Faktor pendorong perataan laba
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
SESI
Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
accruals masa kini atau masa depan untuk menghindari resiko pemecatan oleh pemilik. Temuan inilah yang menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian.
Khusus di Indonesia, beberapa penelitian memperlihatkan hasil yang tidak konsisten, Ilmainir 1993 menemukan bukti bahwa perataan laba didorong oleh harga saham, perbedaan antara laba aktual
dan laba normal dan pengaruh perubahan kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajemen. Ashari et al. 1994 memperoleh bukti bahwa perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di
Singapore Stock Exchange SSE berkaitan dengan profitabilitas. Sedangkan Zuhroh 1996 menemukan bukti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba adalah Leverage Operasi. Naim dan Hartono
1996 menemukan manajer yang menghadapi investigasi pelanggaran undang-undang antitrust akan menurunkan laba untuk menghindari pinalti pelanggaran antitrust. Wimbari 1998 mendapatkan hasil
bahwa perataan laba disebabkan oleh faktor profitabilitas dan jenis industri. Jin 1998 menemukan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap praktek perataan laba adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas,
sektor industri dan Leverage-nya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya hubungan antara peningkatan atau penurunan discretionary accruals dengan kinerja masa kini dan ekspektasi kinerja masa depan dalam
praktek perataan laba. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan laba masa depan sebagai faktor yang mempengaruhi perataan laba.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 PERATAAN LABA
2.1.1 Definisi perataan laba Menurut Fudenberg dan Tirole 1995, perataan laba adalah proses manipulasi waktu terjadinya
laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil. Sedangkan Barnea et al. 1976 membuat definisi perataan laba sebagai pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi terhadap
beberapa level laba supaya dianggap normal bagi perusahaan. Definisi menurut Brayshaw dan Eldin 1989 adalah tindakan sukarela manajemen yang
didorong oleh aspek perilaku dalam perusahaan dan lingkungannnya. Sementara Beidleman 1973 menyatakan bahwa perataan laba adalah suatu usaha yang dilakukan manajemen untuk menekan variasi
dalam laba sepanjang hal itu diperbolehkan oleh Prinsip-prinsip Akuntansi yang berlaku.