Analisis Permasalahan Flowchart Proses Perhitungan TOPSIS

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Analisis sistem dalam penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap yakni analisis permasalahan dan analisis kebutuhan sistem pendukung keputusan. Berikut akan dijelaskan masing-masing analisis tersebut.

3.1 Analisis Permasalahan

Remisi adalah pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan kepada narapidana yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Pemberian remisi kepada narapidana bertujuan sebagai rangsangan agar narapidana bersedia menjalani pembinaan untuk mengubah perilaku sesuai dengan tujuan sistem pemasyarakatan. Setiap narapidana yang hendak mengajukan remisi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti berkelakuan baik, telah menjalani pidana minimal 6 bulan dan lain-lain. Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memberikan remisi kepada narapidana yang bersangkutan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan selain berkelakuan baik dan yang telah menjalani pidana minimal 6 bulan adalah berpartisipasi dalam menjalankan ibadah berdasarkan setiap individu narapidana, berpartisipasi dalam organisasi, berpartisipasi dalam bantuan bencana alam, mempersembahkan karya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, donor darah, dan sebagainya yang berjasa bagi Negara. Dari analisis tersebut, maka penulis akan merancang sebuah sistem yang dapat membantu dan menjadi pemberi rekomendasi dalam memberikan remisi kepada narapidana dengan metode TOPSIS.

3.2 Analisis Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan

Dari analisis permasalahan tersebut, penulis menentukan beberapa kebutuhan sistem yang diperlukan untuk dapat memghadapi permasalahan tersebut. Kebutuhan sistem ini diuraikan dalam dua bagian menjadi kebutuhan fungsional dan kebutuhan nono fungsional. Universitas Sumatera Utara

3.2.1 Kebutuhan Fungsional

Kebutuhan fungsional merupakan kebutuhan atas setiap aktivitas yang diperlukan ataupun dilakukan oleh sistem. Adapun kebutuhan fungsional yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : 1. Sistem dapat menampilkan data narapidana beserta kriteria yang dimiliki oleh narapidana tersebut untuk diproses selanjutnya oleh sistem. 2. Sistem dapat mengelola nilai bobot dari setiap kriteria berdasarkan kinerja dari setiap narapidana. 3. Sistem dapat memasukkan, mengubah, menghapus, dan menampilkan data dari setiap narapidana. 4. Sistem dapat menampilkan data keluaran dari setiap proses yang terdapat dalam metode TOPSIS. 5. Sistem dapat mengurutkan hasil akhir dari data keluaran untuk memperlihatkan narapidana yang seharusnya berhak untuk mendapatkan remisi.

3.2.2 Kebutuhan Non Fungsional

Kebutuhan non fungsional bertujuan untuk memenuhi ataupun mendukung kebutuhan fungsional yang telah ditentukan. Adapun kebutuhan non fungsional yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : 1. Aplikasi ini dalam pembuatannya dilakukan dengan menggunakan sistem operasi Microsoft Windows XP. 2. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic 6. 3. Pengolahan basis data dalam aplikasi ini menggunakan Microsoft Access 2007. 4. Pengolahan laporan dalam aplikasi ini menggunakan Crystal Report 8.5 Universitas Sumatera Utara

3.3 Kriteria

3.3.1 Penentuan Kriteria

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam sistem ini diambil dari persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan remisi. Persyaratan tersebut pada umumnya berupa warga pidana dapat berkelakuan baik dan telah menjalani masa pidana tidak kurang dari 6 bulan. Bagi narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara, diberikan remisi apabila berkelakuan baik dan telah menjalani 13 satu per tiga masa pidana. Di samping persyaratan di atas, persyaratan yang juga perlu diperhatikan adalah berjasa bagi Negara. Dari hasil analisis tersebut, kriteria yang diperlukan untuk membangun sistem diperlihatkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Kriteria Sistem Kriteria Keterangan K1 Kelakuan K2 Perkara Pidana K3 Jasa

3.3.2 Pembobotan Kriteria

Teknik pembobotan pada kriteria dapat dilakukan dengan berbagai cara atau metode. Pemberian nilai bobot yang paling sederhana adalah dengan memberikan nilai pada masing-masing kriteria secara langsung berdasarkan nilai bobotnya. Nilai bobot tersebut didasarkan pada tingkat urgensi kriteria terhadap sistem yang dibangun. Standar nilai bobot yang diberikan untuk sistem diperlihatkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Standar Nilai Bobot Nilai Keterangan 1 Tidak Penting 2 Kurang Penting 3 Cukup Penting 4 Penting 5 Sangat Penting

3.4 Langkah-langkah TOPSIS

Universitas Sumatera Utara

3.4.1 Nilai Kecocokan Setiap Alternatif Terhadap Kriteria

Langkah awal dari metode TOPSIS adalah melakukan penilaian atas kecocokan setiap data narapidana terhadap masing-masing kriteria. Nilai yang diberikan kepada setiap alternatif terhadap kriteria berkisar dari nilai 1 sampai 5. Nilai kecocokan ditampilkan pada Tabel 3.3. Adapun sistem pemberian nilai ranking diperlihatkan pada Tabel 3.4 untuk kriteria Kelakuan, Tabel 3.5 untuk kriteria Perkara Pidana, dan Tabel 3.6 untuk kriteria Jasa. Tabel 3.3 Nilai Kecocokan Nilai Keterangan 1 Tidak cocok 2 Kurang cocok 3 Cukup 4 Cocok 5 Sangat cocok Tabel 3.4 Nilai Kecocokan Terhadap Kriteria Kelakuan Nilai Keterangan 1 Terdaftar melakukan pelanggaran disiplin pada tahun yang berjalan sekarang. 2 Tidak terdaftar melakukan pelanggaran disiplin pada tahun yang berjalan sekarang dan memiliki pelanggaran lebih dari 3 kali pada tahun-tahun sebelumnya. 3 Tidak terdaftar melakukan pelanggaran disiplin pada tahun yang berjalan sekarang dan memiliki paling banyak 2 sampai 3 kali pelanggaran pada tahun-tahun sebelumnya. 4 Tidak terdaftar melakukan pelanggaran disiplin pada tahun yang berjalan sekarang dan memiliki paling banyak 1 kali pelanggaran pada tahun-tahun sebelumnya. 5 Tidak pernah terdaftar melakukan pelanggaran disiplin. Setiap narapidana yang melakukan pelanggaran disiplin selama menjalani pidana akan tercatat dalam Daftar F. Daftar F merupakan daftar yang berisi pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukan oleh setiap narapidana. Tabel 3.5 Nilai Kecocokan Terhadap Kriteria Perkara Pidana Nilai Keterangan 1 Narapidana melakukan tindak pidana umum dan khusus 2 Narapidana melakukan lebih dari satu tindak pidana khusus 3 Narapidana melakukan satu tindak pidana khusus 4 Narapidana melakukan lebih dari satu tindak pidana umum 5 Narapidana melakukan satu tindak pidana umum Universitas Sumatera Utara Perkara pidana dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Pidana Umum dan Pidana Khusus. Pidana khusus adalah tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara. Selain dari tindak pidana yang bersangkutan, tindak pidana lainnya dikategorikan sebagai pidana umum. Tabel 3.6 Nilai Kecocokan Terhadap Kriteria Berjasa Nilai Keterangan 1 Tidak pernah berpartisipasi dalam setiap kegiatan 3 Pernah berpartisipasi pada tahun-tahun sebelumnya 5 Berpartisipasi pada tahun yang sedang berjalan sekarang Remisi diberikan kepada setiap narapidana yang berbuat jasa kepada negara, melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara maupun kemanusiaan atau melakukan kegiatan yang membantu lembaga pemasyarakatan. Terdapat banyak kegiatan yang dapat membantu negara, kemanusiaan, maupun lembaga pemasyarakatan seperti berpartisipasi dalam mendonorkan darah, menjadi seorang pemuka dalam lembaga pemasyarakatan, ikut menjaga keamanan dalam lingkungan lembaga pemasyarakatan, dan lain-lain. Berikut diberikan tiga contoh alternatif yang akan digunakan untuk melakukan proses penilaian kecocokan, yaitu :  Seorang narapidana bernama Atep yang dipidana karena melakukan tindak pidana pencurian. Atep tidak pernah melakukan pelanggaran disiplin selama berada di tempat pembinaan. Pada tahun sebelumnya, Atep berpartisipasi dalam kegiatan donor darah. Data dari narapidana Atep diberikan dengan nama A1.  Seorang narapidana bernama Syamsul yang dipidana karena melakukan tindak pidana korupsi. Syamsul pernah terdaftar satu kali dalam Daftar F pada tahun sebelumnya karena tidak mematuhi aturan pada tempat pembinaan. Pada tahun ini, Syamsul menjadi pemuka dalam lembaga pemasyarakatan. Data dari narapidana Syamsul diberikan dengan nama A2.  Seorang narapidana bernama Anton yang dipidana karena melakukan tindak pidana narkotika dan pencurian. Anton tidak pernah melakukan pelanggaran disiplin selama berada di tempat pembinaan. Data dari narapidana Anton diberi dengan nama A3. Universitas Sumatera Utara Proses penilaian kecocokan alternatif terhadap kriteria kelakuan adalah sebagai berikut :  Atep tidak pernah terdaftar dalam Daftar F sehingga nilai kecocokannya terhadap kriteria kelakuan adalah bernilai 5.  Syamsul tidak terdaftar dalam Daftar F pada tahun ini, tetapi Syamsul pernah terdaftar dalam Daftar F sebanyak 1 kali pada tahun sebelumnya sehingga nilai kecocokannya terhadap kriteria kelakuan adalah bernilai 4.  Anton tidak pernah terdaftar dalam Daftar F sehingga nilai kecocokannya terhadap kriteria kelakuan adalah bernilai 5. Proses penilaian kecocokan alternatif terhadap kriteria perkara adalah sebagai berikut :  Tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh Atep termasuk dalam kategori pidana umum sehingga nilai kecocokannya terhadap kriteria perkara adalah bernilai 5.  Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Syamsul termasuk dalam kategori pidana khusus sehingga nilai kecocokannya terhadap kriteria perkara adalah bernilai 3.  Tindak pidana narkotika dan pencurian yang dilakukan oleh Anton termasuk dalam kategori pidana khusus dan umum sehingga nilai kecocokannya terhadap kriteria perkara adalah 1. Proses penilaian kecocokan alternatif terhadap kriteria jasa adalah sebagai berikut :  Atep terdaftar mengikuti kegiatan donor darah yang dilakukan pada tahun sebelumnya sehingga nilai kecocokannya terhadap kriteria jasa adalah bernilai 3.  Syamsul terdaftar mengikuti kegiaran lembaga pemasyarakatan sebagai seorang pemuka pada tahun ini sehingga nilai kecocokannya terhadap kriteria jasa adalah bernilai 5.  Anton tidak pernah terdaftar ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan sehingga nilai kecocokannya terhadap kriteria jasa adalah bernilai 1. Universitas Sumatera Utara Tabel berikut menunjukkan nilai kecocokan setiap alternatif terhadap masing- masing kriteria, yaitu : Tabel 3.7 Tabel Kecocokan Alternatif Terhadap Kriteria Alternatif Kriteria K1 K2 K3 A1 5 5 3 A2 4 3 5 A3 5 1 1

3.4.2 Perhitungan Matriks Keputusan Normalisasi

Matriks keputusan normalisasi diperoleh dengan menggunakan persamaan dari Euclidean Length of a Vector, yakni sebagai berikut :    m 1 i 2 ij ij ij X X r Perhitungan : |X 1 | = = 8,1240 6155 , 1240 , 8 5 | X | X r 1 11 11    4924 , 1240 , 8 4 | X | X r 1 21 21    6155 , 1240 , 8 5 | X | X r 1 31 31    Dari hasil perhitungan di atas didapatkan matriks keputusan ternormalisasi sebagai berikut :            1690 , 1690 , 6155 , 8452 , 5071 , 4924 , 5071 , 8452 , 6155 , R Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Perhitungan Matriks Keputusan Normalisasi Bobot

Matriks keputusan normalisasi bobot dapat diperoleh dengan mengalikan matriks keputusan normalisasi dengan masing-masing bobot kriteria yang telah terlebih dahulu ditentukan nilai bobotnya. ij i ij r w y  Sebagai contoh, nilai bobot untuk kriteria kelakuan adalah sebesar 5, nilai bobot untuk kriteria perkara adalah sebesar 3, dan nilai bobot untuk kriteria jasa adalah sebesar 4. Nilai dari masing-masing bobot tersebut akan dikonversikan sebelum dikali dengan matriks keputusan normalisasi. Hasil konversi didapatkan dengan membagi nilai bobot masing-masing kriteria dengan total nilai bobot ketiga kriteria tersebut. Hasil konversi dari nilai bobot kriteria kelakuan adalah 0,4167. Hasil konversi dari nilai bobot kriteria perkara adalah 0,25. Hasil konversi dari nilai bobot kriteria jasa adalah 0,3333.            1690 , 1690 , 6155 , 8452 , 5071 , 4924 , 5071 , 8452 , 6155 , Y 0,4167 ; 0,25 ; 0,3333 Dari hasil perhitungan di atas, matriks keputusan normalisasi bobot didapatkan seperti berikut :            0563 , 0423 , 2565 , 2817 , 1268 , 2052 , 1690 , 2113 , 565 , 02 y Universitas Sumatera Utara

3.4.4 Penentuan Solusi Ideal Positif dan Negatif

Penentuan solusi ideal positif dengan mencari nilai maksimum dari matriks keputusan normalisasi bobot masing-masing kriteria. A 1 + = max {0,2565 ; 0,2052 ; 0,2565}= 0, 2565 A 2 + = max {0,2113; 0,1268 ; 0,0423}= 0, 2113 A 3 + = max {0,1690; 0,2817 ; 0,0563}= 0, 2817 Penentuan solusi ideal negatif dengan mencari nilai minimum dari matriks keputusan normalisasi bobot masing-masing kriteria. A 1 - = min {0,2565 ; 0,2052 ; 0,2565}= 0, 2052 A 2 - = min {0,2113; 0,1268 ; 0,0423}= 0, 0423 A 3 - = min {0,1690; 0,2817 ; 0,0563}= 0, 0563

3.4.5 Perhitungan Jarak Setiap Alternatif Terhadap Solusi Ideal

Perhitungan untuk memperoleh jarak setiap alternatif terhadap solusi ideal positif dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :       m 1 j 2 ij i i y A D , i = 1, 2, …, m Dari persamaan di atas didapatkan jarak antara nilai terbobot setiap alternatif terhadap solusi ideal positif sebagai berikut : 1127 , 1690 , 2817 , 2113 , 2113 , 2565 , 2565 , D 2 2 2 1         0989 , 2817 , 2817 , 1268 , 2113 , 2052 , 2565 , D 2 2 2 2         2817 , 0563 , 2817 , 0423 , 2113 , 2565 , 2565 , D 2 2 2 3         Universitas Sumatera Utara Perhitungan untuk memperoleh jarak setiap alternatif terhadap solusi ideal positif dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :       m 1 j 2 ij i i y A D , i = 1, 2, …, m Dari persamaan di atas didapatkan jarak antara nilai terbobot setiap alternatif terhadap solusi ideal positif sebagai berikut : 2095 , 1690 , 0563 , 2113 , 0423 , 2565 , 2052 , D 2 2 2 1         2407 , 2817 , 0563 , 1268 , 0423 , 2052 , 2052 , D 2 2 2 2         0513 , 0563 , 0563 , 0423 , 0423 , 2565 , 2052 , D 2 2 2 3        

3.4.6 Perhitungan Kedekatan Setiap Alternatif

Perhitungan untuk memperoleh kedekatan setiap alternatif V dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :      i i i i D D D C Dari persamaan di atas diperoleh hasil kedekatan setiap alternatif adalah sebagai berikut : 6502 , 1127 , 2095 , 2095 , C 1    7088 , 0989 , 2407 , 2407 , C 2    1541 , 2817 , 0513 , 0513 , C 3    Universitas Sumatera Utara Dari perhitungan yang ada di atas, maka hasil keputusan diperoleh dengan mengurutkan nilai C yang terbesar hingga yang terkecil. Semakin besar nilai C, semakin layak untuk mendapatkan remisi dan sebaliknya.

3.5 Flowchart Proses Perhitungan TOPSIS

Gambar 3.1 Flowchart Proses Perhitungan TOPSIS Mulai Selesai Melakukan ranking kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria yang dipilih Membuat matriks normalisasi Mengalikan matriks normalisasi dengan bobot tiap kriteria Menghitung solusi ideal positif dan solusi ideal negatif Menghitung jarak antar nilai terbobot pada setiap alternatif Menghitung kedekatan setiap alternatif Mengurutkan alternatif berdasarkan kedekatan setiap alternatif dari yang terbesar sampai yang terkecil Sistem memilih data narapidana sesuai dengan perkara pidana yang dihadapi Remisi Umum? Memilih data narapidana sesuai agama yang dianut Tidak Remisi Khusus Ya Universitas Sumatera Utara

3.6 Data Flow Diagram DFD