Luas Keterbukaan Areal Akibat Penebangan dengan Intensitas Rendah di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Malinau Kalimantan Utara

LUAS KETERBUKAAN AREAL AKIBAT PENEBANGAN
DENGAN INTENSITAS RENDAH DI IUPHHK-HA
PT. INHUTANI II MALINAU KALIMANTAN UTARA

WILDA YUNITRA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Luas Keterbukaan
Areal Akibat Penebangan dengan Intensitas Rendah di IUPHHK-HA PT.
Inhutani II Malinau Kalimantan Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Wilda Yunitra
NIM E14100078

ii

ABSTRAK
WILDA YUNITRA. Luas Keterbukaan Areal Akibat Penebangan dengan
Intensitas Rendah di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimanatan
Utara. Dibimbing oleh AHMAD BUDIAMAN
Penebangan dan penyaradan memiliki potensi untuk menciptakan
keterbukaan areal hutan. Keterbukaan areal hutan menimbulkan beberapa dampak
negatif, seperti penurunan kualitas tanah hutan dan juga mengganggu kesehatan
hutan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung luas areal terbuka akibat
penebangan dengan intensitas rendah. Plot yang digunakan adalah plot lingkaran
dengan luas yang tidak tetap. Jumlah plot contoh sebanyak 15 plot. Luas
keterbukaan areal dihitung dengan cara mengukur luas areal pada selang 1 meter
dari pangkal pohon yang rebah sampai ke daerah terluar yang terkena dampak,

sedangkan pengukuran luas keterbukaan tajuk dilakukan pada dua titik
pengukuran yaitu pada ½ tinggi bebas cabang (STBC) dan ½ tinggi tajuk (STT)
sebelum dan setelah penebangan. Rata-rata luas keterbukaan areal akibat tebangan
pohon dengan intensitas rendah (0.38 pohon/ha) adalah 0.03 ha, sedangkan ratarata besarnya keterbukaan tajuk sebelum penebangan sebesar 0.06 m2 dan
keterbukaan tajuk setelah tebangan adalah 0.64 m2.
Kata kunci: intensitas tebang, keterbukaan areal, keterbukaan tajuk

ABSTRACT
WILDA YUNITRA. The Extend of Open Area caused by Low Intensity Logging
in IUPHHKA-HA PT. Inhutani II, Malinau Unit North Kalimantan. Supervised by
AHMAD BUDIAMAN.
Logging and skidding have potention to create an open area. Open area can
cause negative impactssuch as land quality degradation, shoot hamper and harried
forest health. The objective of this research is to calculate the extent of open area
caused by low intensity logging. The plot type that used iscircular plot withnon
permanent extend. Total plot that used was 15. The extent of open area was
calculated by measuring the open area in a range of 1 meter from the felled tree
stump to the outermost areaaffected, meanwhile the measurement of open crown
was done on two measuring points, namely on the half of the branch height and on
the half of the crown weight before and after the logging. The rate of open area

caused by logging with low intensity logging (0.38 trees/ha) is 0.03 ha whereas
the rate of open crown before logging is 0.06 m2 and the rate of open crown after
logging is 0.64 m2 .
Keywords: logging intensity, open area, open crown

LUAS KETERBUKAAN AREAL AKIBAT PENEBANGAN
DENGAN INTENSITAS RENDAH DI IUPHHK-HA
PT. INHUTANI II MALINAU KALIMANTAN UTARA

WILDA YUNITRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

iv

Judul Skripsi : Luas Keterbukaan Areal Akibat Penebangan dengan Intensitas
Rendah di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Malinau Kalimantan
Utara
Nama
:Wilda Yunitra
NIM
:E14100078

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc. Forst. Trop
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc. Forst. Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Judul Skripsi ini
adalah Luas Keterbukaan Areal Akibat Penebangan dengan Intensitas Rendah di
IUPHHK-HA PT. INHUTANI II Unit Malinau Kalimantan Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc.
Forst.Trop Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan
dan arahan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada PT. INHUTANI
II Unit Malinau beserta Staf yang telah mengijinkan dan membantu penulis, baik
dari segi materil maupun tenaga selama pelaksanaan penelitian. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Kakak, serta seluruh keluarga
atas dukungan, doa dan kasih sayang, serta kepada teman-teman Manajemen
Hutan 47 dan semua pihak yang telah memberikan doa dan dukungan.

Semoga Skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

Wilda Yunitra

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vii

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Waktu dan Tempat


2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

2

Batasan Indek Penebangan

2

Jenis dan Sumber Data

2

Jumlah Pohon Contoh


2

Bentuk dan Ukuran Plot

3

Pengukuran Kemiringan Lahan

4

Luas Keterbukaan Tajuk Sebelum dan Sesudah Penebangan

4

Pengukuran Luas Keterbukaan Areal

4

Keterangan:


5

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

6

Statistik Plot Contoh

6

Luas Plot Contoh


6

Kemiringan Lapangan Plot Contoh

6

Karakteristik Tajuk Pohon Contoh

6

Tinggi Tajuk Pohon

6

Diameter Tajuk Pohon

7

Luas Keterbukaan Tajuk

8

Luas Keterbukaan Tajuk Sebelum Penebangan

8

viii

Luas Keterbukaan Tajuk Setelah Penebangan
Keterbukaan Areal Hutan

8
9

Luas Keterbukaan Areal Akibat Penebangan

9

Panjang Dampak Keterbukaan Areal Hutan

9

Variabel Penentu Keterbukaan Areal Hutan

10

SIMPULAN DAN SARAN

11

Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Panjang kelas untuk setiap kelasdiameter pohon yang ditebang
2 Kemiringan lapangan plot contoh di lokasi penelitian
3 Luas keterbukaan tajuk sebelum penebangan
4 Luas keterbukaan tajuk setelah penebangan.
5 Luas keterbukaan tajuk sebelum dan sesudah penebangan
6 Luas keterbukaan areal akibat penebangan
7 Analisis varian pada variabel penentu keterbukaan areal hutan

3
6
8
8
9
9
10

DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk plot lingkaran yang digunakan pada penelitian
2 Peletakan titik pengukuran luas tajuk pada setiap jalur sebelum tebangan
3 Ilustrasi pengukuran luas keterbukaan areal akibat penebangan pohon
4 Sebaran tinggi tajuk pohon pada 15 pohon contoh
5 Sebaran diameter tajuk pohon pada 15 pohon contoh
6 Sebaran panjang dampak keterbukaan areal pada 15 pohon contoh

3
4
5
7
7
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data pohon contoh
2 Data luas plot contoh
3 Luas keterbukaan areal akibat tebangan
4 Luas keterbukaan tajuk sebelum penebangan
5 Luas keterbukaan tajuk setelah penebangan
6 Hasil regresi linier berganda

13
14
15
16
17
18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan pemanenan hutan merupakan salah satu kegiatan yang penting
dalam pengelolaan hutan, karena kegiatan ini merupakan penentu hasil akhir dari
kegiatan pengusahaan hutan yang menggunakan prinsip memaksimalkan hasil
panen dan meminimalkan kerusakan lingkungan. Kegiatan penebangan pohon
merupakan tahap awal kegiatan pemanenan hutan dan dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif terhadap lingkungan seperti keterbukaan areal,
kerusakan tegakan tinggal dan limbah pemanenan.
Luas areal yang terbuka akibat penebangan pohon merupakan luas lahan
terbuka akibat rebahnya pohon yang mengikut sertakan juga rebahnya pohon lain
karena tertimpa oleh pohon yang ditebang. Keterbukaan areal hutan dapat
mengakibatkan terjadinya erosi tanah, peningkatan invasi spesies lain yang tidak
diinginkan atau jenis pionir, penurunan kesuburan tanah, dan mempengaruhi
kesehatan hutan.
Kegiatan pemanenan hutan alam belum sepenuhnya menggunakan praktek
yang benar, sehingga dapat menyebabkan terjadinya keterbukaan areal yang besar.
Wijayanti (2013) melaporkan bahwa luas keterbukaan areal pada pengusahaan
hutan alam dengan intensitas penebangan 0.46 pohon/ha sebesar 0.03 ha. Dawkins
(1959) diacu dalam Wiradinata dan Widarmana (1980) melaporkan bahwa setiap
penebangan satu pohon di hutan tropika basah akan memberikan kerusakan paling
sedikit 0.02 ha. Areal yang terbuka akibat tebangan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kerapatan pohon, kemiringan lapangan dan teknik pemanenannya.
Penelitian keterbukaan areal akibat penebangan dengan intensitas rendah,
terutama pada pengusahaan hutan alam tropik masih jarang dilakukan. Penelitian
keterbukan areal akibat penebangan pada hutan tropik sebagian dilakukan pada
penebangan dengan intensitas tinggi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung luas areal terbuka akibat
penebangan dengan intensitas rendah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai luas
keterbukaan areal yang disebabkan oleh penebangan pohon pada pengusahaan
hutan alam. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk perusahaan dalam membuat perencanaan kegiatan
pemanenan hutan dalam rangka meminimalkan luas areal yang terbuka akibat
penebangan.

2

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di petak 149 Rencana Kerja Tahunan (RKT)
2014 PT. Inhutani II, Unit Manajemen Hutan Alam Malinau, Kabupaten Malinau,
Kalimantan Utara pada bulan April - Mei 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pita meter, phiband dan
pita ukur, haga hypsometer, GPS, kompas, tali tambang, patok, tally sheet serta
alat tulis, software microsoft office excel, planimeter, kamera, cat dan label. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan alam.
Prosedur Penelitian
Batasan Indek Penebangan
Budiarta (2001) menyampaikan pengklasifikasian intensitas penebangan
sebagai berikut:
1. Rendah (low) dengan jumlah pohon ditebang ≤ 5 pohon/ha
2. Sedang (medium) dengan jumlah pohon ditebang 6-9 pohon/ha
3. Tinggi (high) dengan jumlah pohon ditebang ≥ 10 pohon/ha
Berdasarkan pengklasifikasian intensitas penebangan, maka pada penelitian ini
intensitas penebangan yang digunakan adalah intensitas penebangan rendah (0.38
pohon/ha).
Jenis dan Sumber Data
Terdapat dua jenis sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil
pengukuran / pengamatan langsung di lapangan. Data primer berupa diameter,
jenis pohon, tinggi pohon (tinggi total dan tinggi bebas cabang), lebar tajuk dan
luas areal yang terbuka akibat pohon yang ditebang. Data sekunder merupakan
data yang diperoleh dari laporan hasil cruising (LHC) dan kondisi umum
perusahaan.
Jumlah Pohon Contoh
Penentuan jumlah pohon contoh dihitung berdasarkan data LHC pada petak
149 RKT 2014. Jumlah pohon contoh dihitung dengan menggunakan rumus
Cochran (1997) :

n0 =

t(

.Sy.100
2,dbf)
(SE.ӯ)

2

3

Keterangan:
n0
t(α/2,dbf)
Sy
SE
ӯ

= Jumlah pohon contoh
= Nilai tabel t-student (dianggap 2)
= Simpangan baku contoh
= Sampling error maksimum (15%)
= Rata-rata contoh

Berdasarkan data LHC diperoleh diameter rata-rata pohon yang akan
ditebang adalah 58.11 cm dan simpangan baku sebesar 17.71 cm, sehingga
didapatkan jumlah pohon contoh sebanyak 15 pohon. Pohon contoh ini
merupakan titik pusat plot contoh, sehingga jumlah plot contoh sebanyak 15 plot.
Pohon contoh ini selanjutnya ditebang (dengan intensitas penebangan sebesar 0.38
pohon/ha). Ke-15 plot contoh selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga kelas
diameter, yaitu kelas diameter kecil (KDK), kelas diameter sedang (KDS) dan
kelas diameter besar (KDB) (Tabel 1 dan Lampiran 1).
Tabel 1 Panjang kelas untuk setiap kelas diameter pohon yang ditebang
Panjang kelas
diameter (cm)
40-80
81-120
121-160

Kelas diameter
Kecil (KDK)
Sedang (KDS)
Besar (KDB)

Jumlah pohon
5
5
5

Bentuk dan Ukuran Plot
Bentuk plot yang digunakan pada penelitian ini adalah plot lingkaran yang
berjari-jari dua kali tinggi total pohon pusat atau dikenal variable radius circular
plot (plot lingkaran dengan ukuran jari-jari tidak tetap). Luas plot contoh
tergantung dari tinggi total pohon, semakin tinggi pohon maka luas plot contoh
juga akan semakin besar. Bentuk plot contoh dapat dilihat pada Gambar 1.

R

Ket:
= Pohon pusat
R = Jari-jari lingkaran (2X
tinggi pohon)

Gambar 1 Bentuk plot lingkaran yang digunakan pada penelitian
Panjang dan Jumlah Kelas pada Karakteristik Tajuk Pohon Contoh
Panjang kelas untuk karakteristik tajuk pada 15 pohon contoh ditentukan
berdasarkan rumus berikut (Supangat 1997):
P=

R
b

4

Keterangan:
P = Panjang kelas
R = Xmax-Xmin
B = Banyak kelas, diperoleh dari 1 + 3.3 log
Pengukuran Kemiringan Lahan
Langkah-langkah dalam pengukuran kemiringan lapangan di dalam plot
adalah sebagai berikut:
1. Mengukur jarak lapang dalam plot
2. Mengukur persen kemiringan tanah dengan menggunakan clinometer
3. Menghitung jarak datar dalam plot berdasarkan jarak lapang dan persen
kemiringan.
Luas Keterbukaan Tajuk Sebelum dan Sesudah Penebangan
Pengukuran luas keterbukaan tajuk dilakukan saat sebelum dan sesudah
penebangan. Pengukuran dilakukan pada dua titik, yaitu pada ½ tinggi tajuk
(STT) dan ½ tinggi bebas cabang (STBC). Peletakan titik sebelum penebangan
dilakukan dengan membagi plot ke dalam delapan jalur, dimana pada masingmasing jalur diberi tanda pada dua lokasi titik pengukuran. Pengukuran luas
keterbukaan tajuk setelah penebangan dilakukan hanya pada satu jalur saja dan
tergantung pada arah rebah pohon. Pengukuran luas keterbukaan tajuk sebelum
dan sesudah penebangan disajikan pada Gambar 2.

STT
STBC

Gambar 2 Peletakan titik pengukuran luas tajuk pada setiap jalur sebelum
tebangan
Pengukuran Luas Keterbukaan Areal
Pengukuran luas areal terbuka akibat penebangan dilakukan pada setiap
pohon yang telah direbahkan. Menurut Schliemann dan Bockheim (2011)
disebutkan bahwa terdapat dua jenis keterbukaan areal akibat pohon rebah, yaitu
keterbukaan akibat tajuk dan keterbukaan yang diperluas. Keterbukaan akibat
tajuk merupakan keterbukaan areal yang disebabkan oleh tajuk pohon yang

5

ditebang, sedangkan keterbukaan yang diperluas merupakan keterbukaan areal
yang disebabkan oleh tajuk pohon yang ditebang, sehingga menimpa vegetasi lain
yang ada disekitarnya. Pada penelitian ini keterbukaan yang digunakan adalah
katerbukaan yang diperluas. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur luas
areal pada selang 1 meter dari pangkal pohon yang rebah sampai ke daerah terluar
yang terkena dampak. Bentuk dan cara pengukuran areal terbuka akibat
penebangan disajikan pada Gambar 3.

Garis Sumbu Pohon

Gambar 3 Ilustrasi pengukuran luas keterbukaan areal akibat penebangan pohon
Keterangan:
L1, L2,L3 = Luas areal terbuka pada kiri dan kanan pohon pada selang 1 m
Analisis Data
1. Regresi Linier
Keterbukaan areal hutan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor (diameter
pohon, tinggi pohon, diameter tajuk dan kelerengan). Untuk mengetahui
hubungan antara beberapa faktor dengan keterbukaan areal hutan digunakan
regresi linier. Regresi linier adalah analisis statistik yang digunakan untuk
mengetahui hubungan fungsional antara variabel bebas (diameter pohon, tinggi
pohon, diameter tajuk dan kelerengan) dengan variabel terikat (keterbukaan areal
hutan).
Regresi yang digunakan pada penelitian ini berupa regresi linier berganda
dengan rumus sebagai berikut (Kutner, Nachtsheim dan Neter, 2004) :
Yi =

0

+

1 X i1

+

2 X i2

+ …+

p−1 X i,p−1

Hipotesa yang diuji: F hitung ≤ Fα(v1,v2)  terima H0 (tidak berpengaruh)
F hitung > Fα(v1,v2)  tolak H0 (berpengaruh)
Keterangan:
Yi
= Variabel tidak bebas untuk pengamatan ke-i, i = 1,2,...,n.
β0
= Nilai konstanta
β1,β2,... βp-1
= Parameter ke 1, 2...n
Xi1, Xi2,.. Xi,p-1
= Variabel bebas ke 1, 2 ... n
Fα(v1,v2)
= Ftabel (3.47)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.SK 664/MenhutII/2011 tanggal 24 November 2011, luas areal IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit
Malinau adalah 29.040 ha dengan luas pada petak 149 sebesar 100 ha.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951), iklim di areal PT. Inhutani
II Unit Malinau termasuk tipe iklim A. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan
Geofisika, curah hujan rata-rata tahunan adalah 3146 mm/tahun. Sediaan tegakan
jenis komersial berdiameter ≥ 40 cm adalah 17.65 pohon/ha, sedangkan sediaan
tegakan jenis komersial berdiameter ≥ 50 cm adalah 12.11 pohon/ha.
Statistik Plot Contoh
Luas Plot Contoh
Jumlah plot contoh pada penelitian ini sebanyak 15 plot. Luas rata-rata dari
15 plot contoh sebesar 2.61 ha, dengan luas terbesar 3.35 ha dan yang terkecil
sebesar 1.81 ha. Plot contoh dengan luas 1.8-2.16 ha memiliki jumlah plot banyak
(26.67%), sedangkan luas plot 3.2 -3.60 ha memiliki persentase sedikit (13.33%).
Pada 15 plot contoh diperoleh tinggi rata-rata pohon contoh sebesar 45.3 m,
dengan pohon tertinggi sebesar 53 m dan yang terkecil sebesar 38 m. Tinggi
pohon merupakan acuan dalam membuat plot contoh, semakin tinggi pohon
contoh maka luas plot akan semakin besar.
Kemiringan Lapangan Plot Contoh
Rata-rata kemiringan lapangan plot contoh adalah 13.03%. Plot contoh
dengan kemiringan 0-8% memiliki jumlah plot terbanyak (7 plot), sedangkan
kelerengan 25-45% memiliki jumlah plot sedikit (1 plot). Klasifikasi kemiringan
lapangan plot contoh disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kemiringan lapangan plot contoh di lokasi penelitian
Kelas
kemiringan
1
2
3
4
5
Jumlah

Kemiringan
lapangan
(%)
0-8
8-15
15-25
25-45
>45

Jumlah plot contoh

Keterangan
Datar
Landai
Agak curam
Curam
Sangat curam

n
7
2
5
1
0
15

(%)
46.67
13.33
33.33
06.67
00.00
100

Karakteristik Tajuk Pohon Contoh
Tinggi Tajuk Pohon
Rata-rata tinggi tajuk pohon dari 15 pohon contoh adalah 15.07 m, dengan
tajuk tertinggi 19.00 m dan tajuk terendah 10.00 m. Tinggi tajuk dengan sebaran
10.00-12.24 m memiliki persentase paling kecil (13.33%), sedangkan tinggi tajuk

7

dengan sebaran 14.50-16.74 m memili persentase paling banyak (33.33%).
Sebaran tinggi tajuk disajikan pada Gambar 4 dan Lampiran 1.

33.33

35.00

persentase %

30.00

26.67

25.00
20.00
20.00
15.00

13.33

10.00
5.00
0.00
10,00-12,24

12,25-14,49

14,50-16,74

16,75-19,00

kelas tinggi tajuk pohon (m)

Gambar 4 Sebaran tinggi tajuk pohon pada 15 pohon contoh
Diameter Tajuk Pohon
Diameter tajuk rata-rata dari 15 plot contoh adalah 14.64 m, dengan
diameter terkecil 9.40 m dan diameter terbesar 19.66 m. Kelas diameter antara
11.45–13.49 m memiliki persentase kecil (6.67%), sedangkan diameter 15.50–
15.54 m memiliki persentase paling besar (46.67%). Sebaran diameter tajuk
disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran 1.
50.00

46.67

45.00
40.00
persentase %

35.00
30.00
25.00

20.00

20.00
15.00
10.00

13.33

13.33
6.67

5.00
0.00
9,40-11,44 11,45-13,49 13,50-15,54 15,55-17,59 17,60-19,66
kelas diameter tajuk pohon (m)

Gambar 5 Sebaran diameter tajuk pohon pada 15 pohon contoh

8

Luas Keterbukaan Tajuk
Luas Keterbukaan Tajuk Sebelum Penebangan
Keterbukaan tajuk tidak hanya terjadi setelah penebangan, tetapi juga
sebelum penebangan. Keterbukaan tajuk sebelum penebangan merupakan suatu
celah yang terdapat pada tajuk-tajuk pohon, dimana pada pohon tersebut belum
dilakukan penebangan. Besarnya luas keterbukaan tajuk sebelum penebangan
disajikan pada Tabel 3 dan Lampiran 4.
Tabel 3 Luas keterbukaan tajuk sebelum penebangan
Kelas Diameter
KDK
KDS
KDB

Luas Keterbukaan Tajuk (m2/pohon)
STBC
0.05
0.06
0.04

STT
0.07
0.08
0.08

Dari Tabel 3 diketahui luas keterbukaan terbesar pada STBC adalah 0.06 m2
pada kelas diameter sedang, sedangkan yang terkecil adalah 0.04 m2 pada kelas
diameter besar. Pada STT, keterbukaan paling besar adalah 0.08 m2 pada kelas
diameter sedang dan besar, sedangkan yang terkecil 0.07 m2 pada kelas diameter
kecil. Hasil ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik tajuk hutan yang berbeda
beda. Pada lokasi titik pengukuran diketahui titik STT memiliki luas keterbukaan
tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan STBC.
Luas Keterbukaan Tajuk Setelah Penebangan
Dari Tabel 4 diketahui luas keterbukaan paling besar adalah 0.59 m2 pada
STBC dan 0.90 m2 pada STT (pada kelas diameter besar), sedangkan luas
keterbukaan paling kecil pada STT adalah 0.50 m2 pada kelas diameter kecil dan
sedang, pada STT adalah 0.68 m2 pada kelas diameter kecil. Hasil ini menunjukan
kelas diameter besar memiliki luas keterbukaan paling besar dibandingkan kelas
diameter lainnya. Besarnya luas keterbukaan tajuk setelah penebangan disajikan
pada Tabel 4 dan Lampiran 5.
Tabel 4 Luas keterbukaan tajuk setelah penebangan
Kelas Diameter
KDK
KDS
KDB

Luas Keterbukaan Tajuk (m2/pohon)
STBC
STT
0.50
0.68
0.50
0.70
0.59
0.90

Terdapat perbedaan besar antara luas keterbukaan tajuk sebelum dan
sesudah penebangan. Besarnya luas tajuk terbuka sebesar 0.48 m2 pada STBC dan
0.68 m2 pada STT. Luas tajuk yang terbuka lebih besar pada STT dibandingkan
dengan STBC. Hasil ini menunjukan luas keterbukaan setelah penebangan
menghasilkan luas keterbukaan tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan

9

sebelum penebangan. Perbandingan antara luas keterbukaan sebelum dan sesudah
penebangan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Luas keterbukaan tajuk sebelum dan sesudah penebangan
Tebangan
Sebelum
Sesudah
Total Tajuk Terbuka

Luas Keterbukaan Tajuk (m2/pohon)
STBC
STT
0.05
0.08
0.53
0.76
0.48
0.68

Keterbukaan Areal Hutan
Luas Keterbukaan Areal Akibat Penebangan
Dari Tabel 6 dan Lampiran 3 diketahui keterbukaan areal paling besar
adalah 0.05 m2 pada kelas diameter besar, sedangkan luas keterbukaan areal
paling kecil adalah 0.02 ha pada kelas diameter sedang. Hasil ini menunjukan
bahwa kelas diameter besar tidak selalu menyebabkan luas keterbukaan areal yang
besar, seperti yang disampaikan Sularso (1996) yang menyebutkan bahwa
kerapatan tegakan, diameter dan tinggi pohon yang ditebang, bentuk tajuk,
kemiringan lapangan, intensitas penebangan, teknik penebangan dan tanaman
melilit merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan areal hutan
akibat penebangan.
Tabel 6 Luas keterbukaan areal akibat penebangan
Kelas Diameter
KDK
KDS
KDB

Keterbukaan Areal (ha/pohon)
0.03
0.02
0.05

rata-rata total (ha)
0.03

Dawkins (1959) diacu dalam Wiradinata dan Widarmana (1980)
melaporkan bahwa setiap penebangan satu pohon di hutan tropika basah akan
memberikan kerusakan paling sedikit 0.02 ha pada vegetasi disekelilingnya.
Besarnya keterbukaan areal rata-rata yang diperoleh pada penelitian ini adalah
0.03 ha. Hasil ini menunjukan keterbukaan area pada penelitian ini lebih besar
dari yang disampaikan Wiradinata dan Widarmana (1980). Hal serupa juga
disampaikan oleh Wijayanti (2013) yang mendapatkan angka keterbukaan sebesar
0.03 ha, hasil ini menunjukan hasil yang sama dengan yang diperoleh pada
penelitian ini. Menurut Elias (1993) luas keterbukaan areal dengan teknik
konvensional dipengaruhi oleh jumlah persatuan luas yang ditebang, kemiringan
lahan, dan faktor manajemen.
Panjang Dampak Keterbukaan Areal Hutan
Penebangan tidak hanya membuka lahan, tetapi juga dapat merusak vegetasi
lain yang ada di sekitar pohon yang ditebang, seperti kerusakan semai, kerusakan

10

persentase %

tiang dan kerusakan pada pohon disekitarnya akibat rebahnya pohon yang
ditebang. Panjang dampak keterbukaan areal hutan disajikan pada Gambar 6.

50.00
45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00

46.67

20.00

20.00

6.67

6.67

38,95-43,78 43,79-48,62 48,63-53,46 53,47-58,30 58,31-63,14
kelas panjang dampak keterbukaan areal (m)
Gambar 6 Sebaran panjang dampak keterbukaan areal pada 15 pohon contoh
Panjang dampak keterbukaan areal akibat penebangan pohon memiliki ratarata sebesar 50.84 m, dengan dampak terpanjang 63.14 m dan dampak terpendek
38.95 m. Panjang dampak pada 38.95-43.78 m dan 58.31–63.14 m, memiliki
persentase paling keci (6.67%), sedangkan panjang dampak 48.63-53.46 m
memiliki persentase paling besar (46.67%). Panjang dampak keterbukaan areal
oleh penebangan pohon disajikan pada Gambar 6.
Variabel Penentu Keterbukaan Areal Hutan
Dalam mengetahui hubungan antara diameter pohon, tinggi pohon,
kemiringan lahan dan diameter tajuk dengan keterbukaan areal hutan digunakan
regresi linier berganda dengan melakukan uji F. Uji F yaitu uji untuk melihat
bagaimana pengaruh semua variabel bebasnya (diameter, tinggi, diameter tajuk
dan kemiringan lahan) secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya
(keterbukaan areal). Hasil yang diperoleh berupa tabel ANOVA yang disajikan
pada Tabel 7 dan Lampiran 6.
Tabel 7 Analisis varian pada variabel penentu keterbukaan areal hutan

Regression
Residual
Total

df

SS

MS

F

4
10
14

304534.55
461382.51
765917.06

76133.64
46138.25

1.65

Significance
F
0.24

Dari Tabel 7 diketahui bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1.65 < 3.47),
yang menunjukan terima H0. Hasil ini menunjukan bahwa secara simultan
(bersama-sama), diameter pohon, tinggi total pohon, diameter tajuk, dan
kemiringan tidak berpengaruh terhadap keterbukaan areal pada taraf nyata 5%.
Hasil ini dapat dipengaruhi oleh bentuk tajuk yang berbeda beda, kerapatan
tegakan, kesalahan peneliti pada saat pengukuran dan juga dapat disebabkan

11

karena variasinya yang belum cukup. Dari hasil uji yang dilakukan, maka
diperoleh persaman regresi sebagai berikut.
Y = 318.60 + 3.47 Xbd – 14.46 Xbt + 29.63 Xbdt– 8.016 Xbk

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat perbedaan keterbukaan tajuk yang besar antara sebelum
penebangan dan sesudah penebangan. Luas keterbukaan rata-rata tajuk sebelum
penebangan sebesar 0.06 m2, sedangkan setelah tebangan adalah 0.64 m2. Luas
keterbukaan areal hutan 330.96 m2. Keterbukaan areal tidak dipengaruhi oleh
diameter pohon, diameter tajuk, kemiringan lapangan dan tinggi total pohon.

Saran
1. Perlunya manajemen perencanaan dan pemantauan lebih seksama dalam
kegiatan pemanenan hutan untuk mengurangi keterbukaan areal dan
kerusakan akibat pemanenan kayu.
2. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai keterbukaan areal yang disebabkan
oleh kegiatan penyaradan kayu ke tempat penumpukan sementara (TPn).

DAFTAR PUSTAKA
Budiarta. 2001. Pengamatan tegakan tinggal setelah penebangan di PT Inhitani II,
Sub Unit Malinau, Kalimantan Utara [Laporan magang]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Cochran GW. 1997. Teknik Penarikan Sampel. Willey Jhon and Sons, penerjemah
Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Sampling Technique.
Elias. 1993. Kerusakan tegakan tinggal pada hutan tropika basah akibat
pemanenan kayu dengan sistem TPTI. Rimba Indonesia. 29(3-4):32-38.
Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor (ID): IPB PRESS. Bogor
Kutner MH, C.J. Nachtsheim, J. Neter. 2004. Applied Linear Regression Models.
New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Nasution AK. 2009. Keterbukaan areal dan kerusakan tegakan tinggal akibat
kegiatan penebangan dan penyaradan (studi kasus di PT. Austral Byna,
Kalimantan Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Pradata AA. 2012. Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan pohon di PT.
Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Schliemann SA, Bockheim JG. 2011. Methods for Studying Trefall Gaps : A
Review. Forest Ecology and Management 261 : 1143-1151.

12

Sularso N. 1996. Analisis kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu
terkendali dan konvensional pada sistem silvikultur tebang pilih tanam
indonesia (TPTI). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tidak
dipublikasikan.
Supangat A. 1997. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan
Nonparametrik. Jakarta (ID): Prenada Media Group.
Thaib J. 1986. Pengaruh Intensitas Penebangan dan Kelerengan Terhadap
Keterbukaan tanah. Journal Penelitian Hasil Hutan 2(4): 14-18.
Wijayanti A. 2013. Kerusakan Tingkat Tiang dan Pohon Akibat Penebangan
Intensitas Rendah di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan
Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Wiradinata S, Widarmana S. 1980. Perencanaan penebangan untuk mengurangi
limbahan dan kerusakan tegakan sisa. Makalah utama pada seminar
eksploitasi hutan LPHH – Bogor Hal.19 – 35.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pohon contoh

34.00

Lebar tajuk
terpendek
7.50

Lebar tajuk
terpanjang
11.64

Tinggi
tajuk
10.00

Diameter
tajuk
9.57

42.00

28.00

6.50

12.30

14.00

9.40

65.00

46.00

31.00

10.54

19.00

15.00

14.77

Meranti putih

73.50

40.00

26.00

14.92

24.39

14.00

19.66

Meranti merah

74.50

39.00

27.00

9.47

19.09

12.00

14.28

Keruing

92.36

43.00

28.00

9.50

19.43

15.00

14.47

Meranti merah

84.38

38.00

24.00

13.72

18.25

14.00

15.99

Meranti merah

83.00

49.00

34.00

10.45

17.25

15.00

13.85

Meranti putih

85.00

53.00

37.00

13.42

18.25

16.00

15.84

Meranti merah

104.50

50.00

35.00

10.83

18.67

15.00

14.75

Nyatoh

121.02

41.00

23.00

11.70

14.10

18.00

12.90

Kapur

128.50

47.00

30.00

11.45

18.50

17.00

14.98

Kapur

127.50

50.00

35.00

13.50

21.30

15.00

17.40

keruing

136.94

45.00

28.00

8.49

19.12

17.00

13.81

keruing

141.72

53.00

34.00

13.27

22.63

19.00

17.95

Kelas diameter

Jenis

D (cm)

Tt

Tbc

40-80

Keruing

75.80

44.00

Meranti Merah

72.00

Keruing

81-120

121-160

14
14

1

Lampiran 2 Data luas plot contoh

Nama pohon

Tinggi total (m)

Jari2 plot (m)

Luas plot (m2)

Luas plot (ha)

keruing

43.00

86.00

23223.44

2.32

keruing

44.00

88.00

24316.16

2.43

nyatoh

41.00

82.00

21113.36

2.11

meranti merah

42.00

84.00

22155.84

2.22

meranti merah

38.00

76.00

18136.64

1.81

meranti merah

49.00

98.00

30156.56

3.02

kapur

47.00

94.00

27745.04

2.77

keruing

46.00

92.00

26576.96

2.66

meranti putih

53.00

106.00

35281.04

3.53

meranti putih

40.00

80.00

20096.00

2.01

meranti merah

39.00

78.00

19103.76

1.91

kapur

50.00

100.00

31400.00

3.14

meranti merah

50.00

100.00

31400.00

3.14

keruing

45.00

90.00

25434.00

2.54

keruing

53.00

106.00

35281.04

3.53

13
15
Lampiran 3 Luas keterbukaan areal akibat tebangan
Plot

Luas areal yang terbuka
m2

Ha

%

1

187.60

0.02

0.81

2

168.00

0.02

0.69

3

754.40

0.08

3.57

4

145.60

0.01

0.66

5

184.00

0.02

1.01

6

300.80

0.03

1.00

7

252.40

0.03

0.91

8

177.20

0.02

0.67

9

277.60

0.03

0.79

10

788.00

0.08

3.92

11

188.40

0.02

0.99

12

261.20

0.03

0.83

13

266.80

0.03

0.85

14

232.00

0.02

0.91

15

780.40

0.08

2.21

1

16
16

Lampiran 4 Luas keterbukaan tajuk sebelum penebangan
Luas Keterbukaan Tajuk
1/2 Tbc

1/2 tajuk

plot

m2

%

m2

%

1

0.08

4.40

0.09

5.01

2

0.07

3.67

0.07

3.95

3

0.07

4.12

0.14

8.02

4

0.03

1.84

0.04

2.12

5

0.05

2.78

0.04

2.06

6

0.02

1.22

0.02

1.00

7

0.01

0.33

0.03

1.45

8

0.06

3.06

0.07

3.79

9

0.07

3.84

0.23

12.53

10

0.07

3.73

0.08

4.62

11

0.04

2.34

0.07

4.06

12

0.03

1.73

0.15

8.13

13

0.07

4.12

0.05

2.67

14

0.05

2.95

0.05

2.62

15

0.04

2.00

0.02

1.28

13
17
Lampiran 5 Luas keterbukaan tajuk setelah penebangan

Luas Keterbukaan Tajuk
1/2 Tbc
2

plot

m

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

0.47
0.25
0.67
0.21
0.54
0.79
0.51
0.49
0.41
1.16
0.40
0.49
0.30
0.60
0.66

1/2 tajuk
2

%

m

26.22
13.64
37.53
11.80
30.07
43.88
28.17
27.51
22.94
64.31
22.16
27.51
16.93
33.24
36.69

0.56
0.53
0.95
0.41
0.79
0.81
0.87
0.53
0.74
1.23
0.70
0.63
0.62
0.85
1.20

%
30.90
29.23
52.84
22.66
44.04
45.04
48.66
29.23
40.92
68.21
38.70
35.08
34.63
47.27
66.70

1

18

Lampiran 6 Hasil regresi linier berganda
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R
R Square
Adjusted R Square
Standard Error
Observations

0.630561446
0.397607737
0.156650832
214.798163
15

ANOVA
Regression
Residual
Total

df
4
10
14

SS
304534.5477
461382.5083
765917.056

MS
76133.64
46138.25

F
1.65012

Significance F
0.237018989

Intercept

Coefficients
318.6036703

Standard
Error
704.8667214

t Stat
P-value
0.452006 0.660911

Diameter
Tinggi Total
Diameter Tajuk
Kelerengan

3.465891884
-14.46264664
29.63363137
-8.01622088

2.56043676
14.24196027
23.89295212
7.432725467

1.353633
-1.0155
1.240267
-1.0785

0.205656
0.333809
0.243189
0.306136

Lower 95%
Upper 95%
-1251.93725 1889.144591
-2.239116715
-46.1957115
-23.6031833
-24.5773652

9.170900482
17.27041823
82.87044604
8.544923438

Lower
95,0%
-1251.93725
2.239116715
-46.1957115
-23.6031833
-24.5773652

Upper
95,0%
1889.144591
9.170900482
17.27041823
82.87044604
8.544923438

23
19

Lampiran 6 Hasil regresi linier berganda (Lanjutan)
RESIDUAL
OUTPUT

Observation
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Predicted
Keterbukaan
360.8989868
28.71128878
400.2139755
122.3963617
298.2893257
280.2125195
340.4104466
147.9529943
275.851657
533.6816413
425.6768901
503.6979811
339.3610168
370.7303065
536.3146082

Residuals
-173.2989868
139.2887112
354.1860245
23.20363833
-114.2893257
20.5874805
-88.01044665
29.24700565
1.748342952
254.3183587
-237.2768901
-242.4979811
-72.56101677
-138.7303065
244.0853918

PROBABILITY
OUTPUT
Percentile
3.333333333
10
16.66666667
23.33333333
30
36.66666667
43.33333333
50
56.66666667
63.33333333
70
76.66666667
83.33333333
90
96.66666667

Keterbukaan
145.6
168
177.2
184
187.6
188.4
232
252.4
261.2
266.8
277.6
300.8
754.4
780.4
788

Standard
Residuals
-0.95462
0.767272
1.951034
0.127817
-0.62956
0.113406
-0.48481
0.161107
0.009631
1.400913
-1.30704
-1.3358
-0.3997
-0.7642
1.344545

1

20
24

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Limbanang, Kabupaten 50 Kota Sumbar pada tanggal
14 Juni 1992 sebagai anak ke empat dari empat saudara pasangan Faisal dan Eli
Yusni. Penulis lulus dari SMA 1 Limbanang Sumatera Barat (2010) dan
melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Ujian Seleksi Masuk
IPB (USMI) (2010) dan pada tahun yang sama masuk Mayor Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Selama studi di IPB penulis aktif di
beberapa organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai anggota Forest Management
Student Club (FMSC), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), anggota Ikatan
Pelajar Mahasiswi Payakumbuh (IKMP).
Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Pangandaran
Gunung Sawal (PPEH) (2012), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat dan KPH Cianjur Perum Perhutani Unit II Jawa Barat
(2013) dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Malinau
Kalimantan Utara (2014). Penulis juga menjadi anggota dalam program pelatihan
pembuatan PKM.

23