4 rendah, nilai kalorinya lebih dari 7100 kalgr adb. Kelas kalori ini dibuat untuk
membatasi batubara kalori tinggi. Untuk komoditas bitumen padat, dari seluruh data yang terkumpul kemudian
dipilah lagi menjadi kelompok oil shale dan tar sand, sesuai dengan karakter geologinya yang diketahui dari data lapangan. Untuk komoditas gambut dan CBM tidak ada
pengelompokkan tertentu. Sebagaimana kita ketahui, keberadaan batubara, bitumen padat, dan CBM tidak
lepas dari sejarah pembentukannya yaitu pada cekungan. Karena itu, penyelidikan dan pencarian data sekunder mengenai komoditas tersebut ditekankan pada wilayah
cekungan-cekungan tersebut Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Cekungan Batubara di Indonesia.
1.6. Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara
Pengelompokkan neraca sumber daya dan cadangan batubara Indonesia berpedoman pada Standar Nasional Indonesia SNI yang diterbitkan oleh Badan
Standardisasi Nasional. SNI yang dimaksud berjudul Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Amandemen 1 – SNI – 13-5014-1998. Dalam SNI ini, sumber daya
batubara dikelompokkan menjadi 4 empat kelas berdasarkan tahapan eksplorasinya yaitu sumber daya hipotetik, tereka, tertunjuk dan terukur Gambar 1.2. Tahapan
eksplorasi ini mencerminkan tingkat keyakinan geologi dari data teknis yang digunakan pada proses estimasi sumber daya batubara.
5 Gambar 1.2. Klasifikasi Sumber daya dan Cadangan Batubara berdasarkan Amandemen
1 – SNI – 13-5014-1998. Seiring dengan berjalannya waktu, SNI Klasifikasi Sumber daya dan cadangan ini
mengalami proses tinjau ulang hingga akhirnya terbit SNI yang terbaru yaitu SNI Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan batubara SNI 5015:2011. Substansi
SNI ini lebih difokuskan bagi kepentingan para pelaku pengusahaan batubara. Seperti diketahui, setiap perusahaan batubara mempunyai kewajiban untuk melaporkan
kegiatannya sesuai dengan kontrak yang sudah ditanda tangani. SNI ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pengusaha dalam melaporkan kegiatannya. Mengingat SNI ini
lebih ditujukan kepada pengusaha batubara, maka klasifikasi sumber daya batubaranya pun mengalami sedikit perubahan Gambar 1.3. Pada SNI 2011 ini, kelas sumber daya
hipotetik ditiadakan dengan asumsi sebagai berikut. Sumber daya hipotetik dihasilkan dari kegiatan Survei Tinjau yang biasanya dilakukan oleh Pemerintah. Tidak seharusnya
perusahaan batubara melakukan kegiatan Survei Tinjau. Perusahaan batubara seharusnya menindaklanjuti kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah dengan
melakukan survei yang memiliki tingkat keyakinan geologi yang lebih tinggi. Perusahaan batubara tidak diperkenankan melaporkan sumber daya hipotetik. Oleh karena itu, kelas
sumber daya hipotetik dihilangkan dalam SNI 2011 ini.
6 Gambar 1.3. Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara berdasarkan
SNI 5015:2011. Namun, pemerintah mempunyai tugas dan kewenangan untuk melakukan
kegiatan Survei Tinjau dalam upaya menginventarisasi potensi batubara di negeri ini. Sumber daya hipotetik yang dipublikasi oleh Pemerintah tidak hanya berdasarkan asumsi
semata, melainkan didukung oleh berbagai data hasil dari peninjauan lapangan. Sumber daya hipotetik ini mencerminkan potensi negara kita yang belum dimanfaatkan sampai
saat ini. Pemanfaatannya kemungkinan terkendala oleh berbagai hal, misalnya lokasi endapan batubara di daerah marginal ataupun lokasi yang tumpang tindih dengan
kawasan konservasi. Untuk endapan batubara yang saat ini tumpang tindih dengan kawasan konservasi, potensi ini dapat diperuntukkkan bagi Wilayah Pencadangan Negara
yang kelak dapat dimanfaatkan apabila kondisinya memungkinkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kelas sumber daya hipotetik tetap dilaporkan dalam
pemutakhiran data ini.
7
1.7. Tabulasi Data