Teknik semagrams terbagi menjadi dua bagian yaitu Visual Semagrams dan Text Semagrams. Visual semagrams menggunakan suatu benda dalam kehidupan sehari-
hari yang tidak mencolok untuk menyampaikan pesan. Sebagai contoh penempatan posisi dari dari suatu benda. Sedangkan pada text semagrams menyembunyikan
pesan dengan memodifikasi tampilan dari suatu teks carrier, sebagai contoh melalui perubahan kecil pada ukuran teks, font atau penambahan spasi.
4. Open Codes
Teknik ini menyembunyikan pesan dengan cara yang tidak umum namun tetap tidak terlihat mencurigakan. Teknik ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Jargon
Code dan Covered Ciphers.
5. Covered Ciphers
Teknik ini menyembunyikan pesan dalam media penampung sehingga pesan kemudian dapat diekstrak dari media penampung tersebut oleh pihak yang
mengetahui bagaimana pesan tersembunyi tersebut disembunyikan.
2.2 Media Penampung Pesan
Media penampung pesan pada steganografi merupakan suatu wadah untuk menyembunyikan pesan rahasia. Beberapa contoh media penampung pesan rahasia
yang digunakan dalam teknik steganografi adalah sebagai berikut:
1. Teks
Dalam algoritma steganografi yang menggunakan teks sebagai media penampung, teks yang telah disisipi pesan rahasia tidak boleh terlihat mencurigakan oleh orang
lain yang melihat teks tersebut.
2. Audio
Format ini sering digunakan dikarenakan berkas dengan format tersebut berukuran relatif besar. Sehingga berkas tersebut dapat menampung pesan rahasia dalam
jumlah yang besar.
Universitas Sumatera Utara
3. Citra
Format ini juga sering digunakan dikarenakan format tersebut merupakan salah satu format berkas yang banyak dipertukarkan dalam dunia internet. Alasan lainnya
adalah banyak tersedia algoritma-algoritma steganografi untuk media penampung yang berupa citra.
4. Video
Format ini merupakan format dengan ukuran berkas yang relatif sangat besar namun jarang digunakan dikarenakan ukurannya yang terlalu besar sehingga
terkesan kurang praktis dan juga tidak banyak tersedia algoritma yang mendukung format ini sebagai media penampung.
2.3 File MP3
MPEG Moving Picture Expert Group-1 audio layer III atau yang lebih dikenal dengan MP3, adalah salah satu dari pengkodean dalam digital audio dan juga
merupakan format kompresi audio yang memiliki sifat “menghilangkan”. Istilah menghilangkan yang dimaksud adalah kompresi audio ke dalam format MP3
menghilangkan aspek-aspek yang tidak signifikan pada pendengaran manusia untuk mengurangi besarnya file audio.
Sebagai hasil dari kompresi audio, MP3 dibentuk dengan mengikuti model psycho-acoustic yang mana menyadari bahwa telinga manusia tidak dapat mendengar
semua frekuensi-frekuensi audio. Jarak pendengaran manusia adalah antara 20 Hz sampai 20 kHz. Ketika suara dikompresi ke dalam format MP3, sebuah usaha
dilakukan dengan membuang frekuensi-frekuensi yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, kompresi audio ke dalam format MP3 bersifat
destruktif menghancurkanmenghilangkan.
Terdapat beberapa variasi dalam melakukan kompresi audio ke dalam format MP3. Berikut spesifikasi dari layer 1 sampai layer 3 berdasarkan tingkat kerumitan
dalam melakukan proses kompresi, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Layer 1 Layer ini mempunyai tingkat kerumitan terendah dari ke-3 layer. MP3 pada
jenis layer 1 paling baik dibentuk pada kompresi 384 kbits.
2.
Layer 2 Layer ini mempunyai tingkat kerumitan lebih kompleks dibandingkan dengan
layer 1. MP3 pada jenis layer 2 paling baik dibentuk pada kompresi 256-384 kbits, sangat baik pada 224-256 kbits, dan baik pada 192-224 kbit s.
3.
Layer 3 Layer ini mempunyai tingkat kerumitan lebih kompleks dibandingkan dengan
layer 2. MP3 pada jenis layer 3 paling baik dibentuk pada 224-320 kbits, sangat baik pada 192-224 kbits, dan baik pada 128-192 kbits.
Kompresi MP3 yang dilakukan seperti yang telah disebutkan diatas, tidak mempertahankan bentuk asli dari sinyal input. Yang dilakukan dalam proses kompresi
tersebut adalah menghilangkan suara-suara yang keberadaannya kurangtidak signifikan bagi sistem pendengaran manusia. Proses yang dilakukan adalah
menggunakan model dari sistem pendengaran manusia dan menentukan bagian yang terdengar bagi sistem pendengaran manusia. Setelah itu sinyal input yang memiliki
domain waktu dibagi menjadi blok-blok dan ditransformasi menjadi domain frekuensi. Kemudian model dari sistem pendengaran manusia dibandingkan dengan sinyal input
dan dilakukan proses penyaringan yang menghasilkan sinyal dengan range frekuensi yang signifikan bagi sistem pendengaran manusia. Proses diatas adalah proses
konvolusi dua sinyal yaitu sinyal input dan sinyal model sistem pendengaran manusia. Langkah terakhir adalah kuantisasi data, dimana data yang terkumpul setelah
penyaringan akan dikumpulkan menjadi satu keluaran dan dilakukan pengkodean dengan hasil akhir file dengan format MP3.
Proses pengkompresian audio ke dalam format MP3 dapat menghasilkan keluaran yang hampir setara dengan audio aslinya disebabkan oleh kelemahan dari
sistem pendengaran manusia yang dapat dieksploitasi. Berikut adalah beberapa kelemahan dari sistem pendengaran manusia yang digunakan dalam pemodelan:
1. Terdapat beberapa suara yang tidak dapat didengar oleh manusia diluar
jangkauan frekuensi 20 Hz dan gelombang supersonik 20.000 Hz.
Universitas Sumatera Utara
2. Terdapat beberapa suara yang dapat terdengar lebih baik bagi pendengaran
manusia dibandingkan suara lainnya. 3.
Bila terdapat dua suara yang dikeluarkan secara simultan, maka pendengaran manusia akan mendengar yang lebih keras sedangkan yang lebih pelan akan tidak
terdengar.
Pada perbandingan kualitas suara dari beberapa format kompresi audio hasil yang dihasilkan bervariasi berdasarkan bitrate yang berbeda-beda dan perbandingan
berdasarkan codec yang digunakan. Pada 128 kbits, LAME MP3 unggul sedikit dibandingkan dengan Ogg Vorbis, AAC, MPC and WMA Pro. Kemudian pada 64
kbits, AAC-HE dan mp3pro menjadi yang teratas diantara codec lainnya. Sedangkan, untuk yang diatas 128 kbits tidak terdengar perbedaan yang signifikan. Pada
umumnya format MP3 sekarang menggunakan 128 kbits dan 192 kbits sehingga hasil yang dihasilkan cukup baik [1].
2.3.1 Struktur Data pada File MP3
Struktur di dalam sebuah file MP3 memiliki struktur seperti pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Struktur di dalam file MP3 Sebuah file MP3 merupakan kumpulan frame MP3. Masing-masing frame
terdiri dari MP3 header dan MP3 data seperti yang terlihat pada gambar 2.4. Urutan dari masing-masing frame tersebut dinamakan dengan elementary stream
.
Universitas Sumatera Utara
Dalam MP3 header terdapat sebuah sync word yang mana digunakan untuk mengidentifikasi permulaan dari sebuah frame yang sah. MP3 Header berukuran 4
bytes di mana 2 byte awal selalu diawali dengan: FF FB dan 2 bytes lainnya berisi nilai sesuai dengan informasi bit rate, frequency, dan lain-lain. Dua bytes pertama FF
dan FB menunjukkan bahwa file tersebut merupakan file MPEG dengan Audio Layer 3 yang sering disebut dengan MP3. MP3 Header selalu diikuti dengan 32 bytes yang
biasanya disebut sebagai side info.
Gambar 2.4 Frame MP3 Detil dari MP3 Header dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut ini.
Gambar 2.5 MP3 Header
Data file audio MP3 hasil pembacaan terdiri dari pasangan bilangan hexadecimal seperti pada Gambar 2.6.
Universitas Sumatera Utara
FF FB A0 40 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 11 c0 1a 0d 00 7f 11 00 22 07 3d 3d 0 3d 0 2 9a 2a 4f 3e
3d 00 10 10 10 03 3d 10 10 2 f 10 10 12 00 12 10 25 23 13 00 04 11 23 00 00 12 11 32 2a 2a 9f 25 10 -10 02 12 10 53 13 00 a6 11 12 23 00 0f 10 10 10 12 10 5d 23 13
70 11 26 23 00 01 13 9a 2a 2f 10 10 10 12 10 53 90 56 11 23 00 01 13 0e 22 52 9a 2a 10 3d 10 02 2f 10 10 10 12 -10 11 33 13 00 07 3d 10 02 3f 10 10 12 12 53 13
Gambar 2.6 Data File MP3 Dalam Hexa. Side information mempunyai total panjang tidak lebih dari 32 bytes dalam
setiap frame. Adapun informasi yang terdapat pada side information antara lain adalah mengenai main data end, private bits, scale factor selection, panjang main data, big
values, global gain, scale factor compress, blocksplit flag, block type, switch point, table select, subblock gain, region address, preflag, dan scalefactor scale.
2.4 Algoritma Steganografi pada Media Audio