Penyadapan Kopal di PT. Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan Utara

PENYADAPAN KOPAL
DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU
KALIMANTAN UTARA

WIDHY SATRIO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyadapan Kopal di
PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Widhy Satrio
E14090102

ABSTRAK
WIDHY SATRIO. Penyadapan Kopal Di PT. Inhutani II Unit Malinau
Kalimantan Utara. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA.
Kopal merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan dari
pohon jenis Agathis sp. yang dalam pemanfaatannya kopal digunakan sebagai
salah satu bahan baku dalam beberapa proses industri seperti cat dan vernis.
Malinau sebagai salah satu kabupaten di Kalimantan Utara memiliki potensi
tegakan Agathis sp. yang belum termanfaatkan. Kondisi tersebut melatarbelakangi
penelitian ini, yang memiliki tujuan untuk mengetahui jenis pohon agathis yang
berada di wilayah Malinau, mengukur produktivitas kopal yang dihasilkan dari
tegakan agathis tersebut serta menentukan potensi agathis yang memungkinkan
untuk dapat dimanfaatkan. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan di Pusat
Penelitian Biologi, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Bogor diketahui
bahwa jenis agathis yang ada di wilayah Malinau Kalimantan Utara adalah

Agathis borneensis warb. Tingkat produktivitas rata-rata kopal yang dihasilkan
sebesar 10.23 gram/quarre/hari pada perlakuan dengan stimulan dan 6.07
gram/quarre/hari pada perlakuan tanpa stimulan. Akan tetapi jumlah agathis yang
sedikit dan lokasi tumbuh yang berjauhan satu sama lain menyebabkan rendahnya
potensi kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang akan dimanfaatkan,
sehingga upaya untuk mengembangkan usaha kopal dapat dikatakan tidak
memungkinkan.
Kata kunci: agathis, identifikasi, kopal, produktvitas

ABSTRACT
WIDHY SATRIO. Copal Tapping in PT. Inhutani II Unit Malinau North Borneo.
Supervised by GUNAWAN SANTOSA
Kopal is one of the non-timber forest products are produced from Agathis sp.
which the utilization of copal is used as one of the raw materials in several
industrial processes such as paint and varnish. Malinau as one of the districts in
northern Borneo has a potential stand of Agathis sp. The condition was underlying
for this research, which has the purpose to determine of agathis species,
measuring productivity of copal and determine the potential agathis which allows
it to be utilized. Based on the results identification at Research Centre For Biology,
Indonesian Institute of Sciences Bogor known that type of agathis in North

Borneo Malinau region is Agathis borneensis warb. Average productivity level
copal generated at 10.23 g/quarre/day on treatment with stimulants and 6.07
g/quarre/day on treatment without stimulants. However, the lack of a little amount
and location agathis grow far apart from each other that causes copal has a low
potential to be one of non-timber forest products that will be used, so that the
effort to develop a business copal is not possible.
Keywords: agathis, identification, copal, productivity

PENYADAPAN KOPAL
DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU
KALIMANTANUTARA

WIDHY SATRIO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Penyadapan Kopal di PT. Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan
Utara
: Widhy Satrio
Nama
: E14090102
NIM

Disetujui oleh

セ@

/ .-/'---

C -Dr Ir Gunawan Santosa, MS

Pembimbing

セ@

Tanggal Lulus:

0 2 DEC 2013

fB
''" U d"lamanセm

i

----- c. F .T ro
.S

Judul Skripsi : Penyadapan Kopal di PT. Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan
Utara
Nama
: Widhy Satrio

NIM
: E14090102

Disetujui oleh

Dr Ir Gunawan Santosa, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc.F.Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Mei 2013 ini
ialah Hasil Hutan Bukan Kayu, dengan judul Penyadapan Kopal Di PT. Inhutani

II Unit Malinau, Kalimantan Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Gunawan Santosa MS
selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Iwan Hilwan MS yang telah banyak
memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Muhlising dan Hajar Dewanto, S.Hut selaku pihak dari PT.Inhutani II, Bapak
Matius Irang dan Ferry Ishak yang telah membantu selama proses pengumpulan
data serta dalam memberikan fasilitas penunjang untuk pelaksanaan penelitian ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada eyang Siti Chususiah, ayah
(Johan Effendi), ibu (Winnianti), Adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
Widhy Satrio

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Bahan
Alat
Metode Pengumpulan Data
Rancangan Percobaan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lokasi Penelitian
Penentuan Jenis Agathis
Pendugaan Potensi Pohon Agathis sp.
Produktivitas Penyadapan Kopal
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
vii
vii
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
4
4
5
5
6

7
9
13
13
13
13
15

DAFTAR TABEL
1 Bagan rancangan percobaan
2 Analisis of variance (ANOVA)
3 Potensi penyebaran Agathis sp. di PT.Inhutani II Unit Malinau
4 Produktivitas penyadapan kopal
5 Analisis ragam pengaruh stimulan terhadap produktivitas kopal

4
5
8
9
11


DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi hutan desa lokasi penyadapan getah agathis
2 Kondisi batang dan daun Agathis borneensis di lokasi penelitian.
3 Produktivitas penyadapan kopal ■ tanpa stimulan ▲ dengan stimulan
4 Getah kopal yang dihasilkan

6
7
10
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Produktivitas kopal tanpa stimulan
2 Produktivitas kopal dengan stimulan
3 Produksi hasil hutan bukan kayu
4 Surat keterangan hasil identifikasi
5 Dokumentasi penelitian
6 Alat penelitian
7 Perhitungan

15
16
17
17
19
20
21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kopal merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan
oleh pohon jenis agathis dan mempunyai manfaat sebagai bahan baku pada
industri pembuat cat, lilin, vernis dan sebagai bahan pelapis khususnya pada
kertas. Produksi kopal dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun,
berdasarkan data Kemenhut (2009) pada Lampiran 3 produksi kopal dalam
kurun waktu 8 tahun terakhir berada pada kedua penghasil terendah sebelum
hasil hutan bukan kayu lainnya berupa benang sutera yaitu sekitar 2 695 ton
dan cenderung menurun dibandingkan 9 tahun sebelumnya sekitar 6 163 ton
(Dephut 2001).
Kopal menjadi salah satu hasil hutan bukan kayu yang cukup diminati
dipasaran pada skala industri. Hal ini tentu saja terkait fungsi kopal yang dapat
dijadikan sebagai bahan baku dalam industri, namun menurunnya produksi
kopal yang dihasilkan menjadi masalah tersendiri dalam memenuhi
permintaan tersebut. Penurunan produksi kopal itu sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya terkait mengenai keberadaan pohon agathis
sebagai penghasil kopal. Pohon Agathis memiliki penyebaran yang berbeda.
Diketahui bahwa agathis memiliki berbagai macam jenis yang sering dijumpai,
diantaranya Agathis loranthifolia, Agathis borneensis, Agathis celebica dan
Agathis labillardieri yang khususnya berada di Indonesia terutama di wilayah
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Produksi kopal yang dihasilkan
sebagian besar berasal dari Pulau Jawa dan Indonesia bagian Timur,
sedangkan untuk jenis lain yang terdapat di wilayah berbeda seperti
Kalimantan masih belum diketahui tingkat produksi yang dihasilkan.
Malinau sebagai salah satu kabupaten di Kalimantan Utara memiliki
potensi agathis yang dapat dimanfaatkan, terutama dalam hal hasil hutan
bukan kayu yaitu kopal. Jenis agathis yang berada di wilayah Malinau
umumnya disebut dengan nama lokal sebagai agathis bambu oleh masyarakat,
namun belum adanya kegiatan pemanfaatan kopal di daerah tersebut menjadi
penyebab tersendiri tidak dimanfaatkannya kopal sebagai salah satu hasil
hutan bukan kayu. Selain itu jenis agathis yang berada di Malinau juga belum
diketahui nama ilmiah dari spesies tersebut, sehingga diperlukan adanya
penelitian untuk dapat memberikan gambaran atau informasi mengenai jenis
agathis yang berada di wilayah tersebut dan tingkat produktivitas kopal yang
dapat dihasilkan serta pada tahap lebih lanjut dapat dikembangkan secara
intensif mengenai pemanfaatan kopal pada skala usaha tertentu bila
memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan.

Perumusan Masalah
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di wilayah Malinau terutama
dalam hal kopal belum pernah dilakukan. Hal ini terkait minimnya informasi
mengenai manfaat ataupun penggunaan kopal itu sendiri. Data mengenai

2
produktivitas kopal yang dapat dihasilkan menjadi sangat penting guna
mengetahui potensi yang akan didapatkan, sehingga dalam skala tertentu jika
dapat dimanfaatkan secara intensif dapat memenuhi kebutuhan permintaan
pasar. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukannya penelitian agar dapat
mengetahui tingkat produktivitas kopal yang dapat dihasilkan di wilayah
tersebut.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan jenis pohon agathis di areal PT. Inhutani II, Unit Malinau,
Kalimantan Utara.
2. Menentukan potensi pohon agathis yang memungkinkan untuk dapat
dimanfaatkan.
3. Mengukur produktivitas penyadapan kopal

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi,
khususnya kepada pihak PT. Inhutani II mengenai produktivitas penyadapan
kopal sebagai salah satu potensi hasil hutan bukan kayu yang dapat
dimanfaatkan.

METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2013. Lokasi
penelitian yaitu di desa kawasan hutan PT. Inhutani II, Desa Long Lore,
Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa pohon agathis berjumlah
30 pohon dengan diameter berukuran ≥ 30cm, serta stimulan jenis ETRAT 1240
sebanyak 1.5 liter.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa golok, kudikoni, paku,
palu, talang penampung kopal, plastik berukuran 0.5 kg, sendok pengambil getah,
sprayer, timbangan, pita ukur, oven, label, kamera digital, trashbag, laptop dan
alat tulis.

3
Metode Pengumpulan Data
Penentuan Jenis Agathis
Penetuan jenis agathis dilakukan dengan cara pembuatan herbarium berupa
herbarium basah dengan mengambil beberapa bagian tumbuhan, berupa daun dan
buah untuk diawetkan yang selanjutnya dikeringkan untuk dapat diidentifikasi di
Pusat Penelitian Biologi, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Bogor.
Pengambilan gambar atau foto berupa bentuk pohon, batang pohon juga dilakukan
untuk mendukung kegiatan identifikasi.
Pendugaan Potensi Pohon Agathis sp.
Potensi pohon agathis diduga melalui pengambilan data sekunder yang
berasal dari laporan kegiatan perusahaan yaitu, Laporan Hasil Cruising mengenai
potensi (jumlah dan lokasi pohon agathis).
Pengukuran Produktivitas Penyadapan Kopal
Penentuan produktivitas kopal dilakukan dengan cara penyadapan
terhadap pohon agathis, dimana periode pemanenan hasil penyadapan dilakukan
setiap 5 hari dengan menggunakan metode quarre. Adapun langkah-langkah
penyadapan yang dilakukan dengan metode quarre sebagai berikut :
a. Pembersihan kulit bagian batang yang akan disadap setebal 3 mm, lebar 20
cm, tinggi 70 cm dan ketinggian dari permukaan tanah 50 cm diatas
permukaan tanah dengan menggunakan golok.
b. Pembuatan mal sadap untuk membuat rencana sadapan, dengan cara
meletakan mal sadap tersebut pada bagian kulit yang telah dibersihkan dan
diberi batas. Mal sadap ini dibuat pada ukuran (10 x 60) cm
c. Pembuatan bidang atau luka sadapan pertama pada bagian tengah pohon yang
telah dibersihkan pada ketinggian 50 cm diatas permukaan tanah dengan
menggunakan kudikoni. Ukuran bidang sadap (10 x 10) cm.
d. Pemberian stimulan ETRAT 1240 dengan cara menyemprotkan dibagian luka
sadapan pertama pada 15 pohon agathis. Sedangkan 15 pohon agathis
berikutnya tidak diberikan stimulan atau sebagai control. Penyemprotan
dilakukan sebanyak 1 cc/koakan
e. Melakukan pemanenan getah tiap 5 hari sekali desertai pembaharuan luka
sadap. Pembaharuan dilakukan kearah atas dengan lebar 10 cm dan tinggi 2
cm dari luka sadapan pertama.
f. Menimbang hasil panen getah
g. Mencatat hasil timbangan
Pengumpulan Data Sekuder
Data sekunder lain yang digunakan dalam penelitian ini berupa kondisi
umum lokasi penelitian, letak dan luas areal, topografi, iklim, tanah, vegetasi dan
penduduk. Data ini diperoleh melalui informasi yang berasal dari dokumendokumen perusahaan seperti Rencana Kerja Tahunan (RKT), IHMB (Inventarisasi
Hutan Menyeluruh Berkala) dan laporan perusahaan lainnya.

4
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(completely randomize design) dimana respon diperoleh dari 2 perlakuan, yang
terdiri dari :
Perlakuan 1 (τ1) = perlakuan tanpa menggunakan stimulan
Perlakuan 2 (τ2) = perlakuan dengan menggunakan stimulan jenis ETRAT 1240
Jumlah pohon contoh untuk setiap perlakuan sebanyak 15 pohon, sehingga
total pohon contoh yang digunakan sebanyak 30 pohon. Persyaratan pohon contoh
yang dipilih yaitu memiliki diameter ≥ 30 cm serta kondisi pohon sehat. Model
umum percobaan rancangan acak lengkap yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Yijk = µ + αi + βj + εilk
Keterangan :
Yijk = respon karena pengaruh pemberian perlakuan ke-i pada
pohon ke-j yang terdapat pada ulangan ke-k
µ
= nilai rataan umum
αi
= pengaruh pemberian perlakuan dan penyadapan kopal ke-i
βj
= pengaruh pohon ke-j
εijk
= pengaruh banyaknya ulangan yang dilakukan
i
= perlakuan
1 : tanpa stimulan
2 : menggunakan stimulan

Tabel 1 Bagan rancangan percobaan
No pohon
1
2
3
.....
15
Rata-rata

Tanpa stimulan
Y11k
Y12k
Y13k
.....
Y115k
Y1

Perlakuan
Dengan stimulan
Y21k
Y22k
Y23k
.....
Y215k
Y2

Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh faktor pemberian stimulan terhadap
peningkatan produktivitas kopal, maka digunakan analisis ragam atau Analysis of
Variance (ANOVA)
\

5
Tabel 2 Analisis of variance (ANOVA)
Sumber
Derajat bebas
keragaman
Perlakuan
t-1
Sisa
n-t
Total
n-1

Jumlah
kuadrat
JKP
JKS
JKT

Kuadrat
tengah
KTP
KTS

F-hitung
KTP/KTS

Keterangan :
t
= jumlah perlakuan
n
= jumlah pohon contoh
Hipotesis:
Pengujian terhadap pengaruh perlakuan
H0 : τ1 = τ2 = …….τi = 0
H1 : sekurangnya ada satu τi ≠ 0
Terima H0 : perbedaan perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 99%
(α=0,01).
Terima H1 : sekurangnya ada perlakuan yang memberikan pengaruh
nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan
99% (α=0,01).
Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel pada
selang kepercayaan 99% (α = 0,01) dengan kaidah:
1. Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan
memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas kopal pada selang
kepercayaan 99% (α = 0,01).
2. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan
memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas kopal pada selang
kepercayaan 99% (α = 0,01).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lokasi Penelitian
Kegiatan penyadapan kopal dalam penelitian ini dilakukan di hutan Desa
Long Lore Kecamatan Malinau Selatan, Kalimantan Utara yang berada dalam
kawasan desa binaan PT. Inhutani II Unit Malinau. Sulitnya akses menuju areal
kerja PT. Inhutani II serta sedikitnya jumlah agathis dan letak pohon yang
berjauhan satu sama lain menyebabkan pengambilan contoh tidak dilakukan
secara langsung di areal kerja PT. Inhutani II, namun kegiatan penyadapan kopal
di hutan desa ini diduga memiliki jenis yang sama sebab terdapat pada kondisi
areal dan tempat tumbuh yang sama sehingga pengambilan contoh cukup
mewakili dari jenis agathis yang ada di areal kerja PT. Inhutani II.

6
Sekitar tahun 2007 kawasan desa Long Lore ini sudah tidak masuk kedalam
areal kerja PT. Inhutani II begitu pula dengan hutan desa yang ada, hal ini
disebabkan penurunan luas kawasan PT. Inhutani II yang tadinya seluas 90 000 ha
menjadi 29 040 ha akibat adanya perusahaan tambang batubara yang masuk
menempati sebagian wiayah kerja PT. Inhutani II. Namun desa Long Lore
tersebut masih tergolong dalam kawasan desa binaan PT. Inhutani II, hal ini dapat
dilihat dari adanya aktivitas kerjasama yang dilakukan kedua belah pihak dalam
hal membentuk usaha koperasi berbasis pertanian & kehutanan. Hutan desa Long
Lore memiliki luas sekitar 1 200 ha dengan kondisi topografi datar berbukit dan
tingkat kelerengan 10 - 70%. Hutan ini merupakan hutan alam yang didominasi
oleh jenis meranti, keruing dan nyatoh. Keadaan pohon yang ada pada hutan desa
ini memiliki kondisi sehat, akan tetapi ada beberapa pohon yang rusak akibat
serangan hama maupun gangguan lainnya.

Gambar 1 Kondisi hutan desa lokasi penyadapan getah agathis
Penentuan Jenis Agathis
Agathis sp. merupakan tanaman yang berasal dari suku araucariaceae.
Umumnya jenis agathis mempunyai ciri-ciri tajuk berbentuk kerucut dan berwarna
hijau dengan percabangan mendatar melingkari batang, kulit luar berwarna kelabu
sampai coklat tua, mengelupas kecil-kecil berbentuk bundar, pohon tidak berbanir,
mengeluarkan damar yang lazim disebut kopal (Martawijaya et al. 2005).
Jenis agathis yang berada di wilayah PT. Inhutani II unit Malinau cenderung
berbeda, dimana agathis yang berada di wilayah tersebut umumya tumbuh pada
areal yang berbukit dengan kondisi tanah yang kering berbatu. Bentuk daun yang
dimiliki agathis jenis ini berukuran lebih kecil dibandingkan jenis lainnya. Dalam
hal lain, ukuran diameter dan tinggi pohon agathis yang ada cenderung besar dan
sangat tinggi. yaitu diameter tertinggi yang ditemukan dalam penelitian ini sebesar
119.43 cm, hal ini juga dikarenakan kondisi hutan yang ada dalam lokasi
penelitian merupakan hutan alam yang dalam kawasan tertentu masih didapatkan
jenis yang tumbuh alami dan belum pernah dilakukan permudaan.

7

Gambar 2 Kondisi batang dan daun Agathis borneensis di lokasi penelitian.
Kondisi batang dan kulit yang ditemukan umumnya berbeda pula dengan
kondisi yang pernah dijumpai di daerah Pulau Jawa khususnya Hutan Pendidikan
Gunung Walat IPB, batang yang ada cenderung memiliki sisik yang tebal dan
berwarna kelabu sampai cokelat tua serta kulit luar megelupas dan mengeluarkan
banyak getah dari ujung tajuk pohon. Agathis jenis ini juga tidak memiliki banir
dan bentuk batang silindris.
Nama ilmiah jenis agathis tersebut didapatkan setelah dilakukannya
pembuatan herbarium dengan membawa sample daun dan buah yang didapatkan
disekitar tumbuh pohon agathis. Jumlah spesimen yang dibawa sebanyak 4
spesimen, jumlah ini didasarkan dengan pertimbangan 2 buah sebagai spesimen
cadangan dan 2 buah spesimen lainnya untuk dilakukan identifikasi yang
dilakukan di pusat Hebarium Bogoriense, LIPI Bogor. Herbarium awal dibuat
dengan cara herbarium basah, yaitu dengan menggunakan alkohol 70% yang
diberikan kedalam trashbag yang telah terisi spesimen dan dilapisi terlebih dahulu
oleh koran. Setelah itu dilakukan pengeringan untuk menjadikan spesimen
tersebut sebagai herbarium kering yang dilakukan di Laboratorium Ekologi,
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor untuk dapat diidentifikasi lebih
lanjut.
Berdasarkan surat keterangan hasil identifikasi pada Lampiran 3 dapat
diketahui bahwa agathis yang berada di hutan Desa Long Lore, Malinau
Kalimantan Utara termasuk kedalam jenis Agathis bornensis warb. Dimana hal ini
juga dapat terlihat sebelumnya dengan memperhatikan ciri-ciri yang ada
cenderung berbeda dengan agathis yang berada di Hutan Pendikan Gunung Walat.
Perbedaan jenis ini juga sebagai bahan pertimbangan mengenai tingkat produksi
kopal yang dapat dihasilkan dari pohon tersebut terhadap jenis agathis yang
berada di Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan cara melakukan perbandingan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pendugaan Potensi Pohon Agathis sp.
Data mengenai pendugaan potensi agathis merupakan data sekunder yang
didasarkan pada laporan perusahaan berupa Laporan Hasil Cruising pada blok
RKT 2012. Pendugaan potensi ini tidak dapat dilakukan secara langsung pada

8
lokasi penelitian hutan Desa Long Lore, hal ini disebabkan terbatasnya jumlah
agathis yang ada serta areal pada hutan desa yang memiliki aksesibilitas rendah
sehingga menyulitkan untuk melakukan pendugaan potensi secara langsung.
Potensi dan penyebaran jenis Agathis sp. yang berada di PT. Inhutani II unit
Malinau dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Potensi penyebaran Agathis sp. di PT. Inhutani II Unit Malinau
Lokasi
Petak 131 (Blok RKT 2012)
Petak 132 (Blok RKT 2012)
Petak 133 (Blok RKT 2012)
Petak 134 (Blok RKT 2012)
Petak 135 (Blok RKT 2012)
Total

Jumlah (pohon)
3
11
17
22
53
106

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa potensi agathis yang ada di wilayah
PT. Inhutani II Unit Malinau sangat terbatas. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
jumlah agathis yang ada pada tabel tersebut, yaitu hanya 106 pohon dari total
keseluruhan pohon yang ada di Blok RKT 2012 berjumlah 49 092 terdiri dari 10
petak atau hanya sekitar 0.22%. Hal ini dikarenakan jenis meranti, keruing, kapur
dan rimba campuran yang mendominasi sebagian areal kerja PT. Inhutani II.
Disisi lain jika melihat penyebaran pohon agathis yang terdapat dalam blok kerja
PT. Inhutani II Unit Malinau, agathis yang ada dapat dikatakan tidak terlalu luas
penyebarannya, dimana jenis agathis hanya ada pada kelima petak tersebut.
Selanjutnya pada blok RKT 2013 maupun 2014 yang didasarkan pada hasil
kegiatan ITSP, tegakan jenis agathis sangat jarang ditemukan bahkan tidak ada
pada blok RKT 2014.
Jenis agathis memiliki penyebaran yang luas dan banyak berada pada plot
penelitiaan CIFOR (Centre for International Forestry Research) di tahun 2007,
namun saat ini plot penelitian tersebut telah berubah menjadi areal tambang
karena terjadi pengurangan luas areal kerja PT. Inhutani II Unit Malinau. Jenis
agathis juga banyak ditemukan namun berada di luar areal kerja Inhutani atau
berada dalam wilayah konsesi perusahaan lain seperti PT. Meranti Sakti Indonesia
dan areal pertambangan yang khususnya berada di hulu puncak gunung.
Terkait mengenai minimnya potensi agathis yang ada, pemanfaatan kopal
sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu akan sulit untuk dilakukan. Selain itu
masyarakat desa yang diharapkan sebagai pelaksana dalam pemanfaatan kopal
memiliki akses yang rendah untuk menuju areal kerja PT. Inhutani II, dimana
Desa terdekat dengan areal kerja PT. Inhutani II adalah Desa Punan Gong Solok,
yang memerlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan untuk menuju areal kerja PT.
Inhutani II. Masyarakat Desa Punan Gong Solok memiliki mata pencaharian
berupa berladang, wiraswasta dan sebagian pemuda sebagai pekerja tambang
batubara. Dengan kondisi seperti ini yaitu masyarakat desa memiliki lokasi yang
sangat jauh dari blok kerja PT. Inhutani II serta sangat terbatasnya potensi agathis
yang ada menjadi sebab tersendiri sulitnya untuk mengembangkan kopal sebagai
salah satu hasil hutan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan.

9

Produktivitas Penyadapan Kopal
Tingkat produktivitas kopal yang dapat dihasilkan pada kawasan PT.
Inhutani II Unit Malinau khususnya hutan Desa Long Lore dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4 Produktivitas penyadapan kopal
Panen ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total
Rata-Rata

Perlakuan
Tanpa stimulan
Dengan stimulan
(gram/quarre/hari)
(gram/quarre/hari)
3.97
7.17
2.77
5.75
4.12
9.40
4.25
9.89
6.85
12.32
6.56
11.69
7.84
12.84
9.17
11.19
9.08
11.80
54.61
92.05
6.07
10.23

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa rata-rata produktivitas kopal yang
dihasilkan cenderung lebih tinggi pada perlakuan menggunakan stimulan yaitu
sebesar 10.23 gram/quarre/hari dibanding pada perlakuan tanpa stimulan sebesar
6.07 gram/quarre/hari. Nilai perhitungan tersebut didapatkan setelah melakukan
pemanenan getah sebanyak 9 kali dengan periode panen setiap 5 hari sekali pada
masing-masing pohon dengan jumlah 30 pohon contoh, dimana sebanyak 15
pohon dengan perlakuan tanpa stimulan dan 15 pohon lainnya menggunakan
stimulan. Pohon contoh yang dipilih merupakan pohon sehat yang memiliki
diameter ≥ 30 cm. Penentuan diameter pohon contoh ≥ 30 cm disesuaikan dengan
penelitian Lempang (1997) menyatakan bahwa, kelas ukuran diameter batang
memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Semakin besar diameter batang
semakin besar kopal yang dihasilkan, namun dalam penelitian ini pembahasan
mengenai kelas diameter terhadap produktivitas kopal yang dihasilkan sangat
dibatasi sebab dalam tujuan penelitian hanya ingin mengetahui produktivitas dan
pengaruh pemberian stimulan terhadap kopal yang dihasilkan.
Pada Tabel 4 diketahui bahwa nilai produktivitas kopal tertinggi yang dapat
dihasilkan sebesar 12.84 gram/quarre/hari pada periode panen ke-7 sedangkan
produktivitas kopal terendah terjadi pada periode panen ke-2 yaitu hanya sebesar
2.77 gram/quarre/hari. Produktivitas kopal tertinggi dan terendah tersebut terlihat
pula perbedaannya dalam hal perlakuan yang diberikan, dimana penggunaan
stimulan secara tidak langsung mampu mempengaruhi produktivitas kopal yang
dihasilkan dari suatu pohon. Fluktuasi produktivitas kopal yang dihasilkan pada
saat panen ke-1 sampai panen ke-9 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada
Gambar 3.

10

14
12.32

Produktivitas
(gram/quarre/hari)

12

10

12.84

11.69

11.8

9.89

9.4

9.17 9.08

8

7.84

7.17
6

11.19

6.85 6.56
5.75

4

4.12 4.25

3.97
2.77

2
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

(Periode panen)

Gambar 3 Produktivitas penyadapan kopal ■ tanpa stimulan ▲ dengan stimulan
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa produktivitas kopal pada panen ke-1
cenderung tinggi dan kemudian menurun pada panen ke-2 baik dengan perlakuan
stimulan maupun tidak menggunakan stimulan. Pada saat panen ke-1 getah yang
keluar merupakan deposit yang ada pada pohon yang belum pernah dilakukan
penyadapan. Sedangkan untuk panen ke-2 terjadi penurunan yang disebabkan
oleh kondisi pohon yang belum stabil sehingga akumulasi getah yang keluar pada
panen ke-1 belum dapat terisi kembali. Pada panen ke-3 terjadi peningkatan akibat
kondisi pohon yang telah stabil dan getah telah terisi kembali. Kondisi lingkungan
juga ikut mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan, dimana pada saat panen
ke-6 terjadi hujan saat kegiatan panen berlangsung sehingga terjadi penurunan
produktivitas. Pada panen ke-8 khususnya dengan perlakuan stimulan,
produktivitas yang dihasilkan juga menurun meskipun tidak terlalu jauh dengan
panen sebelumnya, penurunan ini lebih disebabkan suhu udara tinggi pada saat
melakukan panen sehingga getah yang dihasilkan rendah akibat cepatnya proses
pembekuan dan kemudian meningkat kembali pada panen ke-9.
Secara umum, produktivitas kopal yang dihasilkan dengan menggunakan
stimulan lebih tinggi dibandingkan tanpa stimulan. Hal ini terkait mengenai
kandungan zat yang terdapat dalam stimulan itu sendiri, dimana jenis stimulan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ETRAT 1240. ETRAT 1240
merupakan produk yang diimplementasikan pada hutan dengan komposisi 100
ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat. Ethylene sangat mempengaruhi banyaknya
getah yang keluar pada waktu penyadapan karena etilen akan menunda
penyumbatan pembuluh getah dan memperlama aliran getah. Etilen dapat
merangsang eksudasi atau pengeluaran getah (Wattimena 1988). Sedangkan Asam
sitrat bekerja di luka sadapan untuk membuka saluran getah sehingga getah dapat
keluar dengan lancar (Putri 2011). Bahan kimia yang terkandung dalam ETRAT
1240 tidak berbahaya baik bagi kesehatan para penyadap, kondisi pohon yang

11
disadap dan lingkungan sekitar. Tentu saja hal ini yang menjadi pertimbangan
tersendiri digunakannya stimulan berupa ETRAT 1240 dalam penelitian ini.
Pengaruh pemberian stimulan terhadap produktivitas penyadapan kopal
dilakukan juga melalui uji statistik, yaitu dengan menggunakan analisis ragam
pada tingkat kepercayaan 99% yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Analisis ragam pengaruh stimulan terhadap produktivitas kopal
Sumber
keragaman
Perlakuan
Sisa
Total

Derajat
bebas
1
28
29

Jumlah
kuadrat
3 022.242
5 519.926
8 542.368

Kuadrat
tengah
3 022.242
197.140

Fhitung

Ftabel

15.331

7.636

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui nilai F-hitung sebesar 15.331 yang
selanjutnya dibandingkan dengan nilai F-tabel pada tingkt kepercayaan 99%.
Sesuai dengan hipotesis yang digunakan bahwa perbandingan nilai F-hitung dan
F-tabel akan menentukan pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap
produktivitas kopal yang dihasilkan, dimana pada kriteria uji jika F-hitung > Ftabel maka terima H1 dan jika F-hitung < F-tabel maka H1 ditolak. Dalam hal ini
nilai F-hitung yang didapatkan lebih besar dibandingkan dengan F-tabel yaitu
15.331 > 7.636, sehingga hipotesa H1 diterima, yang berarti bahwa perlakuan
stimulan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kopal pada
selang kepercayaan 99%.
Sementara itu dalam penelitian ini dilakukan pula perbandingan hasil
penelitian terhadap penelitian Awalia (2011). Perbandingan penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat produktivitas yang dihasilkan dari kedua
hasil penelitian dengan menggunakan perlakuan jenis sama yaitu stimulan jenis
ETRAT 1240, sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan kegiatan
selanjutnya terkait hasil penelitian yang didapatkan.
Diketahui bahwa nilai rata-rata produktivitas kopal pada penelitian Awalia
(2011) yaitu sebesar 7.22 gram/quarre/hari dengan menggunakan stimulan dan
4.32 gram/quarre/hari tanpa menggunakan stimulan sedangkan pada hasil
penelitian didapatkan sebesar 10.23 gram/quarre/hari dengan stimulan dan 6.07
gram/quarre/hari. Perbedaan produktivitas kopal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya perbedaan tempat tumbuh, ketinggian tempat, cuaca, jumlah
perlakuan, diameter dan jenis agathis yang disadap.
Perbedaan jenis menjadi faktor utama penyebab perbedaan produktivitas
kopal yang dihasilkan. Pada Awalia (2011) jenis agathis yang digunakan
merupakan jenis A.loranthifolia sedangkan dalam penelitian ini berupa
A.borneensis warb. Dimana telah diketahui bahwa A.borneensis memiliki ciri atau
ketebalan kulit yang berbeda dengan A.loranthifolia yang umumnya lebih tipis.
Perbedaan kulit ini dinyatakan dalam Soesilotomo (1992) perbedaan ketebalan
kulit tersebut menunjukan perbedaan produktivitas penyadapan kopal secara
nyata; pada agathis berkulit tipis menghasilkan rata-rata 4.004 gram/pohon
sedangkan yang tebal mencapai 35.542 gram/pohon. Ketebalan kulit ini erat
hubungannya dengan kelas diameter suatu pohon, biasanya semakin tebal kulit
yang ada maka ukuran diameternya pun akan semakin besar. Serta adanya

12
perbedaan perlakuan yang diberikan dalam penetuan produktivitas kopal pada
penelitian Awalia (2011), yaitu dalam setiap pohon terdapat 5 buah perlakuan
untuk masing-masing diketahui pengaruhnya terhadap produksi kopal yang
dihasilkan. Kondisi tempat tumbuh dan faktor cuaca juga menjadi salah satu
faktor yang menentukan. A.borneensis tumbuh pada lokasi yang umumnya
berbukit dengan kondisi tanah berpasir dan berbatu dan cuaca yang ada cenderung
panas, hal ini tentu saja berbeda dengan A.lorantifolia yang tumbuh di daerah
dataran tinggi dan tanah yang tidak berbatu.

Gambar 4 Getah kopal yang dihasilkan
Sementara itu dalam hal pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, produktivitas
kopal yang dihasilkan mengindikasikan bahwa hasil tersebut sangat mungkin
untuk dapat dimafaatkan jika dilihat dari segi hasil produktivitas yang didapatkan.
Dimana jika di asumsikan seluruh pohon agathis yang ada di PT. Inhutani II Unit
Malinau dilakukan penyadapan, maka produksi kopal yang dihasilkan sebesar
214.84 gr/petak/hari dengan menggunakan stimulan dan 127.47 gr/petak/hari
tanpa menggunakan stimulan. Hal ini berdasarkan data produktivitas yang
didapatkan serta jumlah pohon agathis yang ada dalam areal kerja PT. Inhutani II.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui pula potensi pendapatan yang akan
diterima PT. Inhutani II dengan asumsi seluruh getah hasil sadapan dijual, yaitu
sebesar Rp. 3 007/hari/petak dengan menggunakan stimulan dan Rp. 1 784.58
/hari/petak tanpa stimulan pada kisaran harga jual kopal per kg Rp. 14 000,Namun untuk memanfaatkan atau mengembangkan kopal sebagai salah satu hasil
hutan bukan kayu pada skala tertentu sangat tidak memungkinkan. Hal ini terkait
mengenai potensi pohon agathis yang ada, aksesibilitas, pemasaran dan tenaga
kerja.
Aksesibilitas dan potensi pohon yang ada menjadi penyebab sulitnya
untuk memanfaatkan kopal tersebut. Dalam hal aksesibilitas pohon agathis yang
ada memiliki lokasi yang sangat sulit untuk dijangkau. Pada hasil pendugaan
potensi pohon agathis, jumlah jenis agathis yang ada sangat terbatas dan hanya
berada pada petak tertentu yang di golongkan sebagai hutan produksi terbatas
akibat areal yang sulit untuk dijangkau. Penyebaran agathis lainnya sangat tidak
menentu dalam kawasan desa penelitian, agathis cenderung berada pada puncak
gunung yang memiliki aksesibilitas sulit untuk mencapainya. Namun di lokasi
tersebut jumlahnya pun sangat terbatas.
Faktor lain seperti pemasaran dan tenaga kerja umumnya juga sulit untuk
dilakukan. Pemasaran mengenai kopal di daerah Malinau belum pernah dilakukan,

13
hal ini tentu terkait belum diketahuinya kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan
kayu yang dapat dimanfaatkan. Di sisi tenaga kerja, jauhnya lokasi yang ditempuh
dan sulitnya akses menuju lokasi tentu saja membuat pekerja kesulitan jika hanya
melakukan penyadapan kopal di areal tersebut sebab telah diketahui bahwa jarak
desa terdekat yang warganya dapat diharapkan sebagai penyadap kopal memiliki
lokasi sangat jauh yaitu memerlukan waktu sekitar 2 sampai 3 jam untuk menuju
blok kerja PT. Inhutani Unit Malinau. pemanfaatan kopal sebagai salah satu hasi
hutan bukan kayu tentu saja dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu
melakukan budidaya jenis agathis tersebut mengingat potensi yang dihasilkan
cukup tinggi, namun hal ini memerlukan waktu yang lama.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jenis agathis yang berada di wilayah PT. Inhutani II Unit Malinau
Kalimantan Utara adalah Agathis borneensis warb. Hal ini didapatkan setelah
dilakukannya pembuatan herbarium dengan cara pengambilan spesimen berupa
daun dan buah yang diidentifikasi lebih lanjut di Pusat Penelitian Biologi, LIPI
Bogor. Potensi pohon agathis yang berada di PT. Inhutani II Unit Malinau
Kalimantan Utara sangat terbatas, dimana pohon jenis agathis yang ada hanya
didapatkan pada petak-petak tertentu yang umumnya sulit dijangkau.
Tingkat produktivitas kopal yang dihasilkan selama 9 periode panen
ummnya berfluktuatif. Rata-rata produktivitas kopal yang dihasilkan sebesar
10.23 gram/quarre/hari pada perlakuan menggunakan stimulan dan 6.07
gram/quarre/hari pada perlakuan tanpa stimulan, sehingga dalam hal ini pengaruh
pemberian stimulan sangat nyata terhadap produktivitas kopal yang dihasilkan.
Saran
1. Rendahnya potensi pohon agathis yang berada di wilayah Malinau membuat
pemanfaatan kopal sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu sulit untuk
dilakukan.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kualitas getah yang dihasilkan
oleh jenis Agathis borneensis sehingga dapat memberikan gambaran atau
informasi mengenai hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Awalia RR. 2011. Pengaruh penggunaan stimulansia organik dan zat pengatur
tumbuh (ZPT) terhadap produktivitas penyadapan kopal di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2001. Statistik Kehutanan Indonesia 2001.
Jakarta (ID): Departemen Kehutanan.

14
[Kemenhut] Kementrian Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2009.
Jakarta (ID): Kementrian Kehutanan.
Lempang L. 1997. Uji beberapa pola sadap untuk menduga produksi kopal dari
pohon Agathis spp. Buletin Penelitian Hasil Hutan 2(1) : 15-52.
Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 2005. Atlas Kayu Indonesia
Jilid I. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Perum Perhutani. 2007. Statistik Tahun 2002-2006. Bogor (ID): Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Kehutanan.
Putri IOA. 2011. Pengaruh cara pemberian ETRAT 1240 terhadap produktivitas
penyadapan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soesilotomo. 1992. Pemuliaan pohon damar (Agathis loranthifolia salisb) di KPH
Probolinggo (ID). Duta Rimba 18(163-164): 43
Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr.

15
Lampiran 1 Produktivitas kopal tanpa stimulan
Berat Kopal (gram/panen)

Pohon
Contoh

Diameter
(cm)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

55.10

10

3

10

5

19

10

18

30

25

2

63.70

5

5

18

32

38

30

32

30

28

3

64.65

78

40

23

41

65

60

62

62

58

4

65.92

15

15

18

18

30

35

25

40

30

5

100.32

5

9

20

18

38

45

39

45

68

6

114.65

15

5

15

18

22

15

19

10

25

7

57.96

35

15

5

17

35

30

60

58

25

8

101.91

12

15

45

45

55

48

58

50

50

9

108.28

4

18

73

22

80

62

85

88

85

10

63.69

2

4

5

10

11

18

25

50

55

11

109.87

30

15

5

17

15

62

70

78

95

12

73.57

30

18

10

10

55

22

25

45

52

13

43.31

18

13

12

15

25

15

22

42

25

14

68.79

9

22

8

10

11

5

10

15

15

15

108.28

30

28

42

41

55

35

38

45

45

19.87

13.87

20.60

21.27

34.27

32.80

39.20

45.87

45.40

Rata-Rata

16
Lampiran 2 Produktivitas kopal dengan stimulan
Berat Kopal (gram/panen)

Pohon
Contoh

Diameter
(cm)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

117.83

20

17

62

72

65

105

88

68

90

2

119.43

8

21

35

45

53

50

48

40

40

3

140.10

15

11

41

58

62

63

62

48

65

4

94.90

59

33

55

50

62

50

55

25

52

5

101.27

40

10

11

12

60

52

50

52

52

6

101.91

63

90

90

49

62

82

80

90

80

7

35.03

3

9

18

40

42

11

35

45

30

8

113.69

50

13

13

25

62

28

65

58

48

9

60.51

35

25

70

50

65

70

82

68

72

10

89.81

100

60

80

50

68

55

75

58

58

11

100.00

28

35

42

82

63

67

75

65

58

12

100.31

8

10

18

42

15

52

58

40

60

13

78.98

11

25

95

72

82

68

78

72

55

14

69.75

69

52

60

40

48

52

42

42

60

15

93.83

29

20

15

55

75

72

70

68

65

35.87

28.73

47.00

49.47

61.60

58.47

64.20

55.93

59.00

Rata-Rata

17
Lampiran 3 Produksi hasil hutan bukan kayu

18
Lampiran 4 Surat keterangan hasil identifikasi

19
Lampiran 5 Dokumentasi penelitian

Getah Agathis sp.

Hutan desa Long Lore

Buah Agathis sp.

Penyadapan pohon Agathis sp.

Pohon Agathis sp.

Pemberian stimulan pada Agathis sp.

20
Lampiran 6 Alat penelitian

Kudikoni

Gunting seng

Pengambil getah

Sprayer

Oven

Sasak

21

Lampiran 7 Perhitungan
1. Tanpa stimulan
Total produksi 9x panen (5 hari)
= 298.05 + 208.5 + 309 + 319.5 + 514.05 + 492 + 588 + 688.05 + 681
= 4097.7 gram
Produksi tiap panen (5 hari)
= 4097.7 gram : 9
= 455.3 gram
Produksi tiap pohon
= 455.3 gram : 15
= 30.353 gram/pohon
= 6.07 gram/pohon/hari
Produksi dengan asumsi seluruh pohon agathis disadap
= produksi tiap pohon × rata-rata jumlah pohon tiap petak
= 6.07 gram/pohon/hari × 21 pohon
= 127.47 gram/petak/hari
Potensi pendapatan yang dihasilkan (harga kopal Rp. 14 000/kg)
= 0.12747 kg/petak/hari × Rp. 14 000/kg
= Rp. 1 785/hari/petak

2. Dengan Stimulan
Total produksi 9x panen (5 hari)
= 538.05 + 430.95 + 705 + 742.05 + 924 + 877.05 + 963 + 838.95 + 885
= 6903.15 gram
Produksi tiap panen (5 hari)
= 6903.15 gram : 9
= 767.01 gram

22
Produksi tiap pohon
= 767.01 gram : 15
= 51.134 gram/pohon
= 10.23 gram/pohon/hari
Produksi dengan asumsi seluruh pohon agathis disadap
= produksi tiap pohon × rata-rata jumlah pohon tiap petak
= 10.23 gram/pohon/hari × 21 pohon
= 214.84 gram/petak/hari
Potensi pendapatan yang dihasilkan (harga kopal Rp.14 000/kg)
= 0.21484 kg/petak/hari × 14 000/kg
= Rp. 3 007/hari/petak

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 10 November 1991 dari ayah
Johan Effendi dan ibu Winnianti. Penulis adalah putra pertama dari dua
bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Bhakti Idhata Jakarta dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) dan
diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama
mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi anggota koperasi mahasiswa IPB
pada tahun 2009, anggota Islamic Student Centre 2010, anggota dan pengurus
Forest Management Student Club pada tahun 2011-2012 divisi Infokom,. Selain
itu penulis juga pernah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Pangandaran-Gunung Sawal, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT.
Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB penulis menyelesaikan
studi dengan membuat karya ilmiah atau skripsi berjudul Penyadapan Kopal di PT.
Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan Utara.