19
Direktorat Perbenihan Hortikultura
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mempercepat penyediaan benih bermutu varietas unggul, peran kelembagaan perbenihan hortikultura Direktorat Perbenihan
Hortikultura, BBHkebun benih, BPSBTPH, dan produsenpenangkar benih sangat penting. Untuk meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan
tersebut maka pemerintah menfasilitasi penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan kegiatan adalah meningkatkan kapasitas kelembagaan perbenihan khususnya Direktorat Perbenihan Hortikultura.
Sasaran kegiatan adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan perbenihan khususnya Direktorat Perbenihan Hortikultura.
20
Direktorat Perbenihan Hortikultura
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2017
BAB II
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN 1. Lokasi
Kegiatan dilaksanakan di Direktorat Perbenihan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura.
2. Output,Sub Output,Komponen
a. Output
: 057
Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Perbenihan Hortikultura.
b. Sub Output : Tanpa sub output c.
Komponen :
051 Pelaksanaan Bimbingan Teknis
PendampinganSosialisasiKoordinasiIdentifik asi
052 Pedoman-pedoman 054 MonitoringEvaluasi dan Pelaporan
3. Pelaksanadan Penerima Manfaat
- Pelaksana kegiatan adalah Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Hortikultura. Penerima manfaat kegiatan adalah Direktorat
Perbenihan, Direktorat Jenderal Hortikultura, BPSBTPH, BBH Kebun Benih Hortikultura, produsenpenangkar benih dan
kelembagaan perbenihan lainnya.
- Kegiatan ini berupa identifikasi, koordinasi, pembinaan, penyediaan
dan penggunaan benih bermutu hortikultura, fasilitasi sarana untuk produsenpenangkar, dan monitoring evaluasi dan pelaporan.
4. Pembiayaan
Pembiayaan bersumber dari anggaran Direktorat Jenderal Hortikultura APBN TA. 2017 yang dialokasikan pada Direktorat Perbenihan
Hortikultura.
21
Direktorat Perbenihan Hortikultura
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2017
5. Metode
Pembinaan kelembagaan perbenihan dilakukan dengan koordinasi, sosialisasi, bimbingan pembinaan, fasilitasi sarana prasarana produksi
benih hortikultura, identifikasi CPCL dan monitoring serta evaluasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan.
Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut: 051 Pelaksanaan Bimbingan Teknis Pendampingan Sosialisasi
KoordinasiIdentifikasi dilakukan dalam bentuk pertemuan, bimbinganpembinaan dan pengadaan benih bermutu
hortikultura. Akun-akun yang digunakan untuk kegiatan tersebut adalah Belanja Bahan 521211, danatau Belanja Barang Untuk
Persediaan Barang Konsumsi 521811, danatau belanja sewa 522141, danatau Belanja Jasa Profesi 522121, danatau
Belanja Perjalanan Paket Meeting Dalam Kota 524114, dan atau Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota 524119, dan
atau Belanja Perjalanan Biasa 524111, danatau Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota 524113, danatau Belanja
Barang Lainnya Yang Diserahkan Kepada Masyarakat 526311, danatau akun lainnya yang diperlukan.
052 Pedoman-pedoman produksi benih hortikultura dilaksanakan dengan penyusunan draft, pembahasan dan pencetakan. Dalam
pelaksanaannya difasilitasi melalui akun Belanja Bahan 521211, danatau Belanja Jasa Profesi 522151, danatau
Belanja Perjalanan Biasa 524111, danatau Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota 524119, danatau akun lainnya yang
diperlukan.
054 MonitoringEvaluasi dan Pelaporan, dengan akun Belanja Bahan 521211, danatau Belanja Perjalanan Biasa 524111, danatau
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 521811, danatau Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota 524113, dan
atau Belanja Perjalanan Paket Meeting Luar Kota 524119, danatau akun lainnya yang diperlukan. Monev dilakukan melalui
monitoring evaluasi langsung ke lapangan dan penyusunan laporan.
22
Direktorat Perbenihan Hortikultura
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2017
BAB III
INDIKATOR KINERJA
A. MASUKANINPUT
input kegiatan ini adalah: 1. Dana APBN sebesar Rp. 2.963.500.000,-
2. SDM petugas, produsenpenangkar benih, petani 3. Teknologi
perbenihan 4. PeraturanKebijakan
perbenihan
B. KELUARANOUTPUT
Terselenggaranya kegiatan pembinaan kelembagaan perbenihan hortikultutra di 33 provinsi.
C. HASILOUTCOME
Meningkatnya peran kelembagaan perbenihan dalam penyediaan benih bermutu hortikultura.
D. MANFAATBENEFIT
Meningkatnya penggunaan benih bermutu hortikultura.
E. DAMPAK IMPACT
Meningkatnya produk hortikultura yang berdaya saing.
23
Direktorat Perbenihan Hortikultura
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2017
SERTIFIKASI DAN PENGAWASAN PEREDARAN BENIH
HORTIKULTURA 1772.060
24
Direktorat Perbenihan Hortikultura
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2017
25
Direktorat Perbenihan Hortikultura
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Benih merupakan awal kegiatan budidaya tanaman, dimana mutu benih merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi. Oleh
karena itu, benih yang diedarkan harus memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal yang ditetapkan pemerintah.
Peraturan Menteri Pertanian No. 48 tahun 2012 menegaskan bahwa benih dari varietas yang sudah dilepasdidaftar apabila akan diedarkan harus
melalui sertifikasi benih. Pelaksanaan sertifikasi dapat dilakukan oleh instansi pemerintah yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi
pengawasan dan sertifikasi benih atau peroranganbadan hukum yang telah memperoleh ijin dari lembaga yang berwenang. Dalam hal sertifikasi benih
dilaksanakan oleh perorangan dan badan hukum, maka produsen tersebut harus memperoleh sertifikat sistem mutu berdasarkan ISO 9001 dari
Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura LSSM-BTPH.
Pengawasan mutu benih dilaksanakan dari saat sebelum tanam sampai dengan pasca panen dan selama benih tersebut diperdagangkan.
Tujuannya adalah untuk melindungi konsumen dari perolehan benih yang tidak benar baik varietas maupun mutunya. Agar jaminan mutu benih
tersebut dapat sampai kepada para pengguna benih, maka perlu adanya pembinaan sertifikasi dan pengawasan mutu benih.
B. TUJUAN DAN SASARAN