Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD-Email:Gie_jhufryyahoo.co.id
Nasional Lore Lindu ini merupakan salah satu tempat penangkaran burung Maleo, yang bisa dijadikan model bagi penyelamatan burung langka.
Desa Tuwa memang digunakan sebagai tempat penangkaran burung Maleo yang hampir punah, namun kenyataannya tempat ini dari tahun ketahun burung
maleo yang ada di Wilayah Saluki Desa Tuwa semakin berkurang karena banyaknya masyarakat yang belum sadar akan pentingnya pelestarian ini dan
penjagaan atau keamanan belum terlalu ketat atau belum terlalu banyak petugas keamanan yang bertugas di daerah ini sehingga mengakibatkan banyak
masyarakat yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kesempatan ini guna mengambil telur-telur burung maleo yang ingin ditetaskan.
II. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang memberikan penjelasan tentang inventaris potensi wilayah untuk selanjutnya diadakan proses
zonasi terhadap objek dan wilayah pariwisata. Selain itu penulis memeilih menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan masalah
yang berhubungan dengan objek penelitian serta memberikan penjelasan secara rinci terhadap pemecahan suatu masalah. Penelitian kualitatif dipilih karena data
dan informasi yang dikumpulkan berbentuk kata-kata dan gambar, selain itu data dan informasi yang berbentuk angka juga dikumpulkan sebagai penunjang data
dan informasi yang telah ada. Karya Bogdan dan Taylor dalam Ismail, 2013:22 . Menurut Bogdan dan Taylor dalam J. Moleong, 2001:3 :
“ Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kata-kata tertulis
atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.”
Moleong sendiri menjelaskan : “ Penelitian Kualitatif adalah penelitian
yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.”
Penyebaran burung maleo di Sulawesi Tengah antara lain : di Taman Nasional Lore Lindu TNLL, Cagar Alam Morowali, Suaka Margasatwa
Bakiriang, Cagar Alam Tanjung Api, Cagar Alam Tanjung Dako, Suaka Margasatwa Pinjan Tanjung Matop. Khusus di Kawasan Taman Nasional Lore
Lindu tersebar pada beberapa lokasi habitat bertelur, yaitu : Pakuli, Saluki,
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD-Email:Gie_jhufryyahoo.co.id
Kadidia, Huluwara, Mapane, Taveki, Mangku, Kaya, Karetambe, dan Bora Ma’dika 2001. Burung maleo oleh penduduk Sulawesi Tengah dikenal dengan
nama Mamua, sedangkan di daerah Sulawesi Utara dikenal dengan nama Senkawor.
Klasifikasi burung maleo menurut Widyastuti 1993 adalah sebagai berikut : Ordo
: Galliformes Subordo
: Galli Family
: Megapodidae Phylum
: Chordata Sub phylum
: Vertebrata Class
: Aves Genus
: Macrocephalon Spesies
: Macrocephalon maleo Dilihat dari aspek morfologi burung maleo mempunyai ukuran tubuh
sebesar ayam kampung dewasa. Panjang tubuh ± 50 cm bentangan sayap berukuran ± 272
– 303 mm atau sekitar 30,2 cm untuk burung betina dan 29,4 cm untuk burung jantan Wiriosoepartho, 1997. Berat badannya ± 1,6 kg dan ukuran
lingkaran badan burung dewasa 39,5 cm. Bila di bandingkan antara panjang dan berat bobot tubuh dengan lebar sayap burung ini, tidak ideal untuk melakukan
penerbangan yang baik. Hal ini menyeebabkan bila melakukan penerbangan bunyi kepakan sayapnya sangat keras terdengar.
Burung maleo mempunyai panjang tubuh sekitar 55 cm diukur dari ujung paruh sampai ujung ekor. Pada bagian kepalanya terdapat tonjolan semacam topi
yang berwarna hitam mengkilat. Topi ini terbentuk dari sel-sel jarring tanduk. Paruhnya besar dan runcing, berwarna hitam dengan ujung merah kekuning-
kuningan dan leher burung maleo hamper tidak berbulu sehingga kelihatan keunguan.
Umumnya warna bulu burung maleo berwarna keungu-unguan penerbangan hanya sekedar saja, sebagai warna utama, sedangkan dada dan
perutnya berwarna putih kemerah-merahan. Pada bagian leher tidak ditutupi bulu, paruhnya besar dan lancip, berwarna hitam pada bagian ujungnya berwarna merah
kekuning-kuningan. Burung maleo mempunyai pengaturan suhu tubuh yang tetap
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD-Email:Gie_jhufryyahoo.co.id
Homithermal dan kelengkapan bulu yang cukup tebal. Kaki burung maleo kuat dan besar yang dipergunakan untuk menggali lubang pasir untuk keperluan
bertelur. Panjang kaki burung maleo 25 cm, jari-jari cakar sekitar 5-8 cm. Ukuran telurnya kira-kira sama dengan telur angsa. Panjang 10
– 11 cm dengan diameter 6
– 7 cm, sehingga perbandingan dengan telur ayam biasa adalah 1 butir telur burung maleo sama dengan 5 butir telur ayam kampong. Dalam keadaan segar
telur burung maleo berwarna jambu dan lama-kelamaan kecoklat-coklatan. Menurut Mallombasang 1995, burung maleo dijumpai di Kabupaten
Mamuju Sulawesi Selatan yang kini telah menjadi Sulawesi Barat di dua desa yaitu desa Belang-belang dan Papalang yang terbagi atas lima satuan habitat
bertelur yaitu Papalang Timur, Papalang Barat, Belang-belang, Bakengkeng Timur dan Bakengkeng Barat. Lebih lanjut _____ 1990 dalam Mallombasang,
1995 dinyatakan bahwa di Sulawesi Utara terdapat di Dumoga Bone yang menyebar dibeberapa lokasi peneluran antara lain di Tumokang, Hungayono,
Leda-leda, Pahulongo, sinondu, Tambun, Pilomanu, Muara Pusian Tulabolo dan Bakan, serta sebagian terdapat di Tangkoko. Di Sulawesi Tenggara tersebar di
bagian Utara dan Selatan Kawasan Suaka Margasatwa Buton Utara, juga sebagian ditemukan di Suaka Margasatwa Tanjung Batikolo dan Rawa Awopa.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN