Patofisiologis Etiologi Penyakit Ebola

Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi. Semua penderita yang terinfeksi menderita kesulitan pembekuan darah. Pendarahan dari selaput mulut, hidung dan tenggorokan serta dari bekas lubang suntikan terjadi pada 40-50 persen kasus. Hal ini menyebabkan muntah darah, batuk darah dan berak darah. Mata menjadi merah karena pendarahan dapat juga terjadi. Pendarahan berat jarang terjadi, dan jika terjadi biasanya terlokalisasi di saluran pencernaan. Kesembuhan recovery mulai terjadi antara 7 sampai 14 hari, setelah gejala pertama terjadi. Kematian, jika ini terjadi, biasanya antara 6 sampai 16 hari, setelah gejala pertama terjadi, dan sering kali, karena syok tekanan darah rendah akibat akibat kekurangan cairan. Pada umumnya, pendarahan seringkali menunjukkan hal yang buruk, kehilangan darah dapat menyebabkan kematian. Seringkali penderita mengalami koma , sebelum kematiannya. Penderita yang selamat seringkali mengalami sakit otot dan sendi secara terus menerus, pembengkakan hati, berkuangnya pendengaran, dan mungkin mengalami hal-hal sebagai berikut: merasa capai, lemas berkelanjutan, berkurangnya nafsu makan, dan kesulitan mencapai berat semula sebelum sakit. Antibodi terbentuk untuk sekurangnya 10 tahun, tetapi belum jelas apakah penderita yang selamat akan kebal terhadap infeksi berulang. Dan sesesorang yang telah sembuh tidak akan menyebarkan penyakit lagi.

2.6 Patofisiologis

Penyakit ini menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau jaringan orang yang tertular. WHO mengatakan penyakit itu juga bisa ditularkan melalui kontak dengan hewan yang tertular, sakit atau mati. Virus tersebut berpindah melalui darah dan cairan tubuh lain. Korban mengalami pendarahan secara internal dan eksternal. Tingkat kematian dapat mencapai 90 persen. Penelitian menunjukkan, jika kelelawar dapat terinfeksi virus ebola namun ternyata mereka mampu bertahan dengan virus tersebut, tanpa terjangkit penyakit ebola. Maka, kelelawar diklaim sebagai hewan yang memainkan peran penting mempertahankan virus ini tak akan punah dan selalu ada di alam liar. Virus Ebola memproduksi protein yang disebut ebolavirus glycoprotein, yang langsung menempel pada sel dalam pembuluh darah. Protein tersebut akan menipiskan lapisan pembuluh, yang memicu kebocoran darah dalam tubuh. Bedanya, virus Ebola akan memengaruhi sel darah putih dan membuat sel tersebut tidak bisa memperingatkan tubuh akan bahaya kesehatan yang mengancam, terutama dari hati, ginjal, empedu, dan otak. Ketika sel darah putih dilemahkan Ebola, tubuh akan memproduksi molekul yang disebut sitokin. Dalam tubuh yang sehat, keberadaan sitokin akan merangsang otak untuk melepaskan sel penangkal penyakit. Namun, dalam kasus Ebola, sitokin yang dilepaskan terlalu berlebihan sehingga menyebabkan gejala mirip flu.

2.7 Etiologi Penyakit Ebola

Virus Ebola adalah penyebab penyakit Ebola. Ada lima strain virus Ebola, yakni Bundibugyo ebolavirus, Zaire ebolavirus, Reston ebolavirus, Sudan ebolavirus, dan Tai Forest ebolavirus. Reston ebolavirus didapati di Filipina dan China pada binatang, namun jenis ini tidak memberikan penyakit pada manusia meskipun bisa menginfeksi. Yang paling sering menimbulkan wabah adalah jenis Bundibugyo, Zaire ebolavirus, dan Sudan ebolavirus. Virus ebola mempunyai morfologi mirip virus marburg, yakni berbentuk filamen dan berbelok-belok, sehingga dimasukkan dalam Famili Filoviridae. Filo = filamenbenang. Dibawah mikroskop elektron, virus ebola berbentuk pleomorfik, mempunyai filamen panjang sampai beberapa mikron, kadang- kadang menyerupai bentuk “U” atau angka”6” dan melingkar. Diameter virion 80nm. Virus Ebola relatif stabil pada suhu 20°C, tetapi menjadi inaktif pada suhu 60°C selama 30 menit. Sinar ultra violet, sinar gamma, pelarut lemak, beta propiolakton, desinfektan seperti hipoklorit dan fenol dapat menginaktifkan virus Ebola. Kera, mencit, marmot, dan hamster yang ditulari secara buatan di laboratorium sangat peka terhadap virus Ebola, sehingga mereka mati.Virus Ebola sangat ganas bagi manusia, sehingga dimasukkan ke dalam Biosafety Level IV WHO risk group 4. Ini berarti bahwa semua pengerjaan berkaitan dengan virus ini memerlukan fasilitas keamanan maksimum, sehingga tenaga laboratorium dapat terhindar dari penularan penyakit.

2.8 Pencegahan Terhadap Penyakit Ebola