SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
SESI
Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
men-disclose informasi yang perlu untuk menarik investor. Sesuai dengan UU no 8 tahun 1995 BAB IX pasal 78 dan 79 dan dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan BAPEPAM NO IX C.2, hal ini dipandang perlu
untuk mengumumkan earnings projection agar menjadi sinyal positif bagi investor tentang keterbukaan informasi perusahaan.
Ekspektasi laba yang tercantum di prospektus juga merupakan tantangan bagi manajer untuk mencapainya karena jika manajer tidak bisa mencapainya atau kinerjanya dibawah rata-rata industri maka
kemungkinan tindakan pemecatan akan semakin besar Morck et al, 1989;dan Blackwell et al, 1994
2.3 PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Fudenberg dan Tirole 1995 mengembangkan model teori yang mendorong manajer memperkirakan laba masa depan dengan berdasarkan pada pemakaian discretionary accrounting.
Pengembangan teori ini berdasarkan pada 3 asumsi : 1. Manajer mengasumsikan bahwa mereka akan menerima keuntungan yang bersifat Non-moneter
dengan menjalankan perusahaan. Dugaan bahwa motivasi manajer didorong lebih dari hanya sekedar bonus dan gaji didukung penelitian yang dilakukan Merchant 1989, yang mengatakan bahwa jika
manajer gagal mencapai taget yang ditentukan maka manajer akan mengutamakan agar tidak kehilangan kredibilitas dari pada hilangnya bonus.
2. Kinerja yang buruk akan memperbesar kemungkinan pemecatan terhadap manajemen. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Murphy dan Zimmerman 1993, Warner et al. 1988 dan
Weisbach 1988 yang menunjukkkan bahwa pergantian manajemen yang tak rutin biasanya disebabkan oleh kinerja yang buruk. Implikasi yang muncul dari asumsi kedua adalah selama tahun
yang kinerjanya buruk, manajer mempunyai dorongan untuk meratakan laba yang dilaporkan reported earnings dengan cara merubah laba masa depan menjadi laba masa kini. Skenario ini dilakukan
dengan memakai prosedur akuntansi untuk meningkatkan discretionary accruals, yang akibatnya dapat merubah laba masa depan menjadi laba masa kini.
H1:
Peningkatan discretionary accruals mempunyai hubungan dengan perusahaan yang mempunyai kinerja masa kini yang buruk dan ekspektasi kinerja masa depan yang baik.
3. Asumsi ketiga yang dipakai Fudenberg dan Tirole adalah Laba masa kini mempunyai arti yang lebih penting dari pada laba masa lalu. Implikasinya adalah kinerja yang baik pada masa kini tidak akan
dikompensasikan pada kinerja buruk dimasa depan, begitu juga dengan kinerja yang baik dimasa lalu tidak akan dikompensasikan pada kinerja buruk di masa kini. Oleh karena itulah, jika kinerja masa
depan diekspektasikan buruk maka manajer akan merubah laba masa kini menjadi laba masa depan untuk mengurangi kemungkinan pemecatan. Hal ini dilakukan dengan cara menurunkan laba masa kini
dengan menggunakan prosedur akuntansi yaitu penurunan discretionary accruals masa kini yang akibatnya dapat “menyimpan” laba masa kini untuk digunakan di masa yang akan datang.
H2:
Penurunan discretionary accruals mempunyai hubungan dengan perusahaan yang mempunyai kinerja masa kini yang baik dan ekspektasi kinerja masa depan yang buruk.
Hipotesis diatas konsisten dengan hipotesis bonus yang memprediksi bahwa manajer akan membuat discretionary accruals sebagai respon terhadap kompensasi banus yang berdasar pada laba Healy, 1985
3. METODE PENELITIAN 3.1 DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekun der yang berupa laporan keuangan tahunan dan prospektus yang didapat dari Indonesian Capital Market Directory dan Pusat Referensi Pasar
Modal BEJ.
3.1.1 Pemilihan sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan berbagai kriteria. Dan kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan yang telah go public sebelum 31 Desember 1994. 2. Emiten yang telah menyertakan laporan keuangan auditan per 31 Desember untuk tahun 1994–1996.
3. Perusahaan yang transaksi sahamnya masih aktif diperdagangkan selama tahun 1994-1996. 4. Perusahaan tahun bukunya 31 Desember untuk tahun 1994-1996
97
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
SESI
Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
5. Perusahaan dengan data ekstrem yang berhubungan dengan discretionary accrual, arus kas dan non-discretionary accrual akan dikeluarkan dari sampel.
3.1.2 Seleksi sampel
Sebagaimana kriteria yang telah ditentukan , didapatkan perusahaan manufaktur yang go public sebelum Desember 1994 sebanyak 118 perusahaan. Berdasar kriteria keaktifan, perusahaan yang
sahamnya tidak aktif diperdagangakan tahun 1994 sebanyak 19 perusahaan, tahun 1995 sebanyak 21 perusahaan, tahun 1996 sebanyak 24 perusahaan sehingga didapatkan perusahaan yang benar-benar
aktif diperdagangakan sebanyak 54 perusahaan.
Dari 54 perusahaan terdapat perusahaan yang akhir tahun bukunya tidak 31 Desember sebanyak 3 perusahaan. Dan terrdapat juga perusahaan yang datanya tidak lengkap sebanyak 10
perusahaan, sehingga didapatkan jumlah perusahaan yang layak diolah sebanyak 41 perusahaan.perhitungan sistematisnya tercantum dalam tabel berikut :
TABEL 3.2 DISTRIBUSI SAMPEL
NO KATEGORI ATAU KRITERIA
JUMLAH 1
2 3
4 5
6 Perusahaan yang go publik sebelum Des 1994
Tidak aktif selam 1994 Tidak aktif selam 1995
Tidak aktif selam 1996 Tahun bukunya bukan 31 Desember
Datanya tidak lengkap 118
19 21
24 3
10 TOTAL 41
3.2 MODEL, VARIABEL PENELITIAN DAN PENGUKURANNYA 1. Laba bersih sebelum extraordinary item Net Earnings
2. Leverage LEV LEV: Total HutangTotal Aset
3. Total Aset ASSET 4. Discretionary Accrual DA
TA
it
A
it-1
= a
t
[1A
it-1
]+b
1t
[∆REV
it
-∆AR
it
A
it-1
]+b
2t
[PPE
it
A
it-1
]+e
it
Keterangan : TA it
= total akrual A it-1
= total aset REV it
= total revenue AR it
= piutang ∆REVit-∆ARit
= perubahan revenue dengan basis kas PPE it
= jumlah kotor nilai bangunan dan peralatan e it
= tingkat kesalahan 5. Total akrual TA
TA
it
= ∆CA
it
- ∆CL
it
- ∆Cash
it
+∆STD
it
-Dep
it
keterangan : ∆CA it
= perubahan dalam aktiva lancar ∆CL it
= perubahan dalam kewajiban lancar ∆Cash it
= perubahan dalam kas dan yang sama dengan kas ∆STD it
= perubahan dalam utang termasuk kewajiban lancar Dep it
= depresiasi dan amortisasi 6. Median net earnings MNE
Net Earnings yang telah diketahui diatas kemudian dicari nilai mediannya
98
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI VI
Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003
SESI
Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
7. Median expected earnings MENE Median net earning dihitung dari median expected earnings pada tahun t+1
8. Pre-managed earnings NDE Merupakan pengurangan dari net earnings dengan discretionary accrual
NDE : NE-DA 9. Expected future earnings ENE
Ekspektasi earnings dihitung dan diambil dari prospektus dengan tahun t+1
4. ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 UJI ASUMSI KLASIK