Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal, Aorta Abdominalis, dan Kantung kemih pada Babi (Sus scrofa domestica)

ABSTRAK
ADHI MEDIESYAH AHMAD. Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal,
Aorta Abdominalis, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica).
Dibimbing oleh RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfometri struktur internal
organ ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa
domestica) sehingga dapat dijadikan data acuan untuk posisi pemeriksaan, bentuk,
ekhogenitas, dan ukuran organ. Ultrasonografi (USG) dilakukan pada enam ekor
babi, tiga ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25.0-31.0 kg.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah dilakukan untuk memastikan babi dalam
kondisi sehat. Ultrasonografi organ ginjal dan aorta abdominalis diamati pada
posisi lateral recumbency, sedangkan organ kantung kemih diamati pada posisi
dorsal recumbency. Pemeriksaan USG menggunakan transduser tipe konveks
frekuensi 5.5 MHz dengan posisi transversal dan sagital. Hasil pengukuran ginjal
kanan adalah panjang= 7.02±0.40 cm, tinggi= 2.74±0.08 cm, dan tebal=
4.51±0.27 cm, untuk ginjal kiri adalah panjang= 6.64±0.72 cm, tinggi= 2.59±0.09
cm, dan tebal= 3.44±0.32 cm. Hasil pengukuran diameter aorta abdominalis
adalah 1.00±0.14 cm. Ukuran maksimum panjang ginjal dan diameter aorta
abdominalis dibandingkan untuk mendapatkan nilai rasio keduanya, didapatkan
hasil 1:7.02 untuk ginjal kanan dan 1:6.64 untuk ginjal kiri. Hasil pengukuran
ketebalan dinding kantung kemih secara sagital adalah 0.26±0.09 cm dan secara

transversal adalah 0.25±0.10 cm. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data ukuran
normal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi.
Kata kunci: ginjal, kantung kemih, morfometri, Sus scrofa domestica,
ultrasonografi

ABSTRACT
ADHI MEDIESYAH AHMAD. The Internal Structure Morphometry of the
Kidney, Abdominal Aorta, and Bladder on Pig (Sus scrofa domestica). Supervised
by RR. SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.
This study aimed to know the internal structure morphometry of the kidney,
abdominal aorta, and bladder on pig (Sus scrofa domestica), therefore the data can
be used to be the reference of position, form, echogenicity, and size of the organ.
An ultrasound performed on six pigs, three males and three females with body
weight 25.0-31.0 kg. Physical examination and blood analysis were done to make
sure the pig in a healthy condition. Ultrasound of the kidney and abdominal aorta
observed in lateral recumbency position, whereas the bladder were observed on
the dorsal recumbency position. Ultrasound was performed using a 5.5 MHz
convex transducer at the transversal and sagittal position. Results of the right
kidney was 7.02±0.40 cm in length, 2.74±0.08 cm in height, and 4.51±0.27 cm in
width, for the left kidney was 6.64±0.72 cm in length, 2.59±0.09 cm in height, and

3.44±0.32 cm in width. Diameter results of the abdominal aorta was 1.00±0.14

cm. The maximum length of the kidneys and the diameter of the abdominal aorta
were compared to get the ratio value. The ratio value results was 1:7.02 for the
right kidney and 1:6.64 for the left kidney. Wall thickness results of bladder in
sagittal view was 0.26±0.12 cm and in transversal view was 0.25±0.10 cm. The
results of this research can be a normal data for the size of the kidneys, abdominal
aorta, and bladder on a pig.
Key words: bladder, kidney, morphometry, Sus scrofa domestica, ultrasound

MORFOMETRI STRUKTUR INTERNAL GINJAL,
AORTA ABDOMINALIS, DAN KANTUNG KEMIH PADA
BABI (Sus scrofa domestica)

ADHI MEDIESYAH AHMAD

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Morfometri
Struktur Internal Organ Ginjal, Aorta Abdominalis, dan Kantung Kemih pada
Babi (Sus scrofa domestica) adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013
Adhi Mediesyah Ahmad
B04080030

ABSTRAK
ADHI MEDIESYAH AHMAD. Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal,
Aorta Abdominalis, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica).
Dibimbing oleh RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfometri struktur internal

organ ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa
domestica) sehingga dapat dijadikan data acuan untuk posisi pemeriksaan, bentuk,
ekhogenitas, dan ukuran organ. Ultrasonografi (USG) dilakukan pada enam ekor
babi, tiga ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25.0-31.0 kg.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah dilakukan untuk memastikan babi dalam
kondisi sehat. Ultrasonografi organ ginjal dan aorta abdominalis diamati pada
posisi lateral recumbency, sedangkan organ kantung kemih diamati pada posisi
dorsal recumbency. Pemeriksaan USG menggunakan transduser tipe konveks
frekuensi 5.5 MHz dengan posisi transversal dan sagital. Hasil pengukuran ginjal
kanan adalah panjang= 7.02±0.40 cm, tinggi= 2.74±0.08 cm, dan tebal=
4.51±0.27 cm, untuk ginjal kiri adalah panjang= 6.64±0.72 cm, tinggi= 2.59±0.09
cm, dan tebal= 3.44±0.32 cm. Hasil pengukuran diameter aorta abdominalis
adalah 1.00±0.14 cm. Ukuran maksimum panjang ginjal dan diameter aorta
abdominalis dibandingkan untuk mendapatkan nilai rasio keduanya, didapatkan
hasil 1:7.02 untuk ginjal kanan dan 1:6.64 untuk ginjal kiri. Hasil pengukuran
ketebalan dinding kantung kemih secara sagital adalah 0.26±0.09 cm dan secara
transversal adalah 0.25±0.10 cm. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data ukuran
normal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi.
Kata kunci: ginjal, kantung kemih, morfometri, Sus scrofa domestica,
ultrasonografi


ABSTRACT
ADHI MEDIESYAH AHMAD. The Internal Structure Morphometry of the
Kidney, Abdominal Aorta, and Bladder on Pig (Sus scrofa domestica). Supervised
by RR. SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.
This study aimed to know the internal structure morphometry of the kidney,
abdominal aorta, and bladder on pig (Sus scrofa domestica), therefore the data can
be used to be the reference of position, form, echogenicity, and size of the organ.
An ultrasound performed on six pigs, three males and three females with body
weight 25.0-31.0 kg. Physical examination and blood analysis were done to make
sure the pig in a healthy condition. Ultrasound of the kidney and abdominal aorta
observed in lateral recumbency position, whereas the bladder were observed on
the dorsal recumbency position. Ultrasound was performed using a 5.5 MHz
convex transducer at the transversal and sagittal position. Results of the right
kidney was 7.02±0.40 cm in length, 2.74±0.08 cm in height, and 4.51±0.27 cm in
width, for the left kidney was 6.64±0.72 cm in length, 2.59±0.09 cm in height, and
3.44±0.32 cm in width. Diameter results of the abdominal aorta was 1.00±0.14

cm. The maximum length of the kidneys and the diameter of the abdominal aorta
were compared to get the ratio value. The ratio value results was 1:7.02 for the

right kidney and 1:6.64 for the left kidney. Wall thickness results of bladder in
sagittal view was 0.26±0.12 cm and in transversal view was 0.25±0.10 cm. The
results of this research can be a normal data for the size of the kidneys, abdominal
aorta, and bladder on a pig.
Key words: bladder, kidney, morphometry, Sus scrofa domestica, ultrasound

MORFOMETRI STRUKTUR INTERNAL GINJAL,
AORTA ABDOMINALIS, DAN KANTUNG KEMIH PADA
BABI (Sus scrofa domestica)

ADHI MEDIESYAH AHMAD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Penelitian: Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal, Aorta Abdominalis,
dan Kantung kemih pada Babi (Sus scrofa domestica)
Nama
: Adhi Mediesyah Ahmad
NIM
: B04080030

Disetujui oleh

drh Rr Soesatyoratih. MSi
Pembimbing I

drh Deni Noviana. PhD
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono. MS PhD APVet

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, keluarga, dan para sahabat.
Skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya dukungan beberapa
pihak. Atas segala bantuan dari semua pihak, penulis menghaturkan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Drh Rr Soesatyoratih. MSi dan drh Deni Noviana. PhD selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan,
dan motivasi kepada penulis.
2. Kakek H. Abdul Aziz bin H. Muhayar, Nenek Hj. Fatimah binti H. Moh.
Sholeh, Kedua orang tua Papa dan Mama, kedua adik Rahmat dan Rahmi,
serta segenap keluarga penulis atas doa, kasih sayang, perhatian, semangat,
dan energi tidak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

3. Seluruh staf dosen dan pegawai di bagian Bedah dan Radiologi yang telah
membantu studi dan penyelesaian skripsi ini.
4. PT. Karindo Alkestron atas kerjasamanya dalam pengadaan mesin
ultrasonografi.
5. Trie Wiyata Lestary yang telah memberikan semangat, waktu, dan masukan
yang sangat berguna dalam penyelesaian tulisan ini.
6. Teman-teman satu bimbingan, Tri Budiarti Nengsih, Lynn Kaat Laura
Kurniawan, Ajeng Kandynesia, Andi Rahayu, Kurniawan Prasetya, Hastin
Utami, Ruri Andriani, dan Kholis Afidatunnisa atas kebersamaan dan
semangat yang selalu diberikan kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat M. Yoga Suprayogi, Kadek Dwi Setiawan, Made Dwi
Tanaya, Hafiz Furqonul Aziz, Ismi Wahyuniati, Rahmanitia Puhanda,
Nurhayati Suwartiani yang selalu ada dalam suka dan duka yang tidak hentihentinya memberikan dorongan dan doa.
8. Teman-teman AVENZOAR dan seluruh keluarga besar Fakultas Kedokteran
Hewan IPB yang telah membantu kelancaran studi penulis.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, saran, dan kritik
yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan.
Bogor, Januari 2013
Adhi Mediesyah Ahmad


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Babi
Ultrasonografi
Sistem Urinari
Ultrasonografi Sistem Urinari
METODE
Bahan Penelitian
Peralatan Penelitian
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Prosedur Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemeriksaan Fisik Babi

Hasil Pemeriksaan Darah Babi
Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Ginjal Babi
Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Diameter Aorta
Abdominalis
Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Tebal Dinding Kantung
Kemih pada Babi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

x
x
xi
1
1
2
2
2
3
4
5
5
5
5
7
8
9
12
14
16
16
17
21

DAFTAR GAMBAR
1 Sonogram Organ Ginjal Normal
2 Teknik Pengukuran Sonogram Ginjal Potongan Sagital dan Transversal
3 Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Diameter Aorta Abdominalis
4 Pengamatan Sonogram Kantung Kemih
5 Pengukuran Tebal Dinding Kantung Kemih

9
10
12
15
15

DAFTAR TABEL
1 Hasil Pemeriksaan Fisik Babi
2 Hasil Pemeriksaan Darah Babi
3 Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Ginjal
4 Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Medula dan Korteks pada Ginjal
5 Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Diameter Aorta Ginjal
6 Perbandingan Ukuran Diameter Aorta terhadap Panjang Ginjal
7 Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Tebal Dinding Kantung Kemih

7
8
11
12
13
14
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Babi merupakan salah satu ternak penghasil daging yang cukup produktif
dan memiliki berbagai keuntungan dibandingkan dengan ternak lain. Keuntungan
beternak babi adalah pertumbuhannya cepat, beranak banyak antara 6 sampai 12
ekor, dapat melahirkan anak dua kali dalam setahun, bahkan lima kali dalam dua
tahun (Aritonang 1993).
Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan untuk melakukan
transplantasi organ dengan baik, namun ketersediaan sumber jaringan atau organ
manusia untuk ditransplantasikan sangat sedikit. Karena itu banyak ahli
memikirkan kemungkinan menggunakan hewan sebagai sumber organ dan
jaringan untuk ditransplantasikan. Pengetahuan terhadap ukuran normal ini
diperlukan, mengingat kemiripan anatomi dan fisiologi ginjal babi dengan ginjal
manusia, kemiripan ini menjadikan ginjal babi sebagai organ potensial untuk
ditransplantasikan ke manusia (Sampaio et al. 1998).
Pemanfaatan yang besar akan babi menuntut ketersediaan babi dengan
kualitas kesehatan yang baik semakin meningkat. Penggunaan alat penunjang
diagnostik untuk pemeriksaan kesehatan seringkali dilakukan, salah satunya
dengan menggunakan ultrasonografi (USG). Ultrasonografi pada awalnya
digunakan untuk menghitung ketebalan lemak dan otot pada babi, hal ini
dilakukan untuk melakukan program penggemukan babi dan juga menilai
program manajemen nutrisi peternakan babi (See 1998). Dewasa ini,
ultrasonografi seringkali digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan
kebuntingan pada hewan, termasuk babi seperti evaluasi ovari, evaluasi embrio,
prediksi waktu ovulasi, kelainan organ genital dan uterin, seperti memeriksa
infeksi pada kantung kemih (Boulot 2010), mengevaluasi dan mengeluarkan batu
dalam ginjal dengan menggunakan gelombang ultrasound ( Shah et al. 2012).
Gangguan pada organ sangat berkaitan erat dengan morfometri baik bentuk
dan ukuran dari organ yang bersangkutan. Data normal mengenai morfometri
struktur internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus
scrofa domestica) sampai saat ini belum ada. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui morfometri struktur internal organ tersebut pada babi
(Sus scrofa domestica), salah satu teknik yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan USG.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfometri struktur internal
ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica)
sehingga dapat menjadi data acuan untuk posisi pemeriksaan, bentuk,
ekhogenitas, dan ukuran ginjal dan kantung kemih normal.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi morfometri struktur
internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa
domestica).

TINJAUAN PUSTAKA
Babi
Babi memiliki banyak kesamaan dengan manusia baik secara genetik
maupun fisiologi, hal ini membuat babi menjadi hewan model yang sangat
menjanjikan bagi manusia (Critser et al. 2009). Dibandingkan dengan hewan
primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan
penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan
penyakit ke manusia. Perkembangan dalam bidang farmaseutik, babi digunakan
sebagai tempat produksi hemoglobin (Hb) manusia (Van et al. 2001 dan Lindsay
et al. 2004).
Babi menjadi sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang
sangat baik pada penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii
et al. 2006), obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al.
2000), kanker (Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos
et al. 2004) dan penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein,
patobiologi saluran pencernaan, kerusakan dan perbaikan sel, dan sebagai sumber
potensial penggunaan organ dalam xenotransplantasi (Lai et al. 2002b).
Selain itu, babi juga sangat menjanjikan untuk dijadikan sumber organ
transplantasi (Randall S et al. 2008) dan hibrid organ (Beschorner et al. 2003a;
Beschorner et al. 2003b) bagi manusia. Menurut Dyce et al. (2002) struktur
internal dari ginjal babi sangat mirip dengan yang dimiliki manusia. Babi juga
digunakan sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti diabetes (Renner
et al. 2008), cystic fibrosis dan alzheimer’s disease (Kragh et al. 2008),
Huntington’s disease (Uchida et al. 2001).
Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan teknik diagnosis pencitraan struktur
internal suatu organ atau jaringan yang dihasilkan akibat interaksi antara
gelombang suara berfrekuensi sangat tinggi (ultrasound) dengan jaringan, organ,
atau struktur lain yang terdapat pada tubuh hewan. Diagnosis USG menggunakan
ultrasound yang berkisar antara 2-13 MHz. Kisaran frekuensi ini jauh lebih besar
daripada frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia antara 20-20.000 Hz.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan
USG dengan frekuensi yang semakin tinggi (>13 MHz) memungkinkan detail
resolusi gambar yang dihasilkan menjadi semakin baik. Namun aplikasi USG
dengan frekuensi yang rendah 2-5 MHz tetap diperlukan untuk diagnosis organorgan atau jaringan tubuh yang terletak lebih profundal (Noviana et al. 2012).

3
Alat USG bekerja berdasarkan prinsip pulse-ekho. Pulse merupakan
getaran/gelombang suara yang dihasilkan oleh transduser yang akan
ditransmisikan mengenai jaringan yang akan dicitrakan, sedangkan ekho
merupakan gelombang suara pantul yang dihasilkan akibat interaksi antara pulse
dengan jaringan tersebut. Gelombang pantulan ini akan diterima kembali oleh
transduser, lalu oleh transduser getaran pantul ini akan diterjemahkan menjadi
gambar yang akan ditampilkan lewat layar USG. Kejelasan gambar yang timbul
sangat tergantung besarnya ekho yang dihasilkan dan berhasil ditangkap kembali
oleh transduser (McCurnin 2002).
Menurut Noviana et al. (2012), terdapat tiga derajat ekhogenitas yang dapat
dilihat pada hasil gambar USG adalah hyperechoic, hypoechoic, dan anechoic.
Hyperechoic menunjukkan ekhogenitas tinggi, artinya ekho yang dihasilkan
banyak sehingga terlihat warna putih pada hasil USG, contohnya tulang, udara,
kolagen, dan lemak. Hypoechoic menunjukkan ekhogenitas rendah, artinya ekho
yang dihasilkan sedikit sehingga terlihat warna abu-abu pada hasil USG,
contohnya semua jaringan lunak. Anechoic menunjukkan tidak ada ekho yang
dihasilkan sehingga terlihat warna hitam pada hasil USG, contohnya cairan, urin,
dan darah.
Gelombang suara yang dihasilkan oleh alat USG sangat tergantung terhadap
keberadaan kristal piezoelectric yang berada pada transduser. Kristal piezoelectric
akan mengubah gelombang listrik yang disambungkan ke mesin USG menjadi
gelombang suara akibat adanya getaran dari kristal. Frekuensi dari transduser
USG juga dipengaruhi oleh tebal dan tipisnya kristal piezoelektric yang ada di
transduser, semakin tipis kristal piezoelektric, semakin besar frekuensi
transdusernya (McCurnin 2002). Menurut Noviana et al. (2012), terdapat tiga tipe
utama transduser, yaitu linear, sector/curved, dan phased array.

Sistem Urinari
Sistem urinari terdiri dari sepasang ginjal, ureter, kantung kemih, dan uretra.
Organ utama yang berperan aktif dalam sistem urinari adalah ginjal dan kantung
kemih, sedangkan ureter bertindak sebagai saluran yang menghubungkan
keduanya, dan uretra sebagai saluran pembuangan terakhir dari kantung kemih
keluar tubuh. Material terlarut dalam plasma darah disaring oleh ginjal sehingga
menghasilkan filtrat. Filtrat yang terbentuk direabsorbsi untuk memisahkan
bahan-bahan yang masih berguna untuk tubuh dan disekresikan bahan-bahan
tambahan menjadi suatu bentuk cairan. Cairan tersebut disalurkan melalui pipapipa tubular nefron ke pelvis ginjal dan masuk ke kantung kemih untuk
dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urin (Akers & Denbow 2008).
Ginjal
Ginjal memiliki tiga bagian yang tersusun secara berlapis dari luar ke dalam,
yaitu korteks, medula, dan pelvis (hilus). Pelvis merupakan area pusat yang
merupakan lokasi dari masuk dan keluarnya pembuluh darah arteri dan vena
ginjal, begitu juga dengan ureter yang akan menyalurkan urin dari ginjal ke
kantung kemih (Akers & Denbow 2008).

4
Ginjal berfungsi sebagai penyaring (filtrasi) darah dan penyerapan kembali
atau reabsorpsi zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Kegiatan penyaringan
dan penyerapan kembali ini dilakukan oleh unit terkecil dari ginjal yang disebut
nefron (Akers & Denbow 2008).
Nefron merupakan unit terkecil dari ginjal yang berupa tabung/saluran
multiseluler kompleks yang hanya dapat terlihat secara mikroskopik. Nefron
merupakan pemegang peranan terpenting dalam menjalankan fungsi ginjal.
Nefron terdiri dari glomerulus, kapsula Bowman, tubuli proksimal, tubuli distal,
lengkung Henle, dan duktus kolektifa. Glomerulus berfungsi sebagai penyaring
darah, tubuli proksimal dan distal berfungsi sebagai tempat penyerapan kembali
air dan zat-zat terlarut, lengkung henle berfungsi menjaga tonisitas dari jaringan
medula dan sebagai tempat penyerapan kembali ion-ion Na+, K+, Cl-, sedangkan
duktus kolektifa berfungsi mengontrol ekskresi elektrolit, air, dan menjaga
keseimbangan pH. Darah yang masuk ke dalam nefron akan mengalami
penyaringan dan penyerapan kembali pada masing masing bagian nefron (Akers
& Denbow 2008).
Ginjal babi memiliki bentuk seperti kacang merah, dibanding dengan ginjal
pada anjing, ginjal babi memiliki bentuk yang lebih pipih, panjang, dan lebih kecil
pada bagian ekstremitas. Ginjal kiri dan ginjal kanan terletak hampir simetris pada
ventral prosesus transversus empat lumbal pertama, namun ginjal kiri biasanya
terletak lebih kranial dari pada ginjal kanan. Ekstremitas posterior dari ginjal
biasanya terletak pada pertengahan antara rusuk terakhir dan tuber coxae.
Ekstremitas anterior dari ginjal kiri biasanya terletak pada bagian ventral dari
tulang rusuk terakhir. Ginjal kiri biasanya berada di bagian ventral dari kolon
asenden, bagian basal sekum, dan pankreas. Ginjal kanan biasanya berada di
bagian ventral dari duodenum bagian desenden, jejunum, namun tidak
bersentuhan dengan hati seperti pada anjing dan kebanyakan spesies hewan
domestik lain (Dyce et al. 2002).
KantungKemih
Kantung kemih memiliki letak yang bervariasi dan sangat tergantung dari
volume urin yang terdapat di dalamnya. Kantung kemih yang kosong memiliki
ukuran yang kecil, oval, dan kuat yang terletak di rongga pubis. Kantung kemih
yang terisi penuh berbentuk lebih bulat dan terletak hampir seluruhnya di rongga
abdomen (Dyce et al. 2002).

Ultrasonografi Sistem Urinari
Ultrasonografi pada sistem urinari umumnya menggunakan ultrasonografi
B-Mode untuk memeriksa struktur internal jaringan ginjal, kantung kemih, dan
kelenjar prostat (Holt 2008). Ultrasonografi sangat bermanfaat dalam memeriksa
ukuran medula, korteks, dan pelvis ginjal, mengidentifikasi perubahan dari ureter
dan ginjal akibat adanya urolithiasis, mengetahui terjadinya pyelonefritis,
hidronefrosis, dan amiloidosis, membantu mengarahkan dalam proses biopsi
ginjal, dan memeriksa keadaan kantung kemih beserta isinya (Braun 2004).
Menurut Schöppler G et al. (2012) teknik diagnosa dengan menggunakan USG
sangat berperan dalam mendiagnosa penyakit sistem urinari kronis seperti torsio

5
testis, trauma ginjal, refluks vesika-ureteral, mengevaluasi infertilitas,
mengukuran volume residu urin, dan mendeteksi kanker.
Teknik ultrasonografi (USG) pada ginjal sering digunakan untuk
mendiagnosa penyakit ginjal pada hewan. Gambaran hasil USG ginjal dapat
memberikan informasi yang rinci dari ukuran, posisi, dan jaringan parenkim
ginjal. Ultrasonografi (USG) sering digunakan sebagai alat diagnosa adanya
deposit calculi di dalam kantung kemih maupun adanya penyumbatan pada
saluran uretra. Seluruh bagian dari sistem urinaria harus diperiksa dengan USG
untuk mengetahui keberadaan calculi (Radostits et al. 2005). Penggunaan USG
dalam mendiagnosa penyakit sistem urinari dinilai lebih aman dan ekonomis
daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012).

METODE
Bahan Penelitian
Babi (Sus scrofa domestica) dengan umur empat bulan sebanyak enam ekor
yang terdiri dari tiga ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25-31
kg, acoustic coupling gel, pakan babi, minuman ad libitum, alkohol 70%, dan obat
bius tiletamin 2.5% -zolazepam 2.5% (zoletil®).

Peralatan Penelitian
Mesin USG dua dimensi tipe portable (Sonodop S8), probe convex, meja
USG, flashdisc, kamera digital, gunting, alat cukur, kandang, tisu, tempat pakan,
tempat minum, syringe 10 ml, vacutainer EDTA (ethylene diamine tetraacetic
acid).

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Radiologi, Bagian Bedah dan
Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada tanggal 8-22 April
2012.

Prosedur Penelitian
Persiapan Hewan
Tahapan pertama yang dilakukan adalah mendapatkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik babi yang akan digunakan. Pemeriksaan fisik meliputi
penghitungan denyut jantung, respirasi, capillary refill time (CRT), dan
pemeriksaan mukosa. Pemeriksaan fisik diawali dengan penimbangan bobot

6
badan dengan menggunakan timbangan hewan, lalu dilanjutkan dengan
pemeriksaan frekuensi nadi dengan menggunakan stetoskop, pemeriksaan
frekuensi nafas dengan melihat pergerakan pernafasan abdominal, pemeriksaan
suhu tubuh dengan menggunakan termometer rectal, dan pemeriksaan CRT
dengan menekan mukosa gusi. Pemeriksaan laboratorium darah meliputi
pengukuran complete blood cell (CBC), kadar ureum, dan kreatinin. Pemeriksaan
fisik dan darah dilakukan untuk mengetahui kondisi babi yang digunakan dalam
keadaan sehat. Rambut dicukur pada daerah yang akan di USG untuk
memaksimalkan proses pencitraan.
Pengambilan Darah
Babi dianastesi dengan menggunakan kombinasi obat bius tiletamin 2.5% zolazepam 2.5% (zoletil®) 8mg/kg bobot badan (BB) tanpa premedikasi.
Pengambilan darah dilakukan melalui vena auricularis yang ada di telinga dengan
menggunakan syringe 10 ml. Darah yang diambil 5 ml lalu dimasukkan ke
vacutainer EDTA untuk kemudian dilakukan pemeriksaan darah.
Pemeriksaan Sonografi
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pemindaian dilakukan saat hewan
dalam keadaan tenang, tanpa gangguan, dan pencahayaan ruangan yang tidak
terlalu terang. Alat diletakkan sedemikian rupa sehingga operator dapat melihat
monitor dengan baik tanpa mengganggu pergerakan dalam memindai. Transduser
diatur pada frekuensi 5.5 MHz dan gain sekitar 110. Penyesuaian nilai gain atau
derajat warna dan titik fokus dilakukan setiap saat untuk mendapatkan visualisasi
yang optimal. Transduser dilapisi dengan gel akustik sebagai media yang
meningkatkan penetrasi ultrasound pada kulit.
Ginjal dan Aorta Abdominalis
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi hewan berbaring lateralrecumbency. Pencitraan organ ginjal dilakukan dengan meletakkan transduser
pada posisi tepat di ventral prosesus transversus empat lumbal pertama atau di
sekitar pertengahan antara rusuk terakhir dan tuber coxae dengan bidang pindaian
diarahkan ke dorsal tubuh sampai gambaran ginjal tercitrakan dengan optimal.
Pemindaian dilakukan pada ginjal kiri dan ginjal kanan dengan posisi transduser
tegak lurus terhadap bidang pindaian. Pemeriksaan aorta abdominalis dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan ginjal kiri, hanya saja pada pemeriksaan aorta
abdominalis menggunakan ultrasonografi dengan aplikasi color flow Doppler.
Aplikasi color flow Doppler digunakan dalam konfirmasi pembuluh darah yang
diperiksa dengan ultrasonografi.
Kantung Kemih
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency atau
hewan diposisikan terlentang. Pencitraan organ kantung kemih dilakukan dengan
meletakkan transduser pada posisi mamae ke 5-6 diantara kiri dan kanan sampai
gambaran kantung kemih yang berupa kantung tercitrakan dengan optimal.

7
Interpretasi Sonogram
Interpretasi terhadap sonogram yang didapatkan dilakukan pada saat yang
sama dengan pemindaian (real time). Pengamatan dilakukan terhadap sonogram
dengan memperhatikan posisi, bentuk, ekhogenitas, dan ukuran ginjal dan
kantung kemih.
Analisis Sonogram
Gambaran sonogram yang terkumpul diukur menggunakan software
MacBiophotonics ImageJ© (NIH 2009) kemudian dianalisis secara deskriptif.
Pengukuran ginjal dilakukan terhadap panjang ginjal, lebar ginjal, tinggi ginjal,
panjang medula, dan tinggi medula. Pengukuran aorta dilakukan terhadap lebar
diameter aorta. Pengukuran kantung kemih dilakukan terhadap tebal dinding
kantung kemih. Pengukuran panjang dan tinggi ginjal serta panjang dan tinggi
medula dilakukan pada sonogram ginjal potongan sagital, sedangkan lebar ginjal
dan lebar korteks dilakukan pada potongan transversal. Pengukuran korteks ginjal
dilakukan pada empat titik yang berbeda yaitu pada bagian atas, bawah, kiri, dan
kanan lapisan korteks sonogram ginjal. Pengukuran tebal dinding kantung kemih
dilakukan pada empat titik yang berbeda baik pada potongan sagital maupun
transversal. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap pengukuran
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Panjang maksimum ginjal dan
diameter aorta abdominalis dibandingkan untuk mendapatkan nilai rasio panjang
ginjal dengan diameter aorta abdominalis.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemeriksaan Fisik Babi
Pemeriksaan fisik babi dilakukan agar diketahui status kesehatan untuk
memastikan bahwa hewan yang digunakan dalam penelitian adalah hewan yang
sehat. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan fisik.
Babi
Parameter
Jenis
Bobot
Frekuensi
Frekuensi
Suhu (°C)
CRT
kelamin badan (kg)
nadi
napas
(s)
(kali/menit) (kali/menit)
1
Jantan
27
116
35
38.8