BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya terletak pada kecerdasannya, dengan kecerdasannya ini manusia dapat menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan pengetahuan yang dimilikinya manusia dapat menciptakan berbagai macam karya mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Salah satu karya
terpenting manusia saat ini adalah komputer.
Pada mulanya manusia menggunakan komputer hanya untuk mengolah data yang ada, menghasilkan informasi untuk pengambilan keputusan. Seiring
perkembangan komputer, maka kegunaan komputer makin luas, sehingga proses pengambilan keputusan dapat lebih cepat dan akurat. Apabila komputer mengerjakan
pengolahan data maka manusia harus mengkonversi data tersebut menjadi informasi yang dapat digunakan dalam mengolah pengetahuan untuk menghasilkan keputusan.
Akan tetapi apabila komputer dapat mengerjakan pengolahan pengetahuan, juga terkandung di dalamnya pengolahan data dan informasi, maka akan sangat sedikitlah
bagian pekerjaan yang harus dilakukan manusia, termasuk untuk menerapkan hasilnya untuk keperluan tertentu.
Pemberian remisi kepada narapidana merupakan perintah dari Undang-undang sebagai rangsangan agar narapidana bersedia menjalani pembinaan untuk merubah
prilaku sesuai dengan tujuan sistem pemasyrakatan. Setiap narapidana yang mengalami pidana lebih dari 6 enam bulan dapat diberikan dorongan berupa upaya
remisi untuk memperpendek masa pidana, apabila telah menunjukkan prestasi dengan berbuat dan berkelakuan baik atau turut mengambil bagian berbakti terhadap Negara.
Remisi atau pengurangan penghukuman selama narapidana menjalani hukuman pidana juga berubah dari waktu ke waktu. Sistem kepenjaraan menempatkan
remisi sebagai hadiah. Artinya remisi adalah hadiah dari pemerintah kepada
Universitas Sumatera Utara
narapidana. Sejak tahun 1950, remisi tidak lagi sebagai anugerah, tetapi menjadi hak setiap narapidana yang memenuhi syarat yang ditetapkan.
Dalam sistem baru pembinaan narapidana, remisi ditempatkan sebagai motivasi salah satu motivasi bagi narapidana untuk membina diri sendiri. Sebab,
remisi tidak sebagai hukum seperti dalam sistem kepenjaraan, tetapi sebagai hak dan kewajiban narapidana. Artinya jika narapidana benar-benar melaksanakan
kewajibannya, iya berhak untuk mendapatkan remisi, sepanjang persyaratan telah dipenuhi. [9]
Namun pada kenyataan di lapangan, tidak jarang juga ditemukan data-data yang bersifat ketidakpastian. Data-data ketidakpastian seperti ini kurang tepat
dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Maka untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan metode TOPSIS. Hal ini disebabkan pada metode TOPSIS
memiliki alternatif terhadap data-data yang tidak tepat atau tidak pasti.
Berdasarkan hal-hal di atas, dalam skripsi ini penulis melakukan penelitian
dengan judul Implementasi Sistem Pengambil Keputusan Pemberian Remisi Warga Rutan Kelas I Medan Menggunakan Metode TOPSIS.
1.2 Rumusan Masalah