Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

(1)

PERBEDAAN HA

MENGGUNAKA

TALK-WRITE) D

DI SM

Diajuka

MAU

JURUSAN PEN

FAKULTA

UNIV

HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA

KAN METODE PEMBELAJARAN TTW

E) DAN MODEL PEMBELAJARAN TER

(RECIPROCAL TEACHING)

I SMA NUSA PUTRA TANGERANG

SKRIPSI

ukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperole Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh :

AUALANA SULTHAN AMSYIRVAN

NIM : 107015001282

ENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

LTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGUR

NIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

SWA DENGAN

TTW

TERBALIK

G

oleh

N

AN SOSIAL

KEGURUAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Hasil Belajar Ekonomi Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran TTW (Think-Talk-Write) Dan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Di SMA Nusa Putra Tangerang, Skripsi. Jakarta : Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah 2014.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dengan metode pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan membuktikan ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar mata pelajaran Ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dengan metode pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu cara melakukan penelitian dengan percobaan. Metode ini digunakan untuk menelaah adanya perbedaan hasil belajar Ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dengan metode pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas X.1 dan Kelas X.2 SMA Nusa Putra Tangerang. Kelas X.1 terdiri dari 43 siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dan kelas X.2 terdiri dari 45 siswa menggunakan metode pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Instrument yang digunakan adalah tes. Teknik analisa data menggunakan metode statistik Uji “t” (uji beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi tabel distribusi “t” pada taraf siginifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa 1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar Ekonomi yang siginifikan dengan menggunakan metode pembelajaran

Think Talk Write dan pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dengan diperoleh thitung < ttabel yaitu 0,365 < 1,66.; 2) Perbedaan hasil belajar Ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dapat terlihat dari mean gainnya sebesar 16,67 lebih baik daripada mean Gain kelompok yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) yaitu 12,96. Dengan demikian nampak bahwa hasil belajar Ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write(TTW).


(7)

ii

ABSTRACT

MAUALANA SULTHAN AMSYIRVAN, NIM : 107015001282. Differences in Learning Outcomes Economics Students Using Learning Method TTW (Think-Talk-Write) The Inverse Learning Method (Reciprocal Teaching) in Nusaputra Highschool Tangerang’s, Thesis. Jakarta : Department of Social Science Education Faculty of Tarbiyah and Teaching Science State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah in 2014.

The problem in this study is the difference in student learning outcomes using learning methods Think Talk Write the inverse learning method (Reciprocal Teaching) in high school Nusa Putra Tangerang. The purpose of this study is to determine and prove whether or not the difference in the results of study subjects using learning methods Economy Think Talk Write (TTW) the inverse learning method (Reciprocal Teaching).

The method used in this study is the experimental method is the way to do research with experiments. This method is used to examine the differences in students learning outcomes Economy using learning methods Think Talk Write (TTW) the inverse learning method (Reciprocal Teaching). In this study, the subjects were students of class X.1 and X.2 High School Class of Nusa Putra Tangerang’s. X.1 class consists of 43 students by using learning methods Think Talk Write (TTW) and X.2 class consists of 45 students using the learning method reverse (Reciprocal Teaching). Instrument used was a test. Data analysis techniques using statistical methods test "t" (test of difference), to test the hypothesis of the study carried out consulting distribution table "t" at the 5% level significance.

The results of this study showed that 1) There is no difference in learning outcomes are significant economic learning using learning Think Talk Write and reverse (Reciprocal Teaching) with the obtained t <t-table is 0.365 <1.66.; 2) Differences in learning outcomes Economy using inverse learning method (Reciprocal Teaching) can be seen from the mean gain is pretty good for 16.67 more than the mean gain group learning using Think Talk Write (TTW) is 12.96. Thus it appears that the results of the economic study using inverse learning method (Reciprocal Teaching) is higher compared with the results of student learning using learning methods Think Talk Write (TTW).


(8)

iii

nikmat yang luas tanpa batas serta anugrah yang agung tak terhitung dari Illahi Rabbi, karena berkat itu semua penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjunan umat manusia, Nabi Muhammad SAW, makhluk mulia yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:.

1. Ibu Dra. Nur Lena Rifai, MA, Ph. D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis.

3. Bapak Moch. Noviandi Nugroho, M. Pd. Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar dan penuh keyakinan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan bagi bapak. Amin.

4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. Semoga Allah SWT membalas dengan segala kebaikan dan keberkahan. Amin.

5. Ibu Dartini, M. Pd. Ibunda tercinta yang telah memberikan kasih sayang serta seluruh kebaikannya untuk yang lebih baik. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan kasih sayang-Nya dan keberkahan hidup. Amin.

6. Ayah MS. Mustjipto, BA. Ayahanda tercinta yang telah menjaga anaknya dengan baik selama ini. Semoga Allah SWT memberikan segala kebaikan dan keberkahan. Amin

7. Maulana Syarif Dzikri. Adikku tercinta. Terimakasih, telah memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Semangatlah dan terus giatlah engkau belajar. Semoga Allah SWT memberikan hidayah dan keberkahan. Amin.


(9)

iv

8. Retna Hotami, S. Pd. Saudari tercinta yang telah sabar memberikan motivasi serta kekuatan untuk membantu penulis menyelesaikan kuliah ini. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan dan cinta kasih. Amin.

9. Keluarga Besar Apah Dayat Hidayat Sukriatman. Orang tua yang telah memberikan pengajaran-pengajaran hidup yang berarti kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan keberkahan hidup. Amin.

10. Teman-teman seperjuangan, Nur Arifin, Lukman Efendi, Wahyu Nur Ramadhona. Terimakasih telah menemani dan memberikan dukungan kepada penulis. Kalian adalah teman yang paling baik diantara yang baik-baik. Semoga Allah SWT memberikan jalan yang terbaik untuk kita menuju kesuksesan hidup. Amin.

11. Kawan-kawan UKM RIAK. Tanpa kalian aku bukan apa-apa, terimakasih banyak atas pendidikan moral dan karakter yang telah diberikan. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan dan kebaikan. Amin.

Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per-satu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. ungkapan kata memang tak akan cukup membendung seluruh kebaikan kalian semua. Semoga Allah SWT membalasnya dengan segala kebaikan dan keberkahan. Amin

Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh pada kesempurnaan, baik dari segi isi, susunan kalimat dan sistematika penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberkahi segala amal usaha kita. Amin.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Jakarta, 28 Juli 2014

Penulis


(10)

v LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ……….. i

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL………viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi masalah………. 8

C. Pembatasan masalah……… 8

D. Perumusan masalah ……… 9

E. Tujuan penelitian………. 9

1. Manfaat teoritis………. 9

2. Manfaat praktis………. 10

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN……….. 12

A. Deskripsi teoritis………. 12

1. Hasil belajar ekonomi……… 12

a. Pengertian belajar……… 12

b. Prinsip-prinsip belajar………. 14

c. Teori-teori belajar……… 16


(11)

vi

e. Hakikat Belajar Ekonomi……… 18

f. Hasil belajar ekonomi………. 23

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar……….. 25

2. Hakikat metode pembelajaran kooperatif………. 29

a. Pengertian metode pembelajaran……… 29

b. Pengertian pembelajaran kooperatif……… 31

c. Metode pembelajaran Think Talk Write (TTW)…………. 33

d. Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)……… 39

B. Hasil penelitian yang relevan……….. 50

C. Kerangka berpikir……… 51

D. Hipotesis penelitian………. 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN YANG DIPAKAI……….. 55

A. Tujuan Penelitian………. 55

B. Waktu dan tempat penelitian……….. 55

C. Metode penelitian……… 55

D. Desain penelitian………. 56

E. Variabel penelitian……….. 57

F. Populasi dan sampel……….57

G. Teknik pengumpulan data ……….. 58

H. Instrument penelitian yang dipakai……….. 58

1. Definisi konseptual……… 58

2. Definisi operasional………59

I. Uji coba instrument………. 60

1. Uji validitas……… 60

2. Uji reliabilitas……… 60

3. Uji taraf kesukaran soal………. 61

4. Daya pembeda………61

J. Teknik analisis data………. 61


(12)

vii

C. Pengujian Hipotesis………. 75

D. Pembahasan Hasil Penelitian………76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 78

A. Kesimpulan……….. 78

B. Saran……… 78

DAFTAR PUSTAKA………79 LAMPIRAN


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Model Pembelajaran Terbalik dalam Penelitian………… 43

Tabel 3.1 Desain Penelitian……… 56

Tabel 3.2 Indeks Tingkat Kesukaran……….. 61

Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda……….. 61

Tabel 4.1 Periode kepemimpinan di SMA Nusa Putra Tangerang……… 65

Tabel 4.2 Struktur Organisasi SMA Nusa Putra Tangerang……….. 69

Tabel 4.3 Data Hasil Pre test Siswa Kelompok Think Talk Write (TTW)…… 72

Tabel 4.4 Data Hasil Post test Siswa Kelompok Think Talk Write (TTW)….. 73

Tabel 4.5 Data Hasil Pre test Siswa Kelompok Reciprocal Teaching………… 73


(14)

ix

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar……….. 26 Gambar 2.2 Kegiatan belajar dengan pendekatan sistem……… 28 Gambar 2.3 Desain pembelajaran dengan strategi Think Talk Write………. 37


(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Coba Instrumen ANATES

Lampiran 2. Uji Normalitas PreTest Think Talk Write(TTW) Lampiran 3. Uji Normalitas Post testTest Think Talk Write(TTW) Lampiran 4. Uji Normalitas PreTest Reciprocal Teaching

Lampiran 5. Uji Normalitas Post testTest Reciprocal Teaching

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) X.1 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) X.2 Lampiran 8. Ujit (Uji Beda Rata-rata)

Lampiran 9. Uji Homogenitas

Lampiran 10. N-Gain MetodeThink Talk Write(TTW)

Lampiran 11. N-Gain Metode Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Lampiran 12. Soal Pre Test

Lampiran 13. Soal Post Test Lampiran 14. Kunci Jawaban

Lampiran 15. Lembar Observasi MetodeThink Talk Write(TTW) Lampiran 16. Lembar Observasi MetodeReciprocal Teaching

Lampiran 17. Wawancara Awal dengan Guru Lampiran 18. Wawancara Awal dengan Siswa


(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Oleh karena itu, pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia agar mampu bersaing dalam menghadapi perkembangan zaman.

Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia merupakan tugas besar dan memerlukan waktu yang panjang. Meningkatkan sumber daya manusia tidak lain harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah. Masa depan Negara sangat ditentukan oleh bagaimana Negara tersebut memperlakukan pendidikan.

Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan inovatif. Untuk membentuk sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan zaman diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menekankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Menurut Kunandar, “pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia”.1 Berdasarkan definisi tersebut hampir semua Negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara. Begitu juga Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan

1

Kunandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed.1, h. 5.


(17)

2

bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sementara itu menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, maka komponen yang terkait dalam dunia pendidikan seperti keluarga, masyarakat dan juga pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Meningkatkan kualitas pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam suatu proses belajar mengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini merupakan tugas bagi masing-masing sekolah dan yang paling utama adalah bagi guru sebagai tenaga pengajar.

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Sebagai komponen di bidang pendidikan, seorang guru dituntut berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru juga dituntut kreatif dan inovatif dalam melakukan pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan dan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran yang dilakukan berkualitas dan prestasi yang dicapai siswa memuaskan. Metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan, karena pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,Tentang SISDIKNAS serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: DEPAG RI Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2007), h.5.


(18)

Pengertian metode pembelajaran menurut Zurinal Z dan Wahdi Sayuti adalah sebagai berikut:

Metode pembelajaran merupakan cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks

transfer of knowledge dan transfer of values. Metode tersebut, membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal.3

Pada dasarnya keberhasilan pendidikan menurut Kunandar yaitu:

Salah satunya tergantung dari apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Seorang guru dituntut terampil membelajarkan siswa, termasuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran seperti membuat satuan pelajaran, melaksanakan strategi belajar mengajar, memilih dan menggunakan media serta alat bantu pengajaran, serta memilih dan menggunakan metode-metode mengajar.4

Seiring dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai tahun 2006 lalu, guru tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher centre). Hal ini nampaknya masih banyak diterapkan di ruang-ruang kelas dengan alasan pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran yang paling praktis dan tidak menyita waktu. Praktik-praktik pembelajaran cenderung masih mengabaikan gagasan, konsep dan kemampuan berpikir siswa, aktivitas guru lebih menonjol daripada siswa dan terbatas pada hafalan semata. Pembelajaran masih bersifat ekspositoris, sehingga belum mampu membangkitkan budaya belajar pada diri siswa. Hal ini berpengaruh terhadap ketercapaian hasil belajar siswa.

Untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya, seorang guru dituntut melakukan perubahan dalam cara mengajarnya. Misalnya dengan mengubah dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran.

Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya Ekonomi sangat berkaitan dengan fakta, pemahaman konsep dan juga berisi teori-teori mata pelajaran ekonomi dianggap oleh para siswa sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan.

3

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),cet. 1, h. 122.

4


(19)

4

Padahal dalam mata pelajaran ekonomi, siswa dituntut berpikir kritis dalam memahami konsep realita sosial yang terjadi. Semua itu tidak terlepas dari penguasaan siswa terhadap konsep-konsep ekonomi. Hal ini merupakan tantangan bagi seorang guru untuk mengubah anggapan tersebut agar pelajaran ekonomi dapat menjadi pelajaran yang menyenangkan dan mudah sehingga siswa tertarik untuk mempelajari mata pelajaran ekonomi dan mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMA Nusa Putra Tangerang pembelajaran ekonomi yang dilakukan guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah dan pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru ekonomi tidak menyadari bahwa metode pembelajaran konvensional yang dilakukan sangat membosankan dan sangat monoton sehingga para siswa kurang antusias, cenderung pasif dan kurang tertarik dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu dalam pembelajaran guru juga tidak menggunakan media yang menarik. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar yang dicapai sebagian siswa cenderung rendah, tidak mencapai standar KKM yang telah ditetapkan yaitu 70. Kenyataannya di lapangan, guru merasa kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran ekonomi karena guru sudah terbiasa dengan metode ceramah yang dirasa paling mudah dilaksanakan dan paling efektif penggunaannya.

Banyak sekali faktor yang menyebabkan kemampuan pemahaman konsep ekonomi siswa rendah baik dilihat dari faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal penyebabnya adalah proses pembelajaran ekonomi yang dilakukan masih belum optimal. Sesuai dengan wawancara prapenelitian kepada guru ekonomi di sekolah, bahwa pembelajaran di kelas lebih di dominasi oleh guru ketimbang siswa, bahkan tidak seimbang sekalipun. Guru kurang menerapkan diskusi dalam pembelajaran dan siswa tidak pernah diajarkan untuk mengkonstruk pemahaman konsep ekonominya sendiri.

Menurut B. S. Bloom, siswa dikatakan memahami konsep dalam pembelajaran ketika siswa mampu: mengubah suatu objek atau kalimat dalam


(20)

bentuk simbol dan sebaliknya (translation), dapat menentukan konsep yang tepat dalam penyelesaian algoritma (interpretation), dan menyimpulkan sesuatu yang telah diketahui (ekstrapolation).5

Agar konsep-konsep pembelajaran ekonomi tersebut tersampaikan dengan baik dan tercapainya tujuan juga visi dalam pembelajaran ekonomi pemerintah menganjurkan pembelajaran ekonomi harus mengacu pada prinsip belajar sepanjang hayat, prinsip siswa belajar aktif dan prinsip learning how to learn

yaitu bagaimana cara membuat, serta mengembangkan kompetensi dan sikap yang harus dimiliki siswa setelah belajar. Prinsip-prinsip pembelajaran seperti itu merupakan karakteristik pandangan konstruktivisme. Menurut Driver dan Bell karakteristik pandangan konstruktivisme, yaitu:6

1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.

2. Belajar harus mempertimbangkan se-optimal mungkin proses keterlibatan siswa.

3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksikan secara personal.

4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.

5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.

Semua itu dapat tercapai ketika guru dapat menerapkan sebuah model pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dan lebih mandiri dalam proses pembelajaran, ketika siswa mampu menerangkan materi dan bertanya, dari situ akan tampak seberapa persen pemahaman konsep siswa dalam materi pembelajaran yang sedang dibahas.

Permasalahan ini mengacu pula pada konsep Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Standar Nasional Pendidikan, “bahwa proses

5

Syaiful Sagala,Konsep dan Makna Pembelajaran,(Bandung: Alfabeta, 2010), cet. VIII, h. 157.

6

Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmad,Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 145.


(21)

6

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan pendidikan bangsa memerlukan proses dan waktu secara bertahap.7Salah satu metode pembelajaran yang bersifat kooperatif dan berpusat pada siswa, dimana para siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran yaitu metode pembelajaran “Think Talk Write (TTW)”. Metode

Think Talk Write(TTW) merupakan strategi pembelajaran yang diperkenalkan oleh Huinker dan Lauhlin pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis.

Metode Think Talk Write (TTW) dibangun oleh kemampuan berpikir, berbicara dan menulis siswa yang dikelompokkan secara heterogen kemudian diberikan permasalahan untuk dipikirkan, didiskusikan dalam kelompok dan kelasnya kemudian dicari solusi. Dengan menggunakan metode pembelajaran

Think Talk Write (TTW), dimungkinkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Karena metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok dan pada akhirnya dituliskan dalam bahasa sendiri dari hasil belajar yang diperoleh para siswa.

Selain metode Think Talk Write (TTW), metode Reciprocal Teaching

(model pembelajaran terbalik) juga merupakan salah satu metode kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

Dalam penelitian ini akan diterapkan salah satu model pembelajaran yang menggunakan prinsip learning how to learn dan sejalan dengan karakteristik pandangan konstruktivisme yaitu model pembelajaran terbalik. Model pembelajaran terbalik adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa berperan sebagai tutor sebaya menggantikan peran guru untuk mengajarkan temannya.

Menurut Palinscar dan Brown aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam model pembelajaran terbalik yaitu: membuat rangkuman, membuat

7


(22)

pertanyaan, mengklarifikasi dan memprediksi.8 Sedangkan guru dalam pembelajaran terbalik lebih berperan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding

merupakan pemberian bantuan berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh ataupun hal lain yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri, semua itu dilakukan guru kepada siswa pada tahap-tahap awal pembelajaran kemudian setelah siswa mampu bekerja mandiri, guru mengurangi bantuan tersebut dan mengalihkan tanggung jawabnya.

Selain itu penelitian terhadap model pembelajaran terbalik yang dilakukan Palinscar dan Brown menunjukkan bahwa pembelajaran terbalik adalah satu teknik dalam pendekatan pembelajaran kooperatif, para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, memahami konsep-konsep dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.9

Model pembelajaran terbalik dapat membuat siswa berpikir dan mengembangkan konsep Ekonomi yang sedang dipelajarinya, yaitu dengan siswa mampu menjelaskan konsep sesuai apa yang mereka konstruk sendiri atau berdiskusi dengan temannya melalui aktivitas-aktivitas yang terdapat pada model pembelajaran terbalik.

Dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan

Reciprocal Teaching (Model Pembelajaran Terbalik), dimungkinkan para siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran ekonomi dan dengan metode pembelajaran ini juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai seberapa besar perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Model Pembelajaran Terbalik (Receprocal Teaching), seperti yang dirumuskan dalam skripsi yang berjudul: “Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Dengan

8

Jeanine & Tony,Model of Teaching, USA: SAGE Publication, 2007), p. 180.

9

Rita Rosidah,Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor dengan Reciprocal Teaching di Kelas VIIA SMPN Semarang, 2011, h. 353.


(23)

8

Menggunakan Metode Pembelajaran TTW (Think-Talk-Write) Dan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) di SMA Nusa Putra

Tangerang”. Diharapkan kedua perbedaan metode atau model pembelajaran pada judul ini dapat melihat perbedaan serta peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Beberapa siswa menganggap bahwa pelajaran ekonomi itu sulit, karena sedikit-banyaknya menggunakan hafalan

2. Kemunculan rasa bosan serta jenuh siswa akibat metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat monoton dan kurang menarik.

3. Siswa hanya menggunakan buku paket dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai acuan belajar.

4. Hasil belajar ekonomi siswa rendah, banyak siswa yang belum mencapai KKM yaitu 70.

5. Kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. 6. Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar

ekonomi sehingga diperlukan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa berpikir dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan pemahaman ekonomi.

7. Belum diketahui perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan

Reciprocal Teaching(Model Pembelajaran Terbalik).

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, terarah dan dapat dikaji maka perlu pembtasan masalah. Maka dari itu perlu adanya suatu pembatasan masalah. Dalam penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut : Ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode


(24)

pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan model pembelajaran terbalik (Recirocal Teaching).Di SMA Nusa Putra Tangerang. Pemahaman konsep ekonomi siswa dalam pembelajaran dilihat dari hasil belajar siswa dan kategori pemahaman yang diambil.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Adakah perbedaan hasil belajar Ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dan Reciprocal Teaching(Model Pembelajaran Terbalik) di SMA Nusa PutraTangerang?”.

E. Tujuan Penelitian

Hasil penelitian dilakukan agar dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode Think Talk Write (TTW) dan Reciprocal Teaching (Model Pembelajaran Terbalik) untuk peningkatan minat dan hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi.

b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori pembelajaran kooperatif.

c. Menjadi bahan pembanding, pertimbangan dan pengembangan bagi peneliti di masa yang akan dating di bidang dan permasalahan yang sejenis atau bersangkutan.


(25)

10

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam metode serta model pembelajaran di sekolah, sehingga proses serta hasil kegiatan belajar mengajar optimal.

2) Hasil pengembangan ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran ekonomi bagi para guru ekonomi yang lain.

b. Bagi guru

1) Sebagai masukan bagi guru mata pelajaran ekonomi dalam menentukan metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi yang bersangkutan, dalam rangka peningkatan minat dan hasil belajar siswa.

2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran.

3) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran ekonomi.

4) Dapat mengembangkan metode ajar dalam pembelajaran ekonomi agar lebih bervariatif sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta didiknya.

c. Bagi siswa

1) Mendapatkan kemudahan dalam belajar dan lebih mudah memahami materi ekonomi yang disampaikan oleh guru.

2) Dapat menikmati model pembelajaran yang tidak seperti biasanya sehingga mereka tidak jenuh dan tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

3) Meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

d. Bagi peneliti

1) Menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah khususnya yang bersangkutan dengan pendidikan.


(26)

2) Mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan metode

Think Talk Write (TTW) dan Reciprocal Teaching (Model Pembelajaran Terbalik).

3) Mendapat bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru ekonomi sehingga siap untuk melaksanakan tugas di lapangan.


(27)

12

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritis

Deskripsi teori merupakan suatu penjabaran konseptual yang akan dilakukan dalam suatu penelitian. Dalam deskripsi teori ini peneliti akan menjelaskan tentang hasil belajar ekonomi, metode Think Talk Write (TTW) dan model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).

1. Hasil Belajar Ekonomi a. Pengertian belajar

Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Juga banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu.

Ada beberapa pendapat tentang belajar, yang pertama pengertian belajar menurut Zikri Neni Iska :

“Pengertian umum belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat bertahan hidup (survived)”.1

Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman

1

Zikri Neni Iska,Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1, h. 76.


(28)

dan latihan”.2 Sedangkan menurut Oemar Hamalik, “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami”.3

Pengertian belajar menurut Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti yaitu : Belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.4

Menurut S. Nasution, “Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.”5 Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “Belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentelan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi”.6 Menurut Alisuf Sabri, “Belajar merupakan faktor penentu proses perkembangan, manusia memperoleh hasil perkembangan berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi, keyakinan dan tingkah laku yang dimiliki manusia adalah diperoleh melalui belajar”.7

Selanjutnya dikemukakan tentang definisi belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah, “belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

2

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet. 3, h. 10.

3

Oemar Hamalik,Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. 2, h. 27.

4

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 117.

5

S. Nasution,Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, cet. 1, h. 35.

6

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h. 45.

7

M. Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan (berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), cet. 2, h. 54.


(29)

14

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik”.8 Menurut Abu Ahmadi, “Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan”.9Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, “belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang yang telah melakukan aktivitas tertentu”.10

Pengertian belajar lain menurut Masitoh dan Laksmi dewi, “Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif dan psikomotorik”.11Menurut Yatim Riyanto, “belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi”.12

b. Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Dalam uraian terdahulu telah ditegaskan, bahwa mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid.

Menurut Yatim Riyanto, “Prinsip-prinsip belajar merupakan konsep-konsep ataupun asas yang harus diterapkan di dalam proses

8

Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), ed. 2, h. 13

9

Abu Ahmadi,Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 17.

10

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman KonsepUmum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h. 6.

11

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009), h. 3.

12

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), ed. 1, cet. 1, h. 6.


(30)

belajar mengajar dan ini mengandung maksud bahwa pendidikan akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip belajar”.13

Prinsip-prinsip belajar menurut Kunandar adalah sebagai berikut : Bahwa dalam belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri pada siswa. Belajar senantiasa bertujuan dengan pengembangan perilaku siswa. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu. Belajar didasarkan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi dan melalui penguatan. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis dan reorganisasi pengalaman. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tidak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti.14

Sedangkan prinsip-prinsip belajar menurut Slameto yaitu :

“Bahwa prasyarat yang diperlukan untuk belajar yaitu bahwa dalam belajar setiap siswa diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional, belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. Juga perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya”.15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah dalam belajar, peserta didik harus terlibat aktif sehingga dapat memahami materi pelajaran sendiri. Adanya peningkatan minat, mempunyai landasan berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi bagi peserta didik, dengan harapan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan tumbuhnya proses belajar anatara peserta didik dan pendidik menjadi dinamis dan terarah. Dalam belajar, perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan

13

Yatim Riyanto,op. cit., h. 62.

14

Kunandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed.1, h. 302.

15


(31)

16

efektif. Belajar yang paling efektif adalah yang berpikiran kritis, daripada hanya menghafal materi.

c. Teori-teori Belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Proses perubahan tingkah laku atau proses belajar yang terjadi pada individu itu merupakan proses internal psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata. Oleh karena terjadinya proses belajar itu tidak dapat diketahui secara jelas, maka timbullah perbedaan pendapat di kalangan para ahli psikologi, sehingga akibatnya terjadi bermacam-macam teori belajar. Berikut ini akan diuraikan beberapa teori belajar, yaitu:

1) Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi-informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Menurut teori konstruktivis ini, guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

2) Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana


(32)

anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang melalui empat tingkatan, yaitu sensorimotor (lahir sampai usia 2 tahun), praoperasional (usia 2 sampai 7 tahun), operasi konkrit (7 sampai 11 tahun) dan operasi formal (usia 11 tahun sampai dewasa). 3) Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Belajar bermakna menurut teori David Ausubel yaitu suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa untuk menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.16

Dengan demikian dalam proses belajar mengajar di sekolah, teori-teori belajar tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa agar tujuan pendidikan sekolah dapat tercapai dengan baik dan juga agar siswa mampu memiliki pemahaman dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah. Menurut Zikri Neni Iska, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar yaitu:

“Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang belajar (faktor internal) dan juga faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang belajar (faktor eksternal). Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang belajar yaitu fisiologi, yang terdiri dari kondisi

16

Trianto, “Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik”, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet. 1, h. 26.


(33)

18

fisik dan panca indera. Dan juga psikologi, yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognisi. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor luar diri seseorang yang belajar yaitu lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial. Dan juga instrumental yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana-prasarana, administrasi dan manajemen.17

Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar yang berasal dari luar diri seseorang yang belajar adalah faktor keluarga. Menurut pandangan sosiologis, keluarga adalah Lembaga sosial terkecil dari masyarakat.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keadaan keluarga akan sangat menentukan berhasil tidaknya anak dalam menjalin proses belajarnya. Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, terdiri dari tiga aspek, yakni:

a. Kondisi ekonomi keluarga.

b. Hubungan emosional orang tua dan anak. c. Cara mendidik anak.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa terbentuknya suatu pembelajaran yang efektif yang dimiliki oleh para siswa akan tumbuh tidak hanya dari faktor yang berasal dari kondisi belajar siswa yang belajar. Proses pembelajaran yang efektif itu juga akan tumbuh diikuti dengan faktor-faktor yang berasal dari luar diri atau lingkungan para siswa tersebut yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi proses belajarnya, agar dia mudah dalam menangkap dan memahami pelajaran dan juga mudah mengingat pelajaran tersebut.

e. Hakikat Belajar Ekonomi

Dalam realita kehidupan selalu dihadapkan pada masalah keinginan manusia untuk mencukupi segala kebutuhan kehidupannya. Inilah yang merupakan inti pengertian ekonomi dalam kehidupan

17

Zikri Neni Iska,Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1,h. 85.


(34)

sehari-hari. Itulah sebabnya, ilmu ekonomi perludipelajari sejak manusia mengenal kebutuhan demi kehidupan yang lebih baik.

Menurut etimologinya atau asal usul katanya, istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomia. Istilah oikonomia

merupakan kata majemuk perpaduan dari 2 (dua) kata, yaitu oikos dan

nomos. Oikos artinya rumah, dan nomos artinya aturan. Jadi, secara etimologi ekonomi berarti aturan rumah tangga atau ilmu mengatur rumah tangga”.18

Hal yang dimaksud dengan rumah tangga pada pengertian di atas tidak hanya terbatas untuk rumah tangga keluarga, tetapi mencakupi semua bentuk rumah tangga, seperti rumah tangga Negara, rumah tangga sekolah, rumah tangga organisasi, rumah tangga perusahaan dan rumah tangga koperasi. Dalam rumah tangga keluarga, setiap manusia selalu berusaha memenuhi semua kebutuhannya. Dengan demikian, menurut pengertian sehari-hari ekonomi adalah kegiatan usahanya dalam memenuhi kebutuhan.

Menurut Frista Artmanda Widodo dalam kamus istilah ekonomi, “ekonomi yaitu ilmu yang meneliti tentang bagaimana orang-orang memenuhi kebutuhannya dengan sumber daya yang terbatas”.19

Asfia Murni berpendapat bahwa, “ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya-upaya pengalokasian sumber daya yang tersedia untuk mencapai kepuasan atau kemakmuran masyarakat. Aktifitas ekonomi meliputi produksi, konsumsi, pertukaran”.20 Sedangkan menurut Abdul Aziz Wahab dkk, “ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran”.21

18

Abdul Aziz Wahab,Konsep Dasar IPS, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), cet. 11, h. 2

19

Frista Aritmanda Widodo,Kamus Istilah Ekonomi, (Jombang: Lintas Media) h. 114.

20

Asfia Murni,Ekonomi Makro, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), cet. 1, h. 1.

21


(35)

20

Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kemakmuran hidup seseorang akan tercapai apabila semua kebutuhan hidupnya terpenuhi atau tercukupi. Untuk itu, orang harus melakukan tindakan-tindakan atau pengorbanan baik berupa tenaga, waktu maupun materi (uang). Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan makan orang harus memperoleh beras, dan beras hanya bisa diperoleh dengan cara melakukan kegiatan pertanian atau membelinya dengan mengorbankan sejumlah uang.

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa tanpa melakukan tindakan-tindakan atau pengorbanan, seseorang tidak akan dapat mencukupi kebutuhan serta mencapai kemakmuran hidup. Hidup makmur merupakan dambaan setiap manusia. Orang giat bekerja dengan pengorbanan tenaga dan waktu agar penghasilannya meningkat sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dilakukan dalam upaya mencapai kemakmuran. Orang dikatakan makmur apabila sebagian besar kebutuhannya dapat terpenuhi. Setiap suatu kebutuhan terpenuhi akan tercapai kepuasan, dan kepuasan sifatnya hanya sementara karena akan muncul kebutuhan baru yang menghendaki pemenuhan. Maka tanpa pengendalian diri manusia akan menjadi serakah selalu ingin memuaskan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain, bahkan dapat merugikan orang banyak.

Pada bagian kebijakan ekonomi pembahasan tidak dimaksudkan sebagai bidang kajian ekonomi bagian dari suatu ilmu sosial. Kebijakan ekonomi, atau ekonomi normatif berkaitan dengan aplikasi hasil analisis ekonomi (pengetahuan secara ilmiah) untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Dengan demikian kebijakan ekonomi menangani bagaimana persoalan-persoalan ekonomi yang harus dipecahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi didasarkan pada nilai-nilai individu yang dikaitkan dengan cara yang baik (secara moral) untuk mengalokasikan sumber-sumber yang langka itu bagi anggota masyarakat.


(36)

Ilmu sosial ekonomi-bagian yang berhubungan dengan analisis ekonomi dibagi ke dalam dua bidang utama: ekonomi mikro dan

ekonomi makro. Ahli ekonomi mikro mengkaji perilaku individu-individu, persoalan rumah tangga, perusahaan dan pasar. Para ahli ini tertarik dengan bagaimana harga barang dan pelayanan atau jasa itu diterapkan, bagaimana harga dapat menentukan pola produksi dan bagaimana pola ini ditentukan pasar dan tindakan pemerintah. Sedangkan ahli ekonomi makro mengkaji keberfungsian ekonomi secara keseluruhan. Para ahli ini tertarik khususnya dengan pengeluaran dan pendapatan ekonomi, tingkat pekerjaan dan pergeseran-pergeseran dalam tingkat harga rata-rata.

Ada beberapa ruang lingkup kajian ilmu ekonomi. Mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Perekonomian 2) Ketergantungan

3) Spesialisasi dan pembagian kerja 4) Perkoperasian

5) Kewirausahaan

6) Akuntansi dan manajemen.

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan teori balajar, diharapkan pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dalam belajar di antaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pengertian tentang hasil belajar, yaitu:


(37)

22

Kemampuan siswa dalam mencapai suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap.22

Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah

Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a). keterampilan dan kebiasaan, (b). pengetahuan dan pengertian, (c). sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni: (a). informasi verbal, (b). keterampilan intelektual, (c). Strategi kognitif, (d). sikap, dan (e). keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Pertama, ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua, ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ketiga, ranah psikomotorik yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a). gerakan reflex, (b). keterampilan gerakan dasar, (c). kemampuan perseptual, (d). keharmonisan atau ketepatan, (e). gerakan keterampilan kompleks, (f). gerakan ekspresif dan interpretatif.23

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris, “hasil belajar adalah suatu pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu”.24 Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Oemar Hamalik bahwa, “hasil belajar adalah pola-pola 22

Kunandar,op. cit., h. 229.

23

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 15, h. 22.

24

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), cet. 1, h. 14.


(38)

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan”.25

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajarnya. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

f. Hasil Belajar Ekonomi

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Menurut Winkle yang dikutip Purwanto “Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.26 Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran (goal directed). Dalam konteks demikian maka menurut Purwanto “hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained). Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya”.27

Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. 25

Oemar Hamalik,op. cit., h. 31.

26

Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 1, h. 45.

27


(39)

24

Pemberian tekanan penguasaan materi akibat perubahan dalam diri siswa setelah belajar diberikan oleh Soedijarto yang dikutip Purwanto mendefinisikan bahwa ‘hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”.28

Definisi hasil belajar menurut Abdurrahman yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul Haris bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.29 Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Agus Suprijono mengatakan yang dimaksud dengan “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.30 Merujuk pemikiran Bloom yang dikutip Agus Suprijono bahwa:

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation

(menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima) ,

responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manjerial, dan intelektual.31

Dengan memperhatikan berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar,

28

Purwanto,op. cit., h. 46.

29

Asep Jihad dan Abdul Haris,loc. cit.

30

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori Dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet.1, h.5.

31


(40)

bahwa dalam proses belajar dapat terjadi perubahan pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain. Perubahan itu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan kata lain hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Hasil belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar siswa di sekolah. Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik dalam buku Perkembangan Peserta Didik, mengungkapkan

Ada sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik yaitu faktor internal mencakup fisik, kondisi panca indera dan fisik umumnya, serta psikologis mencakup variabel non kognitif : minat, motivasi dan kepribadian, variabel kognitif: kemampuan khusus (bakat), dan kemampauan umum (intelegensi). Faktor eksternal mencakup pertama fisik, kondisi tempat belajar, sarana dan prasarana belajar, materi pelajaran, dan suasana lingkungan belajar, kedua sosial: dukungan sosial dan pengaruh budaya.32

Selengkapnya faktor-faktor yang berpengaruh ini divisualisasikan sebagai berikut:33

32

Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik, Peserta Didik, (Padang: Dirjen Pendidikan Tinggi Bekerjasama dengan HEDS-JICA, 2007), h. 63

33


(41)

26

Gambar 2.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.34

1) Faktor Internal

a) Faktor Biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperbaiki, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam

34

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang -mempengaruhi-hasil.html), diakses pada tanggal 10 februari 2014.

I N D I V I D U Internal Fisik Psikologis Psikologis Fisik Eksternal Panca Indera Kondisi Fisik Umum Variabel Non Kognitif 1. Minat

2. Motivasi

3. Variabel-variabel kepribadian

Kemampuan Kognitif - Kemampuan khusus

(Bakat)

- Kemampuan Umum (Intelegensi)

Kondisi Tempat Belajar - Sarana dan perlengkapan

belajar

-Materi Pelajaran

- Kondisi Lingkungan Belajar

Dukungan Sosial Pengaruh Budaya


(42)

kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minuman yang teratur, olahraga serta tidur yang cukup.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar sesorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari dalam diri seorang siswa adalah kelelahan, kondisi siswa yang sudah lelah dan tidak bertenaga dalam mengikuti kegiatan pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar siswa tersebut.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap


(43)

28

perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya, maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b) Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c) Faktor Lingkungan Masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaanya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar di antaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

Dengan pendekatan sistem pendidikan ini terlihat adanya berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kegiatan belajar dengan pendekatan sistem dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kegiatan belajar dengan pendekatan sistem

Instrumental Input

Teaching - Learning Procces

Raw Input Output

Enviromental Input


(44)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu, dan faktor ekstern yakni faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor internal dalam diri ini adalah kesehatan fisik, intelegensi, kemauan, bakat, kecerdasan dan juga kelelahan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal dalam hal ini adalah keadaan keluarga, lingkungan sekolah dan juga lingkungan masyarakat.

2. Hakikat Metode dan Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan untuk dapat mengarahkan seorang guru dalam mendesain pembelajaran dan untuk membantu para siswa mencapai tujuan pembelajaran. Di bawah ini akan mengemukakan pengertian metode pembelajaran, yaitu:

Menurut Syaiful Djamarah dan Aswan Zein, “metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir”.35

Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Terbaru mendefinisikan “metode adalah suatu cara yang telah diatur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya”.36 Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Fungsi metode menurut Akhmad Sudrajat berarti sebagai berikut: “Sebagai alat untuk mencaoa tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk 35

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), ed. Revisi, h. 46.

36

Dessy Anwar,Kamus Lengkap Indonesia Terbaru, (Surabaya: Amelia, 2003), cet. 1, h. 281.


(45)

30

kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, di antaranya: (1). Ceramah, (2). Demonstrasi, (3). Diskusi, (4). Simulasi, (5). Laboratorium, (6). Pengalaman lapangan, (7). Brainstorming, (8). Debat, (9). Simposium, dan sebagainya”.37

Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Apapun metode yang digunakan, hendaknya guru dapat membawa suasana pemebelajaran yang edukatif, dapat menempatkan peserta didik agar dapat terlibat langsung secara aktif dalam menghidupkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Menurut Zurainal Z. dan Wahdi Sayuti, “metode pembelajaran dimaksudkan sebagai cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam kontek

transfer of knowledge dan transfer of values. Metode tersebut membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal”.38

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu kerangka yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, dengan menggunakan atau merancang metode pembelajaran itu sangat penting bagi guru untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang metode pembelajaran, karena dengan menguasai beberapa metode pembelajaran, maka seorang guru akan meraskan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sehingga tujuan

37

Akhmad Sudrajat,, ( http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/), diakses pada tanggal 16 februari 2014.

38


(46)

pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran akhirnya dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan.

b. Pengertian pembelajaran kooperatif

Terdapat beberapa definisi pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu:

Menurut Kunandar, “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”.39 Menurut Etin Solihatin dan Raharjo, “Cooperative Learningadalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.40

Menurut Yatim Riyanto, pembelajaran kooperatif adalah

“model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (sosial skill) termasukinterpersonal skill.

Model belajar cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Model belajar cooperative learning juga mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi”.41

Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, “model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan 39

Kunandar,op. cit., h. 337.

40

Etin Solihatin dan Raharjo,Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, cet. 3, h. 15.

41


(47)

32

yang berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran”.42

Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan-rekannya belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.43 Menurut Isjoni dan Mohammad Arif Ismail, “pembelajaran kooperatif merupakan satu pendekatan mengajar di mana siswa bekerjasama di antara satu dengan yang lain dalam suatu kumpulan belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugasan individu atau kumpulan yang telah diberikan oleh guru”.44

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengenmbangkan keterampilan dan meningkatkan pemahaman mengenai konsep-konsep materi yang dipelajari dengan cara bekerja bersama-sama dan membentuk kelompok-kelompok kecil.

42

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi,Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas (Metode, Landasan Teorits-Teoritis dan Penerapannya, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2010), cet. 1, h. 67.

43

Kennesaw, (http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.html), diakses pada tanggal 14 Februari 2014.

44

Isjoni dan Mohd Arif Ismail,Pembelajaran Visioner (Perpaduan Indonesia-Malaysia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, h. 29.


(48)

c. Metode Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)

Untuk merealisasikan pembelajaran ekonomi yang melibatkan siswa secara aktif, dewasa ini telah dikembangakan berbagai strategi pembelajaran ekonomi baik yang melibatkan penggunaan alat bantu seperti multimedia atau tidak. Salah satunya adalah metode pembelajaranThink-Talk-Write.

Think-Talk-Write adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (1996). Pembelajaran ini dimuali dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemudian membuat laporan hasil presentasi.45

Metode Think Talk Write merupakan metode pembelajaran berbasis komunikasi. Metode ini termasuk ke dalam pendekatan

cooperative learning, karena aktivitas pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil.

Dalam kamus Inggris-Indonesia,Think artinya, “1. Memikirkan, 2. Pikir”.46Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Terbaru pikir artinya menggunakan akal budi, ingatan, angan-angan, kata dalam hati untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.47 Berpikir (think) merupakan kegiatan mental yang dilakukan untuk mengambil keputusan misalnya merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik simpulan setelah melalui proses mempertimbangkan.

Dalam kamus Inggris-Indonesia, Talk artinya “1. Percakapan, 2. Berbicara.”48 Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Terbaru berbicara artinya “bercakap, berkata, membicarakan, memperkatakan”.49 Talk adalah berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahsa yang mereka pahami.

45

Salamah, ( http://www.salamiah.co.cc/2011/02/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html), diakses pada tanggal 14 Februari 2014.

46

Sam. S. Warib, Kamus Lengkap 2 Milyar Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, (Jakarta: Sandro Jaya, 2004), cet. 1, h. 231.

47

Dessy Anwar,op. cit., h. 325.

48

Sam. S. Warib,op. cit., h. 228.

49


(49)

34

Dalam kamus Inggris-Indonesia, Write artinya “menulis”. Sedangkan dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Terbaru menulis artinya membuat huruf, angka dan sebagainya dengan pena, kalam, pensil, kapur dan sebagainya, melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat atau sebagainya. Sehingga model Think Talk Write merupakan perencanaan dan tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran yaitu melalui kegiatan berpikir (think), berbicara/berdiskusi, bertukar pendapat (talk) dan menulis hasil diskusi (write) agar kompetensi yang diharapkan tercapai.

Menurut Martinis Yamin Bansu I. Ansari, alur kemajuan strategi TTW yaitu:

“Dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana ini lebih efektif dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan”.50

Aktivitas (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks atau berisi cerita kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam membuat catatan atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian menterjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Menurut Wiederhold (1997) membuat catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu, belajara rutin membuat atau menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama dan setelah membaca. Membuat catatan mempertinggikan pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjdai bagian integral dalam setting pembelajaran.51

Kemampuan membaca, dan membaca secara komprehensif secara umum dianggap berpikir, meliputi membaca baris-demi baris atau membaca yang pentingya saja. Seringkali suatu teks bacaan diikuti oleh panduan, bertujuan untuk mempermudah diskusi dan

50

Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari,Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet. 2, h. 84.

51


(50)

mengembangkan pemahaman konsep. Dalam strategi ini teks bacaan selalu dimulai dengan soal-soal kontekstual yang diberi sedikit panduan sebelum siswa membuat catatan kecil.52

Setelah tahap “think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Tahap talk di mana siswa bekerja dengan kelompoknya dengan menggunakan alat bantu yakni LKS. LKS ini berisi soal latihan yang harus dikerjakan siswa dalam kelompok. Pentingnya talk dalam suatu pembelajaran adalah dapat membangun pemahaman dan pengetahuan bersama melalui interaksi dan percakapan antar sesama individual di dalam kelompok. Akhirnya dapat memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi yang bermuara pada suatu kesepakatan dalam merumuskan suatu tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Fase berkomunikasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Pada umumnya menurut Huinker & Laughin (1996) berkomunikasi dapat berlangsung secara alami, tetapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Berkomunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar dalam kelas. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan idenya melalui tulisan. Selanjutnya berkomunikasi atau berdialog baik antar siswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman. Hal ini bisa terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog. Sekaligus mengkonstruksi berbagi ide untuk dikemukakan melalui dialog.53

Selanjutnya fase “write” yaitu menuliskan hasil diskusi atau dialog pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disediakan. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

52

Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari,ibid.

53


(1)

Lampiran 15

LEMBAR OBSERVASI METODE THINK TALK WRITE

Petunjuk Pengisian : Isilah kolom dengan tanda () Nama Observer :

NO KOMPONEN YA TIDAK

1 Guru memberikan apersepsi kepada para siswa dengan memberikan pertanyaan tentang permintaan

2 Guru mempersiapkan sebuah gambar sesuai materi yang akan disampaikan

3 Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil, terdiri dari 3–5 orang

4

Guru membagi gambar kepada para siswa sesuai materi yang akan disampaikan yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaan

5 Guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berdiskusi

6

Para siswa melihat dan memperhatikan dengan seksama gambar yang disajikan guru kemudian mempelajarinya serta membuat catatan dari hasil bacaannya secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi kelompok (Think)

7

Para siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompoknya untuk membahas isi catatan yang telah dibuat (Talk)

8

Para siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi berupa catatan kelompok dan rangkuman hasil belajar (write)

9

Para siswa melaporkan hasil diskusi dari kelompoknya masing-masing dan kelompok lain memberikan

tanggapan terhadap hasil diskusi kelompompok yang presentasi

10 Guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami


(2)

LEMBAR OBSERVASI METODE RECIPROCAL TEACHING

Petunjuk Pengisian : Isilah kolom dengan tanda () Nama Observer :

NO KOMPONEN YA TIDAK

1 Guru memberikan apersepsi kepada para siswa dengan memberikan pertanyaan tentang permintaan

2 Guru mempersiapkan sebuah gambar sesuai materi yang akan disampaikan

3 Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil, terdiri dari 3–5 orang

4

Guru membagi gambar kepada para siswa sesuai materi yang akan disampaikan yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaan

5 Guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berdiskusi

6

Para siswa melihat dan memperhatikan dengan seksama gambar yang disajikan guru kemudian mempelajarinya serta membuat catatan dari hasil bacaannya secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi kelompok (Think)

7

Para siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompoknya untuk membahas isi catatan yang telah dibuat (Talk)

8

Para siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi berupa catatan kelompok dan rangkuman hasil belajar (write)

9

Para siswa melaporkan hasil diskusi dari kelompoknya masing-masing dan kelompok lain memberikan

tanggapan terhadap hasil diskusi kelompompok yang presentasi

10 Guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami


(3)

Lampiran 17

WAWANCARA DENGAN GURU Hari/Tanggal : Senin/17 Maret 2014

Nama : R. Roby Rusbandi, SE

Jabatan : Guru Mata Pelajaran Ekonomi Waktu : 12.30 s/d Selesai

Tempat : Ruang Guru

No. Pertanyaan Tanggapan Guru

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Apakah Ibu sebelum mengajar membuat persiapan mengajar harian/rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ?

Apaka Ibu pernah mengikuti penataran sehubungan dengan pembelajaran Ekonomi ?

Buku sumber apa saja yang digunakan dalam pembelajaran ?

Dalam mengajar Ekonomi apa yang paling sering Ibu gunakan ?

Apakah Ibu tahu model pembelajaran kooperatif ? Khususnya model

pembelajaran tipeThink Talk Writedan Recipocal Teaching?

Bagaimana cara Ibu meningkatkan hasil belajar siswa ?

Ya, sebelum mengajar, saya membuat RPP terlebih dahulu.

Saya sudah pernah mengikuti penataran sehubungan dengan pembelajaran Ekonomi

Buku sumber yang sering saya gunakan dalam pembelajaran Ekonomi yaitu Yudistira, Bumi Aksara dan Juga LKS

Metode yang sering saya gunakan dalam menyampaikan pembelajaran Ekonomi yaitu masih menggunakan metode ceramah.

Saya tahu, tetapi saya baru mendengar kalo ada metode kooperatif tipeThink Talk Write danRecipocal Teaching.

Cara yang saya lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan cara

memberikantugas dan

memerintahkan mereka untuk banyak membaca


(4)

8.

selalu di ambil dari silabus ? Menurut Ibu apakah penerapan pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipeThink Talk Writedan Recipocal Teachingdapat

meningkatkan hasil belajar siswa

selalu saya ambil dan saya sesuaikan dengan silabus. Menurut pendapat saya kedua metode tersebut dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa dapat berperan aktif dan membuat mereka menjadi kreatif, sehingga tidak jenuh dengan pelajaran Ekonomi.


(5)

Lampiran 18

WAWANCARA DENGAN SISWA Hari/Tanggal : Senin/17 Maret 2014

Nama : Fildzah Adlina Sucipto

Jabatan : Siswa SMA Nusa Putra Tangerang Waktu : 08.00 s/d Selesai

Tempat : Ruang Kelas X.1

No. Pertanyaan Tanggapan Siswa

1.

2.

3. 4. 5.

6.

7. 8.

Bagaimana menurut pendapatmu tentang pelajaran Ekonomi di kelas ?

Apakah kamu senang dengan pelajaran Ekonomi di kelas ?

Bagaimana hasil belajar kamu ? Apakah kamu puas dengan nilai Ekonomi yang kamu peroleh ? Bagaimana menurut pendapat kamu tentang cara guru dalam menerangkan pelajaran Ekonomi ? Jelaskan ?

Apakah kamu dapat memahami materi Ekonomi yang dijelaskan oleh guru ?

Apakah kamu aktif dalam mengikuti pelajaran ?

Hambatan apa yang kamu hadapi pada saat belajar Ekonomi ?

Menurut pendapat saya, pelajaran Ekonomi itu

membosankan dan membuat saya mengantuk karena harus

mendengarkan ceramah saja dari guru.

Tidak terlalu senang karena banyak materi yang harus dihafalkan

Kurang baik karena saya kurang banyak membaca dan menghafal Tidak puas

Menurut saya, guru Ekonomi hanya ceramah saja dan membuat saya bosan.

Sedikit saja, tetapi kadang saya membaca lagi dirumah terkait materi yang telah dipelajari di sekolah.

Kadang-kadang

Banyak hafalannya dan membuat saya pusing


(6)

10.

tentang model pembelajaran kooperatif tipeThink Talk WritedanReciprocal Teaching

Apakah gurumu sudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk WritedanReciprocal TeachingDi kelasmu ?

mendengarnya

Belum pernah, hanya metode ceramah saja yang digunakan dalam menjelaskan materi Ekonomi