1.5. Pelaksana Pekerjaan bagian Timur. Secara administratif wilayah ini
termasuk ke dalam Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, serta Kabupaten Kutai Timur.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh satu tim dari Direktorat Inventarisasi dan Sumberdaya Mineral
dengan dukungan pembiayaan dari proyek Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA tahun 2005. Tim kerja
ini beranggotakan ahli geologi, nara sumber, pengarah, serta tenaga administratif.:
Berdasarkan indeks peta geologi regional berskala 1:250.000 yang diterbitkan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, wilayah kerja termasuk ke dalam lembar peta
Longnawan, Longpahai, Muarateweh, Muarawahau, Muaraancalong, Tenggarong, Muaralasan, Sangatta,
Samarinda, serta sebagian dari Lembar Talok.
1.6. Sumber data
Data yang digunakan untuk pekerjaan ini berupa data sekunder, yang diambil dari laporan-
laporan eksplorasi batubara, baik itu laporan instansi pemerintah maupun laporan-laporan PKP2B. Selain
itu data dari daerah - dalam hal ini data yang berada pada kantor Dinas Pertambangan Kabupaten di
wilayah kerja - juga turut diambil sebagai salah satu sumber data untuk pekerjaan ini.
Gambar 1. memperlihatkan lokasi wilayah kerja berdasarkan peta indeks geologi regional.
1.4. Waktu Pekerjaan
Kegiatan ini dilakukan sejak bulan September 2005 sampai dengan bulan Desember 2005.
Gambar 1. Wilayah kajian
2. TAMBANG DALAM BATUBARA 2.1. Batasan dan Peristilahan
Istilah yang digunakan untuk mendefinisikan suatu obyek penyelidikan dapat berbeda antara penulis
yang satu dengan yang lainnya, tergantung kepada sudut pandang yang digunakan maupun aspek yang
menjadi fokus kajian.
Berikut ini akan dipaparkan batasan dari istilah-istilah yang digunakan dalam kegiatan
pengkajian zonasi potensi batubara untuk tambang dalam.
Batubara adalah suatu endapan yang tersusun
dari bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik tersusun dari sisa-sisa tumbuhan yang
mengalami pembusukan decomposition serta perubahan sifat fisika dan kimianya, baik sebelum
ataupun sesudah tertutup endapan lainnya. Bahan anorganik terdiri dari beberapa mineral, misalnya
mineral lempung, karbonat, sulfida, silikat, dan sebagainya.
Zonasi adalah suatu pengelompokan atau
pengkelasan wilayah berdasarkan parameter tertentu. Zonasi potensi batubara untuk tambang dalam adalah
pengelompokan wilayah yang berpotensi untuk dilakukan penambangan batubara dengan teknik
penambangan bawah tanah. Pengelompokkan ini bisa berdasarkan kedalaman batubara, ketebalan lapisan
batubara maupun berdasarkan kualitas batubaranya.
Tambang dalam batubara underground
mining - disebut juga tambang bawah tanah - adalah pekerjaan menggali dan mengambil batubara dari
lapisan batubara di bawah tanah melalui sumuran tegak atau sumuran miring dan lorong bawah tanah.
Terdapat 2 dua sistem penambangan tambang batubara dalam, yaitu metode room and pillar dan
metode longwall.
Metode room and pillar merupakan sejenis
metode ekstraksi batubara tanpa penyangga, yang pada awalnya menyisakan pilar dengan tidak mengekstraksi
sebagian batubara, dan dengan demikian melakukan ekstraksi primer melalui penyanggaan atap oleh pilar
tersebut. Baru kemudian pilar tersebut diekstraksi. Untuk ekstraksi di tempat dalam, luas penampang pilar
harus diambil besar. Metode ini populer di tambang batubara di Amerika dan Australia yang mempunyai
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005 ZONASI BATUBARA - KALTI M
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005 ZONASI BATUBARA - KALTI M
kedalaman lapisan batubara yang relatif dangkal dan lapisan atapnya stabil.
Metode longwall adalah metode ekstraksi
batubara dengan permukaan kerja panjang yang mentargetkan lapisan batubara dengan ketebalan
terbatas dan berkemiringan landai, yaitu berkat dikembangkannya tiang besi penyangga dan kappe
roof bar, serta belt conveyor tipe datar. Panjang permukaan kerja kadang bisa mencapai 100m~300m.
Metode ini banyak digunakan di Jepang dan Eropa yang mempunyai lapisan batubara di daerah dalam.
Dimungkinkan ekstraksi mekanisasi penuh, dengan mengkombinasikan drum cutter shearer, face
conveyor dan shield type self advancing support. Akhir-akhir ini di Amerika dan Australia juga banyak
digunakan.
Nilai kalori Calorific value adalah nilai
panas yang ditimbulkan oleh batubara. Nilai kalori menentukan peringkat rank batubara. Batubara
berperingkat tinggi mempunyai nilai kalori yang tinggi begitu pula sebaliknya. Nilai kalori ini turut
menentukan keekonomisan batubara, namun hal tersebut dapat berubah sesuai kondisi yang terjadi.
Sebagai contoh beberapa tahun yang lalu batubara berperingkat lignit kurang bernilai ekonomis, namun
seiring dengan meningkatnya permintaan pasokan batubara saat ini, nilai keekonomisan lignit meningkat
dan sekarang lignit pun termasuk salah satu komoditi yang banyak diburu.
Lapisan penutup Over burden adalah
lapisan batuan di atas lapisan batubara. Pada beberapa kasus tambang batubara terbuka, over burden
umumnya berupa tanah penutup soil. Sifat lapisan penutup terutama sifat keteknikannya turut
menentukan rancangan konstruksi tambang bawah tanah.
Lapisan antara inter burden adalah lapisan
batuan yang berada di antara dua atau lebih lapisan batubara. Inter burden harus ikut diperhitungkan
dalam penghitungan perolehan batubara yang akan ditambang.
2.2. Perbandingan antara tambang terbuka dengan tambang bawah tanah
Perbandingan antara tambang terbuka dengan tambang bawah tanah secara umum adalah sebagai
berikut : 1 Produktifitas
Productivity Produktifitas berbeda-beda tergantung skala
produksi tambang. Namun secara umum bisa diharapkan bahwa produktifitas tambang terbuka
lebih tinggi dari pada produktifitas tambang bawah tanah. Hal ini disebabkan, pada tambang
bawah tanah, ruang kerjanya sempit, sehingga kapasitas mesin yang dapat digunakan terbatas.
Sedangkan pada tambang terbuka, dapat digunakan mesin-mesin berkapasitas besar
dengan mudah.
2 Biaya Penambangan
Mining Cost Biaya penambangan terbuka sangat murah
dibandingkan dengan biaya penambangan bawah tanah. Peralatan yang digunakan untuk
penambangan bawah tanah relatif lebih mahal dibandingkan dengan peralatan untuk tambang
terbuka. Faktor keamanan pada tambang bawah tanah juga perlu mendapat perhatian khusus yang
berdampak pada tingginya biaya untuk keamanan guna meminimalkan kecelakaan tambang.
3 Keamanan Accident Risks
Jumlah kecelakaan yang terjadi pada tambang terbuka lebih sedikit dibandingkan tambang
bawah tanah. Jumlah pekerja tambang terbuka lebih sedikit dibandingkan tambang bawah tanah,
sehingga jumlah kecelakaan yang terjadi per 1 juta ton produksi sangat rendah. Selain perbedaan
jumlah pekerja, resiko kecelakaan pada tambang bawah tanah juga lebih besar yang bisa
diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya ledakan gas metana pada lubang tambang
ataupun kurangnya supply oksigen.
4 Konsumsi Energi
Energy Demand Secara umum dapat dikatakan bahwa konsumsi
energi tambang terbuka adalah 14~15 tambang bawah tanah. Lubang tambang pada tambang
bawah tanah harus mendapat pencahayaan yang cukup, sehinga energi yang diperlukan juga
cukup banyak.
5 Masalah Lingkungan
Environment Kondisi kerja tambang terbuka lebih baik dari
pada tambang bawah tanah, karena pekerjaan berlangsung di permukaan. Selain itu, tidak
memerlukan penyangga, pengisian, ventilasi dan penerangan buatan. Akan tetapi, karena seluruh
pekerjaan dilakukan di permukaan, operasinya dipengaruhi oleh cuaca. Kemudian, perlu
penanganan batuan lapisan penutup over burden yang banyak, dan diperlukan tempat
yang luas untuk membuang tanah kupasan. Ditambah lagi, karena permukaannya menjadi
rusak setelah penambangan, reklamasi dan reboisasi menjadi suatu keharusan.
6 Perolehan Ekstraksi
Perolehan tambang terbuka lebih tinggi dibandingkan tambang bawah tanah. Pada
tambang terbuka dimungkinkan 90~95. Perolehan tambang bawah tanah berbeda menurut
metode ekstraksinya, di mana perolehan cut and fill method sangat tinggi hingga mendekati
perolehan tambang terbuka, namun perolehan tambang pada room and pillar method hanya
sekitar 60.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tambang terbuka mempunyai keuntungan yang
cukup banyak dibandingkan tambang bawah tanah. Namun perlu diingat bahwa saat ini tambang terbuka
telah dilakukan cukup intensif di berbagai wilayah di Indonesia sehingga dikhawatirkan lahan untuk
penambangan batubara secara terbuka telah habis, terutama di wilayah Pantai Timur Kalimantan dan di
Sumatera Barat. Selain itu juga terdapat benturan keinginan dari dunia tambang dengan kepentingan
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005 ZONASI BATUBARA - KALTI M
konservasi wilayah apabila lokasi tambang terletak di wilayah yang dilindungi. Kegiatan penambangan
bawah tambang dirasakan lebih menguntungkan apabila ditinjau dari berbagai masalah lingkungan
yang ditimbulkannya. Untuk itulah kiranya kajian mengenai tambang bawah tanah ini perlu dilakukan.
2.3. Persyaratan tambang dalam batubara