Analisis kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek dendrobium (di usaha pembibitan anggrek estie’s orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PEMBIBITAN KOMPOT ANGGREK DENDROBIUM

(Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid,

Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

KURNIA RAHMAH SEPTIANI H34060209

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ii

RINGKASAN

KURNIA RAHMAH SEPTIANI. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Kompot Anggrek Dendrobium (Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat) Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor (di bawah bimbingan HARIANTO). Indonesia memiliki sumberdaya hayati yang sangat melimpah dan potensial

untuk dijadikan tanaman hias. Anggrek merupakan salah satu bunga khas Indonesia dan menjadi tanaman hias unggulan nasional. Impor anggrek ke Indonesia didominasi oleh anggrek dengan segmentasi bibit seedling (anggrek remaja). Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid merupakan salah satu usaha budidaya penghasil bibit anggrek yang berada di Kota Depok yang telah berjalan sejak tahun 2009. Analisis kelayakan pembibitan kompot anggrek di Estie’s Orchid dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi para petani dan pengusaha anggrek yang ingin melakukan usaha serupa. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan non finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium (2) menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman angggrek Dendrobium (3) menganalisis sensitivitas kelayakan usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek

Dendrobium terhadap perubahan jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot dan harga bibit botolan. Penelitian dilaksanakan di Pembibitan Anggrek

Dendrobium Estie’s Orchid Kecamatan Limo. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Analisis Kelayakan Investasi baik finansial ataupun non-finansial.

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa analisis aspek non finansial yang meliputi analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan pada usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium dapat dikatakan layak. Hasil analisis finansial menyatakan usaha pembibitan kompot anggrek layak untuk dijalankan. Dapat dilihat dari nilai NPV sebesar Rp 66,08 juta, IRR sebesar 27 persen, Net

B/C sebesar 1,87 dan PBP selama tiga tahun, tujuh bulan, 16 hari. Informasi ini menunjukkan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa jika harga kompot anggrek menurun lebih dari 9,07 persen, jumlah produksi kompot anggrek menurun lebih dari 9,06 persen dan harga bibit botolan meningkat lebih dari 12,82 persen maka usaha pembibitan kompot anggrek menjadi tidak layak. Hal ini memperlihatkan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek sensitif terhadap penurunan harga kompot anggrek, penurunan jumlah produksi kompot anggrek dan peningkatan harga bibit botolan.


(3)

iii

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PEMBIBITAN KOMPOT ANGGREK DENDROBIUM

(Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid,

Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)

KURNIA RAHMAH SEPTIANI H34060209

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(4)

iv

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Kompot Anggrek

Dendrobium (Di Usaha Pembibitan Anggrek Estie’s Orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)

Nama : Kurnia Rahmah Septiani

NIM : H34060209

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Harianto, MS NIP. 19581021 198501 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002


(5)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Kompot Anggrek Dendrobium (Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir.

Bogor, Februari 2013

Kurnia Rahma Septiani H34060209


(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 2 September 1988 sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Nursani dan Ibu Komariyah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Muhammadiyah Meruyung pada tahun 2000 dan pendidikan menengah di SLTP Muhammadiyah 4 Depok pada tahun 2003. Pendidikan menengah atas di SMAN 1 Depok diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajamen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan penulis aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa. Penulis tercatat sebagai Sekretaris Divisi Media Ekonomi Syariah SES-C (Shariah Economics Student Club) tahun 2008/2009 dan pengurus Lembaga Dakwah Fakultas FORMASI tahun 2007-2008 serta berbagai kepanitiaan dalam berbagai acara skala kampus maupun nasional. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai Asisten Dosen MK Pendidikan Agama Islam Periode 2008/2010.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT. Atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Kompot Anggrek Dendrobium (Di Usaha Pembibitan Anggrek

Dendrobium Estie’s Orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kelayakan non finansial dan finansial dari usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium. Selain itu juga untuk mengetahui sensitivitas kelayakan usaha terhadap perubahan input dan output.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2013 Kurnia Rahmah Septiani


(8)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Anita Primaswari Widhiani, SP. MSi selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen penguji komdik yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Wagiman dan seluruh keluarga besar Pembibitan Kompot Anggrek

Dendrobium Estie’s Orchid atas semua bantuan yang diberikan selama penelitian.

5. Pihak Pemerintah Kota Depok, dan Kelurahan Meruyung atas bantuan, izin, waktu, dan kesempatan yang diberikan.

6. Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.

7. Orang tua dan kakak-adik tercinta untuk setiap doa dan dukungan yang telah diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik.

8. Teman-teman Agribisnis seperjuangan angkatan 43 atas semangat dan kenangan selama perkuliahan dan penelitian.

9. Dan untuk semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Februari 2013 Kurnia Rahmah Septiani


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan ... 9

1.4. Manfaat ... 10

1.5. Ruang Lingkup ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Potensi Bisnis Anggrek ... 11

2.2. Segmentasi Umur Anggrek ... 12

2.3. Tinjauan PenelitianTerdahulu ... 13

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis ... 16

3.1.2 Aspek Nonfinansial ... 17

3.1.3 Aspek Finansial ... 20

3.1.4 Analisis Sensitivitas ... 23

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

IV METODE PENELITIAN ... 27

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2. Data dan Metode Penentuan Responden ... 27

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

4.3.1 Analisis Kelayakan Nonfinansial ... 28

4.3.2 Analisis Kelayakan Finansial ... 30

4.4. Definisi Operasional dan Asumsi Dasar ... 35

V GAMBARAN UMUM USAHA ... 38

5.1. Gambaran Umum Desa Meruyung ... 38

5.2. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 38

5.3. Visi dan Misi Estie’s Orchid ... 41

VI ANALISIS ASPEK NONFINANSIAL ... 41

6.1. Aspek Pasar ... 41

6.1.1 Analisis Peluang Pasar ... 41

6.1.2 Bauran Pemasaran ... 41

6.1.2.1 Produk ... 42

6.1.2.2 Harga ... 42

6.1.2.3 Distribusi ... 43

6.1.2.4 Promosi ... 43


(10)

x

6.3. Aspek Manajemen dan Hukum ... 57

6.4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 60

6.5. Aspek Lingkungan ... 62

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL ... 63

7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) ... 63

7.1.1 Arus Masuk (Inflow) ... 63

7.1.2 Arus Keluar (Outflow) ... 65

7.1.2.1 Biaya Investasi ... 65

7.1.2.2 Biaya Reinvestasi ... 67

7.1.2.3 Biaya Operasional ... 68

7.2. Harga Pokok Poduksi ... 71

7.3. Analisis Laba Rugi ... 72

7.4. Analisis Kelayakan Investasi ... 73

7.5. Analisis Switching Value ... 75

7.5.1 Penurunan Harga Kompot Anggrek ... 75

7.5.2 Penurunan Jumlah Produksi Kompot Anggrek ... 76

7.5.3 Peningkatan Harga Bibit Botolan ... 76

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

8.1. Kesimpulan ... 78

8.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura

Periode 2007-2011 ... 1

2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias Indonesia 2007-2011 ... 2

3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2009-2011 ... 5

4. Pola Tanam Bibit Kompot Anggrek di Estie’s Orchid ... 51

5. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bibit Kompot Per Tahun ... 64

6. Nilai Sisa Investasi Usaha Pembibitan Kompot Anggrek ... 65

7. Rekapitulasi Biaya Investasi ... 66

8. Umur Ekonomis dan Penyusutan Investasi ... 67

9. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi ... 68

10. Perhitungan Common Cost ... 68

11. Rincian Biaya Tetap per Tahun ... 69

12. Rincian Biaya Variabel per Tahun ... 71

13. Rekapitulasi Proyeksi Laba Rugi ... 72

14. HPP per Unit Bibit Kompot Anggrek Dendrobium ... 73

15. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pembibitan Kompot ... 73

16. Perbandingan Jumlah Produksi Kompot ... 76

17. Hasil Perhitungan Interpolasi Masing-masing Variabel ... 77


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

2. Saluran Distribusi Kompot Anggrek Dendrobium ... 43

3. Layout Pembibitan Estie’s Orchid ... 54

4. LayoutGreenhouse ... 55

5. Struktur Organisasi Pembibitan Anggrek Estie’s Orchid .... 57


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Volume Ekspor dan Impor Anggrek di Indonesia

Tahun 2009-2011 ... 79

2. Produksi Anggrek Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2009-2011 ... 80

3. Produksi Anggrek di Jawa Barat Tahun 2007-2011 ... 81

4. Bibit Kompot Anggrek Dendrobium, Bibit Botolan, dan Media Pakis ... 89

5. Proyeksi Produksi ... 90

6. Biaya Investasi ... 92

7. Biaya Operasional ... 93

8. Arus Masuk (Inflow) ... 95

9. Harga Pokok Produksi ... 96

10. Proyeksi Laba Rugi ... 97

11. Cashflow ... 99

12. Switching Value Jika Terjadi Penurunan Harga Kompot Sebesar 9,07 persen ... 101

13. Switching Value Jika Terjadi Penurunan Jumlah Produksi Kompot Sebesar 9,06 persen ... 104

14. Switching Value Jika Terjadi Peningkatan Harga Bibit Botolan sebesar 12,82 persen ... 107


(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang mempunyai peran dalam mendukung perekonomian bangsa. Hingga tahun 2009, sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia adalah sebesar Rp 857.196,8 milyar atau sebesar 15,29 persen (BPS, 2012). Kontribusi sektor pertanian dalam mendukung perekonomian bangsa baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain dalam hal menyediakan bahan pangan dan bahan baku, menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat, serta mendatangkan devisa bagi negara.

Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan pertanian. Kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto nasional dalam kurun waktu 2007-2011 mengalami kecenderungan peningkatan dengan laju peningkatan rata-rata 3,8 persen per tahunnya. Nilai PDB subsektor hortikultura naik 9,65 persen pada tahun 2008 dan 4,91 persen pada tahun 2009. Terjadi penurunan sebanyak 2,00 persen pada tahun 2010, namun nilai PDB subsektor hortikultura kembali mengalami peningkatan pada tahun berikutnya sebanyak 2,64 persen. Hal ini menunjukkan peran penting subsektor hortikultura dalam mendukung perekonomian nasional. Tabel 1 menunjukkan nilai PDB hortikultura periode 2007-2011.

Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura periode 2007-2011 Kelompok

Komodita s

Nilai PDB (Milyar Rp) Persentase Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011

Buah-buahan 42.362 47.060 48.437 45.482 46.736 11.09 2.93 -6,10 2,76 Sayuran 25.587 28.205 30.506 31.244 33.137 10,23 8,16 2,42 6,06 Biofarmak

a 4.105 3.853 3.897 3.665 2.995 -6,14 1,14 -5,95 -18,28 Tanaman

Hias 4.741 5.085 5.494 6.174 5.984 7,26 8,04 12,38 -3,08 Total

Hortikultu ra

76.795 84.203 88.334 86.565 88.851 9,65 4,91 -2,00 2,64 Sumber : Direktorat Jendral hortikultura, Kementrian Pertanian, 2012 (Diolah)


(15)

2 Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok komoditas tanaman hias bukan merupakan kelompok komoditas yang memberikan kontribusi tertinggi dengan kontribusi terhadap PDB hortikultura mencapai 6,46 persen per tahun, namun PDB komoditas tanaman hias terus meningkat setiap tahunnya dengan nilai peningkatan PDB tanaman hias rata-rata mencapai 6,15 persen per tahunnya dalam periode tahun 2007-2011. Tanaman hias merupakan salah satu kelompok komoditas hortikultura yang memiliki peluang sangat baik bagi pasar lokal maupun internasional. Hal ini tercermin dari nilai neraca ekspor dan impor tanaman hias Indonesia yang masih defisit. Perkembangan volume ekspor dan impor tanaman hias di Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias Indonesia 2007-2011

Tahun

Ekspor Impor

Volume (Ton)

Nilai

(US $) Volume (Ton)

Nilai (US $)

2007 4.621 6.899.222 869 2.019.309

2008 3.258 6.725.862 281.522 355.183

2009 5.111 7.718.570 218.876 641.206

2010 4.294 9.041.872 320.583 1.748.000

2011 4.888 13.160.381 315.988 2.700.692

Rata-Rata Pertumbuhan

(%)

6 19 256 56

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa volume dan nilai impor tanaman hias di Indonesia masih lebih besar dibandingkan nilai ekspornya. Komoditas tanaman hias yang dimaksud adalah krisan, anggrek, mawar dan tanaman hias lain. Rata-rata pertumbuhan volume impor tanaman hias di Indonesia mencapai 256 persen per tahun pada tahun 2007 sampai 2011, sedangkan rata-rata pertumbuhan volume ekspor tanaman hias hanya mencapai enam persen per tahun pada kurun waktu yang sama. Hal ini menunjukkan masih besarnya peluang bagi tanaman hias untuk pasar lokal maupun internasional.

Besarnya minat masyarakat terhadap tanaman hias berkaitan erat dengan pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan, dan taraf hidup masyarakat.


(16)

3 Pembangunan kompleks perumahan, perkantoran, dan taman kota membuka peluang untuk pengembangan usaha di bidang tanaman hias. Selain itu, kondisi agroklimat dengan iklim tropis membuat Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati dapat dilihat dari jenis flora dan fauna yang ada di Indonesia. Sebagian dari kekayaan flora Indonesia berpotensi sebagai tanaman hias, salah satunya adalah flora khas Indonesia yaitu anggrek yang menjadi komoditas tanaman hias unggulan nasional.

Tanaman anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi karena memiliki bunga yang indah yang beraneka ragam dengan keunikan dan warna-warna yang menarik. Anggrek juga salah satu tanaman hias unggulan Indonesia yang merupakan famili Orchidaceae, famili yang sangat besar dan tersebar di seluruh dunia kecuali di daerah kering dan dingin. Pada tahun 1965 Hawkes memperkirakan di dunia ini ada sekitar 30.000 jenis anggrek baik berupa spesies asli, silangan alam dan silangan buatan. Di Indonesia dilaporkan ada sekitar 5.000 jenis asli yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia1.

Anggrek merupakan tanaman hias yang sangat populer karena memiliki jenis yang beragam dan biasanya dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta ungkapan sukacita maupun dukacita. Negara Hongkong, Singapura dan Amerika Serikat merupakan negara yang cukup banyak meminta anggrek dari Indonesia karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini menimbulkan tingginya minat masyarakat untuk memelihara dan mengelola tanaman anggrek sebagai tanaman komersil, karena peluang pasar di dalam dan di luar negeri yang masih terbuka.2

Pasar anggrek saat ini terdiri atas pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Konsumen pasar dalam negeri adalah para penggemar dan pencinta anggrek, pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang tanaman anggrek pada kios di tempat

1[Balithi] Balai Penelitian Tanaman Hias. 2010. Budidaya Tanaman Anggrek. http://balithi.litbang.deptan.go.id/ [6 Desember 2012]

2

Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2010. Road Map Pasca Panen dan Pemasaran Anggrek 2005-2010. http://agribisnis.deptan.go.id [6 Desember 2012]


(17)

4 tempat-tempat tertentu dalam kota, perhotelan, perkantoran, gedung-gedung pertemuan, pengusaha pertamanan, toko bunga, florist, pesta-pesta dan perkawinan. Jenis-jenis anggrek yang banyak diminta pasar adalah Vanda Douglas, Dendrobium dan Golden Shower. Selera konsumen terhadap mutu bunga potong anggrek sangat spesifik dan berkembang sangat dinamis ke arah yang lebih serasi dan sempurna dari segi keindahan, warna, ukuran, susunan, daya tahan dan bentuk bunga tersebut. Anggrek jenis Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian bunga karena sifatnya yang relatif lebih tahan lama dan warna bunganya lebih bervariasi. Pada saat ini anggrek yang dominan disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34%), Oncidium Golden Shower (26%),

Catleya (20%) dan Vanda (17%) serta anggrek lainnya (3%).3

Perkembangan komoditas anggrek dapat dilihat dari luas areal panen, tingkat produksi dan produktivitasnya. Rata-rata tingkat produktivitas anggrek dalam kurun waktu 2009-2011 menempati urutan paling rendah dibandingkan tanaman hias lain yaitu mencapai 9.34 tangkai/m2 per tahunnya. Rata-rata tingkat produktivitas untuk krisan, mawar dan sedap malam berturut-turut mencapai 21,12 tangkai/m2, 14,91 tangkai/m2, 17,33 tangkai/m2 per tahunnya. Padahal luas areal panen anggrek mencapai 1.209.938 m2 jauh lebih tinggi dibandingkan mawar dan sedap malam yaitu 504.745 m2 dan 709.987 m2. Hal ini menunjukkan masih perlunya peningkatan dari berbagai aspek dalam sistem peranggrekan di Indonesia mulai dari tingkat hulu hingga tingkat hilir. Seperti ketersediaan bibit, teknik budidaya, intensitas penanaman dan sebagainya. Tabel 3 menunjukkan luas panen, produksi dan produktivitas tanaman hias di Indonesia tahun 2009-2011.

3

Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2010. Road Map Pasca Panen dan Pemasaran Anggrek 2005-2010. http://agribisnis.deptan.go.id [6 Desember]


(18)

5 Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Hias di Indonesia

Tahun 2009-2011

Komoditi Tahun Luas Panen (m2) Luas Produksi

(Tangkai)

Produktivitas (Tangkai/m2)

Anggrek

2009 1.308.199 16.205.949 12,39

2010 1.391.206 14.050.445 7,68

2011 1.209.938 15.490.256 7,96

Krisan

2009 9.742.677 107.847.072 11,07

2010 10.024.605 185.232.970 17,58

2011 8.379.521 305.867.882 34,71

Mawar

2009 610.480 60.191.362 8,25

2010 3.844.434 82.351.332 14,13

2011 504.745 74.319.773 22,34

Sedap Malam

2009 815.709 51.047.807 7,89

2010 623.463 52.298.954 23,00

2011 709.987 62.535.465 21,11

Sumber : Badan Pusat Satistik (2012)

Peranggrekan di Indonesia terkendala pada ketersediaan bibit tanaman anggrek. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya volume impor bibit anggrek yang masuk ke Indonesia (Lampiran 1). Masih sedikitnya petani yang mengambil segmen hulu, yaitu segmen bibit botolan sampai segmen seedling, maka agribisnis anggrek di lingkungan petani terputus pada sub sektor bibit, sehingga tanpa ada yang memilih segmen bibit para petani anggrek akan sangat tergantung dengan pasokan dari luar/impor. Hal ini menunjukkan masih terbukanya peluang untuk menekuni usaha anggrek dengan segmen bibit botol hingga seedling.

Menurut Wijayanti dalam Arbianto (2006), karakteristik agribisnis anggrek adalah skala usaha lahan yang relatif kecil, padat modal, dan mata pemasaran yang relatif pendek. Anggrek juga memiliki keunggulan dibandingkan tanaman hias lainnya meliputi variasi yang lebih banyak dalam bentuk, ukuran, warna, jenis, serta lebih tahan lama sebagai bunga potong. Pada perkembangan selanjutnya budidaya anggrek ini mampu meningkatkan pendapatan petani sehingga berpengaruh besar terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Anggrek merupakan salah satu pilihan usahatani yang memiliki nilai komersial tinggi


(19)

6 dengan pemanfaatan lahan yang sempit dan laku di pasaran, sehingga anggrek sangat potensial untuk dikembangkan di areal perkotaan.

Jawa Barat merupakan provinsi yang menjadikan anggrek sebagai komoditas unggulan daerah dengan jumlah produksi anggrek terbesar di Indonesia (Lampiran 2). Hal ini didukung dengan adanya pasokan dari daerah-daerah sentra penghasil anggrek yang tersebar di seluruh provinsi Jawa Barat. Beberapa sentra di sekitar pesisir seperti Kota Depok, Kabupaten Kerawang dan sebagian Kabupaten Bogor serta Kabupaten Bekasi merupakan dataran rendah sampai sedang, sedangkan sebagian Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi bagian utara umumnya merupakan dataran sedang sampai dataran tinggi.4

Kota Depok merupakan daerah penyumbang anggrek yang menempati urutan ke-2 setelah Kabupaten Bogor dengan jumlah produksi rata-rata mencapai 1.228.543 tangkai per tahun (Lampiran 3). Kota Depok sebagai salah satu sentra produksi anggrek mendapat dukungan dari pemerintah kota melalui Dinas Pertanian Kota Depok dalam rangka pengembangan pertanian perkotaan. Sektor pertanian di perkotaan memiliki keunggulan spesifik dan sangat prospektif, karena jaminan pangsa pasar dan permintaan akan produk pertanian segar dan olahan amat beragam. Tanaman hias kini menjadi ciri khas Pembangunan Pertanian Perkotaan. Salah satu kebutuhan batiniah masyarakat kota adalah keindahan dan suasana nyaman di suatu lingkungan. Penataan Taman Kota, Taman Lingkungan dan taman rumah memberikan nuansa kepuasan batin tersendiri bagi masyarakat kota, sehingga berdampak pada kebutuhan akan berbagai jenis tanaman hias.

Pengembangan Pertanian Perkotaan dilaksanakan Dinas Pertanian Kota Depok dengan menjadikan komoditas tanaman hias termasuk di dalamnya tanaman anggrek sebagai komoditas potensial dan prospektif yang akan dikembangkan di Kota Depok (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007). Keragaan pertanaman Anggrek di wilayah Kota Depok tersebar di enam wilayah kecamatan se-Kota Depok pada umumnya, dan khususnya di Kecamatan Sawangan dan Limo.

4Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2006. Daerah Sentra Jawa Barat. http://dithias.hortikultura.deptan.go.id/daerah_sentra/jabar.php [7 Desember 2012]


(20)

7 Limo. Pengembangan anggrek di kedua kecamatan ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu masih banyak areal tanam yang luas dan cocok bagi pertumbuhan anggrek serta letaknya yang dekat dengan pusat pemasaran lokal (DKI Jakarta).

Estie’s Orchid adalah salah satu usaha yang bergerak dalam bidang budidaya anggrek Dendrobium di Kecamatan Limo Kota Depok. Sejak tahun 2009 usaha Estie’s Orchid memfokuskan usaha budidaya anggreknya pada segmen hulu, yaitu segmen pembibitan tanaman anggrek. Hal ini dilakukan berdasarkan pada peluang bisnis anggrek di segmen hulu yang masih besar karena belum banyak petani yang mengambil segmen ini. Oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan usaha pembibitan anggrek untuk melihat sejauh mana usaha pembibitan anggrek dapat memberikan tingkat keuntungan kepada para petani yang ingin melakukan usaha pembibitan anggrek.

1.2 Perumusan Masalah

Peluang bisnis anggrek cukup menjanjikan, hal ini terlihat dari setiap fase dalam perkembangan anggrek yang dapat dijadikan usaha dimulai dari mengadakan silangan untuk menciptakan kultivar baru sampai menghasilkan tanaman pot anggrek hias berbunga atau produksi bunga potong. Anggrek pada umumnya diperdagangkan dalam tiga bentuk komoditas, yaitu bibit anggrek, tanaman anggrek dewasa (pot plant) dan bunga anggrek potong. Bibit anggrek terbagi lagi menjadi empat segmen, yaitu bibit botolan, bibit kompot, bibit

seedling (tanaman dara), dan bibit tanaman remaja. Bibit anggrek menjadi komoditas perdagangan di tingkat petani dan importir bibit, sedangkan tanaman anggrek dewasa dan bunga anggrek potong diperdagangkan di tingkat penjual/pusat pemasaran.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, petani yang mengambil segmen hulu yaitu pembibitan anggrek masih sedikit. Perdagangan bibit anggrek di Kota Depok yang meliputi bibit dalam botol, kompot dan seedling belum terbuka karena belum ada pusat pemasaran khusus bibit tanaman anggrek. Padahal pada umumnya pelaku bisnis anggrek dewasa berbunga dan anggrek potong menanam anggrek dalam bentuk seedling untuk mempersingkat masa pemeliharaan dan menurunkan risiko kematian tanaman, untuk itu peluang usaha pembibitan anggrek masih terbuka khususnya usaha pembibitan segmentasi bibit


(21)

8 kompot yang merupakan input utama untuk menanam seedling anggrek. Bibit kompot atau community pot adalah bibit tanaman anggrek yang ditanam beramai-ramai dalam satu pot dan berusia 4-5 bulan setelah proses pengeluaran dari dalam botol. Setelah umur kompot mencapai lima bulan, tanaman anggrek dipindahkan ke dalam pot individu (seedling). Seedling ini dipelihara hingga tanaman anggrek dewasa dan menghasilkan bunga.

Peluang usaha pembibitan kompot memang besar mengingat belum banyak yang melakukannya, namun untuk mengetahui tingkat keuntungan yang akan dihasilkan dari usaha pembibitan kompot anggrek tersebut terhadap investasi yang sudah dikeluarkan perlu dilakukan analisis kelayakan usaha secara finansial yang dapat dijadikan pertimbangan bagi para petani yang ingin menjalankan usaha pembibitan kompot. Analisis kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek

Dendrobium perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana kelayakan finansial dan non finansial usaha pembibitan kompot anggrek sehingga layak untuk dijalankan.

Analisis kelayakan dilakukan pada unit pembibitan kompot Estie’s Orchid, yaitu suatu usaha pembibitan anggrek Dendrobium yang berlokasi di Desa Meruyung Kecamatan Limo, Kota Depok. Usaha pembibitan kompot yang dilakukan Estie’s Orchid sejak tahun 2009 dapat dijadikan model acuan untuk melihat bagaimana kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek dari aspek finansial dan non finansial. Hasil dari analisis kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium di Estie’s Orchid ini dapat dijadikan gambaran kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium sehingga dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi para pelaku usaha dan petani yang ingin menjalankan usaha serupa.

Estie’s Orchid memiliki visi jangka panjang yaitu menjadikan Desa Meruyung sebagai kawasan khusus penyedia bibit anggrek Dendrobium

(semacam daerah sentra produksi). Oleh karena itu diperlukan keterlibatan masyarakat sekitar untuk ikut membudidayakan bibit anggrek. Hasil analisis kelayakan usaha yang dilakukan dapat dijadikan alat bantu dalam mewujudkan visi tersebut yaitu sebagai dasar pertimbangan bagi masyarakat sekitar untuk ikut membudidayakan bibit anggrek.


(22)

9 Studi kelayakan harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan berapa keuntungan yang akan diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Aspek yang dikaji antara lain aspek non finansial dan aspek finansial. Terdapat beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha pembibitan kompot ini. Perubahan-perubahan tersebut antara lain penurunan jumlah produksi bibit kompot, penurunan harga bibit kompot, dan peningkatan harga bibit botolan. Jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot, dan harga bibit botolan sampai saat ini memang tidak terlalu berfluktuasi, namun perubahan-perubahan pada variabel ini tentu dapat mempengaruhi kelayakan usaha pembibitan kompot dari segi aspek finansial sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas karena adanya perubahan tersebut. Analisis switching value juga digunakan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan variabel tersebut. Analisis Switching Value ini dilakukan karena sampai saat ini belum terjadi fluktuasi jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot, dan harga bibit botol yang signifikan, namun tentu saja risiko perubahan ini akan tetap ada.

Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan pokok yang akan ditinjau dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan non finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium di Estie’s Orchid?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek DendrobiumEstie’s Orchid?

3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium Estie’s Orchid terhadap perubahan jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot dan harga bibit botolan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Menganalisis kelayakan non finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya pembibitan kompot tanaman anggrek Dendrobium.


(23)

10 3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha budidaya pembibitan kompot

tanaman anggrek Dendrobium terhadap perubahan jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot dan harga bibit botolan

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pemilik usaha, sebagai informasi mengenai kelayakan usaha yang dijalankan sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi keberlanjutan usaha. 2. Bagi masyarakat luas terutama para petani anggrek, sebagai bahan masukan

dan informasi dalam melakukan budidaya pembibitan kompot anggrek

Dendrobium.

3. Bagi Akademisi dan peneliti peranggrekan, sebagai literatur untuk penelitian yang berhubungan dengan masalah yang relevan dan dapat menjadi referensi dan wacana apabila akan melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terfokus pada unit usaha pembibitan kompot tanaman anggrek yang dijalankan oleh Estie’s Orchid, Desa Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok Jawa Barat dan usaha ini baru dilaksanakan pada awal tahun 2009. Penelitian hanya dilakukan pada unit pembibitan kompot dengan lahan seluas 160 m2 dan kapasitas produksi 1800 pot bibit kompot. Pada unit usaha ini hanya dilakukan pemeliharaan tanaman anggrek menjadi bibit kompot, sementara bibit botolan yang dijadikan sebagai input diperoleh dari laboratorium kultur jaringan

Estie’s Orchid yang telah ada. Penelitian meliputi berbagai aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial.


(24)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Bisnis Anggrek

Anggrek termasuk tanaman yang memiliki prospek dan nilai ekonomi yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari beragamnya segmen produk yang dapat diusahakan. Tanaman anggrek yang diusahakan tidak hanya bernilai ekonomis pada saat berbunga saja (tanaman anggrek pot dan bunga potong), namun juga pada saat tanaman anggrek masih berbentuk bibit botolan, kompot dan bibit remaja (seedling). Anggrek pada umumnya diperdagangkan dalam tiga bentuk komoditas, yaitu bibit anggrek, tanaman anggrek dewasa (pot plant) dan bunga anggrek potong. Bibit anggrek terbagi lagi menjadi empat segmen, yaitu bibit botolan, bibit kompot, bibit seedling (tanaman dara), dan bibit tanaman remaja. Bibit anggrek menjadi komoditas perdagangan di tingkat petani dan importir bibit, sedangkan tanaman anggrek dewasa dan bunga anggrek potong diperdagangkan di tingkat penjual/pusat pemasaran. Menurut Wijayanti dalam Arbianto (2006), hal ini erat kaitannya dengan kepemilikan modal dan luasan area. Bagi petani yang luasan area usahanya sempit, pada umumnya mengusahakan anggrek Dendrobium

berupa bibit botol, kompot, sampai seedling untuk kemudian dijual. Oleh pedagang perantara, tanaman anggrek tersebut diusahakan sampai berbunga untuk kemudian dijual sebagai anggrek pot berbunga kepada konsumen rumah tangga. Petani yang permodalannya kuat pada umumnya memproduksi anggrek dalam bentuk bunga potong.

Masih sedikitnya petani yang mengambil segmen hulu, yaitu segmen bibit botolan sampai segmen seedling, maka agribisnis anggrek di lingkungan petani terputus pada sub sektor bibit sehingga tanpa ada yang memilih segmen bibit para petani anggrek akan sangat tergantung dengan pasokan dari luar/impor. Hal ini menunjukkan masih terbukanya peluang untuk menekuni usaha anggrek dengan segmen bibit botol hingga seedling. Anggrek selain dapat dikembangkan menjadi lebih dari satu usaha berdasarkan segmentasi umur anggrek, usaha anggrek juga dapat menghasilkan kios tanaman yang tidak hanya menyediakan tanaman anggrek melainkan juga kebutuhan lain yang menunjang tanaman seperti pupuk, pot, dan lainnya. Peluang usaha anggrek juga terbuka lebar mengingat kesadaran akan keindahan lingkungan juga semakin meningkat, seperti adanya taman pada


(25)

12 pembangunan areal perkantoran atau perumahan. Hal ini turut membuka peluang pada bidang usaha jasa sewa tanaman hias termasuk anggrek yang biasa digunakan untuk resepsi pernikahan, seminar atau acara lainnya. Para penyewanya pun beragam mulai dari usaha wedding organizer hingga hotel berbintang lima5. 2.2 Segmentasi Umur Anggrek

1. Bibit Botolan

Bibit botolan dapat dikatakan sebagai bibit anggrek apabila telah mencapai kurun waktu ± 24 bulan lamanya, terhitung dari awal proses pembenihan. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai bibit apabila telah mencapai kurun waktu ± 26 bulan lamanya terhitung dari proses pembenihan (Setiawan, 2002).

2. Anak Semai (Komunitas Pot)

Anak semai dapat dikatakan sebagai bibit siap semai apabila telah mencapai kurun waktu ± empat bulan lamanya setelah proses pengeluaran bibit dari botol ke dalam pot. Di pot ini bibit asal botol dipelihara beramai-ramai. Satu pot diisi ± 25 bibit. Itulah sebabnya ia disebut kompot, berasal dari kata

community pot. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anak semai apabila telah mencapai kurun waktu ± enam bulan lamanya setelah proses pengeluaran bibit dari botol ke dalam pot (Setiawan, 2002). 3. Anggrek Remaja (seedling)

Anggrek remaja dapat dikatakan sebagai bibit remaja apabila telah mencapai kurun waktu ± 8 bulan lamanya dari anak semai yang dipindahkan ke dalam pot yang lebih besar lagi. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek

Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek

Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anggrek remaja apabila telah mencapai kurun waktu ± 28 bulan lamanya terhitung dari proses pemindahan anak semai 5www.kompas.com Artikel/Bunga Anggrek, Keindahan yang Membawa Rezeki [7 Januari 2012]


(26)

13 ke pot yang lebih besar (Setiawan, 2002).

4. Anggrek Dewasa

Anggrek dewasa dapat dikatakan sebagai bibit dewasa apabila telah mencapai kurun waktu ± 15 bulan lamanya dari anggrek remaja yang berpindah ke dalam pot yang lebih besar lagi. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek

Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek

Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anggrek dewasa apabila telah mencapai kurun waktu ± 18 bulan lamanya terhitung dari proses pemindahan dari anggrek remaja ke dalam pot yang lebih besar (Setiawan, 2002).

5. Anggrek Dewasa Memiliki Calon Bunga

Anggrek dewasa memiliki calon bunga merupakan anggrek yang telah mencapai kurun waktu ± 12 bulan lamanya dari anggrek dewasa yang siap untuk kawin. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anggrek dewasa memiliki calon bunga apabila telah mencapai kurun waktu ± 15 bulan lamanya terhitung dari anggrek dewasa siap kawin (Setiawan, 2002).

6. Dewasa Berbunga

Anggrek dewasa berbunga merupakan anggrek yang telah mencapai kurun waktu ± empat bulan lamanya dari anggrek dewasa yang memiliki calon bunga. Hal ini berlaku bagi jenis anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Oncydium. Sedangkan untuk jenis anggrek Vanda dan Cattelya dikatakan sebagai anggrek dewasa berbunga apabila telah mencapai kurun waktu ± enam bulan lamanya terhitung dari anggrek yang memiliki calon bunga (Setiawan, 2002).

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha dan analisis pada tanaman anggrek. Penelitian yang dilakukan Ernawati (2007) tentang analisis daya saing dan strategi pengembangan anggrek di DKI Jakarta menunjukkan bahwa dari hasil Metode Perbandingan Eksponensial menunjukkan jenis Anggrek Dendrobium


(27)

14 memiliki ranking atau prioritas tertinggi dibanding alternatif prioritas lainnya, setelah itu jenis Anggrek Phalaenopsis menjadi pesaing utama Dendrobium, kemudian disusul dengan jenis Athurium dan Anggrek Cattleya, pesaing lainnya yaitu jenis Anggrek Vanda, Anggrek Oncidium, Melati dan Mawar. Begitupun dengan jenis Gladiol dan Palem menjadi pesaing terjauh Anggrek Dendrobium. Hasil analisis SWOT dan dilanjutkan dengan QSPM terdapat empat strategi, yaitu: 1) Meningkatkan promosi tidak hanya melalui pameran dan bursa tapi langsung mendekati konsumen, hotel, restoran dan mall-mall; 2) Memberikan kemudahan kepada para pelaku anggrek untuk memanfaatkan sarana agribisnis anggrek khususnya milik Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta; 3) Menerapkan teknologi inovatif dan modern mengacu Standar Prosedur Operasional (SPO) berbasis Good Agricultural Practices (GAP); 4) Mengembangkan nursery-nursery anggrek dengan pola kerja sama perbanyakan bibit anggrek unggul melalui teknik kultur jaringan.

Zulkarnain (2009) melakukan analisis finansial terhadap budidaya tanaman anggrek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kriteria kelayakan investasi terhadap perubahan penawaran segmentasi umur anggrek yang dilakukan oleh Permata Anggrek. Perubahan segmentasi dilakukan berdasarkan meningkatnya permintaan terhadap anggrek dengan segmentasi umur dewasa dan berbunga namun belum dapat dipenuhi oleh Permata Anggrek. Hasil penelitian ini menyatakan perubahan segmentasi umur budidaya yang dilakukan oleh Permata Anggrek telah memenuhi kriteria kelayakan investasi. Adapun interpretasi dari angka-angka tersebut adalah: NPV sebesar Rp 75.320.472, nilai NPV tersebut lebih besar dari nol maka nilai NPV tersebut dinyatakan layak; nilai IRR sebesar 51 persen, nilai tersebut dikatakan layak karena nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat bunga diskontonya sebasar 14 persen; Net B/C sebesar 2,63 menunjukkan setiap satu rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya akan mendapatkan manfaat sebesar Rp 2,63 dan dinyatakan layak karena nilainya lebih dari satu; PP yang diperoleh sebesar 0,32 menunjukkan pengembalian modal investasi selama tiga bulan lebih.

Aspek finansial diteliti pula oleh Arbianto (2006), penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan Rama


(28)

15

Orchid berdasarkan kriteria finansial dan non finansial serta pengaruh perubahan volume produksi, harga input dan harga output terhadap kelayakan usaha. Analisis dilakukan pada dua skenario yaitu membudidayakan anggrek sendiri (skenario satu) atau menambah petani mitra (skenario dua). Skenario satu menghasilkan NPV terbesar dibanding skenario dua yaitu Rp 410.072.749, sedangkan IRR, Net

B/C dan PBP skenario dua lebih baik dari skenario satu, berturut-turut yaitu sebesar 55,2 persen; 3,55 dan dua tahun satu bulan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana peneliti melakukan penelitian terhadap komoditi anggrek Dendrobium spesifik pada segmentasi fase bibit kompot, sedangkan komoditi pada penelitian yang dilakukan Zulkarnain (2009) dan Arbianto (2006) adalah anggrek Dendrobium pada fase dewasa berbunga. Penelitian ini menganalisis kelayakan aspek finansial dan non finansial pada usaha budidaya pembibitan kompot anggrek Dendrobium yang merupakan input penting bagi tersedianya anggrek dewasa berbunga. Analisis kelayakan pada usaha kompot anggrek perlu dilakukan mengingat belum banyaknya pelaku usaha anggrek yang mengambil peluang usaha pada pembibitan kompot anggrek, sehingga hasil analisis dapat menjadi dasar pertimbangan bagi petani dan pelaku usaha anggrek dalam menjalankan usaha ini. Penelitian dilakukan di kelayakan usaha budidaya bibit kompot tanaman anggrek Estie’s Orchid Kota Depok. Kriteria kelayakan investasi secara finansial meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net

B/C), dan Payback Periode (PBP). Aspek finansial meliputi berbagai aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan.


(29)

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kegiatan investasi yang dilakukan di bidang pertanian mempunyai risiko yang cukup besar. Sebab itu diperlukan perencanaan serta pengkajian yang mendalam dan menyeluruh mengenai pemanfaatan modal, untuk mengetahui besarnya manfaat yang diperoleh dan besarnya biaya yang akan dikeluarkan. Diperlukan suatu analisis yang disebut studi kelayakan usaha, yang melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu proyek dalam memberikan manfaat sehingga risiko kerugian di masa yang akan datang dapat diantisipasi (Husnan dan Muhammad, 2000).

3.1.1 Pengertian Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha adalah penelitian terhadap rencana usaha yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya usaha dilakukan, namun juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka mencapai keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2005). Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjutan penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan memerlukan biaya, namun biaya tersebut relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhammad, 2000). Dengan analisa proyek, tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi proyek dapat diketahui, pemborosan terhadap sumber daya dapat dihindarkan, serta dapat memilih proyek yang paling menguntungkan di antara berbagai alternatif proyek investasi yang ada.

Hasil dari analisis ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada bisnis itu sendiri. Adapun pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat dari analisis ini antara lain: 1) Investor, dengan adanya analisis kelayakan bisnis, maka investor dapat menilai apakah dana yang ditanamkan akan memberikan keuntungan sehingga investor dapat membuat keputusan investasi secara lebih objektif, 2) Kreditor/Bank, hasil analisis yang diperoleh dapat dijadikan acuan apakah dana yang dipinjamkan pada suatu bisnis dapat dikembalikan, selain itu


(30)

17

payback period dari bisnis tersebut juga sangat diperhatikan oleh kreditor/bank, 3) Analis, analisis ini digunakan oleh analis untuk dapat menunjang tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai bisnis yang sudah ada, 4) Masyarakat, hasil dari analisis ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui nilai tambah yang muncul akibat bisnis tersebut, 5) Pemerintah, dilihat dari sudut pandang mikro, analisis ini diharapkan mampu mengembangkan pemanfaatan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, peningkatan pemasukan pemerintah melalui pajak dan retribusi, sedangkan secara makro, analisis ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional sehingga terjadi pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita (Nurmalina et al, 2009).

3.1.2Aspek Non Finansial

Aspek non finansial dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Ada lima aspek non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini.

1. Aspek Pasar

Pasar merupakan kumpulan orang yang berpotensi untuk membeli suatu produk sehingga analisis aspek pasar sangat diperlukan agar bisnis dapat berjalan dengan baik karena produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran. Menurut Umar (2005), pada aspek ini dilihat apakah pasar yang dituju jelas, bagaimana prospek ke depan, dan risiko kegagalan bisnis di masa yang akan datang. Marketing mix dianalisis untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan dalam mengoptimalkan keuntungan. Bauran pemasaran terdiri dari produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion).

Analisis aspek pasar pada studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan (Nurmalina et al. 2009). Permintaan mengkaji secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis kelamin, perusahaan, dan proyeksi permintaan. Penawaran mengkaji dari dalam maupun luar negeri, bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan


(31)

18 datang. Harga mengkaji perbandingan dengan produk saingan yang sekelas dan apakah ada kecenderungan perubahan harga atau tidak.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan analisis yang berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha. Evaluasi ini meliputi kebutuhan-kebutuhan teknis proyek seperti karakteristik produk yang diusahakan, lokasi dimana proyek akan didirikan dan sarana pendukungnya, serta

lay out bangunan yang dipilih (Husnan dan Muhammad, 2000).

Menurut Gittinger (1986) analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan seperti keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas benih tanaman, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi, pemupukan, dan alat kontrol yang diperlukan. Analisis teknis akan dapat menentukan hasil-hasil yang potensial di areal proyek, pengujian fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan yang dibutuhkan untuk mendukung dalam pelaksanaan proyek, dan pengujian sistem-sistem pengolahan yang dibutuhkan.

Setelah diketahui pasar mampu menyerap penawaran produk perusahaan dengan baik, maka fokus perhatian selanjutnya adalah aspek teknis. Pada aspek teknis ada beberapa hal yang perlu dikaji sebelum usaha dilakukan, seperti penentuan lokasi usaha, luas produksi, proses produksi dan lay out. Penentuan lokasi usaha dilihat dari sisi kemudahan akses transportasi, ketersediaan bahan baku, supply tenaga kerja, supply listrik dan air, serta tersedianya pasar.

3. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen meneliti sistem manajerial suatu usaha yaitu kesanggupan dan keahlian staf dalam menangani masalah. Evaluasi aspek manajemen operasional bertujuan menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi yang akan digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja (Umar, 2005).


(32)

19 Analisis aspek hukum diperlukan dengan mempertimbangkan bentuk badan hukum dari badan usaha yang telah dibangunnya. Pertimbangan ini didasarkan dari kekuatan hukum, konsekuensi, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Dengan kata lain perizinan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan suatu cara untuk menghindari kesulitan yang mungkin dihadapi yang berasal dari pemerintah. Ketika perusahaan telah melakukan perizinan, maka perusahaan telah terdaftar sebagai badan usaha dan diakui keberadaannya oleh pemerintah setempat dan pusat.

4. Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya

Aspek ini menganalisis dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Beberapa pertimbangan sosial yang harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja yang merupakan masalah terdekat dari suatu wilayah (Gittinger, 1986). Sehingga pada aspek sosial yang dinilai antara lain penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Sedangkan dari aspek ekonomi akan dinilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Aspek budaya dapat dianalisis melalui dampak adanya bisnis pada budaya masyarakat sekitar.

5. Aspek Lingkungan

Pembangunan suatu usaha tentu akan memberikan dampak bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Nurmalina et al (2009) menyatakan bahwa dalam menganalisis aspek lingkungan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengaruh keberadaan bisnis terhadap lingkungan sekitar. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan.


(33)

20 3.1.3 Aspek Finansial

Aspek finansial bersifat kuantitatif dimana analisis ini mengkaji jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis. Aspek ini memperhitungkan penerimaan yang diperoleh selama suatu usaha berjalan. Beberapa data yang diperlukan antara lain biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur usaha. Data-data ini akan diolah dengan menggunakan analisis kelayakan bisnis berupa kriteria investasi seperti Net Present Value

(NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan

Payback Period (PBP). Adanya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama bisnis berjalan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti (Switching Value Analysis).

1. Kriteria Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan suatu usaha ditinjau dari aspek penanaman investasinya sehingga kelayakan usaha dapat dilihat dari sisi kelayakan investasi. Beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1) Net Present Value (NPV) 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 3) Internal Rate of Return (IRR) 4) Payback Period

2. Biaya dan Manfaat

Menurut Gittinger (1986), secara sederhana biaya (cost) adalah sesuatu yang mengurangi tujuan (manfaat). Sedangkan manfaat (benefit) adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya, dengan kata lain segala sesuatu yang menambah tujuan. Secara umum komponen biaya investasi terdiri atas biaya pra investasi dan biaya pembelian aktiva tetap. Aktiva tetap terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak bergantung pada jumlah output yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah selama proses produksi.


(34)

21 Biaya juga dapat digolongkan berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan. Terdapat tiga fungsi pokok biaya yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Menurut objek pengeluarannya, biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap (Mulyadi, 2000). Adapun pengertian dari biaya-biaya tersebut antara lain:

1) Biaya bahan baku, yakni seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku.

2) Biaya tenaga kerja, sebenarnya biaya tenaga kerja terbagi menjadi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam menghasilkan output. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada produk yang dihasilkan perusahaan. Biaya tenaga kerja yang diperhitungkan dalam biaya produksi merupakan biaya tenaga kerja langsung.

3) Biaya overhead yakni biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi. Biaya overhead tetap adalah biaya overhead yang tidak berubah dengan perubahan jumlah produksi. Sedangkan biaya overhead variabel yaitu biaya yang berubah sebanding dengan perubahan jumlah produksi perusahaan.

Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini antara lain biaya iklan, promosi, transportasi, dan pengiriman. Sedangkan biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk yang dikeluarkan untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini antara lain gaji karyawan bagian keuangan, personalia, biaya fotocopy, dan lain-lain.

Terdapat dua kelompok biaya dalam pembuatan produk yakni biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi membentuk harga pokok


(35)

22 produksi. Penentuan harga pokok produksi terbagi menjadi dua metode yakni full costing dan variable costing:

1) Full costing merupakan metode harga pokok produksi dengan memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan

over head pabrik baik yang berperilaku secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain metode full costing memperhitungkan biaya variabel dan biaya tetap dimana biaya tetap terdiri dari biaya produksi tetap dan biaya penyusutan.

2) Variable Costing merupakan metode yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel. Namun pada penelitian ini, perhitungan harga pokok produksi tidak menggunakan metode variabel costing karena perhitungan variabel costing tidak menggambarkan keseluruhan biaya yang digunakan untuk menghasilkan produk.

Harga pokok produksi yang ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, administrasi, dan umum) digunakan untuk menghitung total harga pokok produk. Harga pokok produk merupakan semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang dihasilkan.

Pada umumnya biaya seringkali lebih mudah diperkirakan dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh. Manfaat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar yakni Tangible Banefit, Indirect Benefit, dan Intangible Benefit

(Nurmalina et al 2009).

a) Tangible Benefit, merupakan manfaat yang dapat diukur. Manfaat ini dapat diperoleh melalui (1) peningkatan produksi (2) perbaikan kualitas produk karena jika kualitas meningkat maka harga dapat meningkat sehingga dengan jumlah yang sama total penerimaan akan meningkat pula, (3) perubahan waktu dan lokasi penjualan baik yang berhubungan dengan peningkatan ketersediaan produk sepanjang waktu maupun penurunan biaya transportasi, (4) perubahan bentuk produk yang meliputi pengolahan lebih lanjut dan penetapan grading pada produk, (5) mekanisasi pertanian sehingga mampu mengurangi biaya misalnya karena menurunnya penggunaan tenaga kerja, (6)


(36)

23 penggunaan biaya transportasi, (7) penurunan atau menghindari kerugian. b) Indirect Benefit, yakni manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri

sehingga mempengaruhi keadaan eksternal bisnis.

c) Intangible Benefit, yakni manfaat yang riil namun sulit diukur contohnya manfaat keindahan, kenyamanan, dan kesegaran pada bisnis pertamanan. 3. Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)

Investasi suatu proyek berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang panjang. Konsep nilai waktu uang (Time Value of Money) menyatakan bahwa uang yang diterima sekarang lebih berharga daripada uang yang diterima kemudian atau nilai sekarang lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (Gittinger, 1986).

Oleh karena itu, dalam perhitungan kelayakan suatu usaha perlu memperhitungkan nilai waktu uang dengan men-discounting nilai (biaya dan manfaat) di masa yang akan datang ke masa sekarang ini. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui sampai pada umur proyek berapa biaya dan manfaat yang diperoleh perusahaan akan mempengaruhi kelangsungan usaha tersebut. 4. Umur Proyek

Beberapa pedoman yang dapat menjadi acuan untuk menentukan panjangnya umur suatu proyek, antara lain (Kadariah et al,1999):

a. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari proyek. Yang dimaksudkan dengan umur ekonomis suatu aset adalah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunannya.

b. Umur proyek yang mempunyai investasi modal yang sangat besar, umur proyek yang digunakan adalah umur teknis. Dalam hal ini, untuk proyek-proyek tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolence

(ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien). 3.1.4 Analisis Sensitivitas

Menurut Gittinger (1986) pada proyek di sektor pertanian dapat berubah-ubah sebagai akibat dari empat permasalahan utama, yaitu perberubah-ubahan harga jual


(37)

24 produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya input (cost over run) dan kesalahan dalam memperkirakan hasil produksi. Permasalahan ini timbul karena banyak faktor yang tidak terkendali. Setiap kemungkinan perubahan atau kesalahan dalam dasar perhitungan dipertimbangkan dalam analisis sensitivitas.

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap analisa hasil proyek jika terjadi suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar penghitungan benefit (Kadariah et al, 1999). Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Analisis nilai pengganti dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditoleransi dan akhirnya membuat suatu usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Pada analisis ini dicari berapa nilai pengganti pada komponen biaya dan penurunan manfaat dapat terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat diskonto yang digunakan, dan nilai Net B/C sama dengan satu (cateris paribus). 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Pembibitan anggrek merupakan salah satu sektor hulu yang penting dalam pemenuhan bibit anggrek bagi para petani. Salah satu produk pembibitan anggrek adalah bibit kompot. Saat ini petani anggrek yang mengambil segmen hulu yaitu pembibitan masih sedikit sehingga pasokan bibit dalam negeri masih dipenuhi dengan impor dari negara lain. Selain karena tingkat produksinya yang masih terbatas, harga jual bibit kompot yang juga cukup tinggi menyebabkan usaha pembibitan kompot ini sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk itu diperlukan beberapa analisis untuk mengetahui kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium. Analisis dilakukan pada unit pembibitan kompot anggrek Dendrobium Estie’s Orchid sebagai model acuan yang sudah berjalan sejak tahun 2009. Estie’s Orchid merupakan salah satu usaha pembibitan anggrek yang terdapat di Kecamatan Limo Kota Depok.

Pada aspek pasar perlu diketahui jumlah permintaan, harga jual, penawaran dan pemasaran bibit kompot anggrek. Pada aspek teknis dikaji lokasi usaha, luas produksi yang dijalankan saat ini, dan proses budidaya yang dilakukan. Pada aspek manajemen dan hukum perlu diketahui dengan jelas


(38)

25 mengenai legalitas usaha dan struktur organisasi. Pada aspek sosial, ekonomi dan budaya dianalisis mengenai dampak keberadaan usaha dilihat dari sisi sosial, ekonomi dan budaya. Pada aspek lingkungan dikaji apakah usaha memberikan dampak yang merugikan bagi lingkungan atau tidak. Pada aspek finansial perlu dilihat kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek. Analisis kelayakan didasarkan pada kriteria kelayakan investasi seperti NPV, Net B/C, IRR, Payback Periode dan HPP.

Beberapa perubahan yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha pembibitan kompot anggrek antara lain perubahan jumlah produksi bibit kompot, harga bibit kompot, dan harga bibit botolan. Untuk itu perlu dilakukan analisis sensitivitas dengan menggunakan analisis switching value karena sampai saat ini belum terjadi fluktuasi harga bibit kompot, jumlah produksi bibit kompot, dan hargabibit botolan.

Hasil dari analisis kelayakan ini dapat dijadikan pedoman bagi pelaku usaha/petani untuk menjalankan usaha pembibitan kompot anggrek. Apabila hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek ini layak maka usaha ini dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan dan bila tidak layak maka perlu pertimbangan dari pihak Estie’s Orchid mengenai tindakan yang akan dijalankan selanjutnya. Alur pemikiran di atas dapat dilihat pada Gambar 1.


(39)

26 Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional

Analisis non Finansial : - Aspek pasar

- Aspek teknis

- Aspek manajemen dan hukum

- Aspek sosial, ekonomi, dan budaya

- Aspek ligkungan

Kriteria Kelayakan Investasi

- NPV - Net B/C - IRR

- Payback periode

Analisis Finansial

- Adanya prospek cukup baik pada usaha anggrek dilihat dari keunggulan yang dimiliki seperti tingkat harga.

- Peluang usaha anggrek pada segmen hulu yaitu pembibitan tanaman anggrek yang masih terbuka

- Visi Estie’s Orchid untuk menjadikan Desa Meruyung sebagai kawasan khusus penyedia bibit anggrek

Unit Usaha Pengompotan Anggrek Dendrobium Estie’s Orchid

Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Pembibitan Kompot Anggrek

Dendrobiumm

Layak Tidak Layak

Analisis Switching Value

dan Sensitivitas

Rekomendasi bagi Pelaku Usaha Anggrek/Petani


(40)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan Estie’s Orchid yang beralamat di Jalan Masjid Al Mujahidin No 51, Desa Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Esties Orchid merupakan perusahaan yang berpengalaman dalam budidaya bibit anggrek Dendrobium di kota Depok yang tengah mendapatkan perhatian khusus dari Dinas Pertanian Kota Depok. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2011 hingga bulan Februari 2012.

4.2 Data dan Metode Penentuan Responden

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara langsung di tempat penelitian dengan Drs. Wagiman (pemilik Estie’s Orchid), penanggung jawab pembibitan kompot anggrek, dan penduduk sekitar Estie’s Orchid yang terkait dengan keperluan kajian aspek sosial, ekonomi dan budaya. Penentuan responden untuk penduduk sekitar dilakukan dengan metode purposive yaitu orang-orang yang memiliki informasi sempurna untuk menganalisis aspek sosial, ekonomi dan budaya diantaranya adalah Kepala Desa Meruyung, Tokoh Masyarakat, Ketua RW, dua orang warga sekitar yang bekerja di Estie’s Orchid

dan dua orang warga sekitar yang tinggal dekat dengan Estie’s Orchid. Data meliputi data keuangan dan aspek non finansial, data keuangan mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional, biaya investasi yang telah dikeluarkan dalam menjalankan usaha. Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur baik buku, internet, penelitian terdahulu dan Dinas Pertanian Kota Depok.

Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling karena pemilihan responden didasarkan pada berbagai pertimbangan seperti pengetahuan, keahlian, serta pengalaman responden. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diberikan secara langsung oleh peneliti.


(1)

Lampiran 13. Switching Value Jika Terjadi Penurunan Jumlah Produksi Kompot sebesar 9,06 persen

Proyeksi L/R

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A PENERIMAAN

1 Penjualan Bibit Kompot 65,315,310 111,969,103 155,512,642 186,615,171 186,615,171 186,615,171 186,615,171 186,615,171 186,615,171 186,615,171

2 Penjualan Botol Bekas 1,080,000 1,080,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000

TOTAL PENERIMAAN 66,395,310 113,049,103 157,312,642 188,415,171 188,415,171 188,415,171 188,415,171 188,415,171 188,415,171 188,415,171

B BIAYA OPERASIONAL

B1 BIAYA VARIABEL

1 Bibit dalam Botol 64,800,000 64,800,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000

2 Media arang 5,400,000 5,400,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000

3 Media pakis 1,350,000 1,350,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000

4 Pupuk 72,000 72,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

5 Vitamin 21,000 21,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000

6 Fungisida 57,000 57,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000

7 Arang sekam 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000

8 Koran 8,750 15,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000

9 Kardus 70,000 120,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000

TOTAL BIAYA VARIABEL 71,874,750 71,931,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000

Laba Kotor -5,479,440 41,118,103 37,296,642 68,399,171 68,399,171 68,399,171 68,399,171 68,399,171 68,399,171 68,399,171

B2 BIAYA TETAP

1 Gaji karyawan 17,400,000 17,400,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000

2 Biaya komunikasi 1,200,000 1,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

3 Listrik 496,800 496,800 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040

4 Sewa mobil 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000

5 Biaya transportasi 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

6 THR Karyawan 1,450,000 1,450,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

7 Biaya Keamanan 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000

8 Penyusutan 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600

TOTAL BIAYA TETAP 30,442,400 30,442,400 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640

Laba Bersih sebelum Pajak -35,921,840 10,675,703 -7,361,998 23,740,531 23,740,531 23,740,531 23,740,531 23,740,531 23,740,531 23,740,531

Pajak 0 2,668,926 -1,840,499 5,935,133 5,935,133 5,935,133 5,935,133 5,935,133 5,935,133 5,935,133

LABA BERSIH SETELAH PAJAK -35,921,840 8,006,777 -5,521,498 17,805,398 17,805,398 17,805,398 17,805,398 17,805,398 17,805,398 17,805,398

total laba 91,201,226

Rata-rata laba 9,120,123

Total pajak 42,374,355

rata-rata pajak 4,237,436

% laba terhadap penerimaan 6%


(2)

Cashflow

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A INFLOW

1 Penjualan Bibit Kompot 65,315,310 111,969,103 155,512,642 186,615,171 186,615,171 186,615,171 186,615,171 186,615,171 186,615,171 186,615,171

2 Penjualan Botol Bekas 1,080,000 1,080,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000

3 Nilai sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38977280

TOTAL INFLOW 66,395,310 113,049,103 157,312,642 188,415,171 188,415,171 188,415,171 188,415,171 188,415,171 188,415,171 227,392,451

B OUTFLOW

B1 INVESTASI

1 Tanah 36,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Greenhouse 18,400,000 0 12,000,000 0 0 0 0 0 0 0

3 Rak 1,029,600 0 686,400 0 0 0 0 0 0 0

4 Sprayer gendong 400,000 0 0 0 0 400,000 0 0 0 0

5 Pot tanah 880,000 0 640,000 0 880,000 0 640,000 0 880,000 0

6 Ember 20,000 0 20,000 0 20,000 0 20,000 0 20,000 0

7 Baskom 30,000 0 30,000 0 30,000 0 30,000 0 30,000 0

8 Gunting 20,000 0 0 0 0 20,000 0 0 0 0

9 Pinset 30,000 0 30,000 0 30,000 0 30,000 0 30,000 0

TOTAL INVESTASI 56,809,600 0 13,406,400 0 960,000 420,000 720,000 0 960,000 0

B2 BIAYA OPERASIONAL

B21 BIAYA VARIABEL

1 Bibit dalam Botol 64,800,000 64,800,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000

2 Media arang 5,400,000 5,400,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000

3 Media pakis 1,350,000 1,350,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000

4 Pupuk 72,000 72,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

5 Vitamin 21,000 21,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000

6 Fungisida 57,000 57,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000

7 Arang sekam 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000

8 Koran 8,750 15,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000

9 Kardus 70,000 120,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000

TOTAL BIAYA VARIABEL 71,874,750 71,931,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000 120,016,000

B22 BIAYA TETAP

1 Gaji karyawan 17,400,000 17,400,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000

2 Biaya komunikasi 1,200,000 1,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

3 Listrik 496,800 496,800 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040

4 Sewa mobil 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000

5 Biaya transportasi 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

6 THR Karyawan 1,450,000 1,450,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

7 Biaya Keamanan 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000


(3)

TOTAL BIAYA TETAP 26,726,800 26,726,800 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040

TOTAL OUTFLOW 155,411,150 98,657,800 174,365,440 160,959,040 161,919,040 161,379,040 161,679,040 160,959,040 161,919,040 160,959,040

Pajak 0 2,668,926 -1,840,499 5,935,133 5,935,133 5,935,133 5,935,133 5,935,133 5,935,133 5,935,133

NET BENEFIT -89,015,840 11,722,377 -15,212,298 21,520,998 20,560,998 21,100,998 20,800,998 21,520,998 20,560,998 60,498,278

DF pada DR 12 % 0.892857143 0.797193878 0.71178025 0.635518078 0.567426856 0.506631121 0.45234922 0.403883228 0.36061002 0.32197324

PV -79,478,429 9,345,007 -10,827,813 13,676,983 11,666,863 10,690,422 9,409,315 8,691,970 7,414,502 19,478,826

PV negatif -90,306,242

PV positif 90,373,889

NPV 67,647

IRR 12%

Net B/C 1.000749088

Rata-rata PV per tahun 8,838,453

PBP 6.42755024 5.130602877 3.9180863

PBP 6 tahun 5 bulan 3 hari

PV Inflow 59,281,527 90,122,052 111,972,032 119,741,247 106,911,828 95,456,989 85,229,455 76,097,727 67,944,399 73,214,283

% NPV terhadap PV inflow 0%

1

0


(4)

Lampiran 14. Switching Value Jika Terjadi Peningkatan Harga Bibit Botolan sebesar 12,82 persen

Proyeksi L/R

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A PENERIMAAN

1 Penjualan Bibit Kompot 71,820,000 123,120,000 171,000,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000

2 Penjualan Botol Bekas 1,080,000 1,080,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000

TOTAL PENERIMAAN 72,900,000 124,200,000 172,800,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000

B BIAYA OPERASIONAL

B1 BIAYA VARIABEL

1 Bibit dalam Botol 73,108,428 73,108,428 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381

2 Media arang 5,400,000 5,400,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000

3 Media pakis 1,350,000 1,350,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000

4 Pupuk 72,000 72,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

5 Vitamin 21,000 21,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000

6 Fungisida 57,000 57,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000

7 Arang sekam 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000

8 Koran 8,750 15,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000

9 Kardus 70,000 120,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000

TOTAL BIAYA VARIABEL 80,183,178 80,239,428 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381

Laba Kotor -7,283,178 43,960,572 38,936,619 73,136,619 73,136,619 73,136,619 73,136,619 73,136,619 73,136,619 73,136,619

B2 BIAYA TETAP

1 Gaji karyawan 17,400,000 17,400,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000

2 Biaya komunikasi 1,200,000 1,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

3 Listrik 496,800 496,800 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040

4 Sewa mobil 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000

5 Biaya transportasi 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

6 THR Karyawan 1,450,000 1,450,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

7 Biaya Keamanan 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000

8 Penyusutan 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600 3,715,600

TOTAL BIAYA TETAP 30,442,400 30,442,400 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640 44,658,640

Laba Bersih sebelum Pajak -37,725,578 13,518,172 -5,722,021 28,477,979 28,477,979 28,477,979 28,477,979 28,477,979 28,477,979 28,477,979

Pajak 0 3,379,543 -1,430,505 7,119,495 7,119,495 7,119,495 7,119,495 7,119,495 7,119,495 7,119,495

LABA BERSIH SETELAH PAJAK -37,725,578 10,138,629 -4,291,515 21,358,485 21,358,485 21,358,485 21,358,485 21,358,485 21,358,485 21,358,485

total laba 117,630,926

Rata-rata laba 11,763,093

Total pajak 51,785,502

rata-rata pajak 5,178,550

% laba terhadap penerimaan 6%

1


(5)

Cashflow

No Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A INFLOW

1 Penjualan Bibit Kompot 71,820,000 123,120,000 171,000,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000 205,200,000

2 Penjualan Botol Bekas 1,080,000 1,080,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000

3 Nilai sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL INFLOW 72,900,000 124,200,000 172,800,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000 207,000,000

B OUTFLOW

B1 INVESTASI

1 Tanah 36,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Greenhouse 18,400,000 0 12,000,000 0 0 0 0 0 0 0

3 Rak 1,029,600 0 686,400 0 0 0 0 0 0 0

4 Sprayer gendong 400,000 0 0 0 400,000 0 0 0 0 0

5 Pot tanah 880,000 0 640,000 0 880,000 0 640,000 0 880,000 0

6 Ember 20,000 0 20,000 0 20,000 0 20,000 0 20,000 0

7 Baskom 30,000 0 30,000 0 30,000 0 30,000 0 30,000 0

8 Gunting 20,000 0 0 0 0 20,000 0 0 0 0

9 Pinset 30,000 0 30,000 0 30,000 0 30,000 0 30,000 0

TOTAL INVESTASI 56,809,600 0 13,406,400 0 1,360,000 20,000 720,000 0 960,000 0

B2 BIAYA OPERASIONAL

B21 BIAYA VARIABEL

1 Bibit dalam Botol 73,108,428 73,108,428 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381 121,847,381

2 Media arang 5,400,000 5,400,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000

3 Media pakis 1,350,000 1,350,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000

4 Pupuk 72,000 72,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

5 Vitamin 21,000 21,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000

6 Fungisida 57,000 57,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000 95,000

7 Arang sekam 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000

8 Koran 8,750 15,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000

9 Kardus 70,000 120,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000

TOTAL BIAYA VARIABEL 80,183,178 80,239,428 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381 133,863,381

B22 BIAYA TETAP

1 Gaji karyawan 17,400,000 17,400,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000

2 Biaya komunikasi 1,200,000 1,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

3 Listrik 496,800 496,800 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040 563,040

4 Sewa mobil 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000

5 Biaya transportasi 1,800,000 1,800,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

6 THR Karyawan 1,450,000 1,450,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

7 Biaya Keamanan 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000

1

0


(6)

TOTAL BIAYA TETAP 26,726,800 26,726,800 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040 40,943,040

TOTAL OUTFLOW 163,719,578 106,966,228 188,212,821 174,806,421 176,166,421 174,826,421 175,526,421 174,806,421 175,766,421 174,806,421

Pajak 0 3,379,543 -1,430,505 7,119,495 7,119,495 7,119,495 7,119,495 7,119,495 7,119,495 7,119,495

NET BENEFIT -90,819,578 13,854,229 -13,982,315 25,074,085 23,714,085 25,054,085 24,354,085 25,074,085 24,114,085 25,074,085

DF pada DR 12 % 0.892857143 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856 0.506631121 0.452349215 0.403883228 0.360610025 0.321973237

PV -81,088,909 11,044,506 -9,952,336 15,935,034 13,456,008 12,693,179 11,016,551 10,127,002 8,695,781 8,073,184

PV negatif -91,041,245

PV positif 91,041,246

NPV 0

IRR 12%

Net B/C 1.000000004

Rata-rata PV per tahun 9,009,879

PBP 6.305256813 3.663081756 19.89245268

PBP 6 tahun 3 bulan 19 hari

PV Inflow 65,089,286 99,011,480 122,995,627 131,552,242 117,457,359 104,872,642 93,636,288 83,603,828 74,646,275 66,648,460

% NPV terhadap PV inflow 0%

1