Pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap penguasaan konsep biologi berbasis nilai: quasi eksperimen pada siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta

(1)

(Quasi

Eksperimen Pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta

)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd) Program Studi Pendidikan Biologi

APRITA SARI 104016100396

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H/2009


(2)

(3)

(4)

i

Pembangunan UIN Jakarta). Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Biologi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2010.

Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme. Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa tidak hanya akan menghafalkan istilah-istilah biologi saja, tetapi juga memahami konsep-konsep dari rumus tersebut sebagai hasil dari proses berfikir mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penguasaan konsep pada pembelajaran biologi berbasis nilai melalui model reciprocal teaching pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian One-Group Pretest-Postest Design Populasi target adalah seluruh siswa MTs Pembangunan Jakarta semester II Tahun Ajaran 2008/2009. Populasi terjangkau adalah siswa kelas VIII. Sampel diambil sebanyak satu kelas yaitu kelas VIII-F dengan teknik purposive sampling.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (1) soal test kognitif, (2) lembar observasi, (3) wawancara, dan (4) angket.

Berdasarkan rata-rata skor pretest danposttest penguasaan konsep, tingkat penguasaan konsep awal siswa tergolong kurang (36.21) sedangkan tingkat penguasaan konsep akhir siswa tergolong cukup (65.15). Selain itu, hasil dari perhitungan n-gain diperoleh rata-rata 0.45 dan termasuk kriteria cukup. Data aktivitas siswa yang disajikan dalam bentuk lembar observasi, rata-rata pencapaian aktivitas siswa adalah 48.2% termasuk dalam kategori cukup. Dari hasil angket siswa yang diberikan untuk mengetahui pendapat siswa tentang model pembelajaran reciprocal teaching, dapat diketahui bahwa mereka merasa lebih mudah dalam memahami mated struktur dan fungsi organ pada tumbuhan, terutama dengan aktivitas membaca. Sedangkan dari hasil kuesioner pendidikan nilai yang memuat tiga pertanyaan terbuka terkait pendapat mengenai pendidikan nilai yang terkandung dalam materi struktur dan fungsi organ pada tumbuhan. Sebagian besar pendapat mereka mendekati jawaban yang peneliti harapkan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat memahami keterkaitan pendidikan nilai yang terkandung dalam materi struktur dan fungsi organ pada tumbuhan. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model reciprocal teaching yang signifikan terhadap penguasaan konsep pada pembelajaran biologi berbasis nilai.


(5)

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul "Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Terhadap Penguasaan Konsep Biologi Berbasis Nilai(Quasi Eksperimen Pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta)" dengan baik. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan (S.Pd.). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Alam, sekretaris Jurusan IP A, staf Jurusan IPA beserta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MAdan Nengsih Juanengsih, M.Pd dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan kemudahan selama proses bimbingan serta memberikan saran serta dukungan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.


(6)

guru yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa terima kasih dan hormat saya.

6. Kepada kedua orang tuaku Ayahanda Apri Effendi, S.Pel dan Ibunda Imrana serta adiku Serli, terimakasih selalu mencurahkan kasih sayang, doa, perhatian, motivasi dan kasih sayang maupun dukungan materiil kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini.

7. Suamiku Adi Rohadi yang selalu menjadi inspirator dan motivator bagi penulis.

8. Kepada seluruh teman-teman seperjuanganku di Jurusan IP A Prodi Biologi khususnya angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan teman kost,Terima kasih atas segala perhatian, dukungan, dan motivasinya, semoga silaturrahmi terjalin dan sukses selalu.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki, karena segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Jakarta, 3 Mei 2010


(7)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Manfaaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 9

A. Tinjauan Pustaka... 9

1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching...9

a. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal Teaching... ... 9

b. Pengenalan Reciprocal Teaching ... 12


(8)

vii

2. Penguasaan Konsep dan Pengukurannya ... 22

3. Pengertian Biologi...25

4. Nilai Dalam Pembelajaran Sains ... 26

a. Definisi Nilai ... 26

b. Pembagian Nilai dalam Pembelajaran Sains ... 27

c. Pendidikan dan Nilai ... 29

d. Definisi dan Tujuan Pendidikan Nilai...31

e. Pendidikan Nilai dalam IPA Biologi...31

f. Nilai Religius, Nilai Praktis, dan Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Materi Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan ... 32

5. Struktur Fungsi dan Organ pada Tumbuhan ... 34

B. Kerangka Berpikir ... 36

C. Pengajuan Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Tujuan Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Metode dan Desain Penelitian ... 38

D. Populasi dan Sampel ... 39


(9)

viii

I. Tekhnik Analisa Pengolahan Data ... 45

J. Hipotesis Statistik ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 48

1. Gambaran Proses Pembelajaran ... 48

2. Data Hasil Belajar ... 50

B. Analisis Data ... 50

1. Penguasaan Konsep ... 50

2. Lembar Observasi ... 52

3. Wawancara ... 53

4. Angket Terbuka ... 54

C. Pembahasan ... 55

D. Keterbatasan dalam Penelitian ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen ... 40

Tabel 2. Rekapitulasi Data Penguasaan Konsep ... 50

Tabel 3. Rekapitulasi Kategorisasi N-Gain ... 51

Tabel 4. Hasil Perhitungan Normalitas dengan Uji Liliefors ... 51

Tabel 5. Analisis dan Interpretasi Output Test Statistic ... 52

Tabel 6. Rekapitulasi Data Observasi Aktivitas Siswa ... 52


(11)

x

DAFTAR GAMBAR


(12)

xi

3. Soal Tes Kognitif ... 82

4. Kunci Jawaban ... 88

5. Contoh Lembar Jawaban ... 89

6. Lembar Kerja Siswa ... 90

7. Hasil Perhitungan Anates ... 95

8. Daftar Nilai Pretes-Postes Siswa ... 96

9. Hasil Uji N-Gain ... 97

10. Uji Normalitas ... 98

11. Uji Hipotesis ... 99

12. Rekapitulasi Data Observasi ... 100

13. Rekapitulasi Data Kuesioner ... 101

14. Lembar Observasi ... 102

15. Lembar Angket Nilai... 103


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan berfungsi membantu manusia dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah yang lebih positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan adalah seluruh tahapan pengembangan kemampuan dan perilaku serta proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak pada hasil belajar yang peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dengan pengertian lain, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya1.

Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang merupakan perencanaan secara sistematis yang dibuat oleh guru dalam bentuk satuan pelajaran. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu mengembangkan hasil belajar semaksimal mungkin merupakan tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi penyampaian materi untuk mendesain KBM yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi dan kondisinya. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencoba memunculkan segala kompetensi yang dimiliki oleh siswa yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan sistem ini siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Jadi dalam lingkup ini siswa merupakan subyek belajar.

1

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta:


(14)

Siswa sebagai subyek belajar harus berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai dari peranannya dalam pembelajaran, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, memberi tanggapan, dan lain-lain. Di samping itu, keaktifan siswa merupakan bentuk pembelajaran mandiri, yaitu siswa berusaha mempelajari segala sesuatu atas kehendak dan kemampuannya/ usahanya sendiri, sehingga dalam hal ini guru hanya berperan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator.

Di dalam suatu kelas, tingkat kecerdasan dan keaktifan siswa berbeda-beda. Oleh karena itu, guru harus mampu memperlakukan siswa dengan baik berdasarkan tingkat kecerdasannya dan mampu membuat semua siswa aktif dalam pembelajaran.

Biologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu „biosdan „logos’

yang artinya „hidup’ dan „ilmu’. Jadi secara sederhana Biologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang hidup. Pengertian ini kemudian berkembang dan disempurnakan sehingga mencakup seluruh objek atau kajiannya yang sangat luas itu. Definisi Biologi yang lebih lengkap tersebut adalah sebagai berikut;

Biologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dan gejala kehidupan. Objek atau kajian dalam Biologi meliputi kelima Kingdom/Regnum dan Virus. Kelima Kingdom tersebut adalah Animalia (hewan), Plantae (tumbuhan), Fungi

(jamur), Protista dan Monera.

Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat luas, bersentuhan dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali dipandang sebagai ilmu yang mandiri. Namun, pencabangan biologi selalu mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus: keanekaragaman

(berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antar unit kehidupan serta antara unit kehidupan dengan lingkungannya).

Adapun objek-objek tersebut selanjutnya akan dikaji lebih jauh mulai dari lingkup yang paling kecil yaitu molekul hingga lingkup bioma di permukaan bumi. Dimana interaksi antarbioma di permukaan bumi ini membentuk lapisan makhluk hidup di bumi yang dikenal sebagai Biosfer.


(15)

Kemudian bagaimanakah caranya mempelajari Biologi yang objek/kajiannya sangat luas itu, caranya adalah dengan memilah-milah materi-materinya berdasarkan objek atau kajiannya, baru kemudian mempelajarinya secara lebih mendalam pada setiap objek/kajian tersebut.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa mempelajari IPA khususnya biologi tidak cukup sekedar menghafal suatu konsep melalui buku pelajaran namun lebih dari itu belajar IPA pada hakekatnya merupakan suatu produk dan proses yang satu sama lain saling mendukung. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai kesatuan cara, misalnya pengamatan terhadap suatu objek atau gejala, pengukuran, meramalkan, menguji data, dan melakukan percobaan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA memerlukian pemberdayaan secara optimal semua perangkat pembelajaran yang mendukung, diantaranya pemilihan metode dan pendekatan yang tepat serta penggunaan semaksimal mungkin sumber-sumber belajar yang ada.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa, saat ini pembelajaran biologi masih terfokus kepada guru sebagai tokoh utama dalam kegiatan belajar mengajar (teacher centered) tanpa berorientasi kepada siswa. Dalam

teacher centered ini masih ada kelemahannya. Guru lebih menekankan kepada penguasaan konsep biologi kepada siswa, dan kurang memperhatikan bagaimana konsep itu diperoleh2. Pembelajaran biologi selama ini terkesan lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja.

Pada umumnya metode ceramah masih mendominasi dalam pembelajaran biologi. Hal ini menumbuhkan ketergantungan siswa terhadap gurunya sehingga mereka tidak mampu belajar mandiri dan tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan pemahamannya terhadap pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya. Siswa lebih sering memahami sesuatu jika dalam proses pembelajaran didapatkan pengalaman yang berkesan serta tantangan yang menuntut mereka untuk lebih mengasah pemikirannya.

2

Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera


(16)

Prinsip kontruktivisme adalah suatu prinsip dalam pengajaran yang mengharuskan siswa belajar dengan cara membangun pengetahuannya. Dalam pendidikan sains juga telah lama diusahakan agar partisipasi murid dalam membangun pengetahuannya lebih ditekankan. Semua itu menunjukkan bahwa pendidikan sains telah mengarah pada kontruktivisme.

Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang

menggunakan paham kontruktivisme. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan menemukan pemahaman terhadap konsep yang diajarkan tanpa harus selalu bergantung pada guru. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari proses pertukaran informasi dengan teman dalam kelompok atau kelompok lain. Menurut Bruner, belajar menyangkut tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi baru, terjadi transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi juga ketepatan pengetahuan. Weisten dan Meyer mengemukakan bahwa dalam proses belajar harus diperhatikan empat hal yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri.

Penelitian tentang reciprocal teaching yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh secara signifikan terhadap penguasaan konsep siswa3. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa model reciprocal ini dapat membuat siswa lebih mengerti materi pelajaran yang diberikan dengan bantuan temannya dan terdapat interaksi antar sesama siswa atau dengan guru yang dapat memperlancar siswa dalam memahami materi pelajaran.

Reciprocal teaching merupakan suatu model pembelajaran yang sangat mengutamakan kerjasama kelompok. Adanya kerjasama kelompok ini memungkinkan untuk terjadi komunikasi antar siswa dalam bentuk lisan yang kemudian disampaikan dalam bentuk tulisan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa siswa akan lebih dapat berkomunikasi dan dapat menerima masukan dari teman sebayanya karena penyampaian yang sesuai dan cocok dengan pola pikir mereka.

3

Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera


(17)

Reciprocal teaching memiliki empat strategi yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperoleh kemudian memprediksi pertanyaan apa selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Dari strategi tersebut dapat dilihat bahwa model pembelajaran ini menuntut kemampuan berkomunikasi siswa4.

Model pembelajaran reciprocal teaching dilakukan secara berkelompok, hal ini dilakukan agar siswa dapat bekerjasama dan saling bertukar pendapat dalam belajar. Materi yang sesuai untuk pembelajaran secara berkelompok ini harus memiliki materi yang cukup menarik dan tiap sub materinya memiliki tingkatan yang sama, seperti pada materi struktur dan fungsi organ pada tumbuhan.

Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memiliki visi dan misi penguasaan bahan ajar saja, namun harus mampu menanamkan kandungan nilai dan moral dari bahan ajar kepada peserta didik karena fungsi teknis dari pendidikan adalah kiat dalam menerapkan prinsip ilmu pengetahuan, teknologi, dan moral terhadap peserta didik. Menurut Suroso pengembangan pendidikan di Indonesia saat ini hanya menekankan pendidikan yang bersifat kognitif dan psikomorik semata, dan kurang mengembangkan pendidikan afektif yang menyebabkan hilangnya sistem nilai dalam pendidikan5

Menghadapi terjadinya krisis nilai dikalangan siswa diperlukan suatu pendekatan integratif antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung di dalam bahan ajar. Dalam bahan ajar biologi terkandung banyak nilai dan pesan moral yang dapat dipelajari oleh peserta didik maupun oleh guru, yang terpenting adalah guru mampu mengembangkan penalarannya melalui berbagai metode sesuai daya pikir peserta didik. Untuk penanaman dan pengembangan sistem nilai maupun moral dalam pendidikan diperlukan

4

Heni Febryani Saidah, Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap Peningkatan

Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Indera. Skripsi. (Bandung: UPI, 2007), hal 4.

5

Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. (Bandung:


(18)

sistem pendidikan yang berorientasi kepada penanaman dan pengembangan berpikir peserta didik dalam mempelajari suatu bahan ajar.6

Mengintegrasikan nilai-nilai dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting sehingga peserta didik mampu memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya dalam kehidupan. Sehingga terbentuklah generasi yang tak hanya unggul dalam hal kognitif, namun juga pribadi yang memiliki sikap positif yang merupakan bekal mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan diatas, maka perlu dicarikan solusinya sehingga oleh peneliti dipandang perlu melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran

Reciprocal Teaching untuk meningkatkan penguasaan konsep biologi siswa pada materi Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, dan mendorong pembelajaran mandiri yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.

Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang

menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Manfaatnya adalah dapat meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran karena siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan baik sehingga penguasaan konsep suatu pokok bahasan biologi dapat dicapai. Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa tidak hanya akan menghafalkan istilah-istilah biologi saja, tetapi juga memahami konsep-konsep dari rumus tersebut sebagai hasil dari proses berfikir mereka setelah siswa membaca, memahami, dan mengerjakan soal-soal yang telah disediakan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji penguasaan konsep siswa melalui penggunaan model reciprocal teaching, dengan judul

6


(19)

penelitian “MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI BERBASIS NILAI (Quasi Eksperimen pada siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta)”.

B. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang timbul antara lain :

1. Kesulitan siswa dalam dalam memahami konsep-konsep pada pelajaran biologi.

2. Pembelajaran di kelas yang masih bersifat teacher centered membuat kurangnya aktivitas siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. 3. Penguasaan konsep siswa sebelum sebelum menggunakan model

pembelajaran reciprocal teaching pada konsep biologi.

4. Peningkatan penguasaan konsep siswa setelah menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching.

5. Pembelajaran dengan penerapan pendidikan nilai sains belum efektif diterapkan pada pembelajaran biologi.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu meluas dalam pelaksanaannya, maka permasalahan dibatasi dalam hal-hal berikut ini :

1. Peningkatan penguasan konsep biologi dan aktivitas siswa melalui model pembelajaran reciprocal teaching.

2. Penguasaan konsep yang diukur mencakup aspek kognitif jenjang C1-C2. 3. Nilai-nilai sains yang diungkap pada penelitian ini adalah nilai religius,

nilai praktis, dan nilai pendidikan yang terkandung dalam bahan ajar biologi pada materi struktur dan fungsi organ pada tumbuhan.


(20)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut : “Apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran biologi berbasis nilai melalui model reciprocal teaching?”

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya :

a. Bagi siswa dapat mendorong untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat belajar secara mandiri serta dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi.

b. Bagi guru dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa melalui model pembelajaran


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

a. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain1. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Pembelajaran reciprocal teaching awalnya dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar dalam membaca teks. Pendekatan pembelajaran ini dimunculkan oleh Palinscar tahun 1982 ketika dia menemukan beberapa muridnya yang mengalami kesulitan dalam memahami sebuah teks bacaan. Seorang siswa dapat saja membaca sekumpulan huruf yang membentuk kata namun ternyata untuk memahami makna dari teks yang dibacanya tidak semudah melafalkan bacaan tersebut. Inilah masalah yang melatarbelakangi kemunculan model pembelajaran resiprocal. Sedangkan pengajaran reciprocal bertujuan

1

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,


(22)

untuk memberikan teknik atau strategi pada para siswa agar dapat mencegah terjadinya kegagalan kognitif dalam kegiatan membaca2.

Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekakan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Salah satu dasar dari pembelajaran resiprokal ini adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berpikir pada saat belajar3.

Dalam pelaksanaan awalnya guru menjadi leader atau contoh dalam mempraktekan keempat startegi yang diuraikan di atas. Kemudian siswa diminta untuk melakukannya bersama teman-teman dalam suatu kelompok yang tidak kurang dari 4 orang dan tidak lebih dari 6 siswa. Sehingga jelas dalam pelaksanaannya model ini tidak lepas dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Selain itu, yang perlu ditekankan adalah pendekatan dialogis dalam pembelajaran baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati. Pada prosesnya, mungkin saja siswa-siswa yang memiliki kecenderungan diam, guru harus melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu (misalnya guru kepada siswa atau siswa yang pandai dengan siswa lain yang kurang pandai).

Reciprocal teaching adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai “guru” menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara

2

Farida Nurhasanah, Reciprocal Teaching dari http://hasanahworld.wordpress.com, 17 Juni 2009.

3


(23)

itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Bimbingan yang diberikan pada tahap ini dilakukan secara ketat, kemudian secara berangsur-angsur tanggungjawab belajar diambil alih oleh siswa yang belajar.

Pada scaffolding kemampuan aktual siswa, yaitu kemampuan yang mampu dicapai oleh siswa dengan belajar sendiri dapat berkembang lebih tinggi dan lebih baik sehingga dicapai kemampuan potensialnya. Dengan demikian scaffolding mampu membantu siswa mengembangkan kemampuan aktualnya menjadi kemampuan potensialnya.

Menurut Palincsar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin4 bahwa strategi reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa yang berkemampuan rendah. Reciprocal teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik Dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami. Untuk mempelajari strategi-strategi tersebut guru dan siswa membaca bahan pelajaran yang ditugaskan di dalam kelompok kecil, guru memodelkan empat keterampilan tersebut di atas.

Dari beberapa definisi di atas, model reciprocal teaching sesuai digunakan untuk menghasilkan siswa yang mandiri5, yaitu :

1. Mampu mendiagnosis secara tepat situasi belajar khusus.

4

Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching. Skripsi. Bandung: UPI, 2007

5


(24)

2. Mampu memilih strategi belajar untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

3. Mampu memonitor keefektivan strategi. 4. tuntas.

b. Pengenalan Reciprocal Teaching

Reciprocal teaching belum biasa dilakukan oleh guru. Siswapun belum akrab dengan strategi ini. Oleh karena itu jika guru akan menggunakan reciprocal teaching perlu memperkenalkannya terlebih dahulu kepada siswa.

Untuk memperkenalkan reciprocal teaching kepada siswa, guru dapat memulai dengan memberikan informasi-informasi. Berikut ini adalah saran dari Palincsar 1987 (dalam Slavin, 1997) tentang skenario bagaimana seorang guru memperkenalkan reciprocal teaching kepada siswa. Berikut ini adalah skenarionya.

Contoh Skenario Pengenalan Reciprocal Teaching Kepada Siswa

Untuk minggu-minggu mendatang kita akan bekerja bersama-sama untuk meningkatkan kemampuan Anda semua dalam memahami bahan bacaan yang Anda baca. Kadang-kadang kita sulit memahami arti kata-kata, sulit memusatkan perhatian kepada arti kata-kata atau kepada apa yang kita baca. Kita akan mempelajari suatu cara agar kita dapat lebih memberikan perhatian terhadap apa yang sedang kita baca. Saya akan mengajarkan kepada Anda melakukan kegiatan-kegiatan berikut pada saat Anda membaca.

• Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat ditanyakan dari apa yang telah Anda baca, dan yakinkan bahwa Anda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

• Membuat rangkuman tentang informasi-informasi terpenting dari apa yang telah Anda baca.

• Memprediksi apa yang mungkin dibahas oleh penulis pada bagian tulisan selanjutnya.


(25)

• Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari bacaan yang dibaca dan selanjutnya apakah kita berhasil membuatnya menjadi masuk akal.

Kegiatan ini akan membantu Anda tetap memusatkan perhatian kepada apa yang sedang Anda baca, dan yakinkan diri Anda sendiri bahwa Anda memahami apa yang telah Anda baca.

Cara bagaimana Anda akan mempelajari empat kegiatan di atas adalah dengan mengambil giliran berperan sebagai guru selama kegiatan membaca di dalam kegiatan kelompok Anda. Apabila saya guru, saya akan menunjukkan kepada Anda bagaimana membaca dengan penuh perhatian, dengan mengucapkan kepada Anda pertanyaan-pertanyaan yang saya buat sambil saya terus membaca dengan mengikhtisarkan informasi penting yang saya baca, dan dengan membuat prediksi, yaitu saya memikirkan apa yang akan dibahas penulis pada tulisan berikutnya. Saya juga akan mengutarakan kepada Anda apabila saya menemukan sesuatu yang tidak jelas atau membingungkan pada saat membaca, dan bagaimana saya membuat sesuatu yang membingungkan itu menjadi mudah dipahami.

Apabila Anda guru, pertama-tama sambil membaca, Anda akan mengajukan pertanyaan yang Anda buat kepada kelompok Anda. Anda akan memberitahukan kepada kelompok Anda apabila jawaban kelompok Anda benar. Sambil terus membaca, Anda akan mengikhtisarkan informasi penting yang Anda peroleh. Anda juga akan memberitahukan kepada kelompok Anda apabila Anda menemukan segala sesuatu yang membingungkan di dalam bacaan itu. Beberapa kali selama Anda membaca teks itu, Anda juga membuat prediksi, memikirkan apa yang barangkali akan dibahas pada bacaan berikutnya. Apabila Anda sedang berperan sebagai guru, anggota kelompok Anda akan menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda dan memberi komentar terhadap rangkuman yang Anda buat.

Kegiatan-kegiatan tadi adalah kegiatan yang diharapkan akan Anda pelajari dan gunakan, tidak hanya pada saat Anda sedang mengikuti


(26)

pelajaran membaca di kelas, tetapi di manapun Anda ingin memahami dan mengingat apa yang sedang Anda baca.

Skenario di atas merupakan contoh yang dapat dilakukan oleh guru dalam memperkenalkan reciprocal teaching kepada siswa. Kegiatan itu dilakukan pada pertemuan pertama sebelum siswa belajar menggunakan strategi tersebut. Guru harus memastikan bahwa siswa telah memahami dulu strategi ini sebelum mereka menggunakannya

c. Mengajarkan Reciprocal Teaching

Sebagai salah satu pengetahuan prosedural yang diajarkan setahap demi setahap, reciprocal teaching, diajarkan dengan menerapkan pembelajaran langsung (direct instruction) . Adapun tahapan pembelajaran langsung dalam mengajarkan reciprocal teaching adalah sebagai berikut. • Guru menyiapkan teks bacaan materi pelajaran yang akan dibahas pada

hari ini. Memberitahu tujuan bahwa siswa akan diajak belajar materi pelajaran tertentu hari ini dengan memberdayakan kemampuan mereka sendiri. Strategi yang akan dilatihkan itu bernama reciprocal teaching . • Guru memodelkan strategi reciprocal teaching tahap demi tahap

menggunakan alinea pertama di dalam bahan bacaan yang disediakan. • Guru dapat mengulangi langkah ini dengan menggunakan alinea kedua

di dalam bahan bacaan. Pada akhir langkah ini siswa harus dipastikan sudah memahami langkah-langkah yang dimodelkan tadi.

• Guru membimbing siswa guru meniru apa yang telah dimodelkan, memberikan balikan dan mendiskusi penampilan siswa. Materi pelajaran yang digunakan adalah materi alinea ketiga dan seterusnya. • Guru meminta siswa guru mengulangi sekali lagi langkah keempat.

Bila materi di dalam satu alinea terlalu singkat, guru dapat menggunakan materi bacaan lembar demi lembar. Hal yang penting perlu diperhatikan di dalam membelajarkan siswa terhadap keterampilan ini adalah pada saat modeling. Modeling yang dilakukan oleh guru harus jelas, tahap demi tahap dan siswa harus dipastikan telah memahami semua tahapan yang dilakukan. Untuk menjamin modeling dilakukan dengan


(27)

baik, menurut teori sosial Bandura, ada empat tahap modeling, yaitu atensi, retensi, produksi, dan motivasi.

Atensi (perhatian) siswa dapat terjadi dan terpusat pada apa yang dimodelkan jika guru melakukan dengan baik, menarik serta tahap demi tahap. Agar siswa dapat meniru keterampilan yang dilatihkan, maka siswa harus dapat mengingat tahapan yang dilatihkan itu. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas-aktivitas agar siswa dapat mengingatnya (retensi). Retensi dapat dilakukan dengan jalan mengulang-ulang keterampilan tersebut. Produksi tidak lain adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan/meragakan keterampilan yang sudah dilatihkan itu. Siswa cenderung melakukan reproduksi kalau mereka termotivasi. Salah satu cara membangkitkan motivasi adalah dengan menunjukkan kepada siswa bahwa keterampilan yang mereka pelajari itu sangat diperlukan oleh mereka dalam rangka belajarnya.

d. Perancangan dan Penerapan Prosedur Reciprocal Teaching Berdasarkan saran di atas, maka rancangan pelaksanaan

reciprocal teaching sehari-hari adalah mengikuti prosedur berikut. • Sediakan teks bacaan yang akan diajarkan pada hari itu.

• Jelaskan bahwa Anda akan bertindak sebagai guru untuk bagian pertama bacaan.

• Siswa diminta untuk membaca di dalam hati bagian bacaan yang ditetapkan. Sebagai permulaan, barang kali paling mudah untuk bekerja paragraf demi paragraf.

• Ketika siswa menyelesaikan bacaan bagian pertama, lakukan pemodelan berikut.

• Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah ……… ………

• Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, siswa membuat rangkuman dari informasi yang telah dibaca. Apabila perlu mereka boleh mengacu


(28)

pada teks bacaan. Saya akan merangkum informasi penting di dalam bacaan sebagai berikut:

……… ……… ………..……… ………..

• Ketika saya membaca bahan bacaan ini saya menemukan hal-hal yang kurang jelas, yaitu sebagai berikut

………..……… ……….. • Untuk mengklarifikasi hal-hal tersebut saya mencari dari bahan bacaan

lain, atau bertanya kepada nara sumber lain sebagai berikut

………..……… ………... ∙ Undang siswa untuk membuat komentar tentang pengajaran Anda dan

bacaan itu. Sebagai contoh:

(1) Apakah ada informasi yang lain?

(2) Apakah ada yang memiliki prediksi lain untuk ditambahkan pada prediksi saya?

(3) Apa ada yang menemukan sesuatu yang lain yang membingungkan? • Tugaskan bagian bacaan berikutnya untuk dibaca dalam hati. Pilih

seorang siswa untuk berperan sebagai guru untuk bagian ini. Mulailah dari siswa yang terampil bicara yang menurut Anda akan sedikit mengalami kesulitan dengan kegiatan ini.

∙ Latihlah siswa guru untuk dapat berperan dalam kegiatan ini, doronglah siswa lain untuk berperan lebih aktif di dalam dialog dan sebagainya.

e. Pengaruh Stategi Reciprocal Teaching Terhadap hasil Belajar

Pengaruh reciprocal teaching terhadap hasil belajar sangat beragam. Reciprocal teaching mempengaruhi keterampilan komunikasi, motivasi, prestasi belajar, dan hasil belajar kognitif.


(29)

1. Pengaruh Reciprocal Teaching Terhadap Keterampilan Komunikasi Berdasarkan pada keterampilan yang dilatihkan dan bentuk-bentuk aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan belajar, maka

reciprocal teaching berdampak positif terhadap kemampuan komunikasi siswa, karena selama pembelajaran siswa mengajukan pertanyaan, mengomentari jawaban teman yang lain.

2. Reciprocal Teaching Terhadap Motivasi Siswa

Menurut teori motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), siswa akan termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, apa yang mereka pelajari menyebabkan mereka puas, dan menambah percaya dirinya. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan reciprocal teaching,

siswa aktif mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaannya sendiri sehingga relevan dengan kebutuhan mereka sendiri. Hal ini akan meningkatkan motivasi siswa. Wilujeng, (1999) dalam bidang fisika, Khabibah (1999) di dalam bidang matematika, mereka semua berpendapat bahwa reciprocal teaching dapat meningkatkan motivasi siswa.

3. Pengaruh Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Kognitif Selama KBM siswa membuat rangkuman, jadi dilatih untuk menemukan ide pokok di dalam bahan bacaan dan ini merupakan keterampilan penting untuk belajar. Semua uraian tersebut ternyata juga sejalan dengan hasil penelitian yang menerapkan reciprocal teaching ini telah berhasil meningkatkan prestasi belajar yang rendah (Palincsar, 1987 dalam Slavin (1997); Palincsar dan Brown, 1984;).

Hal yang membedakan model pembelajaran reciprocal teaching

dengan model pembelajaran lainnya menurut Palincsar dan Brown yaitu dalam reciprocal teaching, siswa dituntut untuk mampu menjelaskan hasil wacana yang dibaca secara mandiri kepada teman-temannya baik dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan atau prediksi dari


(30)

wacana tersebut. Reciprocal teaching dirancang untuk membiasakan siswa menggunakan empat strategi pemahaman mandiri dimana strategi menjelaskan kembali memberikan penekanan kepada siswa untuk menjadi guru dihadapan teman-temannya. Guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan sendiri6.

Empat strategi dalam Reciprocal Teaching yang dikembangkan oleh Palincsar dan Brown yaitu :

1. Summarizing (Merangkum)

Rangkuman adalah sejumlah intisari atau ide utama yang diambil dari suatu bahan bacaan. Strategi merangkum memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi, menguraikan dengan kata-kata sendiri dan menggabungkan informasi penting dari suatu teks bacaan. Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain:

“Apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?” “Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”

“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”

Untuk tahap ini, tentu sudah jelas sekali yang paling sederhana adalah meminta siswa untuk membuat ikhtisar dari proses pembelajaran yang berlangsung beserta hasilnya menggunakan bahasa sendiri.

“Konsep baru apa saja yang kita pelajari dalam topik struktur dan fungsi organ pada tumbuhan ini?”

“Dapatkah saya menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan bahasa saya sendiri?”

6

Vina Indriani, “Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera


(31)

“Dapatkah saya menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep ini?”

Berkaitan dengan soal yang diberikan, dapat diminta siswa untuk menuliskan jawaban yang lengkap beserta langkah-langkah yang dilakukan kemudian mereka minta untuk menjelaskannya.

2. Questioning (Membuat pertanyaan)

Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut beberapa contohnya;

“Apa yang kau pikirkan ketika kau membaca teks tersebut?”

“Pertanyaan apa saja yang dapat kau ajukan setelah kau membaca teks tersebut?”

“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?”

Pertanyaan yang diajukan siswa tentu bervariasi dan menunjukkan tingkat berpikir siswa. Pengajuan pertanyaan ini merupakan suatu bagian penting dalam kontruktivisme. Menurut Piaget, perumusan pertanyaan merupakan salah satu yang paling penting dan paling kreatif dari sains yang diabaikan dalam pendidikan sains7.

Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Dari uraian tersebut jelas bahwa pada tahap ini siswa bertanya pada dirinya sendiri untuk melakukan crosscheck tentang apa yang sudah diperolehnya dari proses belajar dan apa yang belum dikuasainya dari keseluruhan konsep

7

Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching. Skripsi. Bandung: UPI, 2007, hal 9.


(32)

yang diajarkan oleh gurunya. Jadi guru mengajarkan siswa untuk bertanya pada dirinya sendiri. Contoh pertanyaannya sebagai beikut:

“Apakah saya sudah memahami definisi akar?”

“Dari semua definisi yang diberikan, adakah definisi yang belum saya fahami?”

“Apakah saya sudah bisa melukis sebuah penampang melintang sebuah akar?”

3. Predicting (Memprediksi)

Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktifkan pengetahuan sebelumnya yang bersangkutan dengan teks tersebut. Strategi ini juga membantu siswa mengembangkan pemahaman siswa dengan menggunakan petunjuk bacaan, pengetahuan awal, petunjuk gambar atau teks terstruktur untuk membangun makna dari teks yang bersangkutan.

Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topik dari paragraf selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut: “Dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkah kau menerka apa topik tulisan ini?”

“Coba pikirkan dari apa yang sudah kita baca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”

Dari uraian tersebut, jelas diketahui bahwa pada tahap ini diharapkan terjadi koneksi antara konsep yang baru dipelajarinya dengan yang sudah dimilikinya.

4. Clarifying (Mengklarifikasi)

Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang benar adalah hal yang terpenting


(33)

walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familiar, apakah meraka dapat memaknai maksud dari suatu paragraph. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti;

“Apa maksud dari kalimat tersebut?”

“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut?”

“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraf ini?” Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan hal-hal yang tidak jelas dalam teks yang telah dibaca. Strategi ini dapat dilakukan selama siswa membaca teks dengan membuat catatan mengenai kata-kata, ungkapan atau konsep yang belum mereka pahami. Bahan teks bacaan yang diberikan dapat berupa teks mengenai konsep yang ingin diajarkan sekaligus berisi soal yang harus diselesaikan. Pada contoh ini, misalnya teks mengenai akar. Sesuai dengan teorinya pada tahap ini, Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familiar. Maka dibuat pertanyaan apakah mereka mengerti arti kata atau konsep baru dalam teks tersebut. Perlu diingat bahwa pembelajaran ini berbasis dialog dan keempat proses tersebut berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil.

Sebagai salah satu pengetahuan prosedural yang diajarkan setahap demi setahap, reciprocal teaching, diajarkan dengan menerapkan pembelajaran langsung (direct instruction). Adapun tahapan pembelajaran langsung dalam mengajarkan reciprocal teaching adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan teks bacaan materi pelajaran yang akan dibahas

pada hari ini. Memberitahu tujuan bahwa siswa akan diajak belajar materi pelajaran tertentu hari ini dengan memberdayakan kemampuan mereka sendiri. Strategi yang akan dilatihkan itu bernama reciprocal teaching.

2. Guru memodelkan strategi reciprocal teaching tahap demi tahap menggunakan alinea pertama di dalam bahan bacaan yang disediakan.


(34)

3. Guru dapat mengulangi langkah ini dengan menggunakan alinea kedua di dalam bahan bacaan. Pada akhir langkah ini siswa harus dipastikan sudah memahami langkah-langkah yang dimodelkan tadi.

4. Guru membimbing siswa dan siswa meniru apa yang telah dimodelkan, memberikan balikan dan mendiskusi penampilan siswa. Materi pelajaran yang digunakan adalah materi alinea ketiga dan seterusnya.

2. Penguasaan Konsep Siswa dan Pengkurannya

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa tersebut memperoleh pengalaman belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dimensi proses kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang baru mencakup enam jenjang, yaitu : Menghafal (Remember), memahami (Understand), mengaplikasikan (Applying), menganalisis (Analyzing), mengevaluasi (Checking), dan membuat (Create).8

Aspek pemahaman mengacu pada pengetahuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada umumnya, unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna atau suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Dengan pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

Dalam beberapa pengertian, konsep dapat didefinisikan sebagai berikut:

a) konsep adalah gambaran dan ciri-ciri sesuatu objek sehingga dapat membedakannya dengan objek lainnya (Goo, dalam Resna, dkk., 1992:6)

b) konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang

8

Nuryani. R., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) , hal 155.


(35)

mempunyai atribut yang sama (Rosser, 1994, dalam Ratna WD, 1989:80)

c) konsep merupakan pembentukan mental dalam mengelompokkan kata-kata dengan penjelasan tertentu yang dapat diterima secara umum (Klausmeir, 1980:22)

d) konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus-stimulus (Ratna WD, 1990:22)

e) konsep merupakan definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala (Koentjaraningrat, 1990:29).9

Menurut Plafel (1970 dalam Ratna WD, 1989) bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi yaitu:

a) konsep itu memiliki atribut tertentu yang merupakan tanda atau ciri atau sifat-sifat dari sutu konsep yang membedakannya.

b) konsep memiliki struktur yang merupakan cara tergabungnya atribut-atribut suatu konsep, berdasarkan struktur ini konsep dikelompokkan menjadi: konsep konjugatif, konsep disjugatif, konsep-konsep rasional

c) konsep memiliki keabstrakan, konsep bisa dalam bentuk konkrit (benda nyata) atau abstrak (digeneralisasikan)

d) konsep memiliki keinklusifan, artinya setiap konsep memiliki pengembangan lebih luas.

e) konsep memiliki generalisasi (keumuman), konsep-konsep dapat berbeda menurut hierarkinya.

f) konsep memiliki ketepatan, ketepatan suatu konsep menyangkut suatu aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh suatu konsep.

g) konsep memiliki kekuatan, kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting disajikan atau dipelajari atau mengandung materi esensial.10

9

Nuryani R, Strategi Belajar..., hal. 50-51. 10


(36)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan pemahaman suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari kelompok objek dari sutu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena alam yang membedakannya dari kelompok lain.

Prayekti mengatakan bahwa penguasaan konsep merupakan abstraksi yang memiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.11

Arikunto menegaskan bahwa soal ingatan dapat dijawab dengan melihat buku atau catatan, tapi untuk menjawab soal pemahaman, siswa dituntut untuk hafal sesuatu pengertian kemudian menjelaskan dengan kalimat sendiri12. Atau siswa memahami dua pengertian atau lebih kemudian memahami dan menyebutkan hubungannya. Jadi untuk menjawab soal pemahaman siswa selain harus mengingat juga berpikir. Untuk memperoleh pemahaman ini, siswa harus sudah mengetahui kemudian paham dan siswa dapat mengaplikasikannya. Soal-soal untuk pengukuran penguasaan konsep siswa ini disusun dalam bentuk pilihan ganda.

Sesuai dengan PP No. 19/2005 kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran pada KTSP masih tetap sama dengan kurikulum sebelumnya yaitu bercirikan kepada tercapainya paket-paket kompetensi, yaitu menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasifikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman, penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, dan

11

Prayekti, ”Pendidikan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat

Sederhana dalam Pembelajaran IPA di kelas 5 SD”, Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi 39, 2001. h. 3.

12

Suharsimi Arikunto, Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara,


(37)

penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Namun, terdapat perbedaan mendasar yaitu sekolah diberi kewenangan penuh menyususun rencana pendidikannya.

3. Pengertian Biologi

Biologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu „biosdanlogos’ yang artinya „hidup‟ dan „ilmu‟. Jadi secara sederhana Biologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang hidup. Pengertian ini kemudian berkembang dan disempurnakan sehingga mencakup seluruh objek atau kajiannya yang sangat luas itu. Definisi Biologi yang lebih lengkap tersebut adalah sebagai berikut;

Biologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dan gejala kehidupan. Objek atau kajian dalam Biologi meliputi kelima Kingdom/Regnum dan Virus. Kelima Kingdom tersebut adalah Animalia (hewan), Plantae (tumbuhan), Fungi

(jamur), Protista dan Monera.

Ilmu biologi dirintis oleh Aristoteles, ilmuwan berkebangsaan Yunani. Dalam terminologi Aristoteles, "filosofi alam" adalaha cabang filosofi yang meneliti fenomena alam, dan mencakupi bidang yang kini disebut sebagai fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan alam lainnya.

Aristoteles melakukan penelitian sejarah alam di pulau Lesbos. Hasil penelitiannya, termasuk Sejarah Hewan, Generasi Hewan, dan Bagian Hewan, berisi beberapa observasi dan interpretasi, dan juga terdapat mitos dan kesalahan. Bagian yang penting adalah mengenai kehidupan laut. Ia memisahkan mamalia laut dari ikan, dan mengetahui bahwa hiu dan pari adlah bagian dari grup yang ia sebut Selachē.

Istilah biologi dalam pengertian modern kelihatannya diperkenalkan secara terpisah oleh Gottfried Reinhold Treviranus (Biologie oder

Philosophie der lebenden Natur, 1802) dan Jean-Baptiste Lamarck

(Hydrogéologie, 1802). Namun, istilah biologi sebenarnya telah dipakai pada 1800 oleh Karl Friedrich Burdach. Bahkan, sebelumnya, istilah itu juga telah muncul dalam judul buku Michael Christoph Hanov jilid ke-3 yang terbit


(38)

pada 1766, yaitu Philosophiae Naturalis Sive Physicae Dogmaticae: Geologia, Biologia, Phytologia Generalis et Dendrologia.

Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat luas, bersentuhan dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali dipandang sebagai ilmu yang mandiri. Namun, pencabangan biologi selalu mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus: keanekaragaman

(berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antarunit kehidupan serta antara unit kehidupan dengan lingkungannya).

Makhluk hidup atau organisme sangat beraneka ragam. Taksonomi mempelajari bagaimana organisme dapat dikelompokkan berdasarkan kemiripan dan perbedaan yang dimiliki. Selanjutnya, berbagai kelompok itu dipelajari semua gatra kehidupannya, sehingga dikenallah ilmu biologi tumbuhan (botani), biologi hewan (zoologi), biologi serangga (entomologi), dan seterusnya.

Adapun objek-objek tersebut selanjutnya akan dikaji lebih jauh mulai dari lingkup yang paling kecil yaitu molekul hingga lingkup bioma di permukaan bumi. Dimana interaksi antarbioma di permukaan bumi ini membentuk lapisan makhluk hidup di bumi yang dikenal sebagai Biosfer. Kemudian bagaimanakah caranya mempelajari Biologi yang objek/kajiannya sangat luas itu, caranya adalah dengan memilah-milah materi-materinya berdasarkan objek atau kajiannya, baru kemudian mempelajarinya secara lebih mendalam pada setiap objek/kajian tersebut.

4. Nilai dalam Pembelajaran Sains a. Definisi Nilai

Kata value, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi nilai berasal dari bahasa Latin valere atau valoir yang dapat dimaknai sebagai kata harga..13 Nilai didefinisikan dengan cara berbeda-beda oleh banyak ahli. Suroso menjelaskan definisi nilai menurut

13

Rohmat Mulyana. Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Alfabeta: Bandung. 2004), hal.7


(39)

para ahli, diantaranya Menurut Golden Alford (1964) nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Dalam pendidikan tentu saja pilihan yang diharapkan adalah nilai-nilai yang sesuai dengan tututan yang ada, baik yang berlaku dalam masyarakat maupun ajaran Agama.14 Begitupun Mulyana dalam bukunya memaparkan nilai menurut para ahli, yaitu Kluckohn yang merumuskan definisi nilai sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan.15

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulan bahwa nilai adalah suatu gagasan yang dijadikan rujukan dalam menentukan suatu hal atau tindakan yang merupakan tujuan tindakan akhir. Gagasan tersebut melekat dalam waktu yang relatif lama sehingga stabil, dan dinyatakan secara konsisten.

b. Pembagian Nilai dalam Pembelajaran Sains

Nilai banyak sekali jenisnya, tergantung dalam konteks mana kita menempatkannya, ada nilai spiritual atau religius, nilai moral, nilai estetika, nilai sosial, nilai intelektual, nilai ekonomi, dan lain-lain.

Mulyana memaparkan menurut Linda secara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai nurani (value of being ) dan nilai-nilai memberi (Value of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang. Nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan.16

Suroso menjelaskan pembagian menurut para ahli, diantaranya Darmadjo membagi nilai menjadi nilai sosial (etika, estetika, moral atauhumonaria), nilai ekonomi, dan nilai psikologi atau pedagogis. Dan

14

Suroso Adi Yudianto, Manajemen.., hal 46 15

Rokhmat Mulyana, Mengartikulasi…, hal 10

16


(40)

Spranger membagi nilai menjadi enam jenis, yaitu: nilai ekonomi, nilai ilmiah, niali sosial, nilai estetika, dan nilai religius. Sedangkan Einsten menyebutkan bahwa nilai sains mencakup nilai religius, praktis/manfaat, sosial, intelektual, sosial-politik-ekonomi dan pendidikan.17

Dalam penelitian ini penulis mengambil pembagian nilai menurut Einsten, berikut penjelasan mengenai nilai-nilai menurut Einsten.

1. Nilai Religius

Nilai religius berorientasi pada nilai keimanan sebagai dasar segala pemikiran dan tindakan yang berhubungan dengan kesadaran akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat asmaul husna lainnya.18 Dalam Garis Besar Program Pengajaran salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah meningkatkan kesadaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran haruslah ada integrasi nilai-nilai agama. Agama dapat mengajari identitas pencipta kita yang keberadaannya dapat ditemukan, dan dengan agama yang diungkapkan, kita akan tahu bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah. 2. Nilai Praktis

Nilai praktis suatu bahan ajar sains berhubungan dengan aspek-aspek manfaat sains bagi kehidupan manusia. Nilai kemnfaatan dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Bahan ajar Biologi adalah banyak berkaitan dengan maslah kehidupan manusia, sehingga tidak disangsikan lahi memilki banyak nilai kemnfaatannya.

3. Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan adalah kandungan nilai yang dapat memberikan inspirasi atau ide-ide yang dimunculkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia setelah belajar dari prinsip-prinsip yang berlaku dalam suatu bahan ajar.

17

Suroso Adi Yudianto, Manajemen…, hal 47.

18


(41)

4. Nilai Sosial

Nilai sosial suatu bahan ajar merupakan model menjalin hubungan sesama manusia makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tetapi senantiasa memerlukan yang lain dalam melakukan berbagai kegiatan.

5. Nilai Intelektual

Nilai intelektual merupakan nilai kecerdasan seseorang agar menggunakan akalnya untuk memehami sesuatu dan tidak percaya akan tahayul, menyadari pentingnya pengetahuan dan pemahaman juga keterampilan untuk kehidupan.

c. Pendidikan dan Nilai

Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara nilai dengan pendidikan dapat dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri.

Hubungan antara nilai dengan pendidikan sangat erat. Nilai dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam memilih maupun dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar. Melalui persepsi nilai guru dapat mengevaluasi siswa. Dan melalui nilai itulah manusia dapat bersikap kritis terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan pendidikan. Merujuk pada pendapat Kniker (1997), nilai merupakan istilah yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Dalam gagasan Pendidikan Nilai yang ia kemukakan, nilai selain ditempatkan sebagai inti dari proses dan tujuan pembelajaran, setiap huruf dari kata value dirasionalisasikannya sebagai tindakan-tindakan pendidikan. Sehingga ia menuangkan kata-kata tersebut sebagai tahap penyadaran nilai19. Tahapan-tahapan itu adalah:

a. Value identification (identifikasi nilai). Pada tahap ini, nilai yang menjadi target pembelajaran perlu diketahui oleh setiap peserta didik.

19


(42)

b. Activity (kegiatan). Pada terhap ini peserta didik dibimbing untuk melakukan tindakan yang diarahkan pada penyadaran nilai yang menjadi target pembealajaran.

c. Learning aids (alat bantu belajar). Alat bantu adalah benda yang dapat memperlancar proses belajar nilai.

d. Unit interaction (interaksi kesatuan). Tahap ini melanjutkan tahapan kegiatan dengan semakin memperbanyak strategi atau cara yang dapat menyadarkan peserta didik terhadap nilai.

e. Evaluation segment (bagian penilaian). Tahap ini diperlukan untuk memeriksa kemajuan belajar nilai melalui penggunaan beragam teknik evaluasi nilai.

Nilai sangat luas maknanya, maka dari itu dibutuhkan beberapa pendekatan utama untuk pengembangan nilai, yaitu sebagai berikut: 1) Pendekatan eksplisit

Pendekatan yang menekankan pada mata pelajaran yang benar-benar mengajarkan nilai, seperti nilai pendidikan moral, Budi pekerti, dan agama yang bertumpu secara khusus pada perkembangan nilai dan etika.20

Ringkasnya, nilai eksplisit merupakan nilai yang dirancang secara langsung atau tersurat dalam kurikulum, dipupuk dan diajarkan secara langsung oleh guru di dalam kelas, dan nilai yang dinyatakan siswa dengan jelas dalam tingkah laku atau hasil belajar.

2) Pendekatan tidak langsung

Pendekatan tidak langsung sebagian berasaskan pengandaian bahwa pemahaman tentang sains dan sains sosial memerlukan pengembangan imajenasi, intuisi, dan hati nurani yang dapat membantu peningkatan kesadaran moral dan intelektual.21 Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan tidak langsung menekankan penggunaan mata pelajaran sekolah yang lain sebagai alat untuk mengembangkan nilai dan etika.

20Nik, Azis Nik Pa, “ Pengembangan nilai dalam Pendidikan Matematik: Cabaran dan Keperluan”, dalam Nilai-Nilai Science Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hlm. 49

21


(43)

Misalnya pembelajaran Fisika membantu siswa untuk memupuk sikap ingin tahu siswa tentang alam dan mengukuhkan kemampuan berpikir kritis.

3) Pendekatan implisit

Pendekatan implisit menekan strategi seperti penggunaan kaedah pengajaran, pembelajaran,cara mengetahui, dan persepsi tertentu, untuk memupuk pengembangan nilai murni. Dalam konteks ini metodologi guru dalam mengajar siswa di kelas termasuk dalam pendekatan implisit.22 Ringkasnya nilai implisit adalah nilai yang tersirat dalam kurikulum, bahan ajar, tersirat dalam tingkah laku guru dalam kelas, dan nilai yang tersirat dalam tingkah laku siswa.

d. Definisi dan Tujuan Pendidikan Nilai.

Definisi Pendidikan Nilai mencakup keseluruhan aspek yang sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melaui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.23

Tujuan Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Untuk pada sampai tujuan yang dimaksud, tindakan-tindakan pendidikan yang mengarah pada perilaku yang baik dan benar perlu diperkenalkan oleh peserta didik.

e. Pendidikan Nilai dalam IPA (biologi)

Pembelajaran IPA (biologi) yang disertai oleh pengembangan nilai, moral dan etika diyakini akan mampu menumbuhkan potensi peserta didik melebihi apa yang dicapai dalam pengajaran konvensional. Karena itu materi pembelajaran yang dikembangkan harus sampai kepada materi-materi esensial yang di dalamnya terkandung nilai, moral, dan etika yang harus dimilki oleh peserta didik.

22

Nik Azis Nik Pa, Pengembangan…, hlm. 29. 23


(44)

Dalam pembelajaran sains bernuansa nilai dibarengi dengan sikap kritis, analitis, kreatif, dan produktif, maka akan menghasilkan pribadi yang akan menguasai IPTEK, meningkatkan IMTAK, dan berjiwa mandiri. Kepribadian yang berjiwa mandiri artinya seseorang itu memiliki jiwa kewirausahaan dan peduli terhadap lingkungan tanpa harus disuruh orang lain, melainkan dengan kesadaran diri atau self actualization. Jadi Pendidikan Nilai lewat sains diharapkan sebagai bentuk penguatan sains agar lebih memiliki makna lebih luas dalam kehidupan.24

Banyaknya nilai yang penting diperlukan dalam kehidupan, dapat dipelajari dari sains. Metode pembelajaran demikian, memberikan konsekuensi kepada pendidik untuk dapat mengembangkan pembelajaran sains (biologi) sebagai media untuk membentuk pribadi siswa yang bertanggung jawab dunia akhirat. Melalui pembelajaran tersebut siswa diajak menelaah serta membelajari nilai-nilai yang tekandung di dalam sains (biologi) kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Nilai Religius, Nilai Praktis, dan Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Materi Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan

1. Nilai Religius

Pada materi struktur dan fungsi organ pada tumbuhan banyak sekali gejala alam terhadap apa yang telah Allah ciptakan, bagi orang yang yang beriman akan muncul berbagai pemikiran rasa kagum akan keagungan Allah dan betapa besarnya karuniaNya kepada manusia, yang ada dalam Al Quran seperti pada surat Al An‟am ayat 99.

”Dia yang menurunkan air dari langit, kemudian Kami tumbuhkan dari air itu bermacam-macam tumbuhan, kemudian Kami keluarkan daripadanya daun-dau yang menghijau, Kami keluarkan daripadanya biji-bijian yang bersusun dari mayang

kurma....”(QS Al An’am: 99)

24


(45)

2. Nilai Praktis

Nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Bahan ajar biologi adalah banyak berkaitan dengan masalah kehidupan manusia, sehingga tidak disangsikan lagi memilki banyak nilai kemanfaatnnya. Seperti pada tumbuhan. Tumbuhan sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia sebagai sumber bahan pangan, sandang, dan papan. Pengetahuan tentang masalah tumbuhan telah banyak diketahui sebagai sumber bahan pangan bagi manusia. Yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan pokok. Tumbuhan ada yang menghasilkan bahan sandang seperti kapas, kapok, pinus, dsb. Batang pada tumbuhan juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan papan, seprti membuat rumah.

3. Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan suatu bahan ajar adalah kandungan nilai dari bahan ajar yang dapat memberi inspirasi atau ide-ide atau gagasan untuk dimunculkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan, keinginan, dan hasratnya bagi kesejahteraan hidupnya. Pemahaman tentang bahan ajar biologi banyak memilki kesamaan untuk diterapkan dalam kehidupan manusia. Pemahaman sistem transportasi tumbuhan melalui jaringan xilem sekunder dapat diterapkan dalam sistem pengaturan lalu lintas jalan tol. Jalannya pengangkutan air dengan zat-zat terlarut searah dan tidak berpapasan dengan pengangkutan hasil fotosintesis yang melalui pembuluh tapis (floem). Antara xilem dan floem selalu berpasangan tetapi berbeda arah layaknya sistem lalu lintas searah. Sistem lalu lintas searah menjamin lebih lancar daripada sistem lalu lintas dua arah.

Proses memperoleh nilai dan cara seseorang mempercayai nilai jauh lebih penting dari nilai itu sendiri atau nilai apa yang dipercayainya. Pemunculan pola-pola tingkah laku baik verbal maupun tindakan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan


(46)

sebagai dasar untuk memahami dan menilai pengetahuan, keyakinan, dan peserta didik itu sendiri.

Untuk mengembangkan nilai-nilai dalam pembelajaran sains tergantung pada konteks mana menempatkannya, menurut Holander dan Hunt menyatakan bahwa nilai memiliki tiga komponen makna, yaitu25:

1. Makna komponen kognitif, yaitu untuk menyatakan seseorang mempunyai nilai secara kognitif, ia mengetahui cara yang benar untuk bertindak atau berusaha.

2. Makna komponen afektif, yaitu seseorang dapat merasakan secara emosional tentang sesuatu hal dan ia akan menyetujui hal yang positif dan tidak menyetujui hal yang negatif.

3. Makna komponen tindakan, yaitu merupakan variabel penyetara yang memimpin pada suatu tindakan.

Untuk mengembangkan pendidikan berbasis nilai melalui IPA diperlukan strategi yang tepat. Dengan demikian aktivitas pembelajaran penting untuk diarahkan kepada pemahaman dan pengalaman nilai-nilai yang secara langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

5. Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan

Konsep biologi yang dipilih dalam penelitian ini adalah struktur dan fungsi organ pada tumbuhan. Karena konsep ini merupakan materi yang sangat menarik dan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari serta dapat diamati secara langsung, tidak abstrak.

Tumbuhan sebagai makhluk hiodup juga memiliki bagian terdiri atas organ-organ yang mendukung proses kehidupan tumbuhan. Seluruh bagian tumbuhan merupakan suatu kesatuan hidup, sedangkan berbagai organ yang berbeda hanyalah bagian-bagian yang melaksanakan fungsinya masing-masing dalam kehidupan tumbuhan. Struktur bagian tumbuhan terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.

25


(47)

a. Akar

Akar berfungsi untuk menyerapa air dan mineral dari tanah serta menyimpan makanan. Air dan mineral dari dalam tanah dapat masuk ke dalam akar melalui proses difusi dan osmosis. Ada dua sistem perakaran, yaitu akar tunggang dan akar serabut. Jaringan penyusun akar dimulai dari lapisan yang paling terluar adalah epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat.

b. Batang

Batang berfungsi sebagai penghubung antara akar dan daun serta tempat menyimpan hasil fotosintesis dan air. Struktur batang terdiri atas epidermis, korteks, dan silinder pusat. Pada silinder pusat terdiri atas jaringan berkas pengangkut, empulur, perikambium, dan jari-jari empulur.

c. Daun

Daun berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis dan transpirasi. Jaringan penyususn daun terdiri atas epidermis, mesofil, dan berkas pengangkut. Setiap daun mempunyai tulang daun yang berguna untuk memberi kekuatan pada daun dan sebagai tempat berkas pengangkut. Tulang daun terdiri atas ibu tulang daun, tulang cabang daun, dan urat daun. Daun yang lengkap adalah daun yang memiliki upih daun (pelepah daun), tangkai daun, dan helaian daun.

d. Bunga

Bunga memiliki struktur yang kompleks karena disusun oleh beberapa bagian. Beberapa bagian pada bunga berperan dalam pembuahan (fertilisasi) dan pembentukkan biji. Struktur bunga sangat bervariasi dengan bergam bentuk, ukuran, kelengkapan bagian, dan warna bunga. Bagian bunga adalah hiasan bunga dan alat kelamin bunga. Hiasan bunga terdiri dari kelopak bunga dan mahkota bunga. Alat kelamin bunga terdiri dari alat kelamin jantan yaitu benang sari dan alat kelamin betina, yaitu putik.


(1)

79

C. Struktur dan

Fungsi Daun.

Menunjukkan letak berkas pengangkut

Menyebutkan struktur daun pada tumbuhan

Menjelaskan fungsi struktur daun pada tumbuhan

Menunjukkan letak berkas pengangkut pada daun

Menyebutkan struktur bunga pada tumbuhan

Ket: 1. cambium 2. floem 3. Stele 4. xylem

Apabila kita membuat sayatan melintang, maka akan tampak jaringan penyusun daun terdiri atas: kutikula, epidermis atas,lapisan mesofil, dan epidermis bawah

1. kutikula: untuk mencegah penguapan air dari dalam daun 2. epidermis atas: sebagai jaringan pelindung

3. lapisan mesofil: terdapat jaringan palisade dan spon

4. epidermis bawah: terdapat sel-sel yang berubah fungsi menjadi sel penutup membentuk stomata

Struktur bunga:

1. perhiasan bunga, terdiri dari kelopak dan mahkota bunga 2. alat kelamin, terdiri dari putik dan benang sari

Nilai Praktis

Nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar adalah dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Pengetahuan tentang masalah tumbuhan telah banyak diketahui sebagai sumber bahan pangan bagi manusia, seperti sayuran dan buah-buahan.

Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan suatu bahan ajar adalah kandungan nilai dari bahan yang dapat memberi inspirasi atau ide-ide atau gagasan untuk dimunculkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan, keinginan, dan hasratnya bagi kesejahteraan hidupnya, bagi untuk pribadi maupun kepentingan bangsanya. Pemahaman sistem transportasi tumbuhan melalui jaringan xilem dapat diterapkan dalam sistem pengaturan lalu lintas jalan tol atau jalan bebas hambatan. Jalannya pengangkutan air dengan zat-zat terlarut ini searah dan tidak berpapasan dengan pengangkutan zat hasil fotosintesis yang melalui pembuluh tapis (floem). Antara xilem dan floem selalu berpasangan (berdampingan), tetapi berbeda arah layaknya sistem lalu lintas searah. Sistem lalu lintas searah menjamin lebih lancar daripada sistem lalu lintas dua arah. Sistem pengangkutan melalui pembuluh kayu (trakea) hanya ditemukan pada tumbuhan


(2)

80

D. Struktur dan

Fungsi Bunga .

E. Struktur dan Fungsi Buah dan Biji.

Menjelaskan fungsi putik dan benang sari pada bunga

Membedakan bunga lengkap dan bunga sempurna

Menyebutkan struktur buah dan biji pada tumbuhan

Menjelaskan fungsi buah dan biji pada tumbuhan

Menjelaskan macam-macam buah

Putik berfungsi sebagai alat kelamin betina dan penghasil sel telur (ovum)

Benang sari sebagai alat kelamin jantan dan penghasil sel serbuk sari (sperma)

 bunga lengkap adalah bunga yang memiliki empat bagian utama bunga yaitu mahkota, kelopak, putik, dan benang sari.

 Bunga sempurna adalah bunga yang memiliki putik dan benang sari sekaligus dalam dalam satu tangkai bunga (bunga

biseksual)

Bagian-bagian biji secara umum adalah kulit biji, tali pusar (funiculus), dan inti biji (terdiri dari embrio dan albumen)

Buah merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan dari daun buah. Buah berisi biji dan berfungsi sebagai alat

perkembangbiakan. Macam-macam buah:

1. buah tunggal, buah yang dibentuk hanya dari satu bakal buah (mangga, papaya)

2. buah agregat, buah yang dibentuk oleh banyak bakal buah dari satu bunga (murbei)

3. buah majemuk, buah yang dibentuk oleh banyak bakal buah dari banyak bunga (nangka, sukun, dan nanas)

4. buah semu buah sejati

paku-pakuan dan tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan biji/ Spermatophyta). Tumbuhan yang berbatang panjang/tinggi apabila besar memilki sistem pengangkutan zat yang lebih cepat layaknya jalan tol, yaitu melalui sistem pengangkutan intravaskuler (dalam berkas pembuluh : xilem dan floem)


(3)

LEMBAR UJI REFERENSI Nama : Aprita Sari

NIM : 104016100396

Jurusan : Pendidikan IPA-Biologi

Judul Skripsi : Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Biologi Berbasis Nilai(Quasi Eksperimen Pada Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta)

No Judul dan Halaman Buku/Referensi Paraf

Pembimbing I Pembimbing II BAB I

1. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, hal. 1.

2. Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching. Skripsi. Bandung: UPI, 2007. 3. Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas

Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching. Skripsi. Bandung: UPI, 2007. 4. Heni Febryani Saidah, Pengaruh Reciprocal Teaching

terhadap Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Indera. Skripsi. (Bandung: UPI, 2007), hal 4.

5. Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. (Bandung: Mughni Sejahtera. 2005), h. 46

6. Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam…, hlm. 64 BAB II

1. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet.1, h. 5.

2. Farida Nurhasanah, Reciprocal Teaching dari http://hasanahworld.wordpress.com, 17 Juni 2009. 3. Farida Nurhasanah, Reciprocal….

4. Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching. Skripsi. Bandung: UPI, 2007. 5. Vina Indriani, Penguasaan Konsep dan Aktivitas

Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching. Skripsi. Bandung: UPI, 2007. 6. Vina Indriani, “Penguasaan Konsep dan Aktivitas

Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching”, Skripsi. (Bandung: UPI, 2007),


(4)

hal.8

7. Vina Indriani, “Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching”, Skripsi. (Bandung: UPI, 2007), hal.9.

8. Nuryani. R., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) , hal 155. 9. Nuryani. R., Strategi Belajar …, hal 50-51

10. Nuryani R, Strategi Belajar..., hal. 52.

11. Prayekti, ”Pendidikan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di kelas 5 SD”, Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi 39, 2001. hal. 3. 12. Suharsimi Arikunto, Dasar–Dasar Evaluasi

Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). Cet.ke-6, hal. 156.

13. Rohmat Mulyana. Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Alfabeta: Bandung. 2004), hal.7.

14. Suroso Adi Yudianto, Manajemen.., hal. 46 15. Rokhmat Mulyana, Mengartikulasi…, hal. 10 16. Rokhmat Mulyana, Mengartikulasi…, hal. 26 17. Suroso Adi Yudianto, Manajemen.., hal. 47 18. Suroso Adi Yudianto, Manajemen.., hal. 48 19. Rokhmat Mulyana, Mengartikulasi…, hal. 105 20. Nik, Azis Nik Pa, “ Pengembangan nilai dalam

Pendidikan Matematik: Cabaran dan Keperluan”, dalam Nilai-Nilai Science Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. hal.29.

21. Nik Azis Nik Pa, Pengembangan…, h. 29. 22. Nik Azis Nik Pa, Pengembangan…, h. 29. 23. Rokhmat Mulyana, Mengartikulasi…, h. 119 24. Suroso Adi Yudianto, Manajemen.., h. 51 25. Suroso Adi Yudianto, Manajemen.., h. 51

26. Heni Febryani Saidah, Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi


(5)

dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Indera. Skripsi. (Bandung: UPI, 2007), hal 1.

27. Vina Indriani, “Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching”, Skripsi. (Bandung: UPI, 2007).

BAB III

1. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. ke-3, hal. 77.

2. Sugiyono, Metode…, hal. 97.

3. Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), Cet ke-6, h.168

4. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. ke-3, h.78

5. Sukardi, Metodologi…, . hal. 79.

6. Suharsimi Arikunto, Dasar–Dasar… , h. 65 7. Lampiran 7, hal. 95.

8. Suharsimi Arikunto, Dasar–Dasar… , h. 86. 9. Lampiran 7, hal. 95.

10. Suharsimi Arikunto, Dasar–Dasar… , h. 211. 11. Lampiran 7, hal. 95.

12. Suharsimi Arikunto, Dasar–Dasar…, hlm.207. 13. Lampiran 7, hal. 95.

14. David E, Meltzer, “Addendum to: The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible “Hidden Variable” In

DiagnosticPretestScores”,darihttp:/Physics.Ia.state.Ed u/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf, 21 Agustus 2008.

15. Nana sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 466.

16. Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian

Pendidikan, (Bandung: IKIP Bandung Press, 1998), h. 402.


(6)

17. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2008), Cet. ke-13, hal.131.

18. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, hlm. 263. 19. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, hlm. 245.

BAB IV 1. Lampiran 8, hlm.96.

2. Lampiran 9, hlm.97. 3. Lampiran 10, hlm.98.

4. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2008), Cet.13, h.131.

5. Lampiran 11, hlm.99. 6. Lampiran 12, hlm.100. 7. Lampiran 13, hlm.101.

8. Vina Indriani, “Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching”, Skripsi. (Bandung: UPI, 2007). 9. Vina Indriani, “Penguasaan Konsep dan Aktivitas Siswa pada Sistem Indera Manusia Melalui Model Reciprocal Teaching”, Skripsi. (Bandung: UPI, 2007). 10. Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam Sumber

Pendidikan Nilai, (Bandung,: Mughni Sejahtera, 2005), h.53.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 150 202 343 NIP. 150 377 451


Dokumen yang terkait

Pengaruh pembelajaran generatif terhadap hasil belajar siswa pada konsep usaha dan energi (kuasi eksperimen di MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh)

0 17 113

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Ips

0 7 107

Pengaruh Model Pembelajaran Portofolio Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa (Eksperimen di MTs Pembangunan UIN Jakarta

1 9 97

Pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran berbalik) terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep protista (eksperimen di MAN 2 Bogor)

1 15 148

Hubungan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Di Sma Negeri 46 Jakarta)

6 25 142

Pengaruh Model Pembelajaran Portofolio Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa : Eksperimen di MTs Pembangunan UIN Jakarta

0 24 90

Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

1 6 154

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP ACADEMIC SKILL DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI KALOR

0 6 164

PENDEKATAN BERMAIN DALAM MEMPERBAIKI HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI PADA SISWA KELAS VIII SMP BINA SATRIA MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 9 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI TULISAN SISWA PADA MATERI ALAT INDERA.

0 0 32