SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
SESI
Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
7. Median expected earnings MENE Median net earning dihitung dari median expected earnings pada tahun t+1
8. Pre-managed earnings NDE Merupakan pengurangan dari net earnings dengan discretionary accrual
NDE : NE-DA 9. Expected future earnings ENE
Ekspektasi earnings dihitung dan diambil dari prospektus dengan tahun t+1
4. ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 UJI ASUMSI KLASIK
4.1.1 Uji kenormalan Kenormalan data ditunjukkan dengan hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang menujukkan hasil
sebesar 0,883 dan Asymp. Sign 2-tailed sebesar 0,417, signifikansi angka itu lebih besar dari nilai α 0,05, sehingga data itu dikatakan normal.
TABEL 4.1.1 UJI KOLMOGOROV-SMIRNOV
N UJI KOLMOGOROV-SMIRNOV
Asymp. Sign 2-tailed
123 0,883
0,417 4.1.2 Uji multikolinieritas
Salah satu asumsi klasik yang harus dicermati dan sangat vital adalah multikolinieritas. Uji multikolinieritas ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang berarti antara masing-
masing variabel independen dalam model regresi. Metode untuk menguji adanya multikolinieritas dapat dilihat pada tolerance value atau variance inflation factor VIF yang dapat dihitung melalui program SPSS.
Batas dari tolerance value adalah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Jika tolerance value dibawah 0,10 dan nilai VIF diatas 10 maka terjadi multikolinieritas Hair et. al., 1992.
Tabel 4.1.2 menunjukkan gejala multikolinieritas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan dengan tolerance value masing-
masing variabel independen yang berada diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10. Dengan demikian, model regresi dalam penelitian ini terbukti terbebas dari gejala multikolinieritas.
TABEL 4.1.2 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
Variabel Independen Collinierity Statistics
Tolerance Value VIF
INVERSE-ASSET 0,427
2,343 DELTA REVENUE
0,402 2,489
PPE 0,569
1,757 4.2 ANALISIS DISCRETIONARY ACCRUAL
Karena untuk mencari DAC
it
= TAC
it
- NDAC
it
sehingga analisis selanjutnya dilakukan dengan metode Ordinary Least Square OLS untuk mencari konstanta dengan persamaan sebagai berikut :
TAC
it
TA
t-1
= a
1
[1TA
it-1
] + b
1
[ΔREV
it
TA
it-1
] + b
2
[PPE
it
TA
it-1
] + e
1
TABEL 4.2 HASIL REGRESI
99
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
SESI
Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
MODEL UNSTANDARDIZED CONSTANTA
t Sign
B Std error
Delta Reveneu 0,252
0,239 1,054
0,29 PPE
0,146 0,083
1,753 0,08
1Ait-1 -15099,1
7551,801 -1,999
0,05 Konstanta diatas dimasukkan dalam persamaan berikut :
NDAC
it
= a
1
[1 TA
it-1
] + b
1
[ΔREV
it
– ΔREC
it
TA
it-1
] + b
2
[PPE
it
TA
it-1
]
Nilai Total akrual yang telah dihitung sebelumnya dikurangkan dengan non-discretionary accruals untuk mendapatkan nilai discretionary accruals.
4.3 PENGUJIAN HIPOTESIS
Untuk mengetahui proporsi pada tiap kotak maka dilakukan analisis Two By two dengan hasil 10 perusahaan pada posisi kinerja masa kini yang bagus dan ekspektasi kinerja masa depan yang buruk, 6
perusahaan pada posisi kinerja masa kini yang buruk dan ekspektasi kinerja masa depan yang bagus. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, perlu dilakukan tes normalitas untuk menetukan apakah
memakai uji beda atau Wilcoxon sign-rank. Karena hipotesis yang akan diuji terlaetak pada kotak II dan III. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terdapat pada tabel berikut
TABEL 4.3.1 UJI KOLMOGOROV SMIRNOV PADA DISCRETIONARY ACCRUAL
KONDISI KOLMOGOROV-SMIRNOV
Asymp. Sign 2-tailed Good-Poor
0,503 0,838
0,962 0,484
Poor-Good 0,505
0,577 0,961
0,893
Karena data discretionary accrual yang terdapat pada Kotak II dan III normal maka uji selanjtnya dilakukan dengan T-test. Kenormalan terlihat dari nilai Asymp sign yang lebih besar dari nilai 0,05
H1: Peningkatan discretionary accruals berhubungan dengan perusahaan yang mempunyai kinerja
masa kini yang buruk dan ekspektasi kinerja masa depan yang bagus. Tanpa melakukan perataan laba, maka TAC = NDA
it
dan DA
it
akan sama dengan nol. Perataan laba untuk menaikkan laba akan diindikasikan dari nilai discretionary accruals yang positif
Uji beda yang dilakukan mengindikasikan adanya usaha perataan laba dengan menaikkan discretionary accruals, ditunjukkan dengan nilai mean dan standar deviasi yang positif sebesar 0,1757 dan
0,220 dengan nilai sign 2-tailed 0,974. Nilai sign 2-tailed 0,974 berarti lebih besar dari 0,05, ini artinya H0 diterima dan HA ditolak.Indikasi lebih jauh menujukkan bahwa kenaikan discretionary accruals pada
perusahaan tidak berhubungan dengan kinerja masa kini yang buruk dan ekspektasi kinerja masa depan yang bagus.
Tabel 4.3.2 akan menunjukkan hasil uji beda yang memberikan kesimpulan bahwa hipotesis yang dipaparkan diatas ditolak.
TABEL 4.3.2 HASIL UJI BEDA HIPOTESIS I
100
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
SESI
Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
N MEAN
STANDAR DEVIASI
Sign2-tailed Perusahaan dengan kinerja masa
kini yang buruk dan ekspektasi kinerja masa depan yang bagus
12 0,1757
0,220 0,974
t-stat -0,034 sign 0,186
Hasil ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sri Ernawati 2002 yang menyatakan dalam hipotesisnya bahwa perusahaan yang mengungkap proyeksi laba dengan kesalahan proyeksi positif
melakukan praktek perataan laba. Dalam penelitian itu, hipotesis diatas tak tebukti sehingga terdapat besar kemungkinan hal yang sama terjadi pada penelitian ini.
H2: Penurunan discretionary accruals berhubungan dengan perusahaan yang mempunyai kinerja
masa kini yang bagus dan ekspektasi kinerja masa depan yang buruk. Ringkasan Uji beda dapat dilihat pada tabel 4.4.4. T-test itu menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang erat antara penurunan discretionary accrual dengan kinerja masa kini yang bagus dan ekspektasi kinerja masa depan yang buruk. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata yang minus dan standar deviasi yang
positif sebesar –0,157 dan 0,1489 dengan nilai sign 2-tailed sebesar 0,01. Nilai 2-tailed sebesar 0,01 lebih kecil 0,05, hal ini berarti H0 ditolak dan HA diterima. Indikasi lebih jauh menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara penurunan discretionary accrual dengan kinerja bagus dimasa kini dan ekspektasi kinerja masa depan yang buruk.
TABEL 4.3.3 HASIL UJI BEDA HIPOTESIS II
N MEAN
STANDAR DEVIASI
Sign2-tailed Perusahaan dengan kinerja masa
kini yang bagus dan ekspektasi kinerja masa depan yang buruk
20 -0,1570
0,1489 0,01
t-stat -3,964 sign 0,071
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mark L Defond dan Chul W Park yang menemukan adanya 92 dari 1800 tahun observasi perusahaan yang melakukan penurunan
discretionary accruals untuk melakukan antisipasi kinerja buruk dimasa depan untuk memnghindari pemecatan.
5. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN