Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) di Kecamatan Lembang, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA JABOTICABA (Myrciaria
cauliflora) DI KECAMATAN LEMBANG, JAWA BARAT

JOSIA ANAJOHN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha
Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) di Kecamatan Lembang, Jawa Barat adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian

Bogor.
Bogor, Mei 2014

Josia Anajohn
NIM H34100151

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

4

ABSTRAK
JOSIA ANAJOHN. Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba (Myrciaria cauliflora)
Di Kecamatan Lembang, Jawa Barat. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT
ADHI.
Indonesia memiliki tingkat keragaman buah-buahan yang sangat tinggi.
Baik itu yang berasal dari dalam negeri sendiri, maupun buah yang didatangkan
dari luar negeri yang beriklim serupa dengan Indonesia seperti jaboticaba.
Jaboticaba merupakan tanaman buah baru yang berkembang di Indonesia.
Perkebunan jaboticaba di Kecamatan Lembang, Jawa Barat merupakan salah satu

perkebunan jaboticaba terbesar di Indonesia. Penulis melakukan penelitian
analisis kelayakan usaha melalui aspek analisis non finansial dan aspek analisis
finansial untuk mengetahui kelayakan usaha perkebunan jaboticaba. Dari aspek
finansial diperoleh total akumulasi laba bersih setelah pajak sebesar Rp.
5.494.373.101, NPV sebesar Rp. 120.580.103, IRR sebesar 6,641% dari discount
rate 6%, Net B/C sebesar 1,07 dan PP selama 19 tahun. Dari hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil layak untuk
dijalankan baik dilihat dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan aspek sosial dan lingkungan) dan aspek finansial.
Kata kunci: Jaboticaba, aspek non finansial, aspek finansial, NPV, IRR, Net B/C,
dan PP
ABSTRACT
JOSIA ANAJOHN. Feasibility Study of Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) in
Lembang, West Java. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI.
Indonesia has a high diversity of fruits. The original fruits can be come from
Indonesia or from other countries. Jaboticaba is one of the fruit plants from the
other country that can be growth in Indonesia. Jaboticaba farm at Lembang, West
Java is the biggest Jaboticaba farm in Indonesia. This research will analyze the
business if the farm is reliable. The analyze aspects are financial analyze and non
financial analyze. The financial analylze shown that earn after tax is

Rp.5.494.373.101, NPV Rp.120.580.103, IRR 6,641% (discount rate is 6%), Net
B/C 1,07 and PP is 19 years. The non-financial analyze shown the farm are
reliable included market aspect, technical aspect, management aspect, social and
environment aspect. The conclusion after the writer took observation that
Jaboticaba Cherry Brazil farm is reliable to agribusiness.
Keywords: Jaboticaba, non-financial aspect, financial aspect, NPV, IRR, Net B/C,
and PP

5

ANALISIS KELAYAKAN USAHA JABOTICABA (Myrciaria
cauliflora) DI KECAMATAN LEMBANG, JAWA BARAT

JOSIA ANAJOHN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

6

7

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) di
Kecamatan Lembang, Jawa Barat
Nama

: Josia Anajohn

NIM

: H34100151


Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

8

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah

Jaboticaba, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba (Myrciaria
cauliflora) Di Kecamatan Lembang, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
selaku pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Ir Burhannudin MM sebagai dosen
pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Teddy Wijaya yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

Josia Anajohn

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL


xi

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3

4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Jaboticaba
Sistem Budidaya Jaboticaba
Penelitian Terdahulu

5
5
5
6

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis Aspek Non Finansial
Analisis Usaha
Analisis Finansial Usaha
Analisis Nilai Pengganti

Kerangka Pemikiran Operasional

9
9
9
11
12
12
13

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengolahan Data
Analisis Aspek Non Finansial
Analisis Usaha
Analisis Pendapatan Usaha
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R-C Ratio)
Analisis Waktu Pengembalian Modal (Payback Period)
Analisis Finansial Usaha

Net Present Value (NPV)
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Internal Rate of Return
Analisis Sensitivitas
Asumsi Dasar

15
15
15
15
15
16
16
16
17
17
17
17
18
18

19

10

GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN JABOTICABA
Lokasi Perkebunan
Sejarah dan Perkembangan Perkebunan
Visi dan Misi Perkebunan

20
20
20
21

ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL
Aspek Pasar
Analisis Peluang Pasar
Analisis Pesaing
Strategi pemasaran
Hasil Analisis Aspek Pasar
Aspek Teknis
Hasil Analisis Aspek Teknis
Aspek Manajemen
Hasil Analisis Aspek Manajemen
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

22
22
22
22
24
24
24
28
28
28
28
29

ANALISIS ASPEK FINANSIAL
Proyeksi arus kas
Arus masuk (inflow)
Arus keluar (outflow)
Analisis laba rugi
Analisis kelayakan investasi
Net Present Value (NPV)
Internal Rate of Return (IRR)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Payback Period (PBP)
Analisis Nilai Pengganti (Analysis Switching Value)

30
30
30
30
32
32
32
32
32
32
33

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

35
35
35

DAFTAR PUSTAKA

36

LAMPIRAN

38

RIWAYAT HIDUP

47

DAFTAR TABEL
1. Proyeksi konsumsi buah-buahan per kapita tahun 2005-2015
2 Informasi Kandungan Gizi Buah jaboticaba

1
2

11

3. Data Kunjungan Wisatawan yang Datang ke Kota Bandung Tahun 2011
4. Hasil Perhitungan Interpolasi pada Variabel Harga Beli Pupuk
5. Hasil Perhitungan Interpolasi pada Variabel Harga Jaboticaba Segar

3 2
33
34

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba
Selai Jaboticaba
Buah Jaboticaba Segar
Bibit Jaboticaba
Layout Perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil

14
23
23
23
27

DAFTAR LAMPIRAN

1. Proyeksi Arus Masuk

2.
3.
4.
5.
6.

Rincian Biaya Investasi
Rincian Biaya Tetap
Rincian Biaya Variabel
Proyeksi Laba Rugi
Cashflow
7. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil switching value
dengan Perubahan Harga Beli Pupuk
8. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil switching value
dengan Perubahan Harga Jual Jaboticaba Segar

39
40
41
41
42
43
45
46

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki tingkat keragaman buah-buahan yang sangat tinggi.
Berdasarkan Balai Kajian Buah Tropika IPB, disampaikan bahwa Indonesia
memiliki 3000 jenis buah-buahan yang tersebar di seluruh daerah. Prospek
pengembangan buah-buahan di Indonesia ditunjukkan dengan jumlah produksi
dan potensi pasar yang besar dan terus meningkat. Selain jumlah produksi yang
besar, prospek buah-buahan juga ditunjukan dengan potensi pasar yang terus
berkembang. Prospek pemasaran buah-buahan di dalam negeri diperkirakan
makin baik. Perkiraan permintaan buah-buahan Indonesia hingga tahun 2015
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Proyeksi konsumsi buah-buahan per kapita tahun 2005-2015
Tahun

Populasi Penduduk
(Juta)

Total Buah
Konsumsi/Kapita
Total Konsumsi
(Kg)
(Ribu Ton)

2005
227.000
2010
240.000
2015
254.000
Sumber : Pusat Kajian Buah Tropika (1998)

45,70
57,92
78,74

10.373,90
13.900,80
19.999,96

Iklim tropis Indonesia sangat mendukung suburnya buah-buahan yang
tumbuh, baik itu yang berasal dari dalam negeri sendiri, maupun buah yang
didatangkan dari luar negeri yang beriklim serupa dengan Indonesia. Dari
berbagai jenis buah-buahan yang ada di Indonesia, terdapat salah satu komoditi
buah yang berpeluang besar untuk dikembangkan adalah buah jaboticaba. Hal
tersebut ditunjukkan dengan harga jual buah jaboticaba yang tinggi di pasaran
yaitu sebesar Rp 100000 per kilogramnya.
Jaboticaba atau dalam bahasa latinnya disebut Myrciaria cauliflora,
merupakan buah eksotik tanaman tropis yang berasal dari negara Brazil. Asal
mulanya buah ini tumbuh di daerah pegunungan Rio de Janeiro dan Minas Gerais,
yaitu bagian dari selatan Brazil (Morton 1987). Kemudian buah ini sekarang telah
menyebar ke berbagai pelosok dunia termasuk ke Indonesia
Adapun jenis pohon ini sangat cocok tumbuh di negara yang beriklim tropis
seperti layaknya Indonesia. Bahkan dari hasil penelusuran penulis sendiri,
diketahui bahwa terdapat perkebunan Jaboticaba yang cukup besar di Jawa Barat,
yaitu perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil. Lahan perkebunan Jaboticaba seluas
1,2 hektar terletak di bawah lereng kaki gunung Tangkuban Perahu, Lembang,
Jawa Barat.
Di Brazil, Jaboticaba tumbuh di atas ketinggian 910 m atau 3000 kaki diatas
permukaan laut (Morton, 1987). Daerah Lembang sendiri berada tidak jauh dari
asal-muasal tumbuhnya pohon tersebut yaitu berkisar pada ketinggian antara
1.312 hingga 2.084 meter di atas permukaan laut, sehingga ada kecocokan tumbuh
dengan subur di daerah Lembang Jawa Barat.

2

Buah Jaboticaba memiliki rasa manis-asam dan segar, serta memiliki
kandungan gizi yang penting bagi kebutuhan hidup manusia, seperti hasil
pengamatan yang disampaikan oleh Laboratorium FIM de Nutricion, Havana,
Cuba (1995) di bawah ini.
Tabel 2 Informasi kandungan gizi buah jaboticaba
Informasi Kandungan Gizi Buah
Jaboticaba per 100 gram
Kalori
45,70g
Moisture
87,10g
Protein
0,11g
Lemak
0,01g
Karbohidrat
12,58g
Serat
0,08g
Ash
0,20g
Kalsium
6,30mg
Fosfor
9,20mg
Besi
4,90mg
Thiamine
0,02mg
Riboflavin
0,02mg
Niacin
0,21mg
Asam Ascorbic
22,70mg
Tryptophan
1,00mg
Lysine
7,00mg
Sumber : Hasil Laboratorium FIM de Nutricion, Havana, Cuba (1955).
Di negara asalnya Brazil, kulit buah jaboticaba yang dikeringkan digunakan
sebagai obat penyembuhan penyakit hemoptysis, asthma, diare and dysentery.
Berdasarkan cita-rasa yang enak, dengan kandungan gizi yang tinggi, serta
memiliki nilai jual yang tinggi pula diduga jaboticaba mempunyai potensi yang
baik untuk dikembangkan menjadi salah satu usaha agribisnis di Indonesia.
Pengembangan produksi Jaboticaba dapat dilakukan dengan suatu sistem
usahatani skala besar dengan pengelolaan moderen, ataupun dengan sistem
usahatani dengan skala kecil yang diimbangi dengan teknologi tepat guna dalam
produksi, pasca panen, dan pemasaran hasil. Berdasarkan pengamatan potensi
pasar, pengusahaan jaboticaba memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Selain
letak perkebunan yang nyaman dengan panorama yang indah dan tidak jauh dari
kota wisata Bandung ini, penulis meyakini, bahwa ada kesempatan besar jenis
usaha ini untuk terus dikembangkan.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2011),
diketahui bahwa kunjungan wisatawan ke wilayah Bandung dan sekitarnya
menunjukkan angka yang terus meningkat, hal ini merupakan peluang besar untuk
memasarkan hasil buah jaboticaba kepada masyarakat luas. Jumlah pengunjung
tersebut dapat diketahui dalam tabel 3 di bawah ini:

3

Tabel 3 Data kunjungan wisatawan yang datang ke kota Bandung tahun
2011
No
Keterangan
Jumlah
Satuan
Wisatawan
2011
I

Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol
(Pasteur, Pasir Koja, Kopo, M .Toha, Buah
Batu)

30.533.812

Kendaraan

II

1. Jumlah pengunjung melalui Gerbong Tol
2. Jumlah pengunjung melalui bandara,
stasiun, terminal
Jumlah

69.674.507
6.388.447

Orang
Orang

76.062.954

Orang

225.585
6.487.239
6.712.824

Orang
Orang
Orang

194. 062
3.882.010
4.076.072

Orang
Orang
Orang

2.636.752

Orang

III

IV

Wisatawan yang
kedatangan
a. Wisman
b. Wisnus
Jumlah wisatawan

melalui

Wisatawan menginap
a. Wisman
b. Wisnus
Jumlah tamu menginap
occupancy hotel)

pintu

gerbang

(penghitungan

Jumlah tamu tidak menginap
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2011)

Kultur tanah di Indonesia terutama di sekitar Bandung yang dikelilingi
gunung dan perbukitan sangat memungkinkan dapat mengembangkan jenis
tanaman ini. Maka dengan berbagai kemungkinan yang menguntungkan, penulis
mencoba mengangkat tema pengembangan usaha Jaboticaba untuk di analisa,
apakah layak menjadi jenis usaha yang dapat dikembangkan.
Rumusan Masalah
Dalam rangka pengembangan budidaya Jaboticaba Cherry Brazil, maka
dirumuskan masalah penelitian yaitu, apakah penanaman Jaboticaba layak untuk
dijadikan usaha agribisnis?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, kiranya perlu dilakukan analisis
usaha dan analisis kelayakan finansial serta mengkaji faktor-faktor yang menjadi
kendala dan peluang dalam budidaya Jaboticaba tersebut dengan beberapa hal di
bawah ini:
1. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil ditinjau dari
aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan?

4

2. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil ditinjau dari
aspek finansial?
3. Bagaimana pengaruh dari perubahan harga-harga input maupun output
terhadap budidaya Jaboticaba Cherry Brazil?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari kegiatan penelitian ini, antara lain :
1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya Jaboticaba Cherry
Brazil pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek
lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya Jaboticaba Cherry
Brazil pada aspek finansial.
3. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat kepekaan usaha budidaya
Jaboticaba Cherry Brazil terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga
input maupun output.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik dalam budidaya perkebunan
Jaboticaba dalam mengembangkan budidaya buah Jaboticaba.
2. Sebagai informasi dan bahan rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dengan masalah yang terkait.
Ruang Lingkup Penelitian
Pembudidayaan Jaboticaba yang dijadikan objek penelitian adalah
perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil, terletak di bawah lereng kaki gunung
Tangkuban Perahu, Lembang, Jawa Barat. Lahan seluas 1,2 hektar yang dijadikan
budidaya Jaboticaba merupakan salah satu perkebunan luas yang dapat dijadikan
sampel dalam penelitian analisis kelayakan usaha Jaboticaba. Adapun penelitian
akan melihat usaha budidaya Jaboticaba dalam berbagai aspek, seperti; aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan hukum, aspek sosial, aspek ekonomi,
dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial.
Kriteria evaluasi aspek finansial yang digunakan adalah analisis NPV (Net
Present Value), analisis IRR (Internal Rate of Return), analisis Net B/C Ratio (Net
Benefit-Cost Ratio), Analisis Payback Periode dan Analisis Sensitivitas.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Jaboticaba
Jaboticaba merupakan salah satu buah tropis yang dapat tumbuh di
Indonesia dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Jaboticaba
memiliki nama latin Myrciaria spp. Buah jaboticaba dapat dimakan langsung
dengan kualitas yang baik, memiliki cita rasa yang nikmat dan buahnya pun
banyak mengandung air. Dalam bidang industri buah jaboticaba dapat pula
dijadikan makanan berupa jeli dan minuman wine. Buah jaboticaba harus diproses
atau dikonsumsi paling lama tidak lebih dari tiga hari dalam suhu kamar.
(Bermejo dan León 1994).
Tanaman jaboticaba memiliki ketinggian pohon medium tidak melebihi
12m, pohon berbentuk seperti mahkota, tebal dan simetris. Tanaman jaboticaba
memiliki satu atau lebih batang dan memiliki banyak cabang. Daun jaboticaba
berbentuk bulat telur atau lanset, berkisar 5 x 2,5cm, halus dan mengkilap. Dan
bila waktunya sudah berbuah, bunga-bunga tanaman jaboticaba akan tumbuh dari
batang dan cabang utama. Bunga jaboticaba terdapat empat kelopak putih dan
banyak benang sari berbentuk panjang. Buah jaboticaba berbentuk bulat,
berdiameter 2-3cm. Dalam satu tandan jaboticaba terdapat sekitar 3 hingga tujuh
buah berwarna merah dan hitam mengkilat. Jangka waktu antara setelah berbuah
dan panen tidak melebihi waktu dua minggu (Bermejo dan León 1994).
Sistem Budidaya Jaboticaba
Jaboticaba banyak dikembangkan dan ditanam baik itu secara vegetatif (stek
akar, layering dan cangkok) maupun melalui benih biji. Metode yang disukai para
petani dalam penyebaran benih Jaboticaba adalah dari biji. Tanaman jaboticaba
yang tumbuh berasal dari benih biji memiliki ketahanan yang cukup kuat terhadap
kekeringan.
Biji Jaboticaba ditaburkan dan diberi jarak antar biji 10 cm di tempat
pembenihan tanah subur dan 30 cm antara baris. Lalu dibiarkan selama satu tahun.
Ketika tinggi poho telah mencapai tinggi 10 sampai 15 cm, tanaman dipindahkan
ke pembibitan dengan metode rootball. Jarak antar tanaman spasi 1 m dengan 2 m
antar baris, lalu dibiarkan kembali tiga sampai lima tahun. Ketika mereka
mencapai tinggi 1,5 m barulah ditanam di lahan dengan rootball seluas 60 cm.
Tanaman yang ditanam di beri jarak antar pohon 6 x 6 m atau 6 x 4 m. (Hernándo
Bermejo dan León 1994).
Tanaman jaboticaba tumbuh subur di daratan tinggi negara tropis. Misal di
negara Brazil asal tanaman jaboticaba tumbuh di daratan dengan ketinggian diatas
3000 kaki atau 910m. Jaboticaba tumbuh subur pada tanah yang gembur dan
dialiri irigasi yang baik. Selain pada iklim tropis, jaboticaba dapat tumbuh di iklim
subtropis. Di Minas Gerais, tanaman jaboticaba tetap dapat hidup dengan suhu
dingin hingga mencapai 0,56 derajat Celcius. Di Florida jaboticaba tetap hidup
melalui cuaca yang dingin (Morton 1987).

6

Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang
berhubungan dengan analisis kelayakan usaha. Penelitian mengenai analisis
kelayakan terutama kelayakan pada subsektor pertanian telah dilakukan oleh
peniliti terdahulu namun dengan objek kajian atau komoditas yang berbeda. Salah
satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh RR. Miranti Candraningtyas pada
tahun 2013. Penelitian ini berjudul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Krisan
Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Hasil dari penelitian ini
antara lain: berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial usaha
budidaya krisan potong pada skala usaha luasan 1000 m2, diperoleh nilai NPV
297.538.961,7, IRR diperoleh sebesar 271,65% dengan tingkat discount rate
sebesar 11%, diperoleh nilai Net B/C sebesar 8,04, PBP diperoleh selama 1 tahun
10 bulan 14 hari. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan switching value.
Variabel-variabel yang diubah dalam analisis tersebut yaitu: perubahan harga jual
krisan potong dan perubahan harga bibit krisan. Sedangkan berdasarkan hasil
penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan
lingkungan. Setelah dilakukan analisis dari aspek-aspek tersebut dapat
disimpulkan bahwa usaha budidaya krisan potong layak dilaksanakan.
Penelitian lainnya yang penulis jadikan rujukan adalah penelitian dilakukan
oleh Triana Gita Dewi pada tahun 2010 yang berjudul Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus: Peternakan Prima Fit,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Hasil dari penelitian ini
berdasarkan analisis aspek finansial dengan membandingkan dua kondisi yaitu
kondisi usaha ternak tanpa pengembangan usaha atau tanpa penambahan populasi
kambing perah laktasi 1 (skenario 1) dan kondisi usaha ternak dengan
pengembangan usaha atau dengan penambahan populasi kambing perah laktasi 1
(skenario 2). Pada skenario 1 diperoleh nilai NPV Rp1.293.372.706,00 sedangkan
pada skenario 2 diperoleh NPV sebesar Rp 2.636.267.980,00. IRR pada skenario
1 sebesar diperoleh sebesar 30% sedangkan IRR pada skenario 2 sebesar 55
persen dengan tingkat discount rate sebesar 6%. Net B/C pada skenario 1 sebesar
1,77 sedangkan pada skenario 2 sebesar 2,67. PBP dari usaha ini pada skenario 1
adalah selama tiga tahun, enam bulan, dan 24 hari sedangkan pada skenario 2 PBP
diperoleh selama 2 tahun, 11 bulan, 16 hari . Selain itu, dalam penelitian ini juga
dilakukan switching value. Variabel-variabel yang diubah dalam analisis tersebut
yaitu: perubahan harga susu dan perubahan harga ampas tempe. Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan. Secara aspek
non finansial, peternakan Prima Fit telah layak untuk dilaksanakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah pada tahun 2009. Penelitian ini
bejudul Analisis Pengembangan dan Optimalisasi Produksi Usaha Ternak Sapi
Perah (Studi Kasus : Peternakan Barokah, Kebon Pedes, Kota Bogor). Hasil dari
penelitian ini antara lain: berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan
finansial peternakan Barokah pada skala usaha 80 ekor induk laktasi, diperoleh
nilai NPV 1.835.849.468, IRR diperoleh sebesar 37% dengan tingkat discount
rate sebesar 16%, diperoleh nilai Net B/C sebesar 2,04, PBP diperoleh selama
3,81 tahun, BEP diperoleh selama 8,49 tahun dan PR diperoleh sebesar 3,8. Selain
itu, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel

7

yang diubah dalam analisis sensitivitas yaitu : kenaikan tingkat inflasi per tahun,
kenaikan biaya pakan per tahun, rata-rata produksi susu per ekor induk, harga jual
susu per liter dan tingkat kenaikan gaji karyawan tiap tahun. Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
aspek dampak usaha dan analisis terhadap aspek finansial dapat disimpulkan
bahwa gagasan pengembangan usaha layak untuk dilaksanakan. Pengembangan
skala usaha dari 60 ekor menjadi 80 ekor induk laktasi membuat peternakan
beroperasi secara lebih efisien dan mencapai skala ekonomi yang baik.
Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Tiara pada Tahun 2009. Penelitian tersebut berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
menganalisis kelayakan non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, dan aspek sosial ekonomi serta lingkungan), menganalisis kelayakan
finansial, dan menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah
srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya
organik serta peningkatan biaya operasional. Hasil analisis terhadap aspek-aspek
non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan
sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan
oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan.
Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan
yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi
menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan.
Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan
yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan
aspek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan
mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan
aspek sosial, ekonomi serta lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat
memberikan kontribusi kepada negara berupa pajak, mampu menyerap tenaga
kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha dan ikut serta dalam melestarikan
lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat
membahayakan lingkungan sekitar usaha.
Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR
dan payback period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk
dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukan bahwa
NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.46,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR
sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount
rate) sebesar 9 persen. Serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan
srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis switching value,
penurunan jumlah produksi pengusahaan srikaya organik adalah hal yang paling
berpengaruh terhadap kelangsungan usaha dibandingkan dengan penurunan biaya
operasional.
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai
analisis kelayakan usaha, diperoleh beberapa aspek yang harus dianalisis dalam
penelitian, yaitu aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan) dan aspek finansial (NPV, IRR,
Payback Period, dan Net B/C). Bila analisis kelayakan usaha memenuhi kriteria
baik dari aspek non finansial dan aspek finansial maka usaha bisnis layak untuk

8

dijalankan. Dilakukan pula analisis sensitivitas untuk melihat perubahanperubahan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan pada biaya dan
manfaat yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi.

9

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Dalam menjalankan penelitian diperlukan teori-teori yang mendukung
penelitian ini. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspekaspek kelayakan bisnis. Adapun aspek-aspek kelayakan bisnis yang dianalisis
antara lain : aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi
dan lingkungan serta aspek finansial.
Analisis Aspek Non Finansial
Aspek non finansial pada umumnya dianalisis secara kualitatif dan tidak
terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Terdapat empat aspek
non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini.
1.

Aspek Pasar
Pasar meliputi keseluruhan pembeli potensial yang akan memenuhi
kebutuhan dan keinginannya, dimana pembeli tersebut bersedia dan mampu
membeli alat-alat pemuas melalui pertukaran. Dengan kata lain pasar merupakan
kumpulan orang yang berpotensi untuk membeli suatu produk sehingga analisis
aspek pasar sangat diperlukan karena diharapkan bisnis dapat berjalan dengan
baik bila produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran. Dalam
menganalisis diperlukan data mengenai permintaan, penawaran, harga, program
pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan. (Sudiyono,
2002).
Dalam menganalisis aspek pasar perlu juga diketahui berbagai kebijakan
pemasaran atau yang sering disebut sebagai bauran pemasaran. Menurut Umar
(2005), bauran pemasaran terdiri dari (1) Produk (Product), dalam memasarkan
produk, perusahaan sebaiknya menetapkan manfaat-manfaat yang diberikan oleh
produk yang telah diproduksi oleh perusahaan tersebut, (2) Harga (Price), harga
adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau
menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui
tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap
semua pembeli, (3) distribusi (Place), saluran distribusi adalah sekelompok
organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang
memungkinkan produk tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen.
(4) Promosi (Promotion), promosi dilakukan untuk mengkomunikasikan produk
kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya dibeli.
Strategi pemasaran perlu juga dianalisis untuk mengetahui pasar produk
yang akan ditawarkan (Umar, 2005). Kondisi pasar cenderung memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sehingga agar lebih mudah maka perlu dilakukan
segementasi pada pasar tersebut agar pasar memiliki karakteristik yang lebih
sama. Segmentasi dapat berdasarkan aspek geografis yang terdiri dari bangsa,
negara, provinsi, dan kabupaten/kota madya, aspek demografis yang terdiri dari
usia dan tahap daur hidup, jenis kelamin, dan pendapatan, aspek psikografis yang
meliputi kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian serta aspek perilaku yang terdiri

10

dari kesempatan, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembelian,
dan sikap. Setelah dilakukan segementasi perlu analisis untuk menentukan
segmen pasar yang dicakup dan dapat dilayani. Tahap terakhir adalah penentuan
posisi pada segmen terpilih yang akan ditempati. Pesaing juga akan menentukan
keberlajutan sebuah bisnis sehingga perlu dilakukan analisis pesaing. Pesaing
merupakan suatu perusahaan lain yang mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri :
(1) perusahaan yang menawarkan produk dan harga yang sama di pasar, (2)
perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama, (3) perusahaan
yang membuat produk dan memasok yang sama, dan (4) perusahaan yang
memperebutkan uang dari konsumen yang sama.
2.

Aspek Teknis
Menurut Nurmalina et al. (2009) terdapat beberapa hal yang perlu dikaji
dalam aspek teknis antara lain lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi,
layout, dan pemilihan jenis teknologi dan equipment.

1) Lokasi Bisnis
Variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis ini terdiri atas variabel
utama dan variabel bukan utama yang dimungkinkan untuk berubah. Variabel
utama antara lain (1) ketersedian bahan baku, (2) letak pasar yang dituju, (3)
Tenaga listrik dan air, (4) Supply tenaga kerja dan (5) Fasilitas transportasi.
Sedangkan variabel bukan utama antara lain (1) hukum dan peraturan di Indonesia
maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, (2) Sikap dari masyarakat setempat
yang mendukung atau tidak pada pendirian suatu bisnis dan (3) Rencana masa
depan perusahaan dalan kaitannya dengan perluasan bisnis.
2) Luas Produksi
Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan luas produksi yaitu batasan
permintaan, tersedianya kapasitas mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja
pengelolaan proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan,
dan kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan
datang. Pada produk baru, kapasitas produksi biasanya masih belum optimal,
namun sebaiknya kapasitas produksi ini masih berada di tingkat titik impas.
3) Proses Produksi
Proses produksi terdiri atas 3 jenis yaitu proses produksi yang terputusputus, proses produksi yang kontinu, dan proses produksi kombinasi.
4) Layout
Layout ini mencakup layout site, layout pabrik, layout bangunan bukan
pabrik, dan fasilitas-fasilitanya. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan yakni
kosistensi dengan teknologi produksi, arus produk dalam proses produksi yang
lancar dari satu proses ke proses lain, penggunaan ruangan yang optimal,
kemudahan melakukan ekspansi, meminimisasi biaya produksi, dan memberikan
jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

11

5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
Pada dasarnya pemilihan teknologi ini berpatokan pada seberapa jauh
derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Saat
ini digunakan pula teknologi tepat yang dalam hal ini dapat digunakan kriteria
tentang penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial
budaya setempat.
3.

Aspek Manajemen
Analisis manajerial diperlukan agar pelaksanaan bisnis dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Analisis aspek
manajemen dibagi kedalam dua kelompok yaitu manajemen dalam pembangunan
bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal
yang perlu dipelajari meliputi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis
tersebut, pelaku studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan
manajemen dalam operasi meliputi struktur organisasi, deskripsi masing-masing
jabatan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, dan menentukan anggota direksi
dan tenaga inti.
4.

Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Aspek sosial ekonomi yang dinilai antara lain penambahan kesempatan
kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan
pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis serta akan
dinilai juga apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan
pendapatan masyarakat. Aspek lingkungan akan dinilai antara lain apakah
pembangunan suatu usaha memberikan dampak bagi lingkungan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Suatu bisnis tidak akan dapat bertahan jika tidak
bersahabat dengan lingkungan sehingga sebelum membangun sebuah usaha
diperlukan analisis lingkungan.
Analisis Usaha
Analisis yang dilakukan dalam pembudidayaan Jaboticaba Cherry Brazil
dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan
yang telah dicapai selama usaha budidaya Jaboticaba tersebut dijalankan. Analisis
usaha ini dapat dijadikan acuan ataupun dasar bagi pengusaha dalam membuat
perhitungan dan menentukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan keuntungan.
Adapun komponen-komponen yang digunakan
dalam analisis usaha adalah penerimaan usaha, pengeluaraan usaha, dan
pendapatan yang diperoleh dari usaha pembudidayaan Jaboticaba.
Pendapatan (keuntungan) adalah penerimaan total (Total Revenue = TR)
dikurangi biaya total (Total Cost = TC). Penerimaan adalah total produksi
dikalikan dengan harga per satuan sejumlah output tertentu. Biaya total adalah
seluruh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu,
sedangkan keuntungan adalah selisih antara total penerimaan yang diterima dari
usaha budidaya Jaboticaba dengan total biaya yang dikeluarkan. Perubahan
keuntungan yang didapatkan oleh pemilik tergantung dari perubahan penerimaan
(Marginal Revenue = MR) dan perubahan biaya (Marginal Cost = MC) (Sugiarto
et al 2000).

12

Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produksi, yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya
yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan, sedangkan
biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah output yang
dihasilkan (Sugiarto et al, 2000).
Analisis R-C Ratio adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh setiap rupiah biaya yang digunakan dapat memberikan nilai
penerimaan sebagai manfaat (Sugiarto et al, 2000). Analisis payback period
digunakan untuk menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan dapat
kembali. Dalam perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu.
Analisis Finansial Usaha
Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu
usaha atau proyek dilaksanakan dengan baik dan berhasil (Husnan dan
Muhammad, 2000). Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha,
yang dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak untuk
diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat
dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Manfaat adalah apa yang
diperoleh orang atau badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kelayakan suatu usaha antara lain :
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi,
dan budaya serta aspek lingkungan. Komponen biaya dalam analisis kelayakan
usaha dibedakan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional.
Sedangkan komponen penerimaaannya yaitu nilai penjualan hasil produksi.
Indikator yang biasa dipakai untuk membandingkan manfaat dan biaya pada
usaha adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan
Internal Rate of Return (IRR).
Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang
diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya
disebut dengan manfaat bersih (Net Present Value). Suatu bisnis dinyatakan layak
jika NPV lebih besar dari nol yang artinya bisnis menguntungkan atau memberi
manfaat. Net Benefit-Cost Ratio merupakan penilaian yang dilakukan untuk
melihat berapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan
yang merupakan perbandingan atau rasio jumlah bersih sekarang yang negatif
(Gray et all 1993). Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila
Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil
dari satu. Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis
terhadap investasi yang ditanamkan. Ini dapat ditunjukkan dengan mengukur
besaran Internal Rate of Return (IRR). sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRRnya lebih besar dari tingkat diskontonya. Tingkat diskonto merupakan tingkat
bunga yang digunakan dalam proses untuk memperoleh nilai sekarang dari suatu
nilai yang akan datang dinyatakan dalam bentuk persen.
Analisis Nilai Pengganti
Analisis nilai pengganti (switching value analysis) digunakan untuk melihat
perubahan-perubahan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan pada
biaya dan manfaat yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi
(Gittinger, 1986). Analisis nilai pengganti ini merupakan perhitungan untuk

13

mengukur “perubahan maximum” dari perubahan suatu komponen inflow seperti
penurunan harga output, penurunan produksi atau perubahan komponen outflow
seperti peningkatan harga input yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih
tetap layak dijalankan. Kriteria minimum kelayakan investasi tersebut adalah
apabila nilai NPV sama dengan nol dan net B/C sama dengan satu.
Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha budidaya jaboticaba yang dilakukan perkebunan Jaboticaba Cherry
Brazil merupakan respon dari adanya permintaan jaboticaba yang tinggi dengan
potensi sumber daya alam yang mendukung baik dari segi bahan baku maupun
keadaan geografis wilayah. Selain itu, jaboticaba merupakan salah satu komoditi
yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu sebesar 100.000 rupiah per kilogram.
Harga jaboticaba yang tinggi menjadikan insentif bagi perusahaan untuk
mengembangkan usaha. Adanya peluang bisnis tersebut, menyebabkan banyak
orang yang tertarik berinvestasi langsung pada komoditi hortikultura ini,
khususnya budidaya jaboticaba.
Perkebunan Jaboticaba merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak di
bidang jaboticaba. Dalam kegiatan usahanya, perusahaan telah mengeluarkan
biaya investasi yang tidak sedikit. Mengingat setiap usaha yang dilakukan
memiliki resiko, karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pada saat
merencanakan dan mengembangkan usaha tersebut.
Penelitian ini mempunyai tujuan menganalisis kelayakan usaha budidaya
jaboticaba secara finansial maupun non finansial, untuk melihat sejauh mana
usaha ini layak atau tidak untuk diusahakan. Hasil penilaian yang menghasilkan
kelayakan usaha kemudian akan dianalisis kembali dengan pembahasan mengenai
tingkat kepekaan (sensitivitas) untuk menghitung sejauh mana usaha ini peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada komponen manfaat dan biaya.
Adapun kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.

14

Jaboticaba merupaka tanaman buah asal Brazil yang dapat tumbuh subur di
Indonesia
Sistem Agribisnis Jaboticaba

Subsistem input

Subsistem
budidaya

Subsistem
pemasarn

Subsistem
pengolahan

Subsistem
penunjang

Peluang Pasar

Keunggulan

-peluang pasar kalangan keatas tinggi

-harga jual tinggi
-kuantitas panen per
pohon tinggi

-rasa buah enak, banyak diminati
masyarakat
-banyak olahan makanan dapat berasal
dari buah jaboticaba

-tanaman musiman

Perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil
Usaha Budidaya Jaboticaba

Aspek Non Finansial





Aspek pasar
Aspek teknis
Aspek
manajemen
Aspek sosial
ekonomi dan
lingkungan

Aspek Finansial





Analisis NPV
Analisis IRR
Analisis Net
B/C Ratio
Analisis
Payback
Periode

Layak

Analisis Nilai
Pengganti

Tidak Layak
Evaluasi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba Pada
Perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil.

15

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian studi kelayakan bisnis akan dilakukan pada perkebunan
Jaboticaba Cherry Brazil di Lembang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja dengan pertimbangan bahwa perkebunan lahan Jaboticaba Cherry
Brazil sangat luas dan cukup untuk dijadikkan model percontohan dalam
penelitian analisis kelayakan usaha Jaboticaba. Selain itu letak dan tempat
perkebunan jaboticaba Cherry Brazil terletak dalam satu wilayah dengan penulis
di Bandung, mempermudah penulis untuk memperoleh data lebih cepat dan
mudah. Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan mulai dari bulan Oktober
sampai dengan bulan Desember 2013.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pemilik perkebunan Jaboticaba
dan observasi lapang secara langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
berbagai literatur, jurnal, internet, dinas tanaman hortikultura dan aneka tanaman
serta badan pusat statistika (BPS).
Metode Pengolahan Data
Data primer yang diperoleh lalu diolah untuk diperoleh hasil penelitian yang
diinginkan. Pengolahan dan analisis data primer ini dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif mencakup gambaran mengenai aspek-aspek non
finansial. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk memperoleh hasil analisis
aspek finansial diolah dengan penggunaan program komputer Microsoft excel
2007. Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk
mempermudah pemahaman.
Analisis Aspek Non Finansial
Aspek Pasar
Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan.
Pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil dikatakan layak bila
tidak terdapat masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya
pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba ini, masih terbukanya peluang
pemasaran produk-produk Jaboticaba sehingga seluruh hasil produksi yang
dihasilkan dapat diterima oleh pasar.
Aspek Teknis
Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan
pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga pada

16

pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil dapat dikatakan layak
dalam aspek teknis bila lokasi perkebunan mampu menunjang pengembangan
usaha tersebut, luas produksi sudah optimal, layout perkebunan sesuai sehingga
mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sudah tepat, kondisi
tanaman, pemberian pupuk dan air, penanganan penyakit dan hama, teknik
pembibitan, dan teknik pengolahan produk Jaboticaba pasca panen buah.
Aspek Manajemen
Aspek manajemen pada pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba
Cherry Brazil dapat dikatakan layak bila manajemen sumberdaya manusia yang
terdapat pada usaha perkebunan tersebut telah dikelola dengan baik, pemberian
gaji telah sesuai, memiliki laporan keuangan.
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pengembangan usaha kambing perah pada peternakan Prima Fit dikatakan
layak pada aspek social ekonomi bila mampu meningkatkan kesempatan kerja,
pendapatan masyarakat, serta pendapatan asli daerah.
Pada aspek lingkungan, pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry
Brazil dikatakan layak bila bisnis tidak memberikan dampak yang merugikan
sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.
Analisis Usaha
Analisis Pendapatan Usaha
Analisis pendapatan usaha digunakan untuk mengetahui komponenkomponen output dan input yang terlibat dalam usaha dan besarnya keuntungan
yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Sugiarto et al 2000). Secara matematis
analisis pendapatan usaha dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan
TR
TC
Kriteria Usaha :

: Keuntungan
: Penerimaan Total
: Pengeluaran Total

TR>TC maka usaha menguntungkan
TR1 maka usaha menguntungkan
R/C 0 maka layak diusahakan
NPV < 0 maka tidak layak diusahakan
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C merupakan perbandingan antara NPV dari total benefit bersih
terhadap total biaya bersih (Gray et al 1993). Net B/C digunakan untuk ukuran
tentang efisiensi dalam penggunaan modal. Secara matematis Net B/C dapat
dirumuskan sebagai berikut:




18

Keterangan

Bt
Ct
i
n

: Benefit kotor tahunan
: Biaya kotor tahunan
: Tingkat suku bunga
: Umur ekonomis suatu usaha
: Discount Factor (df)

Kriteria kelayakan pada metode Net B/C adalah
Net B/C > 1 maka usaha akan memperoleh keuntungan
Net B/C < 1 maka lebih baik tidak diusahakan
Internal Rate of Return
IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukan jumlah sekarang netto
(NPV) sama dengan seluruh ongkos proyek atau NPV sama dengan nol (Bray et al
1993). Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan bunga yang berlaku
menunjukkan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan. Secara matematis IRR dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan

[

]

: Tingkat bunga yang menghasilkan
: Tingkat bunga yang menghasilkan
NPV’ : NPV pada tingkat suku bunga yang i’
NPV’’ : NPV pada tingkat suku bunga yang i’’

Kriteria kelayakan pada metode IRR adalah
IRR > i maka usaha layak dan dapat dilanjutkan
IRR < i maka usaha tidak layak lebih baik jangan
melakukan usaha tersebut
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu analisis yang dilakukan untuk menelaah
kembali, sehingga dapat diketahui pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan
yang berubah-ubah. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat
tingkat kepekaan usaha tersebut apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap
variabel-variabel harga dan perhitungan biaya maupun benefit (Gittinger 1986).
Analisis sensitivitas dilakukan dengan metode switching value (nilai pengganti)
bila terjadi kenaikan biaya variabel dan penurunan harga jual. Metode ini
digunakan untuk mengetahui perubahan keadaan (kenaikan biaya variabel dan
penurunan harga jual) yang membuat proyek tidak layak diusahakan dengan
menggunakan asumsi cateris paribus.

19

Asumsi Dasar
Analisis kelayakan usaha Jaboticaba Cherry Brazil menggunakan asumsi
dasar sebagai berikut:
1. Umur bisnis ditentukan selama 27 tahun berdasarkan umur ekonomis
tanaman Jaboticaba.
2. Bibit yang digunakan dalam pengusahaan Jaaboticaba adalah bibit yang
disemai sendiri sebanyak 1100 tanaman dan 500 tanaman diperoleh
dengan cara membeli seharga Rp.25000 per tanaman.
3. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini
bersumber dari hasil wawancara dan survey lapang pada pemilik
perkebunan, dan karyawan perkebunan.
3. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini konstan
hingga akhir umur usaha, yang berlaku pada bulan Oktober 2013.
4. Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan, dan 365 hari.
Sedangkan satu bulan diasumsikan terdiri dari 30 hari.
5. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yakni:
Penyusutan =
6. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 tahun 2008.
7. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito
Bank Centra Asia (BCA) yakni pada bulan Oktober 2013 sebesar 6,0
persen per tahun. Pemilihan bunga deposito pada bank BCA karena
pemilik memiliki tabungan di bank tersebut.
8. Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain tidak berubah.

20

GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN JABOTICABA

Lokasi Perkebunan
Perkebunan jaboticaba Cherry Brazil terletak di desa Cibogo, kecamatan
Lembang, Bandung, Jawa Barat. Pemilik perkebunan memulai usahanya dengan
membeli lahan tanah secara bertahap sampai seluas 1,2 ha. Harga tanah saat
pemilik membeli pada tahun 1989 dan 2003 masih murah yaitu 25000 dan 100000
rupiah per meter. Hal tersebut melatar belakangi pendirian perkebunan jaboticaba
di tempat tersebut, selain harga lahan yang masih murah, pemilik memilih
mendirikan perkebunan nya di Lembang karena iklim yang cocok bagi jaboticaba
untuk tumbuh dan berkembang yaitu berada di dataran tinggi.
Lalu lembang merupakan salah satu tempat favorit bagi para wisatawan
untuk dikunjungi karena alam nya yang masih asri dan udara nya yang sejuk.
Selain itu lembang memiliki berbagai objek wisata seperti tangkuban perahu,
pabrik tahu susu, dan pemandian air panas ciater sehingga banyak wisatawan
datang. Perkebunan jaboticaba menjadi salah satu agrowisata potensial yang bisa
menarik para wisatawan yang berada ke lembang untuk datang.
Letak Geografis Desa Cibogo berada di wilayah utara Kabupaten Bandung
Barat. Luas wilayah Desa Cibogo 195,143 Ha, berada pada ketinggian 1.200 M di
atas permukaan laut dengan curah hujan 2.200 MM/ tahun dengan suhu r