Kayu sisa penebangan pohon dengan dua intensitas penebangan di iuphhk-ha pt inhutani ii malinau

KAYU SISA PENEBANGAN POHON DENGAN DUA
INTENSITAS PENEBANGAN DI IUPHHK-HA PT INHUTANI
II MALINAU

CAHYA FAISAL REZA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kayu Sisa Penebangan
Pohon dengan Dua Intensitas Penebangan di IUPHHK-HA PT Inhutani II
Malinau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Cahya Faisal Reza
NIM E14100141

ABSTRAK
CAHYA FAISAL REZA. Kayu Sisa Penebangan Pohon dengan Dua
Intensitas Penebangan di IUPHHK-HA PT Inhutani II Malinau. Dibimbing oleh
AHMAD BUDIAMAN.
Pemanenan kayu di pengusahaan hutan alam masih menghasilkan kayu sisa
yang relatif besar. Metode kuantifikasi yang sering digunakan untuk menduga
jumlah kayu sisa adalah metode pohon penuh (whole tree method). Metode ini
hanya menyediakan informasi kayu sisa pada individu pohon yang ditebang dan
tidak dapat mengetahui total jumlah kayu dalam satu satuan luas. Line intersect
method adalah metode yang lebih ekonomis dan sederhana untuk menghitung
jumlah kayu dalam satuan luas. Metode ini belum pernah diterapkan pada hutan
alam di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung jumlah kayu
sisa berdiameter ≥ 10 cm setelah kegiatan pemanenan kayu dan menganalisis
faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kayu sisa. Pengukuran kayu sisa

dilakukan pada plot contoh berbentuk lingkaran dengan luas plot tidak tetap. Ratarata luas plot contoh adalah 2.6 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
kayu sisa sebesar 135.96 m3/ha dan kayu sisa tebangan memiliki diameter < 35
cm sebesar 87.76%. Faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kayu sisa adalah
intensitas penebangan dan LBDS pohon yang ditebang.
Kata kunci: hutan alam, kayu sisa, pemanenan kayu, line intersect method

ABSTRACT
CAHYA FAISAL REZA. Wood Waste from Tree Harvesting on Two
Harvesting Intensities in IUPHHK-HA PT Inhutani II Malinau. Supervised by
AHMAD BUDIAMAN.
Timber harvesting in natural forest enterprises still produce a relatively large
wood waste. Quantification methods that often used to estimate the amount of
wood waste is whole tree method. This method only provides wood waste
information on individual trees cut and it not able to provide information about
total amount of wood in a unit area. Line intersect method is more economical and
simple to determine the amount of wood in a unit area. This method has not been
applied to natural forests in Indonesia. The purpose of this study was to quantify
the amount of wood waste with diameter ≥ 10 cm after timber harvesting also to
analyzing factors that influence the amount of wood waste. Measurements of
wood waste has been done on a circular sample plots with an area of the plot is

not fixed. Average size of sample plot is 2.6 ha. Results of this study shows that
the amount of wood waste is 135.96 m3/ha and wood waste has a diameter < 35cm
is 87.76%. Factors that influence the amount of waste wood are cutting intensity
and basal area of felled trees.
Keyword : natural forest, wood waste, line intersect method, wood harvesting

KAYU SISA PENEBANGAN POHON DENGAN DUA
INTENSITAS PENEBANGAN DI IUPHHK-HA PT INHUTANI
II MALINAU

CAHYA FAISAL REZA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kayu Sisa Penebangan Pohon dengan Dua Intensitas Penebangan di
IUPHHK-HA PT Inhutani II Malinau
Nama
: Cahya Faisal Reza
NIM
: E14100141

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang dilaksanakan pada April-Mei 2014 ini berjudul Kayu Sisa Penebangan
Pohon dengan Dua Intensitas Penebangan di IUPHHK-HA PT Inhutani II
Malinau.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada PT
Inhutani UM-HA Malinau beserta staf yang telah membantu perizinan dan
pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, kakak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima
kasih juga penulis ungkapkan kepada rekan satu penelitian, Wilda Yunitra dan
Winda Lismaya dan teman-teman MNH 47 atas kerjasama, semangat, dan
dukunganya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Cahya Faisal Reza


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Bahan


2

Prosedur Penelitian

2

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Luas dan Kemiringan Plot Contoh


6

Panjang Garis Intersek

6

Jumlah dan Ukuran Kayu Sisa

7

Volume Kayu Sisa

8

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kayu Sisa

8

SIMPULAN DAN SARAN


10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

12

RIWAYAT HIDUP


15

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Kemiringan lapangan plot contoh
Jumlah kayu sisa berdasarkan kelas diameter
Volume kayu sisa intensitas penebangan
Pengaruh variabel - variabel bebas terhadap variabel terikat
Korelasi sederhana antar peubah bebas dan terikat
Persamaan regresi masing-masing peubah terhadap jumlah kayu sisa

6
7
8
9
9
9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Garis intersek pada plot contoh
Diameter kayu sisa yang memotong garis transek
Panjang garis intersek berdasarkan IP

3
4
6

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Jumlah kayu sisa perselang diameter pada masing-masing plot
Klasifikasi plot per intensitas penebangan
Karakteristik masing-masing plot contoh
Volume kayu sisa pada petak 149
Pengaruh parsial variabel - variabel bebas terhadap variabel terikat

12
13
14
14
14

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan hutan adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan kayu
dari hutan. Pemanenan hutan yang dilakukan selama ini masih belum optimal,
terutama pada kegiatan penebangan pohon dan pembagian batang, karena jumlah
kayu yang dimanfaatkan pada umumnya lebih rendah dari volume yang ditebang,
sehingga masih menghasilkan kayu sisa yang relatif besar (Budiaman dan Kartika
2004). Bagian pohon seperti tunggak, cabang, ranting, dan batang yang cacat
umumnya ditinggalkan begitu saja di hutan. Sari (2009) melaporkan total volume
kayu sisa penebangan didominasi oleh kayu sisa berdiameter kecil (10-40 cm) dan
berbentuk cabang dan ranting. Padahal kayu sisa tersebut masih dapat
dimanfaatkan untuk bahan baku kayu gergajian dan chip.
Volume kayu sisa penebangan pohon di pengusahaan hutan alam bervariasi
dari 0.85–45.40 m3/ha (Partiani 2010; Purnamasari 2012; Viriandarhenny 2012;
Morizon 2013). Pada penelitian tersebut metode yang digunakan untuk menduga
kayu sisa penebangan pohon adalah metode pohon penuh (whole tree method).
Metode kuantifikasi kayu sisa pohon penuh hanya menyediakan informasi kayu
sisa pada individu pohon yang ditebang, sementara volume total kayu sisa di
hutan, termasuk kayu sisa dari pohon yang rusak selama rangkaian kegiatan
pemanenan berlangsung, tidak dapat diketahui. Salah satu metode kuantifikasi
kayu sisa yang dapat menghitung total jumlah kayu sisa per satuan luas adalah
metode garis transek (Line intersect method).
Metode garis transek adalah metode kuantifikasi kayu yang lebih ekonomis
dan sederhana dalam menentukan volume kayu sisa. Metode ini didasarkan pada
garis contoh tanpa lebar, atau transek yang diletakkan secara sistematis atau acak
pada lahan bekas tebangan. Ketika ada sortimen kayu sisa memotong garis, maka
diameternya diukur pada bagian yang berpotongan. Selain itu, metode ini hanya
membutuhkan 1/5 sampai 1/3 dari waktu normal yang dibutuhkan untuk membuat
plot (Forestry Departement of Peninsular Malaysia 1999).
Metode garis transek pertama kali digunakan tahun 1964 oleh Warren dan
Olsen di New Zealand, dan digunakan secara luas di Eropa dan Amerika. Pada
kondisi hutan tropis, metode ini pertama kali digunakan di Malaysia tahun 1999.
Kemudian tahun 2004 metode ini digunakan pada pengusahaan hutan tanaman di
Indonesia. Metode ini belum pernah digunakan untuk menghitung jumlah kayu
sisa pada pengusahaan hutan alam di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan
metode garis intersek untuk menduga jumlah kayu sisa di pengusahaan hutan
alam Indonesia.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung jumlah kayu sisa
berdiameter ≥ 10 cm di petak tebang setelah kegiatan penebangan dan
menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kayu sisa.

2

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah
kayu sisa setelah kegiatan pemanenan kayu dan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan perusahaan dalam menyusun perencanaan pemanenan yang
menghasilkan kayu sisa rendah.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di petak 149, Rencana Kerja Tahunan (RKT)
2014 PT Inhutani II, Unit Manajemen Hutan Alam (UM-HA) Malinau,
Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara pada bulan April - Mei 2014.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kompas, meteran,
tambang, GPS, alat tulis, clinometer, pita ukur, Minitab versi 14, dan Software
Microsoft Office Excel. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tegakan
hutan alam yang ditebang.

Prosedur Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer yang dikumpulkan adalah tinggi dan diameter pohon pusat, diameter
kayu sisa ≥ 10 cm, dan diameter tunggak bekas tebangan yang ada di dalam plot.
Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kemiringan lapangan di
setiap plot. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data laporan hasil cruising
(LHC) petak 149 RKT 2014, dan kondisi umum perusahaan.
Bentuk dan Ukuran Plot
Plot contoh pada penelitian ini berupa plot lingkaran dengan jari-jari dua
kali dari tinggi total pohon yang ditebang. Menurut Simon (2007), bentuk plot
lingkaran dipilih karena plot lingkaran mudah dibuat di lapangan dan memiliki
tingkat kesalahan yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan plot persegi. Di
samping itu, ukuran plot yang dinamis diadopsi dari penentuan luas daerah
berbahaya pada kegiatan penebangan, yang jari-jari lingkarannya sebesar dua kali
tinggi pohon yang ditebang.

3
Jumlah Plot
Jumlah plot contoh dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan sebaran
kelas diameter pohon yang ditebang, yang diperoleh dari data LHC petak 149
RKT 2014. Jumlah plot contoh ditentukan menggunakan rumus (Cochran 1991) :
n0=
keterangan : n0
t(α/2,dbf)
sy
SE
ў

̅

= jumlah plot contoh
= nilai tabel t-student ( dianggap=2 )
= simpangan baku contoh
= sampling error (15 %)
= rata-rata contoh

Intensitas Penebangan
Intensitas penebangan (IP) menunjukan banyaknya pohon yang ditebang
pada areal hutan dengan luasan tertentu (pohon/ha). Plot contoh selanjutnya
diklasifikasikan ke dalam dua kelas IP, yaitu IP rendah (≤ 5 pohon/ha) dan IP
tinggi (> 5 pohon/ha). Jumlah plot contoh untuk IP rendah sebanyak 7 plot dan IP
tinggi sebanyak 8 plot.
Garis Intersek
Metode garis intersek adalah metode inventarisasi kayu sisa yang
didasarkan pada sebuah garis tanpa lebar. Garis dibuat di dalam plot contoh
berdasarkan pola sistematik dengan panjang garis sampai batas terluar plot
contoh. Pembuatan garis intersek dimulai dari arah selatan (S) menuju ka arah
utara dengan interval 20 m (Gambar 1).

Gambar 1 Garis intersek pada plot contoh.
Pengukuran Kayu Sisa
Pengukuran kayu sisa dilakukan setelah rangkaian kegiatan pemanenan
kayu selesai dilaksanakan. Data yang diambil adalah kayu sisa berdiameter ≥ 10
cm yang memotong garis transek (d) (Gambar 2). Semua jenis kayu sisa dihitung
termasuk patah, pecah, tercabut seratnya sampai batas cabang, dan kayu sisa yang
tergantung di atas garis, diameternya juga diukur (Warren dan Olsen 1966 dalam
Forestry Departement of Peninsular Malaysia 1999).

4

Gambar 2 Diameter kayu sisa yang memotong garis transek.
Diameter kayu sisa kemudian dikelompokan ke dalam kelas diameter kayu
sisa yang ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Supangat 1997):

keterangan: P
R
b

= panjang kelas kelas
= Xmax-Xmin
= banyak kelas, diperoleh dari 1 + 3.3 log n

Diameter kayu sisa menurut data diperoleh nilai Xmax 169 cm, Xmin 10 cm, nilai P
adalah 12.22, dan nilai b adalah 13.

Analisis Data
Data volume kayu sisa yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif.
Volume kayu sisa pada metode garis intersek ini diduga menggunakan panjang
garis contoh dan akumulasi diameter dari bagian kayu sisa yang memotong garis.
Persamaan dasar yang diperoleh dari persamaan Van Wagner (1968) dalam
Howard dan Ward (1972), yaitu :


Persamaan dasar tersebut masih dalam satuan British maka untuk menduga
volume kayu sisa yang tertinggal di petak tebang per satuan luas dikalikan faktor
konversi ke satuan ft3/acre yaitu :

keterangan :



V = volume per unit area (ft3/acre)
d = diameter dari kayu sisa pada titik yang berpotongan
(inchi); 1 inchi = 0.39 cm
L = panjang garis contoh (feet); 1 feet = 0.3048 m

5
Kemudian volume kayu sisa dalam ft3/acre di atas dikalikan dengan faktor
konversi untuk mendapatkan nilai volume kayu sisa dalam m3/ha.

Keterangan : V
= Volume per unit area (m3/ha)
3
1 ft = 0.0283 m3
1 acre = 0.405 ha
Proporsi kayu sisa merupakan perbandingan volume kayu sisa dengan
potensi volume pohon berdiri. Proporsi kayu sisa dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :

keterangan :

pk = proporsi kayu sisa
Vk = volume kayu sisa (m3/ha)
Vt= total potensi volume pohon komersial berdiri (m3/ha)
Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap volume kayu sisa
dilakukan analisis regresi dengan beberapa variabel, yaitu kemiringan lapangan,
LBDS pohon yang ditebang, dan intensitas penebangan. Analisis regresi yang
digunakan untuk menentukan hubungan faktor yang berpengaruh terhadap volume
kayu sisa adalah analisis regresi linier berganda. Untuk mengetahui hubungan
ketiga faktor terhadap volume kayu sisa maka dilakukan uji R2, uji t, dan uji F
dengan taraf signifikan sebesar 0.05. Analisis data dilakukan menggunakan
Minitab 14. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
persamaan regresi berganda sebagai berikut (Walpole 1995):
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3
keterangan : Ŷ
b0, b1, b2, b3
X1
X2
X3

= volume kayu sisa (m3/ha)
= koefisien regresi
= intensitas penebangan (pohon/ha)
= kemiringan lapangan (%)
= LBDS pohon yang ditebang (m2/ha)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 664/Menhut-II/2011
tanggal 24 Nopember 2011, luas areal IUPHHK-HA PT INHUTANI II Unit
Malinau adalah 29 040 hektar terletak di Kabupaten Malinau, Provinsi
Kalimantan Utara. PT Inhutani II UM-HA Malinau secara geografis terletak
pada 116º28’-116º40’ BT dan 2º52’-3º14’ LU. Kondisi topografi lapangan
secara umum memiliki topografi landai sampai bergelombang. Keadaan
lapangan areal kerja dengan kemiringan lapangan B sebesar 45.7%, kelas C
sebesar 46.1%, dan sisanya (8.2%) memiliki kelas kemiringan lapangan D.

6

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951), iklim di areal PT
Inhutani II UM-HA Malinau termasuk Tipe Iklim A dengan nilai Q = 0 - 14.3 %.

Luas dan Kemiringan Plot Contoh
Jumlah plot contoh pada penelitian ini sebanyak 15 plot. Rata-rata luas plot
contoh dalam penelitian ini adalah 2.6 ha, dengan luas plot terbesar 3.5 ha dan
luas plot terkecil 1.8 ha (Lampiran 3). Plot contoh dengan IP rendah memiliki luas
sebesar 19.98 ha, sedangkan IP tinggi memiliki luas 19.22 ha (Lampiran 2).
Kondisi topografi plot contoh secara umum memiliki kemiringan lapangan
datar sampai sangat curam. Kemiringan plot contoh di lokasi penelitian ini
didominasi oleh kemiringan kelas A, yaitu sebesar 59.90%. Keadaan kemiringan
lapangan di plot contoh disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran 3.
Tabel 1 Kemiringan lapangan plot contoh.
Kelas kemiringan
Interval kemiringan (%)
Persentase (%)
A
0–8
59.90
B
8 – 15
10.58
C
15 – 25
10.18
D
25 – 40
8.99
E
> 40
10.34

Panjang Garis Intersek

Panjang garis transek
(m)

IP di 15 plot contoh yang dibuat pada penelitian ini bervariasi antara 0.85 10.89 pohon/ha. Rata-rata panjang garis intersek pada penelitian ini adalah
1228.27 m/plot, dengan garis terpanjang 1752 m dan terpendek 852 m. Plot
contoh dengan IP rendah memiliki total panjang garis intersek lebih besar
dibandingkan dengan plot IP tinggi yaitu 9258 m (Gambar 3). Panjang garis
intersek pada suatu plot adalah berbanding lurus dengan luas plot. Semakin besar
luas plot, maka semakin panjang garis intersek yang terbentuk pada interval garis
yang sama.

9300
9250
9200
9150
9100
>5
≤5
Intensitas penebangan (phn/ha)

Gambar 3 Panjang garis intersek berdasarkan IP.

7
Jumlah dan Ukuran Kayu Sisa
Sortimen kayu sisa yang berada di petak tebang terdiri atas kayu-kayu
dengan beragam jenis, bentuk dan ukuran. Tabel 2 dan Lampiran 1 menyajikan
data sortimen kayu sisa per kelas diameter. Total jumlah kayu sisa pada penelitian
ini sebesar 3169 sortimen. Berdasarkan kelas diameternya, jumlah kayu sisa
cenderung menurun pada peningkatan kelas diameter sampai 157 cm. Akumulasi
sortimen kayu sisa dengan diameter < 35 cm memiliki persentase sangat besar,
yaitu 87.76 %. Bentuk kayu sisa dengan ukuran ini adalah cabang dan ranting.
Nilai ini lebih besar dibanding hasil penelitian Sari (2009) melaporkan bahwa
bentuk kayu sisa terbesar pada kegiatan pemanenan kayu adalah cabang dan
ranting (62.2%).

Tabel 2 Jumlah kayu sisa berdasarkan kelas diameter
Jumlah kayu sisa
Persentase
Kelas diameter (cm)
Persentase (%)
(sortimen)
akumulasi (%)
10 - 22
2143
67.62
67.62
23 - 34
638
20.13
87.76
35 - 47
222
7.01
94.77
48 - 59
70
2.21
96.98
60 - 71
47
1.48
98.46
72 - 83
36
1.14
99.60
84 - 96
7
0.22
99.82
97 - 108
2
0.06
99.88
109 - 120
2
0.06
99.95
121 - 132
1
0.03
99.97
133 - 145
0
0.00
99.97
146 - 157
0
0.00
99.97
158 - 169
1
0.03
100
Total
3169
100
-

Sortimen kayu sisa dengan diameter > 35 cm terdiri atas bermacam jenis,
bentuk, dan ukuran seperti tunggak, potongan pendek, batang atas, maupun batang
komersial yang cacat dan kondisi bagus. Hasil ini menunjukan bahwa sebagian
besar volume kayu sisa yang tertinggal di petak tebang sebenarnya masih dapat
dimanfaatkan untuk chipboard atau kayu energi, dan sebagian kecil untuk industri
penggergajian, akan tetapi kayu sisa tersebut ditinggal di petak tebang, karena
tidak memenuhi kriteria sortimen kayu yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
kayu lapis dan veneer.

8

Volume Kayu Sisa
Volume kayu sisa yang terdapat pada plot dengan IP tinggi lebih besar dari
plot dengan IP rendah, yaitu sebesar 159.34 m3/ha pada IP tinggi, sementara pada
IP rendah sebesar 112.81 m3/ha (Tabel 3). Hasil ini didukung oleh penelitian
Partiani (2010) yang melaporkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
besarnya kayu sisa adalah IP. Semakin tinggi IP, maka akan semakin besar kayu
sisa yang dihasilkan.

No
1
2

Tabel 3 Volume kayu sisa berdasarkan IP
Jumlah kayu
IP (pohon/ha)
Volume kayu sisa (m3/ha)
sisa (sortimen)
1252
112.81
≤5
1917
159.34
>5

Pada plot IP tinggi ditemukan jumlah sortimen kayu sisa lebih banyak
dibandingkan dengan plot IP rendah. Jumlah kayu sisa pada IP tinggi sebesar
1917 sortimen, sementara pada IP rendah sebesar 1252 sortimen. Hal ini
menunjukan semakin banyak jumlah sortimen kayu sisa yang memotong garis
transek, maka semakin besar volume kayu sisa per satuan luasnya.
Hasil penelitian pada petak 149 RKT 2014 didapatkan 3169 sortimen kayu
sisa yang tertinggal di petak tebang dengan volume sebesar 135.96 m3/ha
(Lampiran 4). Volume ini lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian di
Malaysia, yaitu sebesar 179.18 m3/ha (Forestry Departement of Peninsular
Malaysia 1999). Hal ini dikarenakan pemanenan kayu di Malaysia menghasilkan
volume kayu sisa dari sortimen kayu berdiameter besar lebih banyak
dibandingkan dengan di Indonesia.

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kayu Sisa
Berdasarkan data keragaman dari kemiringan lapangan, intensitas
penebangan, LBDS, dan volume kayu sisa diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut :
Y = 57 + 13.3 X1 – 0.93 X2 + 10 X3
Berdasarkan analisis ragam diperoleh bahwa peluang nyata (probabilitas) yang
dihasilkan sebesar 0,01 lebih rendah dibandingkan dengan taraf nyata yang
ditetapkan, yaitu 0,05. Hal ini berarti bahwa kemiringan lapangan, intensitas
penebangan, dan LBDS secara nyata dapat menjelaskan ragam volume kayu sisa
yang terjadi di petak tebang (p < α). Hasil analisis ragam disajikan pada Tabel 4.

9
Tabel 4 Pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel terikat
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F Hitung
P
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Regresi
3
40773
13578
6.20
0.010
Sisa
11
24097
2191
Total
14
64830
Nilai R2 yang dihasilkan 62.8%, hal ini berarti bahwa intensitas penebangan,
LBDS, dan kemiringan lapangan dapat menjelaskan volume kayu sisa sebesar
62.8%, sedangkan 37.2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan secara parsial tiap peubah terhadap
ragam volume kayu sisa dilakukan uji t. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh bahwa
tidak ada faktor yang berpengaruh nyata terhadap volume kayu sisa (P-value >
0.05), data disajikan pada Lampiran 5.
Nilai probabilitas (p) yang menyatakan bahwa LBDS dan intensitas
penebangan tidak nyata pengaruhnya terhadap kayu sisa dikarenakan terdapat
hubungan yang erat antara peubah-peubah penduga tersebut (kolinieritas).
Kolinieritas atas peubah-peubah tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 5.
Tabel 5 Korelasi sederhana antar peubah bebas dan terikat
Jumlah kayu
Kemiringan
Intensitas
Peubah
sisa
lapangan
penebangan
Jumlah kayu sisa
1
Kemiringan lapangan
-0.128
1
Intensitas penebangan
0.775
0.017
1
LBDS
0.769
-0.029
0.949

LBDS

1

Intensitas penebangan dan LBDS memiliki hubungan yang erat dan searah
terhadap volume kayu sisa dan hubungan yang erat dan searah antara peubah
penduga, yaitu intensitas penebangan dan LBDS, oleh karena itu perlu dilakukan
analisis regresi terhadap masing-masing peubah tersebut. Hasil analisis regresi
tiap peubah-peubah tersebut disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Persamaan regresi masing-masing peubah terhadap jumlah kayu sisa
Persamaan regresi

R2 (%)

F hitung

P

Y = 41.7 + 20.4X1
Y = 150 – 0.93X2
Y = 56.3 + 27.0 X3

57.0
0
56.1

19.53
0.22
18.86

0.001
0.650
0.001

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh bahwa Intensitas penebangan dan LBDS
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kayu sisa (P-value < 0.01). Lim (1992)

10

melaporkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara bidang dasar
pohon yang ditebang dengan volume kayu sisa yang terjadi. Semakin besar bidang
dasar pohon yang ditebang, maka semakin besar kayu sisa yang terjadi di petak
tebang.
Kemiringan lapangan tidak berpengaruh terhadap jumlah kayu sisa, ini
ditentukan oleh P-value 0.512 (P > 0.05). Sari (2009) melaporkan bahwa
kemiringan lapangan tidak terlalu berpengaruh terhadap kayu sisa. Partiani
(2010) memperoleh hasil bahwa intensitas penebangan dan LBDS berpengaruh
nyata terhadap jumlah kayu sisa, sedangkan kemiringan lapangan tidak
berpengaruh terhadap jumlah kayu sisa.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perbedaan intensitas penebangan menghasilkan jumlah kayu sisa yang
berbeda. Intensitas penebangan tinggi menghasilkan jumlah kayu sisa yang lebih
besar dari intensitas penebangan rendah. Sebagian besar kayu sisa yang dihasilkan
dari kegiatan penebangan hutan alam memiliki diameter kecil (≤ 35 cm). Faktor
yang berpengaruh terhadap jumlah kayu sisa adalah intensitas penebangan dan
LBDS pohon yang ditebang.
Saran
Perlu dilakukan penelitian serupa dengan tipe hutan yang berbeda dan
dilakukan analisis statistik untuk menentukan panjang garis intersek yang
digunakan untuk menduga suatu wilayah agar lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Budiaman A, Kartika EC. 2004. Kuantifikasi kayu sisa pemanenan kayu pada
pengusahaan hutan tanaman industri kayu pulp dengan metode kayu penuh
(whole tree method):studi kasus di HPHTI PT INHUTANI II Pulau LautKalimantan Selatan. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB
17(2):92-99.
Cochran GW. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Willey Jhon, Sons, penerjemah.
Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari : Sampling Technique.
Forestry Departement of Peninsular Malaysia. 1999. Quantification of Forest
Residue and Small Dimension Logs. Forest Departement Peninsular
Malaysia, Trengganu State Goverment and Danish Corporation for
Environtment.
Lim C. 1992. Studi volume kayu sisa pemanenan kayu dengan sistem tpti di areal
HPH PT Kayu Pasaguan (Alas Kusuma Group) Kalimantan Barat [skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

11
Morizon. 2013. Limbah pemanenan kayu dan faktor eksploitasi di IUPHHK-HA
PT Diamond Raya Timber Provinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Partiani T. 2010. Kayu sisa pemanenan kayu dan faktor eksploitasi di hutan alam
PT Salaki Summa Sejahtera Pulau Siberut Sumatera Barat [skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Purnamasari DR. 2012. Limbah pemanenan kayu, faktor eksploitasi dan karbon
tersimpan pada limbah pemanenan kayu di IUPHHK-HA PT Indexim
Utama, Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Simon H. 2007. Metode Inventarisasi Hutan. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
Sari RM. 2009. Identifikasi dan pengukuran potensi kayu sisa pemanenan kayu.
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Supangat A. 1997. Statistika dalam kajian deskriptif, inferensi, dan nonparametrik.
Jakarta (ID): Prenada Media Group.
Howard JO, Ward FR. 1972. Measurement of Logging Residue, Alternative
Applications of The Line Intersect Method. USDA Forest Service. Research
Note. PNW-183.
Viriandarhenny YE. 2012. Limbah penebangan dan faktor eksploitasi pemanenan
kayu di PT Mamberamo Alas Mandiri Provinsi Papua [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Bambang S, penerjemah. Jakarta(ID):
Gramedia. Terjemahan dari: Introduction to Statistics.Ed ke-3.

12

12

Lampiran 1 Jumlah kayu sisa per selang diameter pada masing-masing plot
Selang
diameter (cm)
10 - 22
23 - 34
35 - 47
48 - 59
60 - 71
72 - 83
84 - 96
97 - 108
109 - 120
121 - 132
133 - 145
146 - 157
158 - 169
Total

Jumlah kayu sisa (sortimen)
Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
231 19 162 148 91 187 177 125 172 149 195 131 151 147 58
75
1
56
35
16
47
65
29
43
41
54
33
28
82
33
28
1
12
8
3
25
21
16
26
15
15
9
12
21
10
8
0
3
3
4
10
5
6
7
4
5
2
3
8
2
4
0
3
1
0
8
8
7
4
2
1
1
2
4
2
6
0
1
1
3
2
4
2
4
5
1
3
2
1
1
0
0
0
0
0
2
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
352 21 237 196 117 283 282 185 257 216 271 179 200 266 107

Total (sortimen)
2143
638
222
70
47
36
7
2
2
1
0
0
1
3169

13

Lampiran 2 Klasifikasi plot per intensitas penebangan
IP
(pohon/ha)

≤5

>5

Luas
Intensitas
Plot
plot penebangan
(ha) (pohon/ha)
2
2,40
1,25
4
2,22
4,51
6
3,02
4,64
12
3,14
1,91
13
3,14
1,59
14
2,54
4,72
15
3,53
0,85
Total
19,98
19,48
Rata-rata 2,85
2,78
1
2,30
10,89
3
2,11
5,68
5
1,81
6,07
7
2,77
5,05
8
2,77
5,05
9
3,53
5,39
10
2,01
6,97
11
1,91
6,28
Total
19,22
51,37
Rata-rata 2,40
6,42

Panjang garis
transek (m)

Panjang garis
transek (feet)

874
1084
1440
1444
1444
1220
1752
9258
1322,57
1030
1048
852
1336
1336
1744
932
888
9166
1145,75

2867,45
3556,43
4724,41
4737,53
4737,53
4002,62
5748,03
30374,02
4339,15
3379,27
3438,32
2795,28
4383,20
4383,20
5721,78
3057,74
2913,39
30072,18
3759,02

Jumlah kuadrat
diameter kayu
sisa (Inchi2)
1092,94
13827,43
36376,11
13917,37
18432,52
35790,03
12087,78
131524,18
18789,17
33694,60
18943,00
10527,16
31635,73
20781,69
28115,37
21134,29
19100,70
183932,54
22991,57

Volume kayu
sisa (ft3/acre)

Volume kayu sisa
(m3/ha)

142,10
1449,51
2870,54
1095,22
1450,53
3333,59
784,01
32259,17
1614,35
3717,34
2053,98
1404,05
2690,80
1767,60
1831,92
2576,80
2444,25
43821,32
2280,28

9,93
101,29
200,58
76,53
101,36
232,94
54,78
2254,16
112,81
259,76
143,53
98,11
188,02
123,51
128,01
180,06
170,80
3062,08
159,34
13

14

Lampiran 3 Karakteristik masing-masing plot contoh

Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total
Rata-rata

Luas plot
(ha)

Intensitas
penebangan
(n/ha)

LBDS
(m2/ha)

Volume kayu
sisa (m3/ha)

Kemiringan
lapangan (%)

2,30
2,40
2,11
2,22
1,81
3,02
2,77
2,77
3,53
2,01
1,91
3,14
3,14
2,54
3,53
39.20
2.61

10,89
1,25
5,68
4,51
6,07
4,64
5,05
5,05
5,39
6,97
6,28
1,91
1,59
4,72
0,85
70.84
4.77

7,98
0,64
3,65
1,68
3,01
2,59
3,75
3,72
4,14
5,21
3,21
1,11
0,83
3,01
0,88
45.42
3.03

259,76
9,93
143,53
101,29
98,11
200,58
188,02
123,51
128,01
180,06
170,80
76,53
101,36
232,94
54,78
5329.5
135.96

10,64
24,82
15,82
14,48
30,56
3,47
23,40
21,00
5,14
5,44
1,28
6,15
7,20
22,55
4,85
13.12

Lampiran 4 Volume kayu sisa pada petak 149
Petak
149

∑Kuadrat
diameter kayu
sisa (Inchi2)
315456.72

Panjang
Panjang garis
Garis intersek
transek (m)
(feet)
18424
60446.19

Volume
Kayu sisa
(ft3/acre)
1945.65

Volume
Kayu sisa
(m3/ha)
135.96

Lampiran 5 Pengaruh parsial variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat
Predictor

Coef

SE coef

T

P

Constant
Intensitas penebangan

57.03
13.31

31.34
15.43

1.82
0.86

0.096
0.407

LBDS

10.01

20.56

0.49

0.636

Rata kelerengan

-0,934

1.354

-0,69

0.505

S = 46.8044

R2 = 62.8%

R2 (adj) = 52.7%

15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 18 Mei 1992 dari ayah Maktuh,
B.Sc dan ibu Sri Setyowati. Penulis adalah putra keempat dari empat bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Purworejo dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan diterima di Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem
Hutan di Sancang dan Kamojang. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek
Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Pada tahun
2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang dan penelitian di PT Inhutani II
Unit Manajemen Hutan Alam Malinau, Kalimantan Utara. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Pemanenan Sumberdaya Hutan
tahun ajaran 2013/2014, dan asisten Praktek Pengelolaan Hutan tahun ajaran
2014/2015. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota Divisi Keprofesian
Himpunan Profesi Forest Management Students Club (FMSC), anggota
Kelompok Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Himpunan Profesi FMSC,
anggota Pramuka IPB, dan ketua Keluarga Masyarakat Purworejo di IPB
(GAMAPURI). Prestasi yang pernah diraih penulis adalah dibiayainya Program
Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) tahun 2013.