Pengaruh pendekatan kontruktivisme dengan teknik mind mapping terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep virus : ( kasus eksperimen di MAN 2 kota Bogor )

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH LISNAWATI NIM: 106016100584

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/ 2010 M


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

OLEH LISNAWATI 106016100584

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Zulfiani, M. Pd Nengsih Juanengsih, M. Pd NIP: 19760309 200 501 2 002 NIP: 19790510 200 604 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

DENGAN TEKNIK MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA (Kuasi Eksperimen di MAN 2 Kota Bogor, Bogor)” disusun oleh Lisnawati, NIM 106016100584, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada Ujian Munaqasyah tanggal 15 Desember 2010 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 15 Desember 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia Ujian Munaqasyah,

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. . . . . . . NIP. 19681228 200003 1 004

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd. . . . . . . NIP. 19790510 200604 2 001

Penguji I,

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. . . . . . . NIP. 19681228 200003 1 004

Penguji II,

Tonih Feronika, M. Pd. . . . . . . NIP. 19670107 200501 1 007

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP. 1957 1005 198703 1 003


(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a

: Lisnawati

Tempat/Tgl.Lahir : Bogor, 11 Mei 1986

NIM

: 106016100584

Jurusan / Prodi

: P. IPA/P. Biologi

Judul Skripsi

: Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dengan Teknik

Mind

Mapping

Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep

Virus

Dosen Pembimbing

: 1. Dr. Zulfiani, M.Pd

2. Nengsih Juanengsih, M.Pd

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan

saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta,

Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Lisnawati


(5)

i

Department of Natural Science, Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, State Islamic University of Syarif hidayatullah Jakarta.

The study aims to know the effect of Constructivism Approach with Mind Mapping Technique on Students Achievement in Biology. The research is conducted in MAN 2 Kota Bogor. The research is a quasi experimental study with pretest-posttest control group design. The technique sampling is purposive sampling. The first sample is 33 students for experimental group with constructivism approach with Mind Mapping technique, and the second sample is 37 students with constructivism approach with discussion. The posttest data analysis of both groups utilizes‘t’ test with to is 7, 49 and ttable is 2, 00 in 5 % significance,

therefore to > ttable. Therefore, it indicates that there’s effect of constructivism

approach with Mind Mapping technique on students achievement in biology. Keywords: Constructivism Approach, Mind Mapping


(6)

ii

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping terhadap hasil belajar biologi siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian pretest posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian yang pertama berjumlah 33 siswa untuk kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping. Sampel yang kedua berjumlah 37 siswa untuk kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan diskusi. Analisis data postes kedua kelompok menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung sebesar 7,49 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,00, maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping terhadap hasil belajar biologi siswa.


(7)

i

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah islam dan pembawa syafaat bagi ummatnya di hari akhirat kelak.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1 program studi pendidikan biologi fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, dengan judul “Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dengan Teknik Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Virus.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus ucapan terima kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

4. Ibu Nengsih Juanengsih, M. Pd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

5. Bapak Drs. Asep Encu, M. Pd, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bogor, yang telah memberikan izin penelitian.

6. Ibu Ruafni, M. Pd, dan Ibu Nani, M. Pd, guru mata pelajaran Biologi, yang telah membantu dan memberikan saran selama penelitian.


(8)

ii

yang telah memberikan doa, dorongan moril dan materil serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Teruntuk L. Pindarto yang selalu memberikan semangat dan tempat berkeluh kesah.

10.Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2006, terutama Naeli Zakiyah, Marwiyah, Iyoh Maspiroh dan Himmatul’ulya serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kami berharap skripsi ini menjadi kontribusi yang positif serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan skripsi ini sangat diharapkan.

Ciputat, Desember 2010


(9)

1

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia. Dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat terutama kepada peserta didik.

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting penentu keberhasilan pembangunan nasional, baik dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Tujuan sistem pendidikan nasional juga berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan dalam satu-satuan pendidikan yang ada. pendidikan nasional tersebut, merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikan nasional tersebut, meskipun setiap satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri-sendiri, namun semua itu tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang ada.

Persepsi dan interpretasi mengenai isi pasal 3 UU sisdiknas ini menjadi dasar pada prinsip dasar tujuan pendidikan yang menginginkan pengarahan

1

Diknas, “Undang-Undang Sisdiknas”, dari www.inherent


(10)

kualitas dalam bidang pendidikan agar dapat lebih ditekankan pemahaman terhadap masalah-masalah dalam berbagai aspek kehidupan, serta dapat membangun manusia yang beradab dan memiliki akhlak mulia.

Dalam proses belajar dan mengajar yang efektif dibutuhkan penyelenggara pendidikan yang selalu konsisten berupaya membentuk sumber daya manusia yang berkepribadian dalam pendidikan, yaitu manusia yang beriman, cerdas, jujur dan berkepribadian sosial. Dalam proses belajar mengajar yang efektif harus didukung oleh tenaga pendidik yang memiliki kompetensi pedagogik, sehingga seorang pendidik dapat melakukan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan perkembangan pendidikan. Guru berperan penting dalam membentuk pribadi siswa. Dengan menggunakan metode konvensional umum yaitu ceramah, tidak cukup untuk memenuhi kriteria belajar efektif.

Dalam dunia pendidikan, masih banyak yang menerapkan pembelajaran yang bersifat teacher centred, yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Guru yang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan guru. Hal ini menyebabkan siswa hanya menerima transfer pengetahuan dari seorang guru dan pencapaian hasil belajar kurang optimal.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) erat kaitannya dengan cara mencari tahu mengenai alam secara terstruktur, sehingga IPA bukan hanya merupakan penguasaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, pendidikan IPA diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, selain itu peserta didik dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.2

Dalam pembelajaran IPA, khususnya Biologi, sangat diperlukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Strategi

2

Zulfiani, Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains


(11)

belajar mengajar harus dirancang dengan baik sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan cara memilih pendekatan, metode dan media, sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai dengan optimal. Selain itu, pengajaran Biologi menekankan pada keterampilan proses, yang jika dikaitkan dengan hakikat IPA sebagai proses merupakan strategi atau cara yang dilakukan para saintis dalam menemukan berbagai hal sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam.

Biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat besar pengaruhnya untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. IPA juga berperan penting dalam usaha menciptakan manusia yang berkualitas. Selain itu biologi mempelajari tentang struktur dan fungsi alat-alat tubuh makhluk hidup. Dalam studi biologi banyak digunakan istilah-istilah yang pada umumnya berupa istilah latin atau kata yang dilatinkan. Banyaknya istilah tersebut menyebabkan kurangnya minat siswa untuk mempelajari konsep-konsep biologi. Hal itu juga menyebabkan siswa merasa malas untuk meringkas materi biologi. Padahal membuat ringkasan materi akan sangat membantu dalam proses belajar. Membuat ringkasan adalah proses resitasi dan refleksi secara tertulis .3 Membuat ringkasan sangat besar perannya untuk memudahkan belajar, dengan membuat ringkasan siswa akan dipaksa belajar secara aktif. Kebanyakan siswa merasa malas dan bosan jika ditugaskan untuk membuat ringkasan. Hal ini disebabkan materi biologi merupakan materi hapalan.

Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah guru dan siswa. Selain menguasai materi seorang guru juga dituntut untuk menguasai strategi-strategi penyampaian materi tersebut, cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh terhadap respon siswa dalam proses pembelajaran. Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi aktif dalam belajar akan memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar.

3

Thabrany Hasbullah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Grafindo Persada, 1995), h. 92


(12)

Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.

Berdasarkan wawancara dan pengamatan di sekolah pembelajaran biologi banyak dilakukan dengan hanya memberi konsep-konsep materi biologi dengan mengacu pada buku paket saja, tanpa ada pengolahan materi yang melibatkan potensi siswa, sehingga siswa belajar menghapal konsep, bukan memahami konsep. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa siswa mengenai pembelajaran biologi yang umumnya mengaku bahwa pembelajaran biologi itu sulit, karena banyak materi yang harus dihapalkan dan terlalu banyak istilah-istilah dalam bahasa latin.

Dalam proses pembelajaran di kelas, guru hanya menggunakan satu metode pembelajaran dalam memberikan materi pelajaran biologi, dengan kata lain penggunaan metode pembelajaran kurang variatif, sehingga proses pembelajaran menjadi monoton dan membosankan bagi siswa. Untuk menghindari hal itu, maka seorang guru harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Virus merupakan salah satu konsep dalam ilmu biologi di SMA, berdasarkan kurikulum, konsep virus dicantumkan dalam pelajaran biologi SMA kelas X semester I. Konsep virus meliputi pendeskripsian sejarah penemuan, ciri-ciri, klasifikasi, reproduksi, dan peranannya dalam kehidupan. Pembelajaran virus umumnya kurang menarik bagi siswa, bahkan masih banyak siswa yang merasa sulit untuk memahaminya. Hal ini disebabkan dalam materi tersebut banyak istilah yang harus dihapalkan dan siswa cenderung malas untuk membuat catatan. Hal itu dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, diperlukan teknik mencatat yang menarik dan efektif agar siswa mudah memahami konsep tersebut.


(13)

Dalam proses belajar tujuan mencatat adalah mendapatkan poin-poin kunci dari buku-buku, laporan dan sebagainya. Catatan yang baik dan efektif membantu untuk mengingat detail tentang poin-poin dan kunci untuk memahami konsep-konsep yang utama sehingga dapat mengaitkan hubungan antar konsep. Penelitian tentang bagaimana otak menyimpan dan mengingat informasi telah menghasilkan teknik-teknik mencatat yang baru, yang dapat meningkatkan pemahaman dan daya nalar yang tinggi, sehingga penyimpanan informasi lebih lama.4

Salah satu teknik mencatat yang efektif yaitu Mind Mapping (peta pikiran). Mind Mapping dapat membantu kita dalam membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman, dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya.5 Penggunaan teknik pencatatan Mind Mapping (peta pikiran) dapat dijadikan strategi alternatif dalam pembelajaran. Menurut Bobbi De Porter, Mind Mapping atau peta pikiran merupakan salah satu teknik mencatat kreatif yang memudahkan dalam mengingat banyak informasi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan. Peta pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena Mind Mapping memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain. Sehingga akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain-lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan.6

Cara belajar dengan menggunakan Mind Mapping merupakan salah satu bentuk pembaharuan yang dapat diterapkan oleh guru-guru secara individual dalam proses belajar mengajar sebagai pendukung keberhasilan metode yang digunakan. Cara belajar Mind Mapping merupakan salah satu cara belajar yang menggunakan instrumen-instrumen tertentu yang menjadi kata kunci dari suatu konsep, seperti simbol, gambar, serta warna yang bervariasi. Hal ini didasarkan pada prinsip kerja sistem otak kanan. Otak manusia sangat menakjubkan, yaitu dapat menyimpan segala sesuatu yang

4

Bobbi De Porter, dkk, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 1999) h. 150

5

Bobbi De Porter, dkk, Quantum Teaching, (Bandung: Kaifa, 1999), h. 152

6


(14)

dilihat, didengar, dan dirasakan. Memori otak manusia seperti kerja memori komputer. Jika kita dapat mempergunakan memori tersebut dengan baik, maka untuk memanggilnya kembali sangat mudah. Salah satu cara penyimpanan data yang paling baik dan sistematis di dalam otak yaitu dengan menggunakan Mind Mapping. Mind Mapping dapat membantu dalam membuat catatan singkat yang baik dengan kata kunci, gambar disertai warna yang menarik. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses mengingat suatu konsep tertentu. Gambar dan warna yang menarik dapat membantu prinsip kerja otak kanan, sehingga dengan menggunakan Mind Mapping otak kanan dan otak kiri bekerja secara simbang.

Dengan demikian diharapkan penggunaan pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan pengkajian secara teoretis maupun praktis permasalahan ini dengan judul: “Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Dengan Teknik Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran yang cenderung bersifat teacher centred

b. Kemunculan rasa bosan siswa akibat metode pembelajaran yang monoton c. Kemunculan rasa malas siswa untuk mencatat atau membuat ringkasan

materi

d. Penggunaan metode pembelajaran kurang variatif e. Kurangnya penguasaan konsep virus

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:


(15)

b. Hasil belajar yang yang diukur adalah hasip belajar ranah kognitif

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: Adakah pengaruh pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping terhadap hasil belajar Biologi siswa?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.

Manfaat penelitian ini antara lain: 1) Bagi guru:

a. Memberikan informasi kepada guru mengenai Mind Mapping serta penerapannya di dalam kelas.

b. Memberikan masukan mengenai cara mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar.

2) Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pembaca, khususnya calon guru biologi yang ingin mengembangkan metode pembelajaran di sekolah.


(16)

8 1. Pendekatan Konstruktivisme

a. Pengertian Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme (Constructivist Theory of Learning) menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai.

Menurut Ratna Wilis Dahar dalam Riyanto dinyatakan bahwa sebagai filsafat, konstruktivisme sudah terungkap dalam tulisan ahli filsafat Giambattista Vico mengemukakan bahwa orang hanya dapat benar-benar memahami apa yang dikonstruksinya sendiri.1

Selanjutnya Sofyan mengutip pendapat Good dan Brophy menyatakan bahwa teori konstruktivisme merupakan teori belajar yang berhubungan dengan cara seseorang memperoleh pengetahuan, yang menekankan pada penemuan makna (meaningfulness). Perolehan pengetahuan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada hasil sebelumya dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru.2

Menurut Von Glaserfeld dalam Bettercourt dalam Suparno, konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realita). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu

1

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan

dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009), h. 143-144

2

Ahmad Sofyan, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA/Sains, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007 , h. 8


(17)

merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.3

Para ahli konstruktivisme menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan terdahulu. Persepsi yang dimiliki siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasarkan realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.

Berdasarkan pandangan para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membangun sendiri pengetahuannya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Menurut Riyanto, sistem pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan siswa untuk memulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan keterampilan dasar yang diperlukan dengan bantuan bimbingan guru.4

Dari beberapa penjelasan mengenai pendekatan konstruktivisme dapat dijelaskan bahwa siswa belajar dengan cara mengkonstruksi pemahaman baru tentang fenomena dari pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka. Mereka harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Dengan kata lain konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran seseorang. Unsur-unsur

3

Paul Suparno, Filsafat Konstruktivismeme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 18

4

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan


(18)

konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam pembelajaran di setiap tingkatan sekolah atau pendidikan.

b. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Konstruktivisme

Ada lima prinsip dasar tentang konstruktivisme. Berikut uraian singkat mengenai masing-masing prinsip:5

1) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa adalah dengan bantuan prinsip-prinsip pedagogi yang konstruktivisme. Oleh karena relevansinya tidak harus berkaitan dengan kehidupan atau keberadaan siswa terdahulu.

2) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan

Susunan sebuah kurikulum seputar konsep utama adalah sebuah dimensi kritik tentang pedagogi konstruktivisme ketika mendesain sebuah kurikulum, guru konstruktivisme mengorganisasi informasi seputar problematika konsep, pertanyaan dan situasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Karena siswa merasa disibukkan dengan ide-ide atau problem yang dipresentasikan secara holistik daripada secara terpisah. 3) Mencari dan menilai pendapat siswa

Dalam proses belajar mengajar, karakteristik para siswa harus dipertimbangkan, karena hal itu dapat mempengaruhi jalannya proses dan hasil pembelajaran siswa yang bersangkutan. Para siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalaman dan perspektif yang digunakan dalam menggiatkan prestasinya. Pemahaman dan karakteristik siswa tersebut sangat membantu dalam mencari dan menilai pendapat siswa.

4) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa

5

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan


(19)

Belajar menjadi lebih baik jika tuntutan kognitif, social, dan emosional dari kurikulum dapat dicapai oleh para siswa. Oleh karena itu harus ada hubungan tertentu antara tuntutan kurikulum dan anggapan yang dibawa oleh setiap siswa ke dalam kegiatan kurikuler.

5) Menilai belajar siswa dalam konteks pembelajaran

Dalam menilai belajar siswa dalam konteks pembelajaran harus memperhatikan anggapan para siswa mengenai suatu pengetahuan, karena setiap siswa memiliki anggapan tertentu mengenai pengetahuan. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kemampuan kepribadian dan keterampilan kemasyarakatan dalam proses pembelajaran untuk menyiapkan siswa menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme

Ciri yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran konstruktivisme adalah siswa tidak didoktrinasi dengan pengetahuan yang disampaikan oleh guru, melainkan siswa sendiri menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui dan pelajari sendiri. Secara rinci ciri-ciri model pembelajaran konstruktivisme diuraikan oleh Driver dan Oldham dalam Matthews:6 1) Orientasi; siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi

dalam mempelajari suatu konsep.

2) Elicitasi; siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan dalam wujud tulisan, gambar, atau poster.

3) Restrukturasi ide; dalam hal ini ada tiga hal: klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman melalui diskusi atau pengumpulan ide, membangun ide yang baru, dan mengevaluasi ide baru dengan eksperimen.

4) Penggunaan ide dalam banyak situasi; idea atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada situasi yang dihadapi.

6


(20)

5) Review, bagaimana ide itu berubah; dalam mengaplikasikan pengetahuannya seseorang perlu merevisi gagasannya baik dengan menambahkan suatu keterangan ataupun dengan mengubahnya menjadi lengkap.

d. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Paham konstruktivisme, berpandangan bahwa mengajar bukan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan menggunakan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Dengan demikian model pembelajaran ini tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran yang lama, dimana guru hanya mentransfer ilmu kepada siswa tanpa siswa itu berusaha sendiri dan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki.

Menurut pendekatan konstruktivisme belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga pengetahuan berkembang.

Ada beberapa implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, antara lain: 7

1) Memusatkan perhatian berpikir atau proses mental anak tidak hanya pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru juga harus memahami proses yang digunakan siswa sehingga sampai pada jawaban yang dimaksud.

2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas konstruktivisme, penyajian pengetahuan tidak mendapat penekanan.

3) Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan pengajaran top down daripada bottom up.

7

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan


(21)

4) Discovery Learning. Dalam Discovery Learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri.

5) Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran khas menerapkan Scafolding, dengan siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri.

e. Tujuan Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Riyanto, tujuan pembelajaran konstruktivisme ditentukan pada bagaimana belajar, yaitu menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong pembelajar untuk berpikir ulang lalu mendemonstrasikan.

Adapun beberapa tujuan yang dapat diwujudkan antara lain: 8 1) Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa

sendiri.

2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya.

3) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap.

4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

f. Tahapan Pembelajaran Konstruktivisme

Dalam perspektif konstruktivisme proses pembelajaran merupakan proses membangun ulang/rekonstruksi pengetahuan. Layton dalam Suratno menyatakan bahwa proses membangun pengetahuan ilmiah harus bersifat useful (bermanfaat) dan mengarah pada hal-hal yang praktis. Secara sederhana, proses pembelajaran konstruktivisme dapat dilihat pada gambar 1.9

8

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan

dalam Implementasi Pembelajaran…, h. 147

9

Tatang Suratno, Peranan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran dan Pengajaran

Sains, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah


(22)

Gambar 2.1

Proses Membangun Pengetahuan Ilmiah (Layton, dalam Watts, 1994)

Berdasarkan teori ini menunjukkan bahwa proses belajar diawali dari pengalaman nyata yang dialami oleh seseorang, pengalaman tersebut direfleksikan secara individu. Dalam proses refleksi seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi serta apa yang dialaminya. Karena siswa harus membangun sendiri pengetahuannya, maka seorang guru harus melihat mereka bukan sebagai lembar kertas kosong. Tetapi guru harus menganggap siswa sudah membawa pengatahuan awal. Pengetahuan awal tersebut merupakan dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya.

Adapun tahapan pembelajaran konstruktivisme meliputi empat tahap yaitu: 10

1) Tahapan pertama adalah apersepsi, guru mendorong siswa agar mengemukakan pengetahuan awal mengenai konsep yang akan dibahas. Guru memancing siswa dengan beberapa pertanyaan terbuka, kemudian mengaitkan jawaban siswa dengan fenomena kehidupan sehari-hari.

10

Daniel Muijs dan David Reynolds, Effevtive Teaching: The Central Issues, (London: SAGE Publications Ltd, 2005), h. 67

Penget ahuan sehari-hari

Pengetahuan lain/pertimbang Pengetahuan

ilmiah

Pengetahua n untuk kegiatan praktis dalam situasi spesifik Proses

pendidikan di kelas

Proses penterje mahan/k aji ulang


(23)

2) Tahap kedua adalah eksplorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang akan dipelajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya.

3) Tahap ketiga adalah refleksi, pada tahap ini siswa menganalisis dan mendiskusikan apa yang telah dilakukan.

4) Tahap keempat adalah aplikasi, diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini guru memberiikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial melalui penjelasan konsep, kamudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konsep.

2. Teknik Mencatat Mind Mapping a. Pengertian Mind Mapping

Menurut Tony Buzan Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harpiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Mind Mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak.11 Mind Mapping pertama kali ditemukan dan sekaligus dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an. Mind mapping merupakan sistem pembelajaran yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, baik dalam bidang pendidikan, bisnis, maupun kehidupan sehari-hari.12

Menurut Silberman Mind Mapping adalah cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru.13 Dengan memerintahkan kepada siswa untuk membuat Mind Mapping, maka mereka akan menemukan

11

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 4

12

Sutanto Windura, Be an Absolute Genius, (Jakarta: PT. Alex Media Komputindo,2010), h. 69

13

Malvin L. Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), h. 188


(24)

kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari.

Sedangkan menurut Windura Mind Mapping adalah suatu teknis grafis yang memugkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak dalam berpikir dan belajar. Dalam pembuatan Mind Mapping melibatkan kerja kedua belah otak, yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kiri menginterpretasikan tulisan, urutan penulisan, dan hubungan antar kata. Sedangkan otak kanan menginterpretasikan warna, gambar, dan dimensi atau tata ruang.14

Dari beberapa pengertian mengenai Mind Mapping maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik pencatatan Mind Mapping adalah bentuk catatan yang disertai lambang, gambar, dan warna yang menarik, sehingga dapat memacu otak kanan, yang berperan dalam menginterpretasikan keindahan (warna dan gambar) dan kreatifitas. Selain itu, Mind Mapping juga memacu otak kiri yang berperan dalam menginterpretasikan logika dan ide matematis. Mind Mapping juga dapat memberiikan motivasi kepada siswa untuk berpikir secara kreatif dan menyeluruh serta dapat memahami suatu konsep, karena dalam proses pembelajaran siswa banyak melakukan kegiatan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah, baik dari siswa itu sendiri, lingkungan maupun masyarakat.

Teknik mencatat yang baik harus membantu mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi dan memberikan wawasan baru. 15 Mind Mapping dapat memungkinkan terjadinya semua hal itu, karena Mind Mapping merupakan teknik mencatat kreatif yang memudahkan dalam proses mengingat banyak informasi.

Temuan Buzan ini didasarkan pada hasil riset Roger Sperry peraih nobel dari California Institute of Technology pada tahun 1980-an yang

14

Sutanto Windura, Mind Map Langkah Demi Langkah, (Jakarta: PT Elek Media Kompitindo, 2010), h. 16-17

15


(25)

menunjukkan bahwa otak memiliki dua belahan yang masing-masing bekerja secara sangat berbeda. Secara ringkas, otak kiri berkaitan dengan logika, kata, angka, dan sebagainya yang berkaitan dengan aktivitas akademik. Sedangkan otak kanan berkaitan irama, imajinasi, warna, angan-angan, dan dimensi.16 Otak lebih cepat mengingat dalam bentuk gambar atau warna dari pada tulisan, oleh karena itu belajar akan lebih efektif jika menggunakan gambar dan warna.17 Menurut Buzan, dengan memanfaatkan gambar dan teks ketika mencatat atau mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam diri, maka telah menggunakan dua belahan otak secara sinergis. Apalagi jika dalam Mind Mapping itu kemudian ditambahkan warna-warna dan hal-hal yang memperkuat emosi.

Dalam proses pembelajaran penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling penting, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Sebagian besar informasi diberikan kepada siswa melalui presentasi dan demontrasi. Pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari informasi secara singkat dan padat untuk menghadapi ulangan yang akan dihapal kelak. Jika dilakukan dengan benar, pembuatan catatan juga membantu mengorganisasikan informasi sehingga informasi itu dapat diproses dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada secara lebih efektif.

Dalam mencatat tidak sekedar mencatat, tetapi mencatat yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar. Oleh karena itu membuat catatan tidak boleh sembarangan, karena dapat mendatangkan kerugian material dan pemikiran. Selain itu akan sia-sia catatan tersebut, karena tidak dapat digunakan untuk kepentingan kemajuan dan kesuksesan belajar. Catatan berguna untuk beberapa hal antara lain:18

16

Tony Buzan, Use Your Head: Gunakan Kepala Anda, (Batam: Interaksara, 2006), h. 25

17

Femi Olivia, Teknik Meringkas, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2009), h. 71

18


(26)

1) Membuat informasi menjadi tertulis dan permanen. 2) Mengetahui ide utama dari bahan pelajaran.

3) Membantu mengingat informasi. 4) Membantu dalam memahami informasi.

5) Sewaktu-waktu dapat ditunjukan kepada orang lain.

Kegiatan menulis mempunyai peranan penting bagi siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan mendalami bahan ajar. Oleh karena itu, sudah selayaknya kegiatan menulis menjadi aktivitas penting dalam setiap pembelajaran di sekolah. Menulis tidak hanya bergantung pada proses kognitif tetapi juga dapat memberii penguatan afektif terhadap proses membaca. Jadi menulis merupakan alat belajar yang perlu mendapat perhatian serius di sekolah.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Mind Mapping

Bentuk dari Mind Mapping sangat variatif tergantung cara berfikir seseorang, tetapi ada suatu syarat bahwa sebuah Mind Mapping dapat dikatakan Mind Mapping yang “baik”. Syarat-syaratnya yaitu, mengandung gambar, menggunakan berbagai macam warna, konektor/ penghubung tidak saling berpotongan, hanya mengandung kata topik saja bukan kalimat yang panjang. 19

Adapun langkah-langkah pembuatan Mind Mapping adalah sebagai berikut:20

1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar (landscape). Karena memulai dari tengah memberii kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah. 2) Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama. Karena sebuah gambar

bermakna seribu kata dan membantu menggunakan imajinasi. Sebuah

19

Muhammad Iqbal Faruqi, Penggunaan Graf dalam Mind-Mapping serta

Kegunaannya dalam Kehidupan Sehari-hari. tersedia di

www.informatika.org/~rinaldi/Matdis/2008.../Makalah0809-031.pdf. diakses pada 23 Februari 2010, h. 2

20


(27)

gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap terfokus, membatu konsentrasi, dan mengaktifkan otak.

3) Gunakan berbagai warna. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat Mind Mapping lebih hidup dan menyenangkan.

4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Hal ini berkaitan dengan prinsip kerja otak, dimana otak bekerja menurut asosiasi, yaitu mengaitkan dua hal atau lebih sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang konsep, kita akan lebih mudah mengartikan dan mengingat suatu konsep.

5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena garis lurus akan membosankan.

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci tunggal memberii lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Mapping. 7) Gunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar

bermakna seribu makna.

Adapun contoh Mind Mapping dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.


(28)

Dalam pembuatan catatan dengan teknik Mind Mapping terdapat beberapa alat bantu yang dapat digunakan, antara lain:21

1) Anak panah

Anak panah dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana konsep yang muncul pada bagian lain dari suatu pola saling berhubungan.

2) Kode

Tanda bintang, tanda seru, dan tanda Tanya dapat digunakan disamping kata untuk menunjukkan hubungan.

3) Bentuk geometri

Bujur sangkar, lingkaran, dan elips dapat digunakan untuk menandai suatu bidang atau kata yang memiliki persamaan sifat. 4) Gambar kreativitas

Kreativitas dapat digabungkan dengan penggunaan dimensi dengan membuat berbagai aspek pola yang cocok dengan topik.

5) Warna

Warna sangat berguna sebagai alat bantu memori dan kreatif. Warna dapat digunakan untuk menandai batas-batas antara bidang utama dari suatu pola.

c. Implikasi Mind Mapping Dalam Pembelajaran

Dalam belajar biasanya siswa sulit mengingat materi pelajaran yang terdapat dalam buku teks, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami isi buku teks tersebut. Oleh karena itu, dalam belajar perlu menggunakan teknik mencatat yang lebih efisien dan mudah, yaitu dengan teknik Mind Mapping. Dengan menggunakan teknik ini kita dapat melihat pelajaran yang dipelajari secara keseluruhan dan mudah untuk diingat kembali.

Aplikasi Mind Mapping dalam proses pembelajaran terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu: 22

21


(29)

1) Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberii gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal Semester, Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat Master Mind Mapping yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu Semester yang biasanya sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan.

2) Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada Overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari Silabus. Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah Preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah Inview.

3) Inview: Tinjauan Mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama Inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.

4) Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa

22

Djoha, Aplikasi Real-time Buzan Mind Mapping, Indomindmap Learning Center – ILC, 2008, Applied RT-MM pdf. Tersedia di http://www.paxhigh.com/doc/applied-rt-mm.pdf, diakses 03 Juni 2010, h. 8-10


(30)

untuk fokus dalam mempelajari-ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

Mind Mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada , sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. dengan penggunaan warna dan simbol-simbol yang menarik akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar

Sebagian besar orang hanya menggunakan otak kirinya sebagai berkomunikasi dan perolehan informasi dalam bentuk verbal ataupun tertulis. Bidang pendidikan, bisnis, dan sains cenderung yang digunakan adalah otak belahan kiri. Dalam proses belajar siswa selalu dituntut untuk mempergunakan belahan otak kiri ketika menerima materi pelajaran. Materi pelajaran akan diubah dan diolah dalam bentuk ingatan. Terkadang siswa tidak dapat mempertahankaan ingatan tersebut dalan jangka waktu yang lama. Hal itu disebabkan karena tidak adanya keseimbangan antara kedua belahan otak yang akhirnya dapat menimbulkan terganggunya kesehatan fisik dan mental seseorang.

Informasi yang diperloleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Ingatan jangka pendek yang diubah menjadi sebuah ingatan jangka panjang memerlukan keterlibaan kerja sistem limbik. Siswa menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.

Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat,


(31)

didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan.

Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran.

Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Teknik mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian. Pertama catat, tulis, susun, yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh kali lipat. Catat, tulis, susun, menghubungkan apa yang didengarkan menjadi poin-poin utama dan menuliskan pemikiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari.23

Adapun keunggulan teknik mencatat dengan menggunakan Mind Mapping antara lain adalah sebagai berikut:24

1) Ide utama materi pelajaran ditentukan secara jelas.

2) Menarik perhatian mata dan otak kita sehingga memudahkan konsentrasi.

3) Dapat melihat gambaran secara menyeluruh dan detailnya. 4) Hubungan antar informasi yang satu dengan yang lainnya jelas. 5) Terdapat pengelompokan informasi.

23

Bobbi De Porter, dkk, Quantum Learning…, h. 152

24


(32)

6) Prosesnya menyenangkan, tidak membosankan karena banyak menggunakan unsur otak kanan seperti gambar, warna dan dimensi. 7) Sifatnya unik sehingga mudah diingat.

Adapun manfaat yang diperoleh dengan menggunakan teknik mencatat Mind Mapping ini diantaranya adalah:25

1) Anak cukup belajar dari kata-kata kunci yang penting saja.

2) Menghemat waktu membaca catatan sampai 95 % karena cukup membaca kata kuncinya saja.

3) Pada saat bersamaan anak dapat melihat keseluruhan materi secara utuh (overview) dan sekaligus detailnya (inview).

4) Adanya hubungan antar informasi yang lebih jelas sehingga membantu meningkatkan pemahaman anak.

5) Adanya hierarki informasi, mana yang sangat penting, penting, kurang penting, dan tidak penting. Semakin dekat ke pusat pemikiran, maka informasi semakin penting. Dan sebaliknya, semakin menjauhi pusat pemikiran, informasi itu sifatnya detail dan kurang penting. Informasi yang disusun secara hierarki akan mudah dipahami oleh otak.

6) Otak merasa lebih menyenangkan (fun) sehingga belajar lebih menyenangkan.

d. Rubric AssessmentMind Mapping

Untuk menilai Mind Mapping digunakan rubric assessment yang diadopsi dari University of Minnesota and Marieke van Dijk. Adapun kriteria penilaiannya meliputi 3 bagian, yaitu (a) Mind Map, meliputi 4 aspek yakni struktur (structure), hubungan dengan ide (relationships), komunikasi (communication), eksplorasi (exploratory), (b) Teks meliputi 2 aspek penilaian yaitu komunikasi (communication) dan hubungan dengan ide (relationships), dan (c) lainnya meliputi 2 aspek penilaian

25


(33)

yaitu, relevansi artikel yang dipilih (article chosen is relevant), dan tugas dikumpulkan tepat waktu (assignment was completed on time).26

Table 2.3 Rubric Assessment Tugas Mind Mapping Acuan standar penilaian tugas mind mapping siswa

Nama : No absen : Skor total : 20

Kriteria Poin Komentar

A. Mind Map Struktur (S)

Hubungan dengan ide (R)

Komunikasi (C) Eksplorasi (E) B. Teks

Komunikasi (C) Hubungan dengan ide

(R) C. Lainnya

Relevansi artikel yang dipilih (bila

menggunakan sumber lain)

Tugas lengkap pada waktunya

Keterangan:

a. Mind Map (total poin 12)

1) Struktur (S): Struktur non linear yang dilengkapi dengan gambar yang menjelaskan ide secara lengkap (3 poin)

2) Hubungan dengan ide (R): Relatif pentingnya ide dan hubungan dipetakan dengan sangat efektif (3 poin)

3) Komunikasi (C): Informasi dituangkan dengan jelas dan dalam tingkatan pemahaman yang baik (3 poin)

4) Eksplorasi (E): Peta menunjukkan pemikiran efektif antara makna dengan ide, tema, dan kerangka (3 poin)

26

University of Minnesota and Marieke van Dijk, Published by the digital media center (DMC), diakses pada 06 Juni 2010 di mc@umn.edu.


(34)

b. Teks (total poin 6)

1)Komunikasi (C): Informasi dituangkan dengan jelas dan dalam tingkatan pemahaman yang tinggi (3 poin)

2)Hubungan dengan ide (R): Relatif pentingnya ide dan hubungan dipetakan dengan sangat efektif (3 poin)

c. Lainnya (total poin 2)

1)Relevan dengan artikel/wacana: tulisan dengan kualitas ilmiah (1 poin)

2)Tugas dikerjakan tepat waktu (1 poin)

3. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan tersebut bersifat secara relatif konstan dan berbekas.27 Menurut Hilgard dan Brower dalam Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengelamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Belajar juga merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.28

Menurut psikologi gestalt belajar akan terjadi jika ada pengertian (Insight). Pengertian atau (Insight) muncul jika seseorang mencoba memahami suatu masalah setelah beberapa saat. Secara singkat belajar menurut psikologi Gestalt dapat diasumsikan sebagai berikut: pertama, pemahaman atau (Insight) merupakan factor penting dalam belajar.

27

W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran. (Jakarta: Grasindo, 1996), h. 53.

28

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h. 84


(35)

Dengan belajar seseorang akan memahami hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua, pribadi memegang peranan yang paling sentral, karena belajar dilakukan dengan sadar dan bertujuan.29

Sedangkan menurut Yamin belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang.30 Para ahli psikologi pendidikan menekankan supaya pembentukan perilaku yang baik sudah dimulai pada masa kecil seperti membiasakan melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik.

Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek kejiwaan seperti intelejensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya.31

Menurut Muhibin Syah, belajar adalah kegiatan yang berproses dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidika itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.32

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is devined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.33

Menurut teori konstruktivisme, jika dipandang dari pendekatan kognitif, belajar hanya sebagai perolehan informasi yang terjadi secara

29

M. Ngalim Purwanto, Psikologi…, h. 101

30

Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: Gaung Persada Press), h. 120

31

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 49

32

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003. H. 89

33


(36)

satu arah dari luar ke dalam diri siswa, tetapi merupakan pemberian makna oleh siswa terhadap pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi.34

Dari beberapa definisi mengenai belajar dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha dan perbuatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku akibat pengalaman yang didapat melalui pengalaman, pendengaran, membaca, dan meniru. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan akan memperoleh pengalaman baru dalam hidupnya.

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan tingkah laku, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan daya pikirnya. Selain itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan terjadi perubahan yang bersentuhan dengan aspek yang mempengaruhi tingkah laku.

Beberapa ahli mencoba mengkategorikan jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar, salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom (Taksonomi Bloom). Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan, pertama tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku, yang dimaksud dengan taksonomi disini ialah berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Ada tiga macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga, tujuan yang lebih jelas dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris menganggap bahwa taksonomi yang dikemukakan Bloom adalah sangat bersifat mental.35

34

C Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.58

35

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 115


(37)

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan realisasi penekanan dari kecakapan atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik.36

Tenaga pendidik yang professional seyogianya melihat hasil belajar siswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh. Seorang siswa yang menempuh proses belajar, idealnya ditandai dengan munculnya pengalaman-pengalaman psikologis baru yang positif, yang diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak).37

Penilaian hasil belajar siswa yang diberikan oleh guru sebenarnya tidak hanya menilai hasil usaha siswanya saja tetapi juga menilai hasil usaha guru itu sendiri, menilai hasil belajar siswa berfungsi untuk membantu guru dalam menilai kesiapan anak pada suatu mata pelajaran, mengetahui status anak dalam kelas, membantu guru dalam usaha memperbaiki metode belajar mengajar. Selain bagi guru kegunaan hasil belajar bagi administrator adalah untuk memberii laporan kemajuan siswa kepada orang tua, memberi ikhtisar mengenai hasil usaha yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan.38

Hasil belajar bidang kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, menerapkan, menganalisis, mengorganisasi, dan menilai. Sedangkan bidang afektif mencakup sikap menerima, memberiikan respon, nilai organisasi, dan karakterisasi. Bidang psikomotorik nampak dalam bentuk keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, menajerial, dan intelektual. Hasil belajar biologi dapat dicapai oleh siswa dalam memahami

36

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h. 101-103

37

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan…, h. 96

38

Sukmadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 299-302


(38)

konsep biologi untuk memecahkan masalah-masalah biologi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar.

Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu.

Gagne dan Bloom menyatakan bahwa terdapat tiga dimensi hasil belajar yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dn memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, dan pengetahuan evaluatif. Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Sedangkan dimensi psikomotor adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan motorik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan strategi kognitif yang baru dan diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana pembelajaran.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:39

1. Faktor internal

39


(39)

Faktor ini berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yaitu: (1) aspek fisiologis (bersifat jasmaniah), (2) aspek psikologis (bersifat rohaniah).

a. Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Kondisi organ tubuh yang kurang fit dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari kurang atau tidak berbekas.

Kondisi organ-organ khusus siswa seperti indera pendengar dan indera penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan yang didapat di kelas. Untuk itu dibutuhkan pola hidup yang sehat dan teratur agar tercipta kelancaran dalam proses kegiatan belajar.

b. Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa diantaranya adalah:

1) Inteligensi siswa

Pada umunya inteligensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Inteligensi (IQ) sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

2) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (resposen tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

Seorang guru dituntut terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran


(40)

yang akan disampaikan. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. Jadi seorang guru tidak hanya menguasai mata pelajaran saja tetapi juga mampu meyakinkan siswa manfaat pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

3) Bakat siswa

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

4) Minat siswa

Minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa.

5) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Menurut Gleitmen dan Reber dalam Muhibin Syah, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni; faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah lingkungan yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa, yang termasuk lingkungan sosial siswa yaitu sekolah, masyarakat, tetangga, dan teman sepermainan di lingkungan sekitar tempat tinggal siswa.

b. Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa


(41)

dan letaknya, peralatan belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa. Hal ini turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Strategi dalam hal ini merupakan seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar. Faktor ini juga dapat mempengaruhi taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Nurlaila, dengan judul “Pengaruh Penggunaan Mind Map Terhadap Retensi Siswa SMA Kelas X pada Pembelajaran Konsep Jamur”. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa skor rata-rata retensi kelompok eksperimen sebesar 94 % lebih tinggi daripada kelompok kontrol sebesar 89%. Hasil tersebut menunjukan bahwa Mind Map memiliki pengaruh yang positif terhadap retensi siswa.40

Taopik Hidayat, dengan judul ” Korelasi antara Kemampuan Membaca Kritis Teks Biologi Melalui Mind Map Dengan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem Saraf”. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,87, hubungan kedua variable tersebut signifikan karena thitung >ttabel. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan membaca kritis melalui Mind Map dengan hasil belajar siswa pada konsep sistem saraf.41

Lies Lisnawati, dengan judul “Implementasi Mind Maping dalam pembelajaran sub konsep sistem reproduksi manusia di SMA”. Kesimpulan

40

Nurlaila, Pengaruh Penggunaan Mind Map Terhadap Retensi Siswa SMA Kelas X pada Pembelajaran Konsep Jamur, Skripsi pendidikan MIPA-UPI Bandung, 2008, h. 54

41

Taopik Hidayat, Korelasi antara Kemampuan Membaca Kritis Teks Biologi Melalui Mind Map Dengan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem Saraf, Skripsi pendidikan MIPA-UPI Bandung, 2008, h. 58


(42)

dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem reproduksi pada manusia. Hasil belajar siswa yang meningkat meliputi penguasaan konsep dan Mind Mapping I dan II.42

Ida Bagus Putu Arnyana, dengan judul “Pengembangan peta pikiran untuk peningkatan kecakapan berpikir kreatif siswa”.Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peta pikiran dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif, yang meliputi: (1) menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang lain, (2) menghasilkan gagasan yang tidak terbatas atau menghasilkan banyak ide, (3) mampu berpikir dari yang umum ke hal-hal yang lebih detail. (4) mampu menilai karya sendiri sehingga ingin selalu memperbaikinya, dan (5) melihat permasalahan dari berbagai aspek.43

Noor Zurina bt. Kassim dkk, dengan judul penggunaan peta minda dan gambar rajah dalam meningkatkan Keberkesanan pelajar menjawab soalan esei bagi topik ‘molecules of life’ dan ‘Biocatalysis’. kesimpulan dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan peta pikiran dan gambar rajah menunjukkan adanya perubahan dalam pencapaian dan penguasaan kemahiran pelajar dalam menjawab soal esei biologi.44

Alma Mueller dkk, dengan judul “Joining mind mapping and care planning to enhance student critical thinking and achieve holistic nursing care”. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah Mind Mapping memungkinkan siswa untuk memahami materi dibandingkan dengan menyalinnya dari buku.45

42

Lies Lisnawati, Implementasi Mind Maping dalam Pembelajaran Sub Konsep Sistem Reproduksi Manusia di SMA, Skripsi pendidikan MIPA-UPI Bandung, 2006, h. 58

43

Ida Bagus Putu Arnyana, Pengembangan Peta Pikiran Untuk Peningkatan

kecakapan Berpikir Kreatif Siswa, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH

XXXX Juli 2007, h. 681

44

Noor Zurina bt. Kassim dkk, Penggunaan Peta Minda dan Gambar Rajah Dalam Meningkatkan Keberkesanan Pelajar Menjawab Soalan Esei Bagi Topik Molecules of Life

dan Biocatalysis, Unit Biologi Kolej Matrikulasi Perak, 2007, h. 10

45

Alma Mueller, et al. Joining Mind Mapping and Care Planning to Enhance student

critical thingking and Achieve Holistic Nursing Care, Nursing diagnosis volume 13, No.1,


(43)

John W. Budd, dengan judul ” Mind Maps as Classroom Exercises”. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah tugas Mind Maps dapat mendorong siswa untuk aktif dalam belajar, memungkinkan siswa bekerja sama dalam kelompok dan meningkatkan kerjasama diantara siswa, dan memungkinkan munculnya bakat dan cara belajar yang baru.46

C. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang bertujuan untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap sehingga dapat mengubah perilaku seseorang secara bertahap. Biologi merupakan salah satu pelajaran sains yang banyak menggunakan sains sebagai konten, maka biologi berisikan konsep-konsep yang telah ada yang menuntut siswa untuk hapal dan paham. Dalam belajar biologi siswa lebih dituntut aktif salah satunya dengan membaca dan memahami konsep. Oleh karena itu dibutuhkan suasana belajar yang bersifat student centred.

Namun sistem pembelajaran yang berjalan saat ini masih banyak yang bersifat teacher centred dan , sehingga belum mendukung untuk menjadikan siswa aktif dan memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru biologi masih banyak yang mengajar dengan asumsi bahwa pengetahuan ditransfer sebanyak mungkin kepada siswa tanpa memperhatikan sejauh mana siswa memahami konsep yang dipelajari.

Guru memegang peranan penting dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru berperan sebagai fasilitator, organisator, motivator dan model bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam hal ini semua faktor berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Semua itu sangat menentukan keberhasilan siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran di kelas.

Keberhasilan pembelajaran juga ditentukan oleh pemilihan dan penerapan metode dan strategi yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran di

46

John W. Budd, Mind Maps as Classroom Exercises, Industrial Relations Landgrant Term Professor Industrial Relations Center University of Minnesota, Avenue South Minneapolis, 2003, h. 12


(44)

kelas. Hal ini akan membantu guru dalam mengelola situasi kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, guru dituntut agar mampu menerapkan metode dengan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping menuntut siswa agar aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pendekatan konstruktivisme memfokuskan secara eksklusif pada proses dimana siswa secara individual aktif mengkonstruksi realitas biologi mereka sendiri. Sedangkan teknik Mind Mapping dapat menuntut siswa agar kreatif dalam membuat catatan materi pelajaran, sehingga catatan tersebut dapat membantu siswa dalam memahami materi biologi. Selain itu, pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping diharapkan mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar dan guru berperan sebagai fasilitator, organisator dan motivator bagi siswa. Dengan demikian diduga bahwa pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa.


(45)

Gambar 2.5 Bagan kerangka piker

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut: “Terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping terhadap hasil belajar biologi siswa.”

Pembelajaran yang masih bersifat teacher centred

Pembelajaran langsung yang menekankan pada pemberian informasi

Hasil belajar biologi yang rendah Siswa mengalami kesulitan memahami

suatu konsep

Penerapan pendekatan konstruktivisme dengan

teknik Mind Mapping

Hasil belajar meningkat Siswa membuat catatan dengan memetakan ide pikiran materi secara


(46)

38

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011, pada bulan Agustus-September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bogor yang berlokasi di jalan Padjadjaran No. 6 Kota Bogor Jawa Barat.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen atau eksperimen semu, yaitu metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk sebab akibat melalui adanya perlakuan dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh perlakuan tersebut. Karena berbagai hal yang berkenaan dengan pengontrolan variable, sehingga sulit digunakan eksperimen murni.1

Sampel dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan treatment (perlakuan khusus) berupa pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping. Sedangkan pada kelompok kontrol, Peneliti melakukan proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Desain penelitian yang digunakan adalah Desain Kelompok Kontrol Prates-Pascates (Pretest-Posttest Kontrol Group Design). Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:2

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

R1 O1 X O2

R2 O3 - O4

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), h. 207

2

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 76


(47)

Keterangan:

R1 = Kelompok Eksperimen R2 = Kelompok Kontrol

X = Perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping

1

O = Pretes

2

O = Postes

3

O = Pretes

4

O = Postes

Dalam desain ini, kedua kelompok diberi tes awal (pretes) dengan tes yang sama. Tes ini diberikan pada awal pembelajaran untuk mengukur seberapa jauh siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari. Kemudian kelompok A sebagai kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus, sedangkan kelompok B diberi perlakuan seperti biasanya. Setelah beberapa saat, kedua kelompok di tes dengan tes yang sama sebagai tes akhir (postes). Tes ini diberikan pada akhir pembelajaran untuk mengukur penguasaan kompetensi tertentu seperti yang dirumuskan dalam indikator hasil belajar.3 Hasil kedua tes akhir diperbandingkan (diuji perbedaannya). Perbedaan yang berarti (signifikan) antara kedua hasil tes akhir (postes) pada kelompok eksperimen menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi target penelitian adalah seluruh siswa di MAN 2 Kota Bogor, sedangkan yang menjadi populasi terjangkaunya adalah siswa kelas X. Dalam pengambilan sampel, Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu memilih subjek bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu.4 Pemilihan sampel berdasarkan tujuan peneliti dengan cara melihat nilai rata-rata hasil pretes.

3

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 236

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 139-140


(48)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes (objektif) dan nontes (lembar observasi dan rubric assessment). Dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data Sumber

data

Jenis data Teknik pengumpulan data

Instrumen penelitian Siswa Hasil belajar

siswa sebelum dan sesudah dilakukan

perlakuan dengan pendekatan konstruktivisme dengan teknik Mind Mapping

Melaksanakan pretes dan postes

Butir soal pilihan ganda

Siswa Hasil pengamatan aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran

Mengamati melalui lembar observasi

Lembar observasi

Siswa Mind Mapping Rubric assessment

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu, tes hasil belajar, observasi interaksi pembelajaran di kelas dan rubric assessment. Tes hasil belajar diberikan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam topik yang diajarkan. Observasi interaksi pembelajaran dilakukan untuk melihat kuantitas interaksi yang terjadi antara guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan rubric assessment diberikan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat Mind Mapping.

Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan, yaitu; a, b, c, d, dan e sebanyak


(49)

25 soal. Instrumen ini mengukur aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4). Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji cobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya bedanya sehingga instrument yang dipakai telah layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Adapun kisi-kisi instrumen tes kognitif pada konsep virus dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Kompetensi

dasar

Indikator Tingkat pengetahuan dan nomor butir

Jumlah Soal

C1 C2 C3 C4

2.1 Mendeskripsika n ciri-ciri replikasi dan peran virus dalam kehidupan  Mengidentifi kasi ciri-ciri virus 1, 2, 4

3 4

 Mendeskripsi kan habitat virus

6, 7 5, 8 4

 Mendeskripsi kan klasifikasi virus 11, 12

9 10 4

 Mendeskripsi kan sistem reproduksi virus 13, 14, 18 15, 16 17, 19 7  Mendeskripsi kan peranan virus dalam kehidupan 20, 21, 22 3  Mendeskripsi kan manfaat virus dalam kehidupan

23 24, 25

3

Jumlah 14 6 3 2 25

F. Kalibrasi Instrumen Tes

Dalam hal ini, tes yang diberikan sebelumnya telah memenuhi dua hal, yakni ketepatannya (validitas) dan keajegan (realibilitas).


(50)

1. Validitas

Validitas adalah ketetapan alat penilaian pada suatu konsep yang akan dinilai sehingga menilai sesuai dengan keharusan mana yang harus dinilai. Validitas suatu tes dikatakan valid apabila tes itu mengukur apa yang hendak diukur.5

Untuk menguji validitas digunakan rumus poin biserial ( pbi).6 pbi=

dimana:

pbi = Koefisien korelasi biserial

= rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari

validitasnya = Rerata skor total

= Standar deviasi dari skor total = Proporsi siswa yang menjawab benar = Proporsi siswa yang menjawab salah

Secara empirik, tinggi rendahnya validitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien validitas.7

Dengan besar koefisien korelasi sebagai berikut:8 1) Antara 0,8 sampai dengan 1,0 = sangat tinggi 2) Antara 0,6 sampai dengan 0,8 = tinggi 3) Antara 0,4 sampai dengan 0,6 = cukup 4) Antara 0,2 sampai dengan 0,4 = rendah 5) Antara 0,0 sampai dengan 0,2 = sangat rendah

Untuk mengukur keabsahan tes kognitif dilakukan dengan menggunakan program ANATES.

Berdasarkan hasil perhitungan ANATES, dari 40 butir soal yang diuji cobakan terdapat 25 butir soal yang valid.

5

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 65

6

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi…, h. 72

7

Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet 1, h. 105

8


(1)

iv

d. Rubric Assessment Mind Mapping ...24

3. Hakikat Hasil Belajar ...26

a. Pengertian Belajar ...26

b. Pengertian Hasil Belajar ...29

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ...30

B. Hasil Penelitian yang Relevan ...33

C. Kerangka Berpikir ...35

D. Hipotesis Penelitian ...37

BAB III METODOLOGIPENELITIAN ...38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...38

B. Metode dan Desain Penelitian. ...38

C. Populasi dan Sampel ...39

D. Teknik Pengumpulan Data ...40

E. Instrumen Penelitian ...40

F. Kaliberasi Instrumen Tes ...41

1. Validitas ...42

2. Reliabilitas ...43

3. Tingkat kesukaran ...43

4. Daya pembeda ...44

G. Teknik Analisis Data ...44

1. Analisis Data Kuantitatif ...44

a. Normal gain ...45

b. Uji normalitas ...46

c. Uji homogenitas ...47

d. Uji Hipotesis ...47

2. Analisis data kualitatif ...48

a. Analisis Rubric Assessment Mind Mapping ...48

b. Hasil Observasi ...50


(2)

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...51

A. Deskripsi Data ...51

1. Data Hasil Pretes ...51

2. Hasil Uji Data Postes ...52

3. Normal Gain ...53

4. Pengujian Prasyarat Analisis Data ...54

a. Uji normalitas data kelompok eksperimen dan kontrol ...54

b. Uji Homogenitas ...55

c. Uji Hipotesis ...55

5. Data Hasil Observasi ...56

6. Skor Mind Mapping Kelompok Eksperimen ...57

B. Pembahasan . ...58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...62

A. Kesimpulan ...62

B. Saran ...62

DAFTAR PUSTAKA ...64


(3)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Membangun Pengetahuan Ilmiah ...14

Gambar 2.2 Contoh Mind Mapping Buatan Peneliti ...19

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir ...37

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Kontrol dan


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Assessment Rubric Tugas Mind Mapping ...25

Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data ...40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar ...41

Table 3.3 Assessment Rubric Mind Mapping ...49

Tabel 3.4 Kriteria Assessment Rubric ...49

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Pretes Kelompok Kontrol dan Eksperimen... 52

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Hasil Postes Kelompok Kontrol dan Eksperimen ...52

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Normal Gain ...53

Tabel 4.4 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...54

Tabel 4.5 Perhitungan Uji Homogenitas ...55

Tabel 4.6 Pengujian Hipotesis Nilai Postes dengan Uji-t Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...56

Tabel 4.7 Rekapitulasi Skor Mind Mapping ...57


(5)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Tes kognitif ... 67

Lampiran 2 Kisi-kisi Soal Uji Kognitif ... 87

Lampiran 3 Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen ... 88

Lampiran 4 Instrumen hasil Belajar ... 90

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 95

Lampiran 6 Hand Out 1 ... 105

Lampiran 7 Hand Out1 ... 109

Lampiran 8 Lembar Observasi 1 ... 114

Lampiran 9 Lembar Observasi 2 ... 116

Lampiran 10 Hasil Observasi ... 118

Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 120

Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 125

Lampiran 13 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 131

Lampiran 14 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 132

Lampiran 15 Persiapan Uji Normalitas N-gain Eksperimen ... 134

Lampiran 16 Uji Normalitas N-gain Eksperimen ... 135

Lampiran 17 Persiapan Uji Normalitas N-gain Kontrol ... 136

Lampiran 18 Uji Normalitas N-gain Kontrol ... 137

Lampiran 19 Persiapan Uji Homogenitas Pretes ... 138

Lampiran 20 Persiapan Uji Homogenitas Postes... 140

Lampiran 21 Uji Hipotesis Data Pretes ... 142

Lampiran 22 Uji Hipotesis Data Postes ... 144

Lampiran 23 Skor Mind Mapping ... 146

Lampiran 24 Mind Mapping 1 Skor Tertinggi ... 147

Lampiran 25 Mind Mapping 1 Skor Terendah ... 149

Lampiran 26 Mind Mapping 2 Skor Tertinggi ... 150


(6)

Dokumen yang terkait

Aplikasi strategi pembelajaran aktif teknik mind map dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam di MI Assholihiyah Rumpin Bogor : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas I

7 54 117

Pengaruh Model Pembelajaran Resiprocal Teaching Terintegrasi Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Sirkulasi

0 7 186

Pengaruh Metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Optik

0 26 211

Artikel Publikasi : PENGARUH STRATEGI MIND MAPPING DENGAN MEDIA BENDA Pengaruh Mind Mapping dengan Media Benda Konkret Terhadap Hasil Belajar Siswa.

0 1 13

PENGARUH STRATEGI MIND MAPPING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA Pengaruh Mind Mapping dengan Media Benda Konkret Terhadap Hasil Belajar Siswa.

0 3 17

PENDAHULUAN Pengaruh Mind Mapping dengan Media Benda Konkret Terhadap Hasil Belajar Siswa.

0 2 5

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN TEKNIK MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS XI SMAN 7 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN

0 0 85

USUL PENELITIAN PENGARUH METODE BELAJAR DENGAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA KEDOTERAN UNILA | Karya Tulis Ilmiah

0 0 41

USUL PENELITIAN PENGARUH METODE BELAJAR DENGAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA KEDOTERAN UNILA

0 0 17

PENGARUH STRATEGI QUANTUM LEARNING TEKNIK MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM EKSKRESI

0 0 11