdiri dari menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integratif (pengetahuan baru yang dihubungkan dengan materi yang telah dipelajari), menganjurkan pembelajaran resepsi aktif, membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran, dan mengklarifikasi.60

Terdapat dua jenis advance organizer, yaitu ekspositori dan komparatif. organizer ekspositori menjadi konsep dasar pada tingkat abstraksi tertinggi atau beberapa konsep yang lebih kecil. Organizer ini mempresentasikan perancah intelektual tentang bagaimana siswa akan menggantungkan informasi baru yang ditemuinya. organizer ini khususnya berguna karena dapat menyediakan perancah ideasional untuk materi-materi asing/tidak biasa. Sedangkan organizer komparatif biasanya diterapkan pada materi yang biasa. Organizer ini dirancang untuk membedakan antara konsep baru dan konsep lama untuk menghindari kebingungan yang disebabkan oleh kesamaan antar keduanya.61

Siswa kemungkinan membutuhkan advance organizers yang berbeda-beda, tergantung pada pengetahuan sebelumnya dan keterampilan membacanya.62 Penggunaan advance organizer pada siswa dapat membantu mengaktifkan pengetahuan terdahulu sebelum penugasan atau pelajaran.63 Jadi, Advance organizer merupakan materi awal atau pengenalan yang berguna untuk membantu siswa dalam mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajarinya. Advance organizer dapat memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan penyimpanan informasi baru dalam diri seseorang. Hasil belajar dan retensi akan dapat ditingkatkan jika pengetahuan baru

60

Joyce, op. cit., h. 289-291.

61

Ibid., h. 287.

62

Margaret E. Gredler, Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 251.

63

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, ( Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 259.


(41)

diasimilasikan dengan pengetahuan yang sudah ada dengan bantuan advance organizer.

Advance organizer mengarah pada pembembelajaran bermakna sebagai lawan dari pembelajaran dengan cara menghafal. Advance organizer dapat berupa pengantar ringkas tentang apa yang akan dipelajari yang berhubungan dengan informasi dalam struktur kognitif siswa. Pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa sehingga siswa dapat membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya dan pembelajaran pun menjadi bermakna. Setelah diterapkannya suatu pengatur awal, siswa diharapkan telah siap menerima materi pelajaran baru sehingga siswa tidak jatuh kembali ke pembelajaran dengan pola hafalan.

4. Peta Konsep

Pengorganisasian awal (advance organizer) merupakan suatu alat untuk mengaitkan bahan-bahan pelajaran baru dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki.64 Salah satu alat yang dapat digunakan sebagai advance organizer dalam pembelajaran adalah peta konsep.

“Peta konsep merupakan suatu bentuk bantuan untuk mengembangkan pikiran siswa atau merupakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi”.65 Konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian.66 Sedangkan proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.67 Dengan menguasai konsep, siswa akan dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah dan sebagainya.

Terdapat tiga gagasan dalam teori belajar kognitif Ausubel yang mendasari pembentukan peta konsep. Pertama, struktur kognitif itu tersusun secara hierarkis dengan konsep dan proposisi yang lebih inklusif superordinal terhadap konsep dan proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.

64

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 157.

65

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 117.

66

Trianto, op. cit., h. 158.

67


(42)

Kedua, konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif, yaitu belajar bermakna merupakan suatu proses kontinu di mana konsep-konsep baru meningkat, artinya konsep-konsep tersebut tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih eksplisit dan lebih inklusif karena konsep-konsep itu secara progresif mengalami diferensiasi. Ketiga, penyesuaian integratif merupakan salah satu prinsip belajar yang mengemukakan bahwa belajar bermakna meningkat jika pelajar mengenal hubungan-hubungan yang baru antara satu set konsep atau proposisi yang berhubungan.68

“Peta konsep adalah presentasi visual dari koneksi konsep dan organisasi hierarkis konsep”.69 Penyusunan konsep secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif.70 Peta konsep juga memuat konsep dalam kategori superordinat dan mencakup contoh yang termasuk di dalamnya dan contoh yang bukan termasuk di dalamnya.71

Peta konsep dapat disusun dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain.72 Peta konsep dapat dibuat dengan langkah-langkah seperti pada Tabel 2.2 berikut ini:73

Tabel 2.2. Langkah-langkah membuat peta konsep

Langkah 1 Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh ekosistem.

Langkah 2 Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Contoh individu, populasi dan komunitas.

Langkah 3 Menempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.

Langkah 4 Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

68

Dahar, op. cit., h. 106.

69

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 353.

70

Trianto, op. cit., h. 159.

71

Santrock, 353-354.

72

Trianto, loc. cit. 73


(43)

Peta konsep memiliki beberapa ciri yang di antaranya dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Berbentuk konsep-konsep atau proposisi-proposisi agar lebih jelas dan bermakna

2) Berupa gambar berbentuk dua dimensi yang memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep

3) Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan lainnya 4) Berbentuk hierarkis, di mana terdapat suatu konsep yang membawahi

konsep-konsep lainnya.74

Peta konsep memiliki beberapa kegunaan, yaitu: (1) menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, (2) mempelajari cara belajar siswa, (3) mengungkapkan miskonsepsi yang terjadi pada siswa, dan (4) sebagai alat evaluasi.75 Karena peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan, sehingga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep satu dengan konsep lain dalam satu peta konsep.76 Peta konsep dapat digunakan untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau sebagai tempat untuk mengaitkan pengetahuan baru.77

Berdasarkan uraian di atas, peta konsep merupakan presentasi visual yang menghubungkan antara suatu konsep dengan konsep lainnya secara hierarkis. Peta konsep dalam ilmu biologi dapat membantu mengolah informasi yang abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat untuk mengingatkan pada suatu konsep pembelajaran. Pemetaan yang jelas dari informasi atau pengetahuan dapat membantu siswa dalam menghindari ketidakpahaman ataupun miskonsepsi pada siswa.

74

Yamin, op. cit., h. 125.

75

Dahar, op. cit., h. 110-111.

76

Trianto, op. cit., h. 165.

77


(1)

Ratna

Wilis

Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 100.

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 201l), h. 94.

Dahar, op.

cit.,h.

106.

Muhibbin

Syah, Psikologi Pendidikan tlengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakar,va, 2010), h. 87.

Abin

Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2A0$, h. 157

Syaiful Bahri Dlarr,arah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011). h. 13.

Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandng'. Argkasa, t 993)

h.99.

M.

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Barrdung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 84.

Ibid.

Makmun, op.

cit.,h.

158. Syah, op.

cit.,h.

90. Purwanto, op. cit., h. 84-85.

Nurochim, Perencanaan Pembelajaran

llmu-Ilmr

Sosial, (Jakarla: PT RajaGralindo Perseda. 2013). h. 55.

Syah, op.

cit.,h.92.

Pupuh

Fathurrohman

dan

M.

Sobry Stllkno,

Strategi

Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum tlan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama,2007),h. 6.

Djamarah, op.

ci..h.

14. Fathurrolunan, /oc. ciL Djamarah, op.

cit.,h.

15-17. Purwarrto, op.

cit.,h.

102-105. Dj amalah, op.

cit.,h.

175-176. Thonthowi, op.

cit.,h.

103.

Slameto

,

Belajar

d.cn

Faktor-Fcktor

tang

iempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 54-7i.

Syah, op.

cit.,h.

129.

Ibid.,h.

130-136.

Ibid.,h.

137.

Ibitl.,h.

129-130.

Undang-(Jndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2043 rcntang Sistem Pendidikan Nasional, 2A1.3, h. 3. (http://www.dikti.go.id/liles/ atur,{JU2O 2003 Sisdiknas.pdf).

i;rrrinal

Z.

dan

Wahdi Saluti, Ilmu

Pendidikan: Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Penditlikan, (Jakafia:

UIN

Jakarta Press,


(2)

2006), h. l 17. 2

'd-r--27 Tianto, Mendesain Model Pembel aj aran Inovatif-Progresif, (J akarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 17.

"f

{

w

28 Trianto, op. cit., h. 20.

l/

d1-.-29

Zllinal,

op.

cit.,h.

117-118. /p

(

dt..-30 Nurochim, op.

cit.,h.

18.

VL-31 Fathurrohman, op. cit., h. 115-117.

f

/>L

3L Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya,2010),h. 22.

t

lv

33 Nana Sudjana, op. cit.,h.22-23.

v

t/'-34 C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajara;t, (Jakarta: PT Rineka Ctpra,2005),h. 47 .

,(

(v

35 Syah, op. cit.,h. 94.

t

[dr''

36 Nur Efendi, "Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan

Hasil

Belajar

Biologi

Siswa SMA'.

Pedagogia,Yo1.2, No. 1,2013, h. 85.

r

1""

37 Ratna

Wilis

Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (lakarta:

Erlangga, 2011), h. 13.

t

(b-J6

Tianlo,

op.

cit.,h.21.

,/

\v-39 Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun, Models of Teaching,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 1.

f

&-40

Tianlo,

op. cit.,h.22.

/

_t1-'-41 Joyce, op.

cit.,h.30.

fl

Itu-42 Tianlo, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.52.

,/

ft-43

Rusman,

Model-Model

P rofes i o n ali s me Guru, (J akarta:

136.

Pembelajaran:

Mengembangkan

PT RajaGrahndo Persada, 201 1), h.

f

F"-44 Budiningsih, op. cit., h. 43.

f

/{v

45 Joyce, op.

cit.,h.

281.

I

/dL

46 Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasq

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 90.

t

ft,-47 Budiningsih, op.

cit.,h.

44.

/rL-48 Dahar, op. cit., h. 98-99.

I

t\-49 Basleman, op. cit.,h. 93.

,4

l>.-50 Dahar, op. cit.,h. 95. 4

1---5i

Makmun, op.

cit.,h.

169.

/l

n--52

W.S. Winkel,

Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta:

Media

Abadi,

2004),h.405.

r

(+-53 Basieman, op. cit.,h. 91.

{

'Y\--54 Budiningsih, /oc.

clr

{

Tr--55

Winkel

loc. cit.

f

h.r-55 Dahar, op.

cit.,h.

100.

r>

51 Joyce, op.

cit.,h.286.


(3)

'f\-59 Daha\ loc. cit.

J"r-..-60 Joyce, op. cit., h. 289-291.

/'k

61 Margaret E. Gredler, Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, (Jakarla: Kencana Prenada N{edia Group, 2011), h. 251.

(J

(

ft.-62 Robert E. Slavin, Psikologi Pendiclikan: Teori dan Praktik,

(

Jakarta:

PT Indeks, 2008), h. 259.

f.

t?'--63 Tnanlo, Mendes ain Mo del P embe I

tj

aran Inott atif- Pro gresif, (! akarta'.

Kencana Prenada Media Group, 201 1), h. 157.

d

fh-64

llartinis

Yamin,

Strategi

Pembelajaran

Berbasis

Kompetensi,

(Jakarla: Gaung PerSada Press, 2009),h.

lll.

f

w

65 Tianto, op.

cit.,h.

158. n

6t,'

66 Yamin, loc. cit. ,T'

(>-,--61 Dahar, op.

cit.,h.

106.

t"

f>-t--68 John

W.

Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Pienada

Media Group, 2008), h. 353.

v

t)*

69 Tianto, op.

cit.,h.

159. ^f

dw.'

70 Santrock, 353-354.

>-\-/

7t,

Tianta, loc. cit.

/k,

72 rbid.,1.60.

73 Yamin, op.

cit.,h.

125.

v

o>

74 Dahal op.

cil,

h. 110-111

t

C>1-<

75 Tiar]1.o, op.

cit.,h.

165.

a

h--76 Budiningsih, op. cit., h. 44-45. & *L"

i7

Neneng

Salrniah, "Pengaruh

Belajar

Bermakna

melalui

Model Pembelajaran Pengaturan

Awal

(Advance

Organizer)

terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas

XI

pada Materi Sistem Ekskresi", Skripsi padaUPI, Bandung, 2013, h. ii, tidak dipublikasikan.

(

td/

78

Dwi

Imawati,

"Implementasi

l,[oclel

Pembelajaran Advence Organizers melalui Strategi

Elaborasi",

Skripsi pada

UIN

Sunan

Kalijaga, Yogyakarta, 201 1, h. ii, tidak dipubliL,asikan.

t

V

79 Hudson Shihusa dan Fred

N.

Keraro, Using Advance Organizers to

Enhance Students' Motivation in Learrring Brology, Eurasia Journal

of

Mathematics, Science

&

Techru-,logt Etlucution,

Vol.

5, No.

4,

2009,h.41.3.

r

V

80 Nirrnala Sari Nasution, "Pengamh P emberiat Advance Orgcnizer dart

Kemampuan Mengingat terhadap Hasil Belajar

Biologi

Siswa SMP

Negeri

1

Labuan Deli

",

Skripsi pada Universitas Negeri Medan, Medan, 2008, h. ii, tidak dipublikasikan.

tP

(1/

81 William B. Cutrer, Danny Castro, Kevin M. Roy,

1.ti

L. Turner, Use

of An

Expert Concept Map as

An

Advance Organizer

to

Improve Understanding of Respiratcry Failure, Medical Teacher, Y ol. 33, No.

12, 2011, h. 1018

/

3r'

BAB

III

I Arras Sudijono, Pengantar Statistik Pentiidikar, (Jakafia:

PT

Raja

Grafindo Persada, 2006), h. 36.

f


(4)

..,--2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,

(Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010), h. 159.

/

{>>

3 Sudjarwo MS dan Basrowi, Manajemen Penelitian Sosial, (Bandung:

CV Mandar Maju, 2009), h. 170.

t)

afL-4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pentlekatan

Kua

titotif,

Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),h. 111-

t,

ft.-5

Nana

Syaodih

Sukmadinata,

Metode Penelitian

Pendiclikan,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,20l2),h. 207.

{

(h--6 Sugiyono, op.

ct.,h.

112-113.

/

I

t1-.

7

Sri

Esti Wuryani

D.,

Psikologi Pendidikan, (Jakarla: PT Grasindo,

2009),h.414.

!

G.-8

Ibid.,h.415.

,

la--9 Sudjarwo, op. cit., h.95.

td.--10 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT funeka Cipta, 2010), h. 118.

,/,

(7-z-1l Zainal Arifin, Pcnelitian Penditlikan: Metocle dan Paradigma Baru,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 250.

f

(b,-12 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Penrlidikan:

Teori-Aplikasi, (lakarta: PT Bumi Aksara,2007),h. 124.

v

f\-13 Margono, op. cit., h. 17 0 -17 1. ttv.

'dr-'

\4

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22.

(

fb>

15 Margono, op. cit.,h. 158.

I

tL-16 Sudjarwo, op.

cit.,h.

143.

I

{Et--l7

Arikunto, op.

cit.,h.

195. 11 /

dz:

18 John

Keller,

"How to

Integrate Leamer Motivation Planning into

Lesson Planning:

The

ARCS

Model

Approach",

Makalah disampaikan pada

VII

Semanar-io,Santiago-Cuba, Febmari 2000, h. 4.

:n

k-l9

Arikunto, op. cit.,h. 211

I

o7-20 Sukmadinata, op. cit., h. 228.

,-t

(t-,-21 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 109-110.

(

"(,

G-22 Suharsimi

Arikunto,

Dasar- Das

ar

Ev aluas

i

Pend i rii

kan,

(J akarta:

Bumi Aksara, 1999), h. 75.

r

ftr-a/ Sudjarwo, op. cit., h. 242.

r

ti-25 Sofyan, op.cil., h. 113.

t

{bu^

26 Bambang

Avip

Priatna,

Uji

Coba Instrumen Penelitian dengan Menggunakan

Ms.

Excel

dan

5P55,2015,

h.

16,

(http://file.upi. edu/D irektorVFPMIPA/JL'R._PEND._MATEMATIKA"/ 1 9 6 4 1 20 5 1 9 9 003 1 -BAMBANG_AVIP_PRIATNA_M/Makalah_November, 2008.

pd0

f

(h-28 Sofyan, op.

cit.,h.

't03.

f

(

t1-29 Arikunto, op. ci t., h. 208.

tdL,,


(5)

ftL-32

M.

Ngalim

Purwanto.

Prinsip-Prinsip

dan

Teknik

Evaluasi

Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya CV, 1986), h. 153.

r

Cn-33 Sofyan, op. cit.,h. 104.

a

t

n--34 Arikunto, op. cit., h.218.

v

f

h--36

Emi

Maidiyah

dan

Cut

Zulisna Fonda,

"Penerapan Model Pembelajaran ARCS pada

Materi

Statistika di Kelas

XI

SMA Negeri 2 RSBI Banda Ac eh", Jurnal Peluairg, Vol. 1 , No. 2,201,3,h. 15.

(,

fil'-37 Stdjana, Metoda Statistika, (Bandtsng: Tarsito, 2005), h. 466-467 .

/

d>_"

Jd Ibid.,h.249.

ty

d.-39 Sudijono, op. cit., h. 346-353.

,t

o-.-40

David

E.

Meltzer,

The

Relationship between

Mathematics Preparation and Conceptual Leanting Gains in Physics: A Possible

Hidden

Variable

in

Diagnostic Pretest Scores,

2074,

h.

3, (http ://physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_giin. pdf).

I

I

it-.--4t

Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, Dept.

of

Physics

Indiana

Universjly, 2014,

h.

1.

(http://www.physics.indiana.edu/ -sdi/AnalyzingChange-Gain.pd{).

("

W

BAB

IV

12 Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun, Models of Teaching,

(Yogyakarla: Pustaka Pelajar, 2011), h. 286.

t

/h-l3

Ibid.,h.289-291. v

(

81,'

t4

Neneng

Salmiah, "Penganrh

Belajar

Betmakna

melalui

Model Pembelajaran Pengaturan

Awal

(Advance

Organizer)

terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas

XI

pada Materi Sistem Ekskresi", Skripsi padaIJPI, Bandung, 2013, h. 80, tidak dipublikasikan.

',I

a

(v

15 Ratna

Wilis

Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajarar, (Jakafia:

Erlangga, 201 1), h.1 l0-1 1

l.

P

M

16

Ibid.,b.95.

t

l,6w'

17 Karya Sinulingga dan Denny Niunte, "Pengaruh Model Pembelajaran Adyance Organizer Berbasis Mind Map terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Pckok Besaran Satuan di Kelas

X

SMA", Jurnal Pendidikan Fisika,

Vcl.

1, No. 2,2012,h. 5.

t

(k-18 C. Asri Budiningslh, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2005), h. 44.

t

at-19 Pitriyani,

Siti

Wahidah Arsyad, dan Kaspul, "Meningkatkan Hasil

Belajar dan Proses Pembelajaran Siswa Kelas

VIII.2

SMPN

10 Banjarmasin pada Konsep Sistem Peredaran Darah melalui Strategi Peta Konsep Tahun Ajaran 200812009". Jurnal ll/ahana-Bto,

Yol.

3, 2010, h. 50.

/

fM

i

Kadek

Budiartawan, Pengaruh

Model

Pembelajaran Advance Organizer terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir

Kritis

Siswa SMA pada Materi Httkum Ohm dan l{ukum Kirchhoff,

2013,

h.

14,

(http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFMIPA/aticle/ download3412 /33 88).

v


(6)

(\--Hudson Shihusa dan Fred

N.

Keraro, Using Advance Organizers to Enhance Students' Motivation in Leaming Biology, Eurasia Journal

of

Mathematics, Science

&

Technologt Education,

Vol.

5,

Nc.

4,

2009.h.413.

Rofiqoh Hasan Harahap dan Mara Bangun Harahap, "Efek Model Pembelaiarart Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas terhadap

Hasil

Belajar

Fisika

Siswa",

Jurnal

Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisifra, Vol. 4, No. 2,2012,h. 37.

Sri Rahayu, Antonius Tri Widodo, Supartono, "Pengembangan Model Pembelalaran Advance Organizer .urlfLuk Meningkatkan Aktivitas dan

Hasil Belajar Siswa", Jurnal Inovasi Pendidikan

Kimia,Yol.

4,No.1,

2010, h. 505.

Menyetujui,

Jakarta,

Mei

2015

e--'+

Yuke

Mardiati.

l&Si.

NIP.

19760117 200701

2013

Pembimbing

I


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pembelajaran Model Advance Organizer terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista

0 16 225

Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii-H

0 16 239

Pengaruh pembelajaran model advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista

1 16 7

Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII Di SMP Negeri 142 Jakarta.

0 4 239

Pengaruh model pembelajaran creative problem solving terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep virus (kuasi eksperimen di SMAN 9 Bekasi)

6 30 254

Pengaruh model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa: kuasi eksperimen pada kelas XI IPA SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

4 28 246

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 25

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

1 8 30

PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETAKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 SUKOHARJO.

0 1 8

PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETAKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 SUKOHARJO.

0 2 145