Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara

KAYU SISA POHON YANG DITEBANG DAN TIDAK
DITEBANG DI IUPHHK-HA PT INHUTANI II UNIT
MALINAU KALIMANTAN UTARA

WINDA LISMAYA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kayu Sisa Pohon yang
Ditebang dan Tidak Ditebang di Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada
Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Winda Lismaya
NIM E14100129

ABSTRAK
WINDA LISMAYA. Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di
IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara. Dibimbing oleh
AHMAD BUDIAMAN.
Penebangan pohon komersial di hutan alam masih menghasilkan kayu sisa
yang relatif besar. Kayu sisa berasal dari pohon ditebang dan pohon yang tidak
ditebang. Sebagian besar penelitian yang telah dilaksanakan hanya menghitung
kayu sisa dari pohon yang ditebang, sedangkan data kayu sisa pohon tidak
ditebang masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kayu
sisa dari pohon yang ditebang dan tidak ditebang, serta mengklasifikasikan jenis
dan bentuk kayu sisa. Kayu sisa yang diukur adalah kayu sisa berdiameter ≥ 10
cm yang terdapat pada 15 plot contoh berbentuk lingkaran. Rata-rata luas plot
contoh adalah 2.61 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu sisa pohon yang

ditebang sebesar 65.56% dan kayu sisa pohon tidak ditebang sebesar 34.44% dari
total kayu sisa. Berdasarkan bentuknya, kayu sisa pohon ditebang berupa tunggak
sebesar 8.17%, potongan pendek sebesar 10.89%, batang atas sebesar 17.74%,
cabang sebesar 19.74%, dan ranting sebesar 9.03%. Berdasarkan bentuknya, kayu
sisa pohon tidak ditebang berupa pohon roboh sebesar 20.92%, patah batang
sebesar 11.55%, dan rusak tajuk sebesar 1.98%.
Kata kunci: hutan alam, kayu sisa, penebangan

ABSTRACT
WINDA LISMAYA. The Forest Residue of Felled Tree and Unfelled Tree at
IUPHHK-HA PT. Inhutani II, Malinau, North Kalimantan. Supervised by
AHMAD BUDIAMAN.
Commercial logging in natural forest produces high number of forest
residue. Forest residue comes from the felled tree and unfelled tree. Many studies
that have been conducted only quantified the number of forest residue from the
felled tree. This study aimed to quantify the forest residue from felled tree and
unfelled tree and classify the type and form of forest residue. The forest residue
was measured was all roundwood with diameter ≥ 10 cm. The result showed that
forest residue of felled tree was 65.56% and forest residue of unfelled tree was
about 34.44%. According to its form, the forest residue from the felled tree

consisted of stump (8.17%), short cut (10.89%), upper stem (17.74%), branch
(19.74%), and twig (9.03%). According to its form, the forest residue of unfelled
tree consisted of fallen tree (20.92%), broken stem (11.55%), and broken crown
(1.98%).
keywords : forest residue, logging, natural forest

KAYU SISA POHON YANG DITEBANG DAN TIDAK
DITEBANG DI IUPHHK-HA PT INHUTANI II UNIT
MALINAU KALIMANTAN UTARA

WINDA LISMAYA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHKHA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara
Nama
: Winda Lismaya
NIM
: E14100129

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini ialah
Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT.
Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April hingga Mei 2014.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Ahmad Budiaman,
MScFTrop selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran dan masukan.
Di samping itu, penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
staf PT. Inhutani II Unit Malinau dan karyawan PT. Kayan Patria Pratama yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Winda Lismaya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


1

Manfaat Penelitian

1

METODE

1

Lokasi dan Waktu Penelitian

1

Bahan dan Alat

2

Prosedur Penelitian


2

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Plot Contoh

5

Faktor Pemanfaatan


6

Faktor Residu

8

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA


13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11

Interval kelas diameter untuk setiap kelas plot
Klasifikasi kemiringan lapangan pada plot contoh
Volume kayu dari pohon ditebang (n = 15 pohon)
Volume kayu berdasarkan kelas diameter
Volume kayu dari pohon tidak ditebang
Volume kayu sisa berdasarkan asal kayu sisa
Volume dan persentase kayu sisa pohon yang ditebang berdasarkan
bentuknya
Volume dan persentase kayu sisa pohon tidak ditebang berdasarkan
bentuknya
Kayu sisa berdasarkan jenis dan bentuknya
Volume dan persentase kayu sisa berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan
Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990
Hasil perhitungan faktor eksploitasi

3
6
7
7
8
8
9
10
11
11
12

DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk dan ukuran plot contoh
2 Sebaran luas plot contoh penelitian

2
6

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Data pohon yang ditebang
Hasil perhitungan volume kayu sisa pohon yang ditebang
Hasil perhitungan volume kayu sisa pohon tidak ditebang
Hasil perhitungan faktor eksplotasi (diameter kayu sisa ≥10 cm)
Hasil perhitungan faktor eksploitasi (kayu sisa berdasarkan SK Dirjen
Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990)

15
16
17
18
19

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asas pemanfaatan sumberdaya hutan yang optimal dan lestari belum dapat
diterapkan dalam kegiatan pengelolaan hutan alam di Indonesia. Sampai saat ini,
kegiatan pemanenan kayu masih menghasilkan kayu sisa (Budiaman dan Pradata
2013). Dari rangkaian kegiatan pemanenan kayu, tahapan kegiatan yang
berpotensi menghasilkan kayu sisa terbesar adalah kegiatan penebangan
(Samperadja dan Soenarso 1981 dalam Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan
1987).
Penebangan pohon dapat mengakibatkan pohon lain yang berada di
sekitarnya yang tidak direncanakan ditebang ikut rebah. Pohon lain tersebut
seringkali tidak dimanfaatkan karena belum mencapai diameter yang
dimanfaatkan dan pada akhirnya menjadi kayu sisa. Oleh karena itu, kayu sisa
yang terjadi akibat penebangan tidak hanya berasal dari pohon yang ditebang
tetapi juga dari pohon yang tidak ditebang.
Penebangan pohon komersial di pengusahaan hutan alam masih
menghasilkan kayu sisa yang relatif besar. Viriandarhenny (2012) melaporkan
bahwa besarnya limbah (kayu sisa) akibat penebangan di hutan alam adalah
sebesar 24.8%, yang terdiri atas 7.4% potongan pendek, 6.5% tunggak, 6.1%
batang atas dan 4.8% cabang dan ranting. Besarnya faktor eksploitasi berdasarkan
pendekatan persen limbah penebangan adalah 0.73.
Sebagian besar penelitian yang telah dilaksanakan hanya menghitung kayu
sisa dari pohon yang ditebang (Budiarta 2001; Sasmita 2003; Viriandarhenny
2012; Muhtariana 2013), sementara kayu sisa dari pohon yang tidak ditebang
belum dihitung. Selama ini, data kayu sisa dari pohon yang tidak ditebang yang
terkena dampak penebangan masih sangat terbatas.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Menghitung kayu sisa dari pohon yang ditebang dan tidak ditebang.
2. Mengklasifikasikan bentuk kayu sisa dari pohon yang ditebang dan tidak
ditebang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting kepada
perusahaan mengenai potensi, jenis, dan bentuk kayu sisa penebangan termasuk
kayu sisa dari pohon yang terkena rebahan pohon yang ditebang, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan kegiatan pemanenan hutan alam.

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Inhutani II Unit Malinau,
Kalimantan Utara pada bulan April hingga Mei 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan di petak
tebang 149 blok RKT 2014 PT. Inhutani II Unit Malinau dan bahan lain berupa
cat kayu. Alat-alat yang digunakan meliputi GPS, pita ukur, haga hypsometer,
kompas, clinometer, patok, golok, kalkulator, tally sheet, dan alat tulis.
Prosedur Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi data pohon yang ditebang (diameter, tinggi, jenis), data kayu
sisa pohon yang ditebang (diameter dan panjang), data kayu sisa dari pohon tidak
ditebang (diameter dan panjang), dan data kemiringan lapangan (jarak lapang dan
persen kemiringan lapangan). Data sekunder meliputi data LHC (laporan hasil
cruising) petak 149 dan kondisi umum perusahaan.
Bentuk dan Ukuran Plot
Bentuk plot yang digunakan dalam penelitian ini adalah plot lingkaran yang
berjari-jari dua kali dari tinggi total pohon yang ditebang atau dikenal dengan
variable radius circular plot (plot lingkaran dengan ukuran jari-jari tidak tetap).
Pohon contoh yang menjadi titik pusat plot contoh selanjutnya ditebang.
Penentuan ukuran plot yang dinamis ini diadopsi dari zona berbahaya pada
kegiatan penebangan, yaitu sebesar dua kali tinggi total pohon yang ditebang.
Bentuk dan ukuran plot disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Bentuk dan ukuran plot contoh

3

Jumlah Pohon Contoh
Penentuan jumlah pohon dihitung berdasarkan data LHC pada petak 149
blok RKT 2014. Pada penelitian ini digunakan sampling error (SE) sebesar 15%.
Penentuan jumlah pohon contoh dilakukan dengan menggunakan rumus Cochran
(1977) :

Keterangan

:n
t (α/2, dbf)
Sy
SE
ȳ

t (α/2,dbf ) . Sy. 100 2
�=�

(SE. ฀
)

= Jumlah pohon contoh
= nilai tabel t-student (dianggap 2)
= simpangan baku contoh
= sampling error maksimum
= rata-rata contoh

Berdasarkan data LHC diperoleh bahwa rata-rata diameter pohon yang akan
ditebang adalah 58.11 cm dan simpangan baku sebesar 17.71 cm, sehingga
didapatkan jumlah pohon contoh sebanyak 15 pohon (hasil pembulatan). Plot
contoh selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu kelas diameter kecil,
sedang, dan besar. Interval kelas diameter ditentukan dengan menggunakan rumus
berikut (Supangat 1997):

Keterangan

�=




: P = interval kelas diameter
R = X max -X min
X = diameter pohon
b = banyak kelas, diperoleh dari 1 + 3.3 log n
n = jumlah pohon contoh

Nilai diameter pohon terbesar (X max ) adalah 160 cm, sedangkan nilai
diameter pohon terkecil (X min ) 40 cm. Banyaknya kelas (b) telah ditentukan, yaitu
sebanyak 3. Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh interval kelas diameter seperti
yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Interval kelas diameter untuk setiap kelas plot
Interval Kelas Diameter
Jumlah Pohon
Kelas Plot
(cm)
Kelas Diameter Kecil (KDK)
≤79
5
Kelas Diameter Sedang (KDS)
80-119
5
Kelas Diameter Besar (KDB)
≥120
5
Rumus tersebut tidak hanya digunakan untuk menentukan interval kelas
diameter, tetapi juga digunakan untuk menggambarkan distribusi luas plot.
Namun banyaknya kelas (b) dihitung terlebih dahulu dengan nilai n sebesar 15,
sehingga diperoleh nilai b sebesar 5.

4

Jenis dan Bentuk Kayu Sisa
Kayu sisa yang diukur pada penelitian ini adalah kayu sisa yang berasal dari
pohon ditebang dan pohon tidak ditebang dengan diameter terkecil ≥ 10 cm.
Bentuk kayu sisa pohon ditebang meliputi tunggak, potongan pendek, batang atas,
cabang dan ranting (Budiaman 2000). Bentuk kayu sisa pohon tidak ditebang
meliputi pohon roboh, patah batang, dan rusak tajuk.
Selain menggunakan batas diameter terkecil 10 cm, pada penelitian ini
dilakukan perhitungan kayu sisa berdasarkan batasan yang ditetapkan dalam Surat
Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 tentang
Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pemanenan. Batasan
kayu sisa tersebut adalah:
a. Kayu yang tidak temasuk dalam kategori kayu indah atau kayu dekoratif
dengan tujuan penggunaan tertentu
b. Kayu bulat yang mempunyai diameter kurang dari 30 cm tanpa batasan
panjang
c. Kayu bulat yang mempunyai panjang kurang dari 2 m tanpa batasan diameter
Analisis Data
1. Perhitungan Diameter
Diameter sortimen kayu bulat ditetapkan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (SNI 01-5008 1999):
�=

½�(d1 + d2) + (d3 + d4)�
2

Keterangan:
d : diameter rata-rata sortimen (cm)
d1 : diameter terpendek pada pangkal sortimen (cm)
d2 : diameter terpanjang pada pangkal sortimen (cm)
d3 : diameter terpendek pada ujung sortimen (cm)
d4 : diameter terpanjang pada ujung sortimen (cm)
2. Perhitungan Volume
Volume sortimen kayu bulat dihitung menggunakan rumus Brereton
(Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan 2009):
2

½(�� + ��)
� xP
� =¼� �
100

Keterangan :
V
= volume (m³)
π
= konstanta (3.14)
Dp
= diameter pangkal (cm)
Du
= diameter ujung (cm)
P
= panjang sortimen kayu (m)

5

3. Perhitungan Faktor Eksploitasi
Proporsi kayu sisa dan faktor eksploitasi dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut (Budiaman 2008):
�� =

��
��

keterangan :
Pr
= proporsi kayu sisa
Vr
= volume kayu sisa (m3)
Vt
= volume total kayu yang dihasilkan (m3)
Berdasarkan pendekatan proporsi kayu sisa, faktor eksploitasi dihitung dengan
rumus:
Fe = 1 - Pr
Keterangan:
Fe
= faktor eksploitasi
Pr
= proporsi kayu sisa

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 664/MenhutII/2011 tanggal 24 November 2011, luas areal IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit
Malinau adalah 29040 ha. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951),
iklim di areal PT. Inhutani II Unit Malinau termasuk tipe iklim A. Berdasarkan
data Badan Meteorologi dan Geofisika, curah hujan rata-rata tahunan adalah 3146
mm/tahun. Sediaan tegakan jenis komersial berdiameter ≥ 40 cm adalah 17.65
pohon/ha, sedangkan sediaan tegakan jenis komersial berdiameter ≥ 50 cm adalah
12.11 pohon/ha.
IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau menerapkan sistem silvikultur
TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia). Berdasarkan sortimen, PT. INHUTANI II
Unit Manajemen Malinau menerapkan sistem tree length, yaitu batang pohon
yang dikeluarkan dari hutan mulai dari pangkal hingga bebas cabang. Sementara
itu berdasarkan tenaga penggerak alat-alat yang digunakan, perusahaan
menerapkan sistem pemanenan mekanis (sistem traktor).
Plot Contoh
Luas Plot Contoh
Pohon yang dijadikan pohon contoh dalam penelitian ini memiliki tinggi
yang beragam. Rata-rata tinggi pohon contoh adalah 45 m dengan pohon tertinggi
sebesar 53 m dan pohon terpendek sebesar 38 m. Tinggi pohon sangat
mempengaruhi luas plot yang dibuat. Semakin tinggi pohon contoh maka semakin
besar luas plot lingkaran yang dibuat, begitu pun sebaliknya.
Rata-rata luas plot contoh dalam penelitian ini adalah 2.61 ha, dengan luas
plot terbesar 3.53 ha dan luas plot terkecil 1.81 ha. Plot dengan luas 1.81-2.14 ha
memiliki persentase terbesar 26.67%, sedangkan plot dengan luas 3.17-3.53 ha

6

memiliki persentase yang paling kecil, yaitu 13.33%. Sebaran luas plot contoh
disajikan pada Gambar 2.
30

26.67

Persentase (%)

25
20.00

20

20.00

20.00

15

13.33

10
5
0
1.81-2.14

2.15-2.48

2.49-2.82

2.83-3.16

3.17-3.53

Luas Plot (ha)
Gambar 2 Sebaran luas plot contoh penelitian
Kemiringan Lapangan pada Plot Contoh
Kemiringan lapangan pada plot contoh didominasi oleh kelas kemiringan
datar. Plot contoh yang termasuk dalam kelas kemiringan datar berjumlah 7 plot
(46.67%). Rata-rata kemiringan lapangan pada plot contoh adalah 13.03%.
Klasifikasi kelas kemiringan lapangan plot contoh disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi kemiringan lapangan plot contoh
Kelas
Kemiringan
1
2
3
4
5
Jumlah

Kemiringan
Lapangan (%)
0-8
8-15
15-25
25-45
>45

Keterangan
Datar
Landai
Agak curam
Curam
Sangat curam

Plot Contoh
Jumlah
(%)
7
46.67
2
13.33
5
33.33
1
6.67
0
0.00
15
100.00

Faktor Pemanfaatan
Pohon Ditebang
Pohon yang ditebang untuk dijadikan pohon contoh sebanyak 15 pohon.
Rata-rata diameter pohon yang ditebang (pohon contoh) adalah 97.72 cm dengan
diameter terbesar 141.72 cm dan diameter terkecil 65 cm. Tinggi total dan tinggi
bebas cabang pohon yang ditebang pun bervariasi. Rata-rata tinggi total pohon
yang ditebang adalah 45.33 m, sedangkan rata-rata tinggi bebas cabang adalah
29.73 m. Data mengenai pohon yang ditebang dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penebangan suatu pohon akan menghasilkan kayu yang dimanfaatkan dan
kayu yang tidak dimanfaatkan. Kayu yang dimanfaatkan berupa batang komersial,

7

yaitu batang dari atas banir sampai cabang pertama atau batang yang selama ini
dikeluarkan oleh perusahaan (Budiaman 2000), sedangkan kayu yang tidak
dimanfaatkan yang disebut sebagai kayu sisa. Banyaknya kayu yang dimanfaatkan
dan tidak dimanfaatkan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Volume kayu dari pohon ditebang (n = 15 pohon)
Deskripsi

3

Kayu yang dimanfaatkan
Kayu yang tidak dimanfaatkan
Total

(m /pohon)
13.21
9.46
22.67

Volume
Total (m³)
198.15
141.87
340.02

(%)
58.28
41.72
100.00

Penebangan 15 pohon menghasilkan kayu sebesar 340.02 m3 yang terdiri
atas 198.15 m3 (58.28%) kayu yang dimanfaatkan dan 141.87 m3 (41.72%) kayu
yang tidak dimanfaatkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika satu pohon
ditebang, kayu yang dihasilkan sebesar 22.67 m3. Dari total volume per pohon,
kayu yang dimanfatkan sebesar 13.21 m3/pohon dan kayu yang tidak
dimanfaatkan sebesar 9.46 m3/pohon.
Diameter pohon yang ditebang dibagi menjadi tiga kelas diameter, yaitu
kelas diameter kecil (≤79 cm), kelas diameter sedang (80-119 cm), dan kelas
diameter besar (≥120 cm). Setiap kelas diameter menghasilkan volume kayu yang
berbeda, baik kayu yang dimanfaatkan maupun kayu yang tidak dimanfaatkan.
Hasil perhitungan volume kayu berdasarkan kelas diameter disajikan pada Tabel 4.

Kelas Plot
KDK
KDS
KDB
Total

Tabel 4 Volume kayu berdasarkan kelas diameter
Volume Kayu yang
Volume Kayu yang Tidak
Dimanfaatkan
Dimanfaatkan
(m³/pohon)
(m³)
(%)
(m³/pohon)
(m³)
(%)
2.86
42.92
12.62
2.38
35.64
10.48
4.26
63.93
18.80
2.67
40.08
11.79
6.09
91.29
26.85
4.41
66.15
19.46
13.21
198.15 58.28
9.46
141.87 41.72

Semakin besar kelas diameternya, maka volume kayu yang dihasilkan pun
akan semakin besar. Pohon dengan kelas diameter kecil menghasilkan kayu yang
dimanfaatkan sebesar 42.92 m³ (12.62%) dan kayu yang tidak dimanfaatkan
sebesar 35.64 m³ (10.48%). Pohon dengan kelas diameter sedang menghasilkan
kayu yang dimanfaatkan sebesar 63.93 m³ (18.80%) dan kayu yang tidak
dimanfaatkan sebesar 40.08 m³ (11.79%). Pohon dengan kelas diameter besar
menghasilkan kayu yang dimanfaatkan sebesar 91.29 m³ (26.85%) dan kayu yang
tidak dimanfaatkan sebesar 66.15 m³ (19.46%).
Pohon Tidak Ditebang
Pohon tidak ditebang adalah pohon yang ikut rebah karena tertimpa pohon
yang ditebang. Jika kayu dari pohon yang tidak ditebang memiliki diameter ≥ 40
cm, maka kayu tersebut akan dimanfaatkan. Kayu yang berasal dari pohon tidak
ditebang yang dimanfaatkan sebesar 2.88 m³ (3.72%), sedangkan kayu yang tidak

8

dimanfaatkan sebesar 74.53 m³ (96.28%). Volume kayu dari pohon tidak ditebang
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Volume kayu dari pohon tidak ditebang
Volume
Deskripsi
3
Total (m³)
(m /pohon)
2.88
Kayu yang dimanfaatkan
0.19
74.53
Kayu yang tidak dimanfaatkan
4.97
77.41
Total
5.15

(%)
3.72
96.28
100.00

Faktor Residu
Asal Kayu Sisa
Menurut Widarmana (1973), kayu sisa adalah sisa-sisa atau bagian kayu
yang dianggap tidak bernilai ekonomis tetapi masih mungkin untuk dimanfaatkan.
Kayu sisa berasal dari pohon yang ditebang dan tidak ditebang. Banyaknya kayu
sisa yang dihasilkan berdasarkan asalnya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Volume kayu sisa berdasarkan asal kayu sisa
Volume
Asal Kayu Sisa
Total (m³)
(m³/ha)
Pohon ditebang
141.87
3.63
Pohon tidak ditebang
74.53
1.85
Total
216.40
5.48

(%)
65.56
34.44
100.00

Pohon yang ditebang menghasilkan kayu sisa sebesar 3.63 m³/ha (65.56%),
sedangkan pohon tidak ditebang menghasilkan kayu sisa sebesar 1.85 m³/ha
(34.44%). Kayu sisa yang berasal dari pohon tidak ditebang lebih sedikit
dibandingkan dengan kayu sisa yang berasal dari pohon ditebang. Hal ini
dikarenakan sebagian besar pohon tidak ditebang hanya memiliki diameter 10-20
cm, sedangkan pohon ditebang memiliki diameter ≥ 40 cm.
Jenis dan Bentuk Kayu Sisa
Kayu sisa pohon ditebang dibedakan menjadi lima bentuk yaitu tunggak,
potongan pendek, batang atas, cabang, dan ranting (Budiaman 2000). Kayu sisa
pohon ditebang sebesar 141.87 m³ atau 41.72% dari total volume kayu yang
dihasilkan. Berdasarkan bentuknya, volume kayu sisa berupa tunggak sebesar
17.68 m³ (5.20 %), potongan pendek sebesar 23.56 m³ (6.93 %), batang atas
sebesar 38.40 m³ (11.29 %), cabang sebesar 42.71 m³ (12.56 %), dan ranting
sebesar 19.54 m³ (5.75 %). Banyaknya kayu sisa pohon ditebang berdasarkan
bentuknya disajikan pada Tabel 7 dan Lampiran 2.

9

Tabel 7 Volume dan persentase kayu sisa pohon ditebang berdasarkan bentuknya
Bentuk Kayu Sisa
Tunggak
Potongan pendek
Batang atas
Cabang
Ranting
Total

3

(m /pohon)
1.18
1.57
2.56
2.85
1.30
9.46

Volume
Total (m³)
17.68
23.56
38.40
42.71
19.54
141.87

(%)
12.46
16.61
27.06
30.10
13.77
100.00

Kayu sisa berupa cabang merupakan kayu sisa yang memiliki volume dan
persentase terbesar, sedangkan kayu sisa yang memiliki volume dan persentase
terkecil adalah tunggak. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
Viriandarhenny (2012) yang menyatakan bahwa kayu sisa terbesar berasal dari
potongan pendek dengan persentase sebesar 7.4 %, sedangkan kayu sisa terkecil
berasal dari cabang dan ranting dengan persentase 4.7 %. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan keadaaan cabang dan ranting yang ditemukan dalam kegiatan
penelitian. Viriandarhenny (2012) melaporkan bahwa cabang dan ranting yang
ditemukan dalam penelitian rata-rata dalam keadaan hancur sehingga tidak dapat
diukur. Lain halnya dengan penelitian ini, cabang dan ranting yang ditemukan
rata-rata dalam keadaan yang utuh sehingga dapat diukur. Selain itu, diameter
cabang yang ditemukan cukup besar, bahkan terdapat cabang yang diameternya
mencapai 73 cm.
Kayu sisa berupa tunggak yang ditemukan memiliki tinggi rata-rata 1.25 m.
Tinggi tunggak tersebut tidak sesuai dengan batas ketinggian maksimum untuk
hutan alam yaitu 50 cm di atas permukaan tanah. Elias (1999) menyatakan bahwa
untuk mencapai pemanenan dengan sistem RIL (Reduced Impact Logging),
pemotongan tunggak harus dilakukan serendah mungkin untuk menghindari
kerugian kayu, sehingga batas ketinggian maksimum yang paling optimal adalah
50 cm.
Batang atas adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang
merupakan perpanjangan dari batang utama (Budiaman 2000). Berdasarkan hasil
perhitungan, batang atas merupakan kayu sisa terbanyak kedua setelah cabang
dengan volume 38.40 m³ dan persentase 27.06%. Banyaknya batang atas yang
dihasilkan karena diameter dan panjang dari batang atas cukup besar. Kayu sisa
berupa batang atas yang ditemukan di lapangan memiliki diameter rata-rata 59.17
cm dengan panjang rata-rata 7.9 m. Semakin besar diameter dan panjang batang
atas tersebut, maka akan semakin besar pula volumenya.
Kayu sisa berupa potongan pendek yang diukur di lapangan adalah
potongan antara ujung tunggak sampai batas pangkal kayu komersial hasil
pemotongan batang (trimming) serta antara batas ujung kayu komersial sampai
batas cabang pertama. Potongan tersebut tidak dimanfaatkan dan dibiarkan begitu
saja di dalam hutan meskipun memiliki diameter yang besar. Potongan pendek
yang ditemukan memiliki diameter rata-rata 91.42 cm dengan panjang rata-rata
1.88 m.
Seperti halnya cabang, ranting pun biasanya tidak dikategorikan sebagai
kayu sisa pemanenan. Namun ternyata di lapangan begitu banyak ranting yang

10

memiliki diameter lebih dari atau sama dengan 10 cm. Hal ini dapat dibuktikan
dengan volume ranting yang mencapai 19.54 m³ dengan persentase 13.77%.
Bahkan dalam penelitian ini, ranting tidak menempati urutan terakhir dari
banyaknya kayu sisa yang dihasilkan.
Lain halnya dengan kayu sisa pohon ditebang, kayu sisa pohon tidak
ditebang dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu pohon roboh, patah batang, dan
rusak tajuk. Kayu sisa pohon tidak ditebang sebesar 74.53 m. Berdasarkan
bentuknya, volume kayu sisa berupa pohon roboh sebesar 45.27 m³ (58.48%),
patah batang sebesar 24.98 m³ (32.28%), dan rusak tajuk sebesar 4.28 m³ (5.53%).
Banyaknya kayu sisa pohon tidak ditebang berdasarkan bentuknya disajikan pada
Tabel 8 dan Lampiran 3.
Tabel 8 Volume dan persentase kayu sisa pohon tidak ditebang berdasarkan
bentuknya
Bentuk Kayu Sisa
Pohon roboh
Patah batang
Rusak tajuk
Total

3

(m /pohon)
3.02
1.67
0.29
4.97

Volume
Total (m³)
45.27
24.98
4.28
74.53

(%)
60.74
33.52
5.74
100.00

Banyaknya pohon lain yang menjadi kayu sisa disebabkan oleh beberapa
faktor. Berdasarkan pengamatan di lapangan, faktor penyebab utama yaitu
penebang tidak memperhatikan kondisi tegakan pada areal penebangan dan hanya
terfokus pada arah condongnya tajuk ketika akan menebang sehingga banyak
pohon lain yang terkena dampaknya. Selain itu, akar-akar yang bergelantungan
menyebabkan pohon lain terbawa oleh pohon yang ditebang sehingga pohon lain
ikut rebah.
Seluruh kayu sisa yang dihasilkan sebesar 216.40 m³. Volume kayu sisa
pohon tidak ditebang lebih kecil dibandingkan dengan volume kayu sisa pohon
ditebang. Kayu sisa pohon ditebang sebesar 141.87 m³ atau setara dengan 65.56%
dari seluruh kayu sisa, sedangkan kayu sisa pohon tidak ditebang sebesar 74.53 m³
atau setara dengan 34.44% dari seluruh kayu sisa. Perbandingan banyaknya kayu
sisa berdasarkan jenis dan bentuknya disajikan pada Tabel 9.

11

Tabel 9 Kayu sisa berdasarkan jenis dan bentuknya
No.

Bentuk Kayu Sisa

Volume
(m³)

(%)

17.68
23.56
38.40
42.71
19.54
141.87

8.17
10.89
17.74
19.74
9.03
65.56

45.27
24.98
4.28
74.53
216.40

20.92
11.55
1.98
34.44
100.00

A

Pohon yang ditebang
1. Tunggak
2. Potongan pendek
3. Batang atas
4. Cabang
5. Ranting
Jumlah A
B
Pohon yang tidak ditebang
1. Pohon roboh
2. Patah batang
3. Rusak tajuk
Jumlah B
Total

Bagi sebagian besar pemegang IUPHHK-HA, kayu sisa adalah bagian kayu
dari pangkal pohon hingga batang bebas cabang yang tidak dimanfaatkan dan
dibiarkan saja di hutan. Kayu yang memiliki diameter kecil seperti cabang dan
ranting tidak dikategorikan sebagai kayu sisa. Batasan kayu sisa tersebut berbeda
dengan apa yang tercantum pada Surat Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No.
212/Kpts/IV-PHH/1990 tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan
Kayu Limbah Pemanenan. Banyaknya kayu sisa berdasarkan SK Dirjen
Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Volume dan persentase kayu sisa berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan
Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990
Volume Kayu Sisa
Volume Kayu Sisa
Total
Kelompok
Pohon Ditebang
Pohon Tidak Ditebang
Kayu Sisa
(m³)
(%)
(m³)
(%)
(m³)
(%)
I
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
II
26.40
32.04
23.96
29.08
50.36
61.12
III
31.84
38.65
0.19
0.23
32.03
38.88
Total
58.24
70.69
24.15
29.31
82.39 100.00
Keterangan:
I.
Kayu yang tidak temasuk dalam kategori kayu indah atau kayu dekoratif
dengan tujuan penggunaan tertentu
II. Kayu bulat yang mempunyai diameter kurang dari 30 cm tanpa batasan
panjang
III. Kayu bulat yang mempunyai panjang kurang dari 2 m tanpa batasan
diameter

12

Berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990,
total kayu sisa yang dihasilkan sebesar 82.39 m³ terdiri atas 58.24 m³ (70.69%)
kayu sisa pohon ditebang dan 24.15 m³ (29.31%) kayu sisa pohon tidak ditebang.
Hasil perhitungan volume kayu sisa pada Tabel 10 menunjukkan hasil yang
berbeda dengan hasil perhitungan pada Tabel 9. Hal tersebut dikarenakan
perbedaan batasan diameter. Batasan diameter kayu sisa yang digunakan dalam
perhitungan pada Tabel 9 adalah ≥10 cm, sedangkan batasan diameter kayu sisa
yang digunakan dalam perhitungan volume pada Tabel 10 adalah batasan kayu
sisa berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990
tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pemanenan .
Faktor Eksploitasi
Faktor eksploitasi adalah indeks yang menunjukkan persentase volume
pohon yang dimanfaatkan dari volume pohon yang ditebang (Sianturi et al. 1984).
Menurut Dulsalam (1995) pada hakekatnya faktor eksploitasi sangat erat
kaitannya dengan limbah (kayu sisa) pemanenan kayu. Semakin besar limbah
pemanenan kayu yang terjadi maka akan semakin kecil tingkat eksploitasi yang
didapat dan semakin kecil limbah pemanenan kayu yang terjadi maka akan
semakin besar faktor eksplotasi pemanenan hutan. Hasil perhitungan faktor
eksploitasi disajikan pada Tabel 11, Lampiran 4 dan Lampiran 5.
Tabel 11 Hasil perhitungan faktor eksploitasi
Batasan Kayu Sisa
Ø ≥10 cm
SK Dirjen Pengusahaan Hutan
No. 212/Kpts/IV-PHH/1990

Proporsi Kayu Sisa
0.42
0.23

Faktor Eksploitasi
0.58
0.77

Berdasarkan batas diameter terkecil (Ø ≥10 cm), faktor eksploitasi yang
dihasilkan sebesar 0.58. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan kayu
yang ditebang sebesar 58%, sedangkan kayu sisa yang dihasilkan sebesar 42%.
Nilai faktor eksploitasi ini berada jauh dibawah batas yang ditetapkan oleh
Departemen Kehutanan yaitu 0.70. Namun berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan
Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990, faktor eksplotasi yang dihasilkan sebesar 0.77.
Angka tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan kayu yang ditebang sebesar
77%, sedangkan kayu sisa yang dihasilkan sebesar 23%.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kayu sisa pohon yang ditebang sebesar 65.56% dari total kayu sisa yang
dihasilkan. Berdasarkan bentuknya, volume kayu sisa pohon ditebang berupa
tunggak sebesar 8.17%, potongan pendek sebesar 10.89%, batang atas sebesar
17.74%, cabang sebesar 19.74%, dan ranting sebesar 9.03%. Kayu sisa pohon
tidak ditebang sebesar 34.44% dari total kayu sisa yang dihasilkan. Berdasarkan
bentuknya, volume kayu sisa pohon tidak ditebang berupa pohon roboh sebesar
20.92%, patah batang sebesar 11.55%, dan rusak tajuk sebesar 1.98%.

13

Saran
Kayu sisa yang dihasilkan relatif besar sehingga perlu adanya perencanaan
sebelum penebangan agar kegiatan penebangan lebih terarah dan tidak terlalu
banyak menimpa pohon lain, serta perlu adanya upaya pemanfaatan kayu sisa oleh
pihak perusahaan agar kayu sisa yang dihasilkan dapat ditekan dan faktor
ekslpoitasi dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiaman A. 2000. Kuantifikasi kayu bulat kecil limbah pemanenan pada
pengusahaan hutan alam. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan IPB. 13 (2): 34-43.
Budiaman A. 2008. Simulasi pembagian batang sistem kayu pendek pada
pembagian batang kayu serat jenis mangium. Jurnal Hasil Hutan. 14 (2):
61-65.
Budiaman A, Pradata AA. 2013. Low impact felling distance and allowable
number of felled trees in TPTI system. Jurnal Manajemen Hutan Tropika.
XIX(3):194-200.doi:10.7226/jtfm.19.3.194.
Budiarta. 2001. Pengamatan tegakan tinggal setelah penebangan di PT Inhutani II,
Sub Unit Malinau, Kalimantan Timur [laporan magang]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Cochran GW. 1997. Teknik Penarikan Sampel. Willey Jhon and Sons, penerjemah.
Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Sampling Technique.
Departemen Kehutanan. 1990. Keputusan Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan
No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 tentang Pedoman Teknis Penekanan dan
Pemanfaatan Kayu Limbah Pemanenan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan Departemen Kehutanan. 1987.
Peningkatan Produktivitas Sumber Kekayaan Hutan Menyongsong Tinggal
Landas. Pokok-pokok Pikiran pada Rapat Kerja Pembangunan Sumberdaya
Hutan tanggal 16-19 Juli 1987 di Yogyakarta. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. 2009. Metode Pengukuran Kayu
Bulat Rimba Indonesia.
Dulsalam. 1995. Usaha Untuk Meminimalisasi Limbah Eksploitasi dalam Rangka
Peningkatan Nilai Mutu Produksi. Makalah Penunjang dalam Ekspose
Penelitian Hasil Hutan. Bogor: Lembaga Penelitian Hasil Hutan: 17-19.
Elias. 1999. Reduced Impact Timber Harvesting in the Indonesia Selective Cutting
and Planting System. Bogor (ID): IPB Press.
Muhtariana D. 2013. Kuantifikasi kayu sisa penebangan habis jati di RPH
Panggung BKPH Dagangan KPH Madiun [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
[PT INH] PT Inhutani II Unit Malinau. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam: Kalimantan Utara.
Sasmita RL. 2003. Limbah pemanenan hutan alam di Indonesia [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

14

Sianturi A, Soerianegara I, Suprapto RS, Naman S. 1984. Faktor Eksploitasi di
Hutan Alam Dipterokarpa Pulau laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 1 (1):
1-10.
Supangat A. 1997. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan
Nonparametrik. Jakarta (ID): Prenada Media Group.
[SNI] Standar-standar Nasional Indonesia. 1999. SNI 01-5008. Kayu Gergajian
Rimba. Badan Standarisasi Indonesia.
Viriandarhenny YE. 2012. Limbah penebangan dan faktor eksploitasi pemanenan
kayu di PT. Mamberamo Alasmandiri Provinsi Papua [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Widarmana S. 1973. Penelitian logging waste dan kemungkinan pemanfaatannya
di Jawa dan Kalimantan Timur. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 3 (3):235346.

15

LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pohon yang ditebang
No. Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jenis Pohon
Keruing
Keruing
Nyatoh
Meranti merah
Meranti merah
Meranti merah
Kapur
Keruing
Meranti putih
Meranti putih
Meranti merah
Kapur
Meranti merah
Keruing
Keruing
Rata-rata

Dbh (cm)
92.36
75.80
121.02
72.00
84.39
83.00
128.50
65.00
85.00
73.50
74.50
127.50
104.50
136.94
141.72
97.72

Tinggi
Total (m)
43
44
41
42
38
49
47
46
53
40
39
50
50
45
53
45.33

Tbc
(m)
32
34
27
22
26
27
34
38
42
27
24
18
42
30
23
29.73

Luas Plot
(ha)
2.32
2.43
2.11
2.22
1.81
3.02
2.77
2.66
3.53
2.01
1.91
3.14
3.14
2.54
3.53
2.61

16

Lampiran 2 Hasil perhitungan volume kayu sisa pohon yang ditebang
No. Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jenis Pohon
Keruing
Keruing
Nyatoh
Meranti merah
Meranti merah
Meranti merah
Kapur
Keruing
Meranti putih
Meranti putih
Meranti merah
Kapur
Meranti merah
Keruing
Keruing
Total

Batang
Komersial
16.46
11.01
12.15
10.84
7.64
12.79
24.35
6.45
11.70
8.95
5.68
16.97
15.35
11.72
26.09
198.15

Tunggak
0.84
0.76
2.06
0.93
0.64
0.42
2.87
0.65
1.33
0.37
0.52
1.50
1.47
1.68
1.64
17.68

Volume (m³)
Potongan
Batang
Pendek
Atas
0.19
1.47
0.25
2.07
4.46
3.86
0.39
1.01
0.91
0.00
1.30
0.68
0.74
2.85
0.51
7.79
1.24
3.96
1.69
1.26
1.84
0.56
3.32
0.00
3.64
4.69
1.03
6.23
2.05
1.97
23.56
38.40

Cabang

Ranting

Volume Kayu
Sisa (m3)

1.13
0.19
1.91
1.30
1.81
3.56
5.42
0.38
2.00
9.62
1.59
3.56
3.66
3.26
3.32
42.71

0.00
0.00
0.14
0.21
0.35
2.92
2.11
0.12
0.34
0.73
0.87
5.74
1.54
3.11
1.35
19.54

3.64
3.27
12.44
3.84
3.70
8.87
13.98
9.45
8.86
13.68
5.39
14.10
15.00
15.30
10.33
141.87

17

Lampiran 3 Hasil perhitungan volume kayu sisa pohon tidak ditebang
No. Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total

Pohon
Roboh
6.22
0.84
3.00
0.05
0.00
0.00
0.94
4.26
12.56
4.86
0.00
2.19
4.02
1.36
4.97
45.27

Volume (m³)
Patah
Batang
0.00
0.00
0.00
0.14
1.00
0.77
0.25
0.00
4.58
7.49
1.44
2.20
1.73
2.22
3.15
24.98

Rusak
Tajuk
0.00
0.05
0.00
0.11
0.03
0.00
1.85
0.00
0.19
0.00
1.34
0.00
0.47
0.03
0.21
4.28

Volume Kayu
Sisa (m3)
6.22
0.90
3.00
0.29
1.03
0.77
3.04
4.26
17.33
12.36
2.78
4.39
6.22
3.62
8.34
74.53

18

Lampiran 4 Hasil perhitungan faktor eksplotasi (diameter kayu sisa ≥10 cm)
No.
Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jenis Pohon
Keruing
Keruing
Nyatoh
Meranti merah
Meranti merah
Meranti merah
Kapur
Keruing
Meranti putih
Meranti putih
Meranti merah
Kapur
Meranti merah
Keruing
Keruing
Rata-rata

Volume Kayu
Dimanfaatkan
(m³)
16.46
11.01
12.15
10.84
7.64
12.79
24.35
6.45
11.70
8.95
5.68
16.97
15.35
11.72
26.09
13.21

Volume Kayu
Sisa (m³)

Volume Total Kayu
Ditebang (m³)

Proporsi Kayu
Sisa

Faktor Eksploitasi

3.63
3.27
12.43
3.84
3.70
8.88
13.99
9.45
8.87
13.68
5.38
14.11
15.01
15.30
10.34
9.46

20.09
14.28
24.58
14.68
11.34
21.67
38.34
15.90
20.57
22.63
11.06
31.08
30.36
27.02
36.43
22.67

0.18
0.23
0.51
0.26
0.33
0.41
0.36
0.59
0.43
0.60
0.49
0.45
0.49
0.57
0.28
0.42

0.82
0.77
0.49
0.74
0.67
0.59
0.64
0.41
0.57
0.40
0.51
0.55
0.51
0.43
0.72
0.58

19

Lampiran 5 Hasil perhitungan faktor eksplotasi (kayu sisa berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990)
No.
Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jenis pohon
Keruing
Keruing
Nyatoh
Meranti merah
Meranti merah
Meranti merah
Kapur
Keruing
Meranti putih
Meranti putih
Meranti merah
Kapur
Meranti merah
Keruing
Keruing
Rata-rata

Volume Kayu
Dimanfaatkan
(m³)
16.46
11.01
12.15
10.84
7.64
12.79
24.35
6.45
11.70
8.95
5.68
16.97
15.35
11.72
26.09
13.21

Volume Kayu
Sisa (m³)

Volume Total Kayu
Ditebang (m³)

Proporsi Kayu
Sisa

Faktor Eksploitasi

1.66
1.20
2.97
2.31
2.32
5.63
4.78
1.67
4.91
3.63
2.39
8.62
3.86
5.68
6.60
3.88

18.12
12.21
15.12
13.15
9.96
18.42
29.13
8.12
16.61
12.58
8.07
25.59
19.21
17.40
32.69
17.09

0.09
0.10
0.20
0.18
0.23
0.31
0.16
0.21
0.30
0.29
0.30
0.34
0.20
0.33
0.20
0.23

0.91
0.90
0.80
0.82
0.77
0.69
0.84
0.79
0.70
0.71
0.70
0.66
0.80
0.67
0.80
0.77

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 November 1992 dari ayah Ismail
dan ibu Ida Mulyani. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara. Tahun
2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Leuwiliang dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN
dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama
mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Hutan tahun ajaran 2012/2013 dan Dendrologi tahun ajaran 2013/2014. Pada
tahun 2012 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH)
di Sancang dan Kamojang. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek
Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Pada
tahun 2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) dan penelitian di
IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau, Kalimantan Utara. Penulis juga aktif
sebagai anggota Kelompok Studi Pemanfaatan sumberdaya Hutan Himpunan
Profesi Forest Management Students Club (FMSC).