Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Ips

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

SELI PURNAMASARI NIM : 109015000153

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(2)

PItr,AJARA.N TF3!

Skripsi

Diajukan Kepada Faki*tas llmu Tarbiyah dan Ksgu*:an

Untuk Memenuhi Persyaratan Mempercleh Gelar Sarjana Pendidikan {S.Pd)

Oleh:

Seli. FUI'nemasari \-t\, !nalnlinr-rfilil .\t,!I. iU7q.J I J'JL'U t JJ

Yang Mengesahkan,

Fembirrbiug

II

nkl

t

u-{

Pembimbingl

*-*t**t*-/

t-/

Dr. Iwan ilurwanto"

M.8j

\lP:

i97-10424 2C0801

I

Bi:

Annjsa l\'indarri " &i. Sfl \;rP. -\ri , t TSLVUV& lOSl('lQn? ](tl'i r")1 r fril{

-Ut r\/,

b'.t\'-JURUSAI\I PENDIDIKA}T IPSIEKONOMI

TAKULTAS

ILMU

TARBTYAH DATI KEGURUAITI

,

TIIN SYARIF I{TDAYATIJLLAH 1

'

J"AKARTA


(3)

LEMBAR

PENGESAHAN

Skripsi

yang

heriLrduI Peningkatan

Hasil

Belajar Sisrva MelaiLri ]lodel Pernbelajaran 'ferbalik (Recipracal Teaching) Pada Mata Pelajaran IPS disusun oleh Seli Purnamasari, Nomor induk Mahasiswa 109015000153" diajukan kepada Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinvatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 24 Maret 2014 di hadapan deu,an penguji. Karena itulah, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS"

Jakarta, 11 April 2014

Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Dr. Iu,an Purrvanto. M.Pd NrP.19730424 200801 I 012

Sekeftaris (Sekertaris Jurusan/Prodi) Drs. H. Syaripulloh. M.Si

NrP.19670909 200701 I 033 Penguji I

Drs. Nurochim. M.M

NIP.t9s907ls 198403 1 003

PengLrji II

Mochamrnad Noviadi Nugroho, M.Pd NIP. 1 9761 1 18 201 101 1 006

Tanggal

Tanda

tangan -24

Mengetahui:

Drkan Fal<ultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan

Ph.D Nurlen4Xifa'i, MA, NIP.19520520 198103 1 010


(4)

Nama

Nirn

Jurusan

Alamat

NamaPembimtrirg

i

!.rIt]

i{arru. ffernbinii:ing

ii

Dr. lwan Pufirramto, M.Pd 19730424 200801 1 &12 Aaissa Wi$dsrti, M.St,

i982S8S2 zrt1trfil? 0$5 : Seli Pumamasari

: i09015000153

: Pendidikan IPS

: Jln. H. Mawi, Gg. H. Sairun Rt. 03 Rw. 05 No.36 Kp. Jati Fanrng-Bogor

}IE$YATAKA}T

DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahu'a skripsi yang berjudul Peningkatan Hasit Belajar Siswa Menggunakan

llodel

, . \ 6 I ll-a, n-t.-!--,--- fn3 --t,-1.-L L-..,-^- L--,":1

rcmDCaAJArAn ierDAltI{ lKeclprotgi teil{:nrngl rau& r}r8ra relirJaraff

lr3

iJuilliut usrlili rri*ri karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Demikian $&rai psntyataaa dari saya buat dengar sesurrgglliutyarian saya siap menerima segala kcnsekue*si apabiia tsrbukti beirwa skripsi ini bukan hasit karya seridiri

Jakarta, Ja*$*ci 2014

Yarrg Menyatakan


(5)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-5 pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Instrumen yang digunakan berupa wawancara,

Pretest dan Postest, lembar observasi guru dan siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 77. Dari hasil penelitian, pada siklus pertama ketuntasan belajar siswa yang dicapai yaitu sebanyak 71%, dan siklus kedua sebanyak 100 %, dimana peningkatan persentase hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mencapai 29%. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat melalui model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Serta memiliki kelebihan Mengembangkan kreativitas siswa, Memupuk kerjasama antara siswa dan Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap. Kata kunci :Penelitian Tindakan Kelas, Hasil belajar siswa, Model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching).


(6)

Sciences , Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

This study is an action research conducted in two cycles . Each cycle consists of planning , implementation, observation and reflection. The subjects were students of class VIII - 5 junior Parung Islamic Academic Year 2012/2013. This study aims to determine the improvement of learning outcomes - 5 eighth grade students in social studies through learning model Reversed (Reciprocal Teaching). The instrument used in the form of interviews, pretest and posttest, teacher and student observation sheet. Indicator of the success of this study of mastery learning students achieve mastery criteria Minimum value ( KKM ) is 77. From the research, the first cycle of students who achieved mastery learning is as much as 71 %, and the second cycle of 100 %, which increases the percentage of student learning outcomes from the first cycle to the second cycle reaches 29 %. Based on these results, it can be concluded that student learning outcomes in social studies can be increased through the learning model Reversed (Reciprocal Teaching). As well as having excess Developing students' creativity, Nurturing Growing cooperation between students and gifted students, especially in speaking and developing an attitude.

Keywords : classroom action research, student learning outcomes, learning


(7)

i

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Syukur Alhamdulilah, segala puja serta puji hanya milik Allah SWT yang telah menganugerahkan karunia yang begitu besar kepada manusia, berupa iman, kesehatan, dan ilmu. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada pimpinan para rasul dan hambanya yang setia melaksanakan perintah serta sunnahnya.

Dengan desakan waktu dan pikiran yang fokus yang mendorong menyelesaikanskripsi ini, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar

Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik(Reciprocal Teaching) ini dapat selesai. Selesainya skripsi ini juga tak lupa do’a dan kesungguhan hati, kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak baik saran maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan ini, dan lebih khusus ucapan terimakasih yang peneliti ucapkan kepada:

1. Nurlena Rifa’i MA.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Pertama Skripsi penulis yang telah memberikan banyak nasihat, arahan dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Annisa Windarti, M.Sc., sebagai pembimbing kedua skripsi, terimakasih atas segala bimbingan, saran, pengarahan, ilmu, waktu, serta motivasinya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(8)

ii

5. Bapak Yayan Herdiyana Yazid, S.Pd selaku kepala SMP Islam Parung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Islam Parung

6. Masyarakat SMP Islam Parung yang telah membantu diperolehnya data-data yang dibutuhkan dalam laporan penelitian skripsi ini khususnya guru IPS Bapak Dery Prima Rohendy, S.E dan Bapak Ajat Sudrajat, S.E yang telah banyak membatu dalam penelitian ini, terima kasih atas pelajaran hidup yang dibagi. Serta siswa-siswi kelas VIII-5 yang seru dan asik serta kritis, terima kasih atas kebersamaannya. Karyawan Tata usaha yang telah memberikan pelayanan administrasi guna memperoleh data-data yang dibutuhkan.

7. Orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang yang tak pernah usai tulus dan cintanya tak akan mampu terbalaskan yaitu mama Welas Asih dan bapak Asrep Dwi Anggoro semoga Allah memberikan keberkahan dalam hidup kalian.

8. Adinda Chintia Kusuma Ningrum yang peneliti sangat sayangi.

9. Sahabat terbaik, Reni Novita, Eneng Euis Sholihat, Siti Akmaliah, dan Tri Wahyuningsih. Yang selama ini selalu bersama baik susah maupun senang. Terima kasih sudah mau menjadi sahabat terbaik peneliti semoga persahabatan ini abadi untuk selamanya.

10. Semua teman-teman seperjuangan Jurusan IPS angkatan 2009, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

11. Terimakasih pula peneliti ucapkan kepada Mila Zulfiah, Ratna Marlianti, Nurmalina, dan Riyadlul jannah yang telah berbagi informasi dalam mengerjakan penelitian skripsi ini.


(9)

iii

berdo’a mudah-mudahan segala kebaikan yang diberikan memperoleh ganjaran amal kebajikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Mudah-mudahan penelitian skripsi ini dapat bermanfaat yang sebesar-besarnya bagi pembaca.

Alhamdulillahirrobil’Alamiin

Jakarta, Januari 2014


(10)

iv

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vii

Daftar Diagram ... viii

Daftar Lampiran... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS, PENGAJUAN KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS TINDAKAN... 8

A. Acuan Teori ... 8

1. Hasil Belajar... 8

2. Pengertian Belajar ... 8

a. Ciri-Ciri Belajar ... 10

b. Tipe Kegiatan Belajar ... 10

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar ... 12


(11)

v

b. Langkah-Langkah TeknikScaffolding ... 18

c. Tahapan Kegiatan PengajaranReciprocal Teaching ... 18

d. Kelebihan Dan KelemahanReciprocal Teaching ... 20

e. Prinsip Pembelajaran Terbalik(Reciprocal Teaching) ... 21

4. Pembelajaran IPS ... 23

a. Pengertian IPS ... 23

b. Karakteristik IPS ... 24

c. Disiplin Ilmu-Ilmu Sosial... 25

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Tempat Dan Waktu Penelitian... 30

B. Metode Penelitian Dan Desain Intervensi Tindakan ... 30

C. Subjek/Partisipan Yang Terlibat Dalam Penelitian ... 31

D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 31

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 31

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 35

G. Data Dan Sumber Data ... 36

H. Instrumen Penelitian ... 36

I. Teknik Pengumpulan Data ... 37

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan(Trustworthiness)Studi... 38

K. Analisis Data Dan Interpensi Hasil Analisis ... 45


(12)

vi

1. Sejarah singkat SMP Islam Parung... 47

2. Visi, Misi dan Strategi ... 49

3. Data sekolah... 50

B. Pemeriksa Keabsahan Data ... 56

1. Siklus I ... 57

2. Siklus II... 67

C. Pembahasan temuan hasil penelitian ... 82

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

vii

Tabel 3.3 Interprestasi Tingkat Realibilitas Instrumen... 43

Tabel 3.4 Interprestasi Tingkat Kesukaran ... 44

Tabel 3.5 Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP) ... 46

Tabel 4.1 Data Siswa dalam 4 (empat) Tahun Terakhir ... 51

Tabel 4.2 Data Siswa Menurut Jenis Kelamin... 52

Tabel 4.3 Data Ruang Kelas ... 53

Tabel 4.4 Data Ruang Lainnya ... 53

Tabel 4.5 Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha ... 54

Tabel 4.6 Tugas Mengajar dan Jumlah Jam Mengajar SMP Islam Parung Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 54

Tabel 4.7 Lembar Observasi aktivitas guru Siklus I... 59

Tabel 4.8 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I... 61

Tabel 4.9 Persentase Ketercapaian Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I ... 62

Tabel 4.10 Daftar Nilai Siswa Siklus I ... 64

Tabel 4.11 Lembar Observasi aktivitas guru Siklus II ... 69

Tabel 4.12 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II ... 71

Tabel 4.13 Persentase Ketercapaian Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II... 72

Tabel 4.14 Hasil Wawancara Responden Siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung Setelah Pelaksanaan PTK ... 74

Tabel 4.15 Daftar Nilai Siswa Siklus II ... 77


(14)

viii

Gambar 4.3 Perbandingan N-Gain Siklus I dan siklus II... 80 Gambar 4.4 Peningkatan Hasil Bekajar Siklus I dan Siklus II …………... 81


(15)

ix

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 3 Kisi-kisi Soal Siklus I

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Siklus II

Lampiran 5 Soal Pretes dan Postes Sebelum Validitas Lampiran 6 Hasil Belajar Siklus I

Lampiran 7 Hasil Belajar Siklus II

Lampiran 8 Soal Pretes dan Postes Siklus I Lampiran 9 Soal Pretes dan Postes Siklus II Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Siklus I Lampiran 11 Lembar Observasi Guru Siklus II

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II Lampiran 14 Pedoman Wawancara Dengan Guru IPS Pada Saat Observasi Lampiran 15 Pedoman Wawancara Dengan Siswa Pada Saat Observasi Lampiran 16 Pedoman Wawancara Dengan Siswa Setelah Tindakan

Lampiran 17 Hasil Wawancara Observasi Dengan Guru Mata Pelajaran IPS Lampiran 18 Hasil Wawancara Observasi dengan Siswa


(16)

x Lampiran 21 Reabilitas Tes

Lampiran 22 Tingkat Kesukaran Lampiran 23 Daya Pembeda


(17)

1

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk Allah SWT, telah dikaruniai Allah SWT kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah, agar dengannya manusia mampu bertahan hidup serta memajukan kesejahteraannya. Kemampuan dasar manusia tersebut dalam sepanjang sejarah pertumbuhannya merupakan modal dasar untuk mengembangkan kehidupannya di segala bidang. Sarana utama yang dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia tidak lain adalah pendidikan. “Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.1

Dari rumusan di atas nyatalah bahwa pendidikan yang sebenarnya berlaku dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak, jadi yang kita tuju dengan pendidikan kita adalah kedewasaan si anak. Tidaklah mungkin pendidik membawa anak-anak kepada kedewasaannya jika pendidik sendiri tidak dewasa.

1

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(18)

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dengan pendidikan, kebutuhan manusia tentang perubahan dan perkembangan dapat terpenuhi. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional pada undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab II pasal 3 yaitu :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”.2

Demi mewujudkan tujuan pendidikan yang dikemukakan di atas seorang pendidik dituntut mempunyai kualitas yang baik. Karena pendidikan mempunyai tugas yang mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa demi memajukan dunia pendidikan nasional. Semua hal tersebut dapat dilakukan melalui proses kegiatan belajar mengajar. “Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri”.3

Kegiatan belajar dapat dilakukan oleh siapa saja, akan tetapi hasilnya tergantung pada kegiatan proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.

2

Undang-Undang Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006) hal.8

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya Offset,


(19)

Sampai saat ini pendidikan nasional yang diharapkan masih belum tercapai dengan baik. Faktanya masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru. Contohnya metode ceramah dan pemberian tugas, metode yang berpusat pada guru tersebut membuat siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran, karena berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi di SMP Islam Parung masih banyak siswa yang bercanda dan mengobrol ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga proses pembelajaran di kelas tidak kondusif dan metode yang berpusat pada guru faktanya tidak dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangan persepsinya.

Permasalahan yang peneliti tuliskan di atas menyebabkan hasil belajar siswa rendah, khususnya pada mata pelajaran IPS dimana nilai siswa berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang mana pada mata pelajaran IPS sebesar 77. Hal ini menunjukan kurangnya model pembelajaran yang menarik sehingga membuat siswa merasa bosan karena selama ini pembelajaran IPS dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hapalan semata, sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar IPS siswa di sekolah.

Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, antara lain motivasi belajar, intelegensi, kebiasaan, dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat dari luar peserta didik, seperti guru, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.

Rendahnya hasil belajar siswa SMP Islam Parung dikarenakan kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran oleh guru yang bersangkutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan model-model pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran berpusat pada siswa. Model-model pembelajaran sangat beragam, dengan pemanfaatan model


(20)

pembelajaran diharapkan mampu mengurangi kejenuhan siswa didalam proses belajar mengajar. Untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran yang aktif

“Model-model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain”.4

Model pembelajaran kooperatif model Reciprocal Teaching merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam strategi yang memberikan kesempatan siswa untuk melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya, melakukan langkah-langkah berupa pemecahan masalah, menyusun pertanyaan atau menjelaskan konsep yang dipelajarinya dan memprediksikannya. Model

Reciprocal Teaching ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Selanjutnya model pembelajaranreciprocal teaching

mengutamakan peran aktif siswa dalam meningkatkan mutu belajar dan hasil belajar

Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah yang ada di dalam kelas VIII-5 SMP Islam Parung. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)Pada Mata Pelajaran IPS”.

4

Rusman,Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1 Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah dan pemberian tugas.

2 Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan persepsinya. 3 Hasil belajar siswa rendah.

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada :

1. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

2. Model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model ceramah pada setiap pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang dijelaskan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah metode Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Islam parung kelas VIII-5?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)pada mata pelajaran IPS

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, baik secara Teoritis maupun Praktis:


(22)

a. Manfaat Teoritis

1) Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan pada dunia pendidikan khususnya.

2) Mendukung teori yang telah ada dan memberikan sumbangsih pengetahuan tentang model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Sebagai referensi dan sumber acuan untuk peneliti-peneliti yang akan datang.

3) Memberikan informasi bagi pihak terkait tentang model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPS bagi siswa.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa

a) Memberikan konstruktivisme model pembelajaran terbalik(Reciprocal Teaching)untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran IPS.

c) Dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar pada mata pelajaran IPS sehingga hasil belajar meningkat.

2) Bagi guru

a) Meningkatkan kompetensi pedagogik guru IPS dalam melakukan aktivitas belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien.

b) Membantu guru IPS dalam melakukan perbaikan metode mengajar yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang bermutu dan bermakna.

c) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran IPS.


(23)

3) Bagi Sekolah

a) Memberikan masukan terkait dalam mengambil kebijakan, terutama kebijakan pembelajaran.

b) Membantu sekolah dalam meningkatkan profesionalitas para guru. c) Memberikan sumbangsih pada sekolah dalam menghasilkan guru-guru

yang kreatif. 4) Bagi Peneliti

a) Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam penggunaan model pembelajaran yang sesuai dalam sebuah pembelajaran.

b) Menambah wawasan dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran terbalik(Reciprocal Teaching).


(24)

8 A. Acuan Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Kata belajar berarti perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan.Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor.1

“Belajar (Learning)adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti”.2Bahkan hal ini dijelaskan dalam hadis yang berbunyi “utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi”.

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya”.3

1

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 5.

2

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2008), hal 62

3

Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),


(25)

Witherington, dalam buku Education Psychology mengemukakan

“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.4

Menurut Slameto “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.5

Adapun menurut Hamzah belajar adalah ”Perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan (reinforce practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu”.6

Sedangkan Garry dan Kisley menyatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinal melalui pengalaman dan latihan-latihan”.7

Winkel mengemukakan bahwa belajar adalah “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.8

Menurut Oemar Hamalik bahwa belajar adalah “Modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.9

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa melalui pengalaman dan latihan-latihan. Belajar akan dikatakan berhasil apabila seseorang mampu mengulangi kembali materi-materi yang telah

4

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1990),

cetakan 5, hal 84

5

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruh, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2010), h. 2.

6

Hamzah B. Uno,Teori Motivasi Dan Pengukurannya,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 23

7

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), h.

100.

8

Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Refrensi Bagi Pendidikan Dalam

Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Prenada Media, 2009), h. 5

9


(26)

dipelajarinya, serta mampu menyampaikan dan mengekspresikannya dalam bahasa sendiri. Secara psikologis, bahwa orang belajar ada kaitannya dengan kematangan baik jasmaniah maupun rohaniahnya.

Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apersepsi. Adapun pengalaman dalam proses belajar ialah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungannya.

b. Ciri–Ciri Belajar

Terdapat ciri-ciri dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:

a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan tertentu.

b. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah metode dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik, adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

d. Aktor guru yang cermat dan tepat.

e. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing-masing.

f. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran

g. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.10

c. Tipe Kegiatan Belajar

Menurut Gagne tipe-tipe kegiatan belajar dibagai menjadi delapan yaitu :

a. Belajar Isyarat(Signal Learning)

Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespon suatu isyarat. Jadi respon yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe kegiatan belajar ini menekankanbelajar sebagai usaha merespons tanda-tanda yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.Seperti menutup mulut dengan jari telunjuk, melambaikan tangan dll.

b. Belajar Stimulus–Respons(Stimulus Respons Learning)

10

Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman


(27)

Tipe ini berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran, misalnya mencium bau masakan sedap, keluar air liur.

c. Belajar Rangkaian(Chaining)

Tipe ini berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara dua stimulus atau lebih dengan berbagai respon yang berkaitan dengan stimulus tersebut. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik ; seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu. d. Asosiasi Verbal(Verbal Association)

Tipe ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dengan stimulus yang disampaikan secara lisan. Seperti suatu kalimat“unsur itu berbangun limas”

e. Belajar Diskriminasi(Discrimination Learning)

Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, bintang, atau tumbuh-tumbuhan.

f. Belajar Konsep(Concept Learning)

Tipe ini belajar menggunakan konsep. Konsep diperoleh dari membuat tafsiran terhadap fakta dan realita.Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang belakang, menurut ciri-ciri khusus (Kelas), seperti kelas mamalia, reptilian, amphibian, burung, dan ikan.

g. Belajar Aturan(Rule Learning)

Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran disekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180 derajat.

h. Belajar Pemecahan Masalah(Problem Solving Learning)

Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik menghadapi persoalan dan memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik memiliki kemampuan atau kecakapan dalam pemecahan masalah.11

Dari penjelasan tipe-tipe di atas maka pembelajaran IPS termasuk dalam tipe belajar konsep (Concept Learning) karena pelajaran IPS mempelajari konsep-konsep tentang fakta atau realita yang ada di dalam masyarakat.

11

Lukmanul Hakim,Perencanaan Pembelajaran,(Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), hlm.


(28)

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar 1) Faktor Internal

a. Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Bahkan dikatakan oleh Aminuddin Rasyad pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan(five sense are the golden gate of knowledge). Artinya, kondisi panca indera tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar.12

b. Faktor Psikologis

Kondisi psikologis setiap manusia atau anak didik berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan di antaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat, dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar.

2) Faktor Eksternal a. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

12

Yudhi Munadi,Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada), h.


(29)

b. Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainnya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan.

e. Hasil Belajar

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris”.13

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) kemamuan intelektual, (b) strategi kognitif, (c) informasi verbal, (d) keterampilan motorik, (e) sikap dann nilai.14

Menurut Abdurrahman, “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.15

Sudjana berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman kerjanya”.16

13

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009), h. 22

14

Iif Khoiri Ahmadi, dkk.,Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka

Publisher, 2011), h. 39.

15

Asep Jihad-Abdul Haris,Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Multi Press), h. 14

16


(30)

Hamalik menyatakan bahwa, “hasil belajar adalah perubahan tingkah

laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.17

Winkel menyatakan “bahwa, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.18

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diketahui, diperoleh atau didapat setelah melalui proses belajar baik karena ada guru yang mengajar ataupun siswa sendiri yang memanfaatkan lingkungannya untuk belajar. Dalam dunia pendidikan hasil belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hasil belajar terlihat dari perubahan tingkah laku maupun kemampuan kognitifnya.

Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi yang diadakan. Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa, baik kemampuan penguasaan konsep, sikap maupun keterampilan. Hal ini digunakan sebagai umpan balik yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa.

17

Ahmad Jamalong,Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Numbered

Heads Together (NHT) Di Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2012, Vol. 18, h. 398.

18

Purwanto, Pengaruh Konsekuensi Perilaku dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar

(Kajian Literatur), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Deparrtemen Pendidikan Nasional, 2007, h. 1028.


(31)

2. Model Pembelajaran Terbalik(Reciprocal Teaching )

a. Pengertian model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)

Joyce dan Weil berpendapat bahwa “ Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lain”.19

Arends menyatakan, “The term teaching model refrs to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and

management system”.20 Atau dalam bahasa Indonesianya istilah model

pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model-model pembelajaran adalah suatu rencana yang disiapkan guru untuk melakukan sebuah pembelajaran agar tercapainya suatu pembelajaran. dan dengan adanya model pembelajaran ini diharapkan agar bisa mengurangi rasa kejenuhan siswa didalam kegiatan belajar mengajar.

Contoh model-model pembelajaran sangat beragam sekali diantaranya seperti (1) model pembelajaran kontekstual; (2) model pembelajaran kooperatif; (3) model pembelajaran kuantum; (4) model pembelajaran terpadu; (5) model pembelajaran berbasis masalah. Model-model pembelajaran tersebut tentunya mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang tepat sesuai agar tercapainya suatu pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pembelajaran,

19

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), h. 133

20

Trianto, Mendesain Model Pembelajaraninovatif-Progresif (Konsep, Landasan Dan

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)),(Jakarta: Kencana, 2010), cet. 4, hal 22


(32)

tingkat pengembangan kognitif siswa, sarana atau fasilitas yang tersedia sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Dari model-model pembelajaran yang telah disebutkan di atas, peneliti menggunakan model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).

Reciprocal Teachingyang pertama dikembangkan oleh Anne Marrie Polinscar dan Anne Brown merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu topik.21

Reciprocal teaching yaitu model pengajaran kelompok kecil yang didasarkan pada prinsip perumusan pertanyaan melalui pengajaran dan pemberian contoh, guru menumbuhkan kemampuan metakognisi terutama untuk meningkatkan kinerja baca siswa yang mempunyai pemahaman buruk.22

Reciprocal teachingadalah suatu kegiatan pembelajaran yang berupa dialog antar pelajar atau guru dengan pembelajaran atau siswa mengenai suatu bacaan.23

Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) menuntut guru menjadi model dan pembantu siswa. Guru mengajarkan keterampilan kognitif yang penting pada peserta didik dengan cara menciptakan pengalaman-pengalaman belajar. Guru menciptakan tingkah laku tertentu kemudian mambantu siswa untuk membangun keterampilan-keterampilan itu sendiri dengan memberikan rangsangan, dukungan dan sistem yang mendukung.24

Berdasarkan definisi diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran terbalik(reciprocal teaching)siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu

21

Ardha Arief, Model Pembelajaran Reciprokal, (Diterbitkan pada 28 Mei 2013), dari

http://ardhaphys.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran-resiprokal.html

22

Robert E. Slavin,Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik), (Jakarta: Indeks, 2011), cet.1

h.14

23

Marthayunanda,Sekilas Tentang Reciprocal Teaching, (Dirterbitkan pada 29 Oktober 2010),

dari

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2067798-sekilas-tentang-reciprocal-teaching/.

24

Ria Sardiyanti, Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk

Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa (penelitian tindakan kelas di MTs Daarul Hikmah Pamulang), FITK UIN Jakarta, 2010 h. 17


(33)

merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami. Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) yaitu model pembelajaran yang menekankan pada pemahaman mandiri siswa, siswa diminta oleh guru untuk mambaca teks bacaan materi, kemudian siswa segera ditetapkan seolah-olah menjadi guru untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang lain sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi pembelajaran. Sedangkan guru mula-mula menjadi model dalam penerapan model pembelajaran reciprocal teaching

selanjutnya guru menjadiscaffolding.

b. Tahapan kegiatan pengajaranReciprocal Teaching

1. Prosedur Awal

Prosedur awal pengajaran Reciprocal Teaching adalah guru memperagakan semua langkah pembelajaran Reciprocal Teaching,

lalu membagi kelompok siswa sebanyak 5 orang atau kelipatannya dalam satu kelompok. Siswa diminta melakukan langkah-langkah

Reciprocalbersama-sama dalam kelompoknya.

Langkah-langkah dalam pembelajaran Reciprocal Teaching

yang digunakan menurut Wellington, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a) Merangkum materi b) Membuat pertanyaan c) Membuat prediksi jawaban

d) Mengklasifikasikan hal-hal yang sulit

Guru kelas melakukan scaffolding, di antaranya bertindak sebagai anggota kelompok membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah tertentu. Pendekatan dialogis antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa perlu ditekankan. Guru dituntut memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka terhadap siswanya saat menjalani proses pembelajaran


(34)

Reciprocal. Misalnya pada saat berlangsungnya pembelajaran

Reciprocal ada saja siswa yang memiliki kecendrungan diam, maka guru harus memiliki teknik Scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa, diantaranya dengan cara mengarahkan, memberitahu dan menyakinkan siswa peserta tersebut untuk turut aktif dalam diskusi kelompoknya, tidak perlu takut untuk mengungkapkan pendapatnya.

Scaffolding merupakan pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangan dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak melakukannya.25

Dapat disimpulkan bahwascaffoldingadalah pemberian bantuan kepada anak pada tahap pembelajaran berupa arahan, petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, member contoh atau bantuan yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri, yang diberikan guru sehingga pembelajaran dapat lebih terarah dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Adapun langkah-langkah teknik scaffolding menurut Applebee dan Langer dalam Priyatni, mengidentifikasi ada lima langkah dalam pembelajaran dengan menerapkan teknikscaffolding, yaitu:

1. Intentionality yaitu mengelompokkan bagian yang kompleks yang hendak dikuasai siswa menjadi beberapa bagian yang spesifik dan jelas. Bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan untuk mencapai kompetensi secara utuh.

2. Appropriateness yaitu memfokuskan pemberian bantuan pada aspek-aspek yang belum dapat dikuasai siswa secara maksimal. 3. Structure yaitu pemberian model agar siswa dapat belajar dari

model yang ditampilkan.

25

Trianto,Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,(Jakarta: Prestasi


(35)

4. Collaboration yaitu guru memberikan respons/balikan terhadap tugas yang dikerjakan siswa. Peran guru di sini bukan sebagai evaluator, tetapi sebagai kolaborator.

5. Internalization yaitu pemantapan pemilikan pengetahuan yang dimiliki siswa agar benar-benar dikuasainya dengan baik.26

2. Prosedur Harian

Dalam tahap kelanjutan pelaksanaannya. Pengajaran terbalik melalui prosedur harian sebagai berikut :

a. Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan. b. Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak sebagai

guru (model).

c. Siswa diminta membaca dalam hati begian teks yang ditetapkan. Untuk memudahkan mula-mula bekerja paragraf demi paragraf. d. Guru memperagakan empat keterampilan setelah semua siswa

selesai membaca.

e. Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran yang baru berlangsung dan mengenai bacaan.

f. Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bagian bacaan/ paragraf berikutnya, dan pilih satu siswa yang akan berperan sebagai

“guru-siswa”.

g. Siswa dilatih/ diarahkan berperan sebagai “guru-siswa” sepanjang kegiatan itu. Mendorong siswa lain untuk berperan serta dalam dialog, namun selalu member “guru-siswa” itu untuk kesempatan memimpin dialog. Memberikan banyak umpan balik dan pujian kepada “guru-siswa” untuk peran sertanya.

h. Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran dalam dialog, sehingga “guru-siswa” dan siswa lain itu berinisiatif sendiri menangani kegiatan itu. Peran guru

26

Endah Tri Priyatni, dalam http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Peningkatan-Kompetensi-Menulis-Paragraf-dengan-Teknik-Scaffolding-Endah-Tri-Priyatni.pdf


(36)

selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa tetap berada dalam jalur dan membantu mengatasi kesulitan.27

c. Kelebihan dan KelemahanReciprocal Teaching

Kelebihanreciprocal teachingantara lain :

Abdul Azis mengungkapkan bahwa kelebihan reciprocal teaching

antara lain :

a. Mengembangkan kreativitas siswa. b. Memupuk kerjasama antara siswa.

c. Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap.

d. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri. e. Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas. f. Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil

kesimpulan dalam waktu singkat.

g. Menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan. h. Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi

waktu yang terbatas.28

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran terbalik (reciprocal Teaching)memiliki kelebihan didalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu saling bekerjasama antara siswa sehingga siswa bisa saling tukar pendapat dalam proses belajar mengajar serta dapat mengungkapkan pendapatnya di depan kelas.

Kelemahanreciprocal teachingantara lain:

a. Adanya kurang kesungguhan para siswa yang berperan sebagai guru menyebabkan tujuan tak tercapai.

27

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka , 2007), cet. 1, h. 96

28

Bungs Education,Metode Pembelajaran, (Diterbitkan pada 16 Juli 2012), diakses pada 18


(37)

b. Pendengar (siswa yang tak berperan) sering mentertawakan tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana. c. Kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya memperhatikan aktifitas siswa yang berperan sebagai guru membuat kesimpulan akhir sulit tercapai.29

Dari kelemahan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran terbalik (reciprocal Teaching) memiliki kelemahan yaitu siswa selalu mentertawakan temannya ketika temannya (siswa yang berperan sebagai guru) menjelaskan di depan kelas.

e. Prinsip Pembelajaran Terbalik(Reciprocal Teaching)

Pembelajaran terbalik adalah suatu pendekatan konstruktivistik yang berdasarkan pada pembuatan/pengajuan pertanyaan. Dengan pembelajaran terbalik dapat menciptakan pengalaman belajar yang membantu siswa mengembangkan keterampilan kognitif.

Adapun prinsip-prinsip yang mendasari pembelajaran terbalik

(reciprocal teaching)dalam pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai berikut:

1. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. Artinya, dengan bantuan prinsip-prinsip pedagogik yang kontruktivis yaitu relevasinya tidak harus berkaitan dengan kehidupan atau keberadaan siswa terdahulu tetapi siswa harus memiliki minat terhadap subjek tertentu sehingga memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu. Modal yang besar terhadap sesuatu merupakan modal besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati.

2. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. Artinya, guru konstruktivistik mengorganisasi informasi seputar problematika konsep, pertanyaan, dan situasi yang

29


(38)

mempunyai ciri-ciri tertentu. Karena siswa merasa disibukan dengan ide-ide atau problem yang dipresentasikan secara sulit/tidak mengerti. 3. Mencari dan menilai pendapat siswa. Artinya, dalam proses belajar mengajar karakteristik siswa dapat diperhitungkan karena mempengaruhi jalannya proses dan hasil pembelaan siswa yang bersangkutan. Maksudnya yaitu siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang dipakai dalam menggiatkan prestasinya. Pemahaman dan karakteristik siswa ini sangat membantu dalam mencari dan menilai pendapat siswa.

4. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Artinya belajar menjadi lebih baik jika tuntutan kognitif, sosial dan emosionaldari kurikulum dapat dicapai oleh para siswa.

5. Menilai belajar siswa dalam konteks pembelajaran. Artinya, guru harus mampu memberikan pertanyaan yang luas agar siswa dapat mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki tanpa harus terfokus terhadap satu jawaban saja. Guru harus mempunyai kemampuan kepribadian dan keterampilan kemasyarakatan dalam proses pembelajaran (profesional). Guru perlu berupaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan pembelajaran siswa.30

3. Pembelajaran IPS a. Pengertian IPS

Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan”.31

30

Yatim Rianto,Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Refrensi Bagi Pendidikan Dalam

Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Prenada Media, 2009), hlm. 146-154

31

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(39)

Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu: Merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/Mts/SMPLB mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan terdiri dari materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi sehingga siswa menjadi warganegara Indonesia yang demokrasi dan bertanggungjawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai.32

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Dimana sasaran utamanya adalah pengembangan teritis, seperti yang menjadi penekanan pada socian science. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial yang lainnya.

Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya, IPS berkenaan dengan cara manusia, memenuhi kebutuhan kebudayaan-kebudayaan jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan, pemerintah dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup IPS adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka dalam pembelajaran IPS ditiap jenjang pendidikan harus melakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar melainkan lebih jauh keutuhannya sendiri dan sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus pula menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat.

32


(40)

b. Karakteristik IPS

Mata pelajaran IPS memiliki karakteristik yang berbeda dengan disiplin ilmu-ilmu yang lainnya, biasanya disiplin ilmu lain bersifat motorik. Adapun karakteristik mata pelajaran IPS menurut Trianto antara lain sebagai berikut:

1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topic (tema) tertentu.

3. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdidipliner dan multidisipliner.

4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan struktur, proses dan masalah sosial upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.33

c. Disiplin Ilmu-ilmu Sosial

Setidaknya ada beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial yang lama berkembang antara lain :

1. Antropologi, mempelajari tentang budaya manusia yang dimulai dari kebudayaan prasejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum lahirnya sejarah) sampai kebudayaan pada zaman modern saat ini.

33

Trianto,Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek,(Jakarta: PT. Bumi Aksara,


(41)

2. Ilmu ekonomi, adalah suatu studi tentang bagaimana langkanya sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas.

3. Geografi, mempelajari permukaan bumi dan pengaruhnya oleh lingkungan fisik. Geografi dibagi : geografi fisik dan geografi budaya.

4. Sejarah, adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau, aspek kegiatan manusia dimasa lampau meliputi : politik, hukum, militer, sosial, keagamaan, kreatifitas, keilmuan, dan intelektual. 5. Ilmu politik, mempelajari kebijakan umum dengan bahasan

perkembangan dan penggunaan kekuasaan manusia didalam masyarakat.

6. Psikologis, mempelajari perilaku individu-individu dan kelompok-kelompok kecil individu. Disiplin ini terkadang didefinisikan untuk meliputi semua bentuk perilaku manusia dan bukan manusia. 7. Sosiologi, mempelajari perilaku manusia dalam

kelompok-kelompok. Perhatian utamanya adalah hubungan sosial manusia perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan dan fungsi dari kelompok dan institusi.34

Dalam penelitian ini peneliti mengambil disiplin ilmu sosial Ekonomi, dengan materi pelaku ekonomi pada mata pelajaran IPS di SMP Islam Parung kelas VIII-5

B. Hasil Penelitian yang relevan

1. Penelitian Aini Nur Rahma yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Quasi Eksperimen di SMPN 3

Tangerang Selatan)” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan model Reciprocal Teachingterhadap hasil belajar siswa

34

Sapriya,Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009)


(42)

pada konsep keanekaragaman hayati. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua kelas diperoleh nilai t hitung sebesar 5,452, sedangkan t tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 78 sebesar 1,99. Sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan kooperatif modelReciprocal Teachingterhadap hasil belajar siswa.35 2. Penelitian Siti Hajar yang berjudul “Pengaruh Strategi Reciprocal

Teaching Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa (penelitian Eksperimen di MTs Darul Himmah Bojong Sari Depok)” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah skor motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan Strategi Pembelajaran Reciprocal Teaching

lebih tinggi daripada Strategi Pembelajaran Konvensional. Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors untuk menguji normalitas data populasi, uji fisher untuk menguji homogenitas data populasi dan uji-t unuji-tuk menguji hipouji-tesis. Dauji-ta hasil perhiuji-tungan perolehan uji-thitung= 4,73

dan dengan menggunakan interpolasi dari tabel distribusi t karena digunakan uji dua pihak maka kriteria pengujian adalah terima Hojika –

ttabel< thitung< ttabeldan tolak Hodalam harga lain, sehingga skor motivasi

belajar matematika siswa menggunakan Strategi PembelajaranReciprocal Teachinglebih tinggi daripada Strategi Pembelajaran Konvensional.36 3. Penelitian Ria Sardiyanti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa” penelitian ini mengungkapkam bahwa penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningktakan aktivitas belajar matematika siswa, memberikan respon positif terhadap

35

Aini Nur Rahma, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif ModelReciprocal TeachingTerhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Quasi Eksperimen di SMPN 3 Tangerang Selatan), Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA, Prodi Pendidikan Biologi, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2012, Tidak dipublikasikan

36

Siti Hajar, Pengaruh StrategiReciprocal TeachingTerhadap Motivasi Belajar Matematika

Siswa (penelitian Eksperimen di Mts Darul Himmah Bojong Sari Depok), Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2012, Tidak dipublikasikan


(43)

pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.37

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti semakin yakin untuk melakukan penelitian ini. Ada beberapa perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Dari segi tempat, subjek dan objek penelitian pun sangat berbeda. Peneliti melakukan penelitian di SMP Islam Parung kelas VIII-5. Variabel yang ada pun berbeda walaupun sama-sama meneliti hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu. Dan dari tidak bisa menjadi bisa. Belajar akan dikatakan berhasil apabila seseorang mampu mengulangi kembali materi-materi yang telah dipelajarinya, serta mampu menyampaikan dan mengekspresikannya dalam bahasa sendiri. Secara psikologis, bahwa orang belajar ada kaitannya dengan kematangan baik jasmaniah maupun rohaniahnya. Perubahan tersebut dilihat melalui hasil belajar.

Hasil belajar adalah sesuatu yang diketahui, diperoleh atau didapat setelah melalui proses belajar baik karena ada guru yang mengajar ataupun siswa sendiri yang memanfaatkan lingkungannya untuk belajar. Dalam dunia pendidikan hasil belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hasil belajar terlihat dari perubahan tingkah laku maupun kemampuan kognitifnya.

Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi yang diadakan. Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa, baik kemampuan penguasaan konsep, sikap maupun

37

Ria Sardiyanti, Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk

Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa (penelitian tindakan kelas di MTs Daarul Hikmah Pamulang), Skripsi SI Jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2010, Tidak dipublikasikan


(44)

keterampilan. Hal ini digunakan sebagai umpan balik yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan penerapan model-model pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran berpusat pada siswa. Model-model pembelajaran sangat beragam, dengan pemanfaatan model pembelajaran diharapkan mampu mengurangi kejenuhan siswa didalam proses belajar mengajar. Untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran yang aktif

Model pembelajaran kooperatif model Reciprocal Teaching merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam strategi yang memberikan kesempatan siswa untuk melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya, melakukan langkah-langkah berupa pemecahan masalah, menyusun pertanyaan atau menjelaskan konsep yang dipelajarinya dan memprediksikannya. Model Reciprocal Teaching ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Selanjutnya model pembelajaran reciprocal teaching mengutamakan peran aktif siswa dalam meningkatkan mutu belajar dan hasil belajar

Model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan salah satu pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Karena model pembelajaran ini menuntut guru menjadi model dan pembantu siswa, guru mengajarkan keterampilan-keterampilan kognitif yang penting kepada peserta didik dengan cara menciptakan pengalaman-pengalaman belajar. Guru mencontohkan tingkah laku tertentu kemudian siswa membangun keterampilan-keterampilannya sendiri. Jadi, pembelajaran dengan metode Reciprocal Teaching diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung pada mata pelajaran IPS. Sehingga, model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Islam Parung pada mata pelajaran IPS.


(45)

D. Hipotesis Tindakan

Penggunaan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung.


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Parung berlokasi di Jln. Raya Parung No. 648, Kota Bogor 16330 Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII-5 semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada bulan November 2013.

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan(Planning)

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rancangan perencanaan pembelajran (RPP) dan instrument penelitian. Instrument penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan kisi-kisi instrumen.


(47)

2. Tindakan(Acting)

Pada tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya.

3. Pengamatan(Observing)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, dilakukan kolaborasi dengan guru kolaborator untuk mengisi lembar observasi.

4. Refleksi(Reflecting)

Pada tahap ini, data-data pada saat pengamatan dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan pengkajian ulang melalui siklus tersebut.

Gambar 3.1

Diagram Desain Intervesi Tindakan Kelas1

SIKLUS I

SIKLUS II

1

Husaini Usman dan Purnomo,Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009),

Cet.2 , h.152

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan Pengamatan

Pelaksanaan


(48)

C. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung yang berjumlah 28 orang. Satu orang observer terlibat dalam penelitian ini yaitu guru IPS kelas VIII-5 sebagai pengamat jalannya penelitian

Pada saat pelaksanaan tindakan guru IPS kelas membantu peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru IPS juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam penelitian

Pada penelitian ini peneliti berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran yaitu mengajarkan materi kebutuhan. Peneliti juga membuat dan merancang rencana kegiatan pembelajaran dan mengevalusi jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM)

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukan penelitian atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi serta analisis refleksi. Setelah dilakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan seterusnya.


(49)

1. Perencanaan Tindakan

Dalam merencanakan tindakan, peneliti dan guru mata pelajaran berkomunikasi dalam rancangannya. Adapun yang hendak dirancang serta bersama adalah perangkat pembelajaran meliputi :

a. Skenario pembelajaran dalam bentuk RPP. b. Instrument penilaian/evaluasi.

c. Instrument observasi tindakan. d. Membuat media/alat pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilakukkan minimal dalam dua siklus kegiatan. Masing-masing siklus terdiri dari 2 x tatap muka, dapat diuraikan sebagai berikut :

Siklus I Pertemuan I

a. Guru mengelola dan mengorganisir kelas persiapan proses pembelajaran.

b. Guru mengabsensi kesiapan belajar siswa. c. Guru menanyakan kesiapan belajar murid.

d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai kompetensi yang diajarkan.

e. Melakukan tes awal (pretes), tujuan untuk mengukur seberapa jauh siswa memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari. f. Guru mencontohkan pembelajaranReciprocal Teaching, sehingga murid

memahami apa yang harus dilakukan sebelum dan setelah proses belajar berakhir.

g. Guru memberikan kesempatan kesempatan murid untuk mengajukan pertanyaan jika ada hal-hal yang belum dipahami

h. Guru memberikan umpan balik kepada murid. i. Guru memberikan penguatan kepada murid.


(50)

j. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar, setiap

kelompok diharuskan mendiskusikan, merangkum, membuat

pertanyaan, dan berperan sebagai guru selama kegiatan membaca dalam kelompok atau dengan kata lain berdiskusi untuk mencari pemecahan soal dalam LKS.

k. Guru melakukan Scaffolding, bertindak sebagai anggota kelompok membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah tertentu

l. Guru menjelaskan bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching

akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. m. Guru menutup pelajaran.

Pertemuan II

a. Guru mengelola dan mengorganisir kelas persiapan proses pembelajaran, dan mempersiapkan perangkat pembelajaran

b. Guru mengabsensi kesiapan belajar siswa. c. Guru menanyakan kesiapan belajar murid. d. Guru melakukan apersepsi meteri pelajaran

e. Guru mempersiapkan murid untuk melaksanakanReciprocal Teaching

n. Murid melaksanakan kegiatan Reciprocal Teaching. Guru melakukan

Scaffolding, bertindak sebagai anggota kelompok membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah tertentu.

o. Setelah melaksanakan diskusi kelompok, guru meminta kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas.

f. Selama kegiatan berjalan, penelitian melakukan observasi aktivitas belajar murid dalam sebuah lembar penilaian observasi yang telah disiapkan.


(51)

g. Melakukan tes akhir atau post-tes diakhir siklus, tujuannya adalah untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu seperti yang di rumuskan indikator hasil belajar.

Siklus II Pertemuan I

a. Guru mengelola dan mengorganisir kelas persiapan proses pembelajaran.

b. Guru mengabsen.

c. Guru menanyakan kesiapan belajar murid.

d. Guru memberikan sebuahice breakingsebelum memulai pelajaran e. Melakukan tes awal (pretes), tujuan untuk mengukur seberapa jauh

siswa memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari. f. Guru memberikan kesempatan kesempatan murid untuk mengajukan

pertanyaan jika ada hal-hal yang belum dipahami g. Guru memberikan umpan balik kepada murid. h. Guru memberikan penguatan kepada murid.

i. Guru mempersiapkan murid untuk melakukan pelaksanaan Reciprocal Teaching

j. Murid melaksanakanReciprocal TeachingGuru melakukanScaffolding, bertindak sebagai anggota kelompok membantu siwa-siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah tertentu.

k. Setelah melaksanakan diskusi kelompok, guru meminta kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas.

l. Selama kegiatan berjalan, penelitian melakukan observasi aktivitas belajar murid.

m. Guru memberikan sebuah reward kepada kelompok yang percaya diri mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas.


(52)

n. Guru merangkum materi pembelajaran

o. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada murid diakhir pembelajaran.

p. Guru menutup pelajaran. Pertemuan II

a. Guru mengelola dan mengorganisir kelas persiapan proses pembelajaran.

b. Guru mengabsensi kesiapan belajar siswa. c. Guru menanyakan kesiapan belajar murid.

d. Guru memberikan sebuahice breakingsebelum memulai pelajaran e. Murid melaksanakanReciprocal Teaching

f. Setelah melaksanakan diskusi kelompok, guru meminta kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas.

g. Peneliti mengisi lembar observasi selama kegiatan Reciprocal Teaching

berjalan.

h. Guru memberikan sebuah reward kepada kelompok yang percaya diri mempresentasikan hasil kelompok di depsn kelas.

i. Guru merangkum materi pembelajaran.

j. Melakukan tes akhir atau postes di akhir siklus, tujuannya adalah untuk mengukur siswa apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu seperti yang di rumuskan indikator hasil belajar.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berjalan. 4. Refleksi

Guru menganalisis proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching, dalam hal ini meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Refleksi yang


(53)

dilakukan pada siklus I menjadi acuan untuk melaksanakan tindakan pada siklus II. Hanya saja, pada siklus dua tindakan yang dilakukan merupakan revisi atau tindakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mamahami pelajaran IPS secara maksimal, dalam hal ini pembelajaranReciprocal Teachingberhasil meningkatkan kompetensi belajar IPS itu sendiri.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Dari hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa meningkat setelah proses pembelajaran dengan model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Adapun ketuntasan belajar yang diharapkan mencapai 100% dengan KKM 77.

G. Data dan Sumber Data

1. Data kualitatif : Observasi dan wawancara

2. Data kuantitatif : nilai tes siswa (pretes dan postes)

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran setiap siklus berupa observasi dan hasil wawancara. Sedangkan teknik analisis data kuantitatif dengan menggunakan hasil tes setiap siklus dilihat dariN-Gain. Siklus akan berhenti jika indikator keberhasilan tercapai.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu :


(54)

Tes ini berupa tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal (pretes) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik, karena itu pertanyaan yang tercantum dalam pokok soal dibuat yang mudah. Sedangkan tes akhir (postes) adalah bahan-bahan pelajaran yang penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik dan biasanya naskah teks akhir ini dibuat sama dengan naskah teks awal.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes ini yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Lembar Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memberikan gambaran seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai. Lembar observasi terdiri dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru untuk mengetahui proses selama pengajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching.Sedangkan lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui interaksi siswa dengan guru selama proses belajar mengajar.

b. Lembar Wawancara Untuk Siswa

Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa serta mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi dikelas. Wawancara tindakan dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model pembelajaranReciprocal Teaching.

I. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes sebagai instrumen penelitian. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Jadi tes ini diberikan setelah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal yang diteskan dalam hal ini


(55)

menggunakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Reciprocal Teaching.

1. Sebelum memulai proses belajar mengajar guru sekaligus peneliti melakukan tes kemampuan awal (pretes) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari.

2. Guru memberikan tes akhir (postes) kepada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan pembelajaran dengan menggunakan metode

Reciprocal Teaching

3. Guru sekaligus peneliti menilai hasil tes, kemudian dimasukan kedalam blanko untuk selanjutnya dilakukan analisis data dan mempersiapkan laporan penelitian.

4. Observasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

5. Wawancara pendapat siswa tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan(Trustworthiness)Studi

Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang terkumpul dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validas data yang diperolehnya. Tes uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitas atau tidak.

1. Uji validitas

Validitas suatu instrumen evalusi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan dimana suatu tes mengukur apa yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.2

Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Tes hanya dapat melakukan fungsinya

2


(56)

dengan cermat kalau ada “sesuatu” yang diukurnya. Jadi, untuk

dikatakan valid, tes harus mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat. Penekanan definisi tersebut terletak pada seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya, sehingga memberikan hasil ukur sesuai dengan hendak diukur.3

Keterangan :

rpbis = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor pada subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt = Mean Skor total yang berhasil dicapai oleh peserta tes

SDt = Standar Devisiasi dari skor total

p = Proporsi peserta tes yang menjawab betul q = proporsi peserta tes yang menjawab salah r>r tabel maka butir soal tersebut valid

r<r maka butir soal tersebut tidak valid

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan program ANATES. Instrumen yang digunakan untuk menguji hasil belajar IPS Terpadu siswa pada masing-masing siklus yaitu siklus I berjumlah 14 soal, yang berasal dari 25 soal dan siklus II berjumlah 14 soal dari 25 soal, yang diujikan terlebih dahulu melalui validitas, reliabilitas dan tingkat kesukaran menggunakan program ANATES. Proses pengambilan data hasil belajar IPS Terpadu pada masing-masing instrumen melalui pretes dan postes yang diambil setelah dua kali pertemuan dalam tiap siklus.

3


(1)

86

spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami serta dapat meningkatkan hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis memiliki beberapa saran yang kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, diantaranya :

1. Bagi guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif, karena model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran. selain itu hendaknya guru kreatif dalam mengembangkan media pembelajaran.

2. Bagi siwa, alangkah baiknya belajar aktif jadi tidak hanya guru yang dijadikan sumber belajar tapi saat ini sumber belajar dapat diperoleh dari berbagai sumber atau informasi.

3. Pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan kebutuhan yang didukung kegiatan pembelajaran khususnya IPS.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan komperhensif untuk memperoleh hasil yang signifikan serta dapat mengembangkan suatu pengetahuan.


(2)

87

diakses pada 18 november 2013. Melalui http://ardhaphys.blogspot.com.

Arikunto, Suharsimi.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara, Cet.9, 2009.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. II, 2010.

B. Uno, Hamzah.Teori Motivasi Dan Pengukurannya.Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Bungs Education, Bungs. Metode Pembelajaran, (Diterbitkan pada 16 Juli 2012), diakses pada 18 november 2013 dari http://wbungs.blogspot.com.

Daryanto.Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta, Cet.6, 2010.

E Slavin, Robert. Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik). Jakarta: Indeks, cet.I 2011.

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islam. Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. I, 2007.

Hajar, Siti. Pengaruh Strategi Reciprocal Teaching Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa (penelitian Eksperimen di Mts Darul Himmah Bojong Sari Depok), Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2012, Tidak dipublikasikan.

Hakim, Lukmanul.Perencanaan Pembelajaran.Bandung: CV. Wacana Prima, 2009.


(3)

88

Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang.Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Jamalong, Ahmad. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Di Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2012.

Khoiri, Iif Ahmadi, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011.

Marthayunanda. “Sekilas Tentang Reciprocal Teaching”. (Dirterbitkan pada 29 Oktober 2010), dari http://id.shvoong.com.

Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada.

Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, cet. 5, 1990.

Nur Rahma, Aini. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Quasi Eksperimen di SMPN 3 Tangerang Selatan), Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA, Prodi Pendidikan Biologi, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2012, Tidak dipublikasikan.

Purwanto. Pengaruh Konsekuensi Perilaku dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar (Kajian Literatur). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2007.

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.


(4)

Rasyid, Harun dan Mansur.Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV Wacana Prima, 2009.

Rianto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Refrensi Bagi Pendidikan Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Prenada Media, 2009.

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

Sapriya. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2009.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.

Sardiyanti, Ria. Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa (penelitian tindakan kelas di MTs Daarul Hikmah Pamulang), Skripsi SI Jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2010, Tidak dipublikasikan.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, cet. 5, 2010.

Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Sukardi. Evaluasi Pendidikan (prinsip dan operasionalnya). Jakarta: Bumi aksara, 2009.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya Offset, 1995.


(5)

90

Tri Priyatni, Endah dalam http://sastra.um.ac.id/wp- content/uploads/2009/10/Peningkatan-Kompetensi-Menulis-Paragraf-dengan-Teknik-Scaffolding-Endah-Tri-Priyatni.pdf.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaraninovatif-Progresif (Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, cet. 4, 2010.

---. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. I, 2007.

---. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. I, 2007.

Undang-Undang Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006.

Usman, Husaini dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. 2, 2009.

Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.


(6)

:

NIM

:

109015000153

Jurusan :

Pendidikan IPSlEkonomi

Judul Skripsi

:

Peningkatan

Hasil

Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran IPS

Pembimbing

:

1. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd 2. AnnisaWinda*i, M.Sc

No Referensi

Paraf Dosen Pembimbins

I

II

BAB

I

1. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Prahis, (Bandung: PT Remaia Rosdakarya, 2007) h

l0

d

e/ 2. Undang-Undang Peraturan Pemerintah

RI

Tentang

Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Asama RI" 2000 hal.8

A.€da

.t/-'

J. Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme guru, (Jakarta: Rajawali Pers,2001) hal.

IJJ e/

4. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan.

Baru.(Bandune: Rosdakarva Offset.2008) h 89

'

4

BAB

II

). Bambang Warsita, Telcnologi Pembelajaran Landasan

dan Aplikasinya, (Jakafia: Rineka Cipta 2008), hal62

*-\./

-/

/-"--6.

Slameto,

Belajar dan

Faktor-faktor

yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. 5

hal2

W

t ltl

-4-t-7.

Ngalim

Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:

Remaja Rosdakarya Offset,l990), cetakan 5, hal 84

d

-"t-8. Iskandarwassid

dan

Dadang

Sunendar, Strategi

t-tr

-*t-,/P'


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii-H

0 16 239

Penerapan model pembelajaran terbalik reciprocal teaching untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa : penelitian tindakan kelas di mts daarul hikmah pamulang

0 20 265

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran berbalik) terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep protista (eksperimen di MAN 2 Bogor)

1 15 148

Hubungan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Di Sma Negeri 46 Jakarta)

6 25 142

Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui teknik pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)

0 36 0

Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

1 6 154

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI Penerapan Metode Pembelajaran Reciprocal Teaching Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Da

0 0 10